Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMASI FISIKA

“ SISTEM DISPERSI KASAR ’’

Disusun oleh :
Abdul Kholik Aziz 1604015374

Intan Rega Kurnia 1604015035

Kurnia Hamidah 1404015185

Widya Puji Lestari 1604015334

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF Dr. HAMKA

JAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem dispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispersi, terdistribusi

keseluruh medium kontinue atau medium dispersi . bahan bahan yang terdispersi bisa

mempunyai jangkauan ukuran dari partikel berdimensi atom dan molekul sampai partikel yang

diukur dalam milimeter . umumnya tergolong dari dispersi molekuler dispersi koloid, dan

dispersi kasar. Dispersi molekuler bersifat homogen dan membentuk larutan sejati.

Dan pada bab ini membahas dispersi kasar dimana untuk memberikan gambaran kepada

ahli farmasi tentang peranan dan ilmu fisika dan kimia dalam penelitian dan pengkembangan

dan beberapa kelas dispersi kasar tesebut. Berdasarkan prinsip antar muka dan prinsip koloidal

, mikromeretik dan reologi .


BAB II

DISPERSI KASAR

2.1 Suspensi

Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi kasar dimana partikel zat padat

yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair. Partikel-partikel tersebut kebanyakan

mempunyai diameter lebih besar dari 0,1 mikrometer, dan beberapa dari partikel tersebut bila

diselidiki di bawah mikroskop menunjukan ada nya gerak brown jika dispersi mempunyai

viskositas rendah.

Suspensi memberi andil dalam bidang farmasi dan kedokteran dalam hal membuat zat-zat

yang tidak larut dan sering kali tidak enak rasa nya menjadi suatu sediaan yang enak atau juga

dalam hal membentuk suatu seidaan obat kulit yang cocok untuk penggunaan pada kulit dan

pada membran mukosa serta dalam hal pemberian parenteral dari oabt-obat yang tidak larut.

Oleh karena itu suspensi dalam bidang farmasi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :

campuran yang diberikan peroral, cairan (lotion) yang digunakan untuk obat luar, dan sediaan

yang dapat disuntikan.

Contoh dari suspensi oral dalam sirup antibiotik oral, yang umum nya mengandung 125

sampai 500mg zat padat per 5 ml. Jika diformulasikan untuk penggunaan sebagai obat tetes

untuk anak-anak, konsentrasi dari zat yang terdispersi biasa nya lebih besar. Suspensi antasida

adalah suspensi radiopak umum nya mengandung zat padat yang terdispersi dalam konsentrasi

yang tinggi. Suspensi yang digunakan untuk obat luar adalah cukup banyak dan di desain untuk

tujuan pengobatan kulit, kosmetik, dan sebagai pelindung. Dalam hal ini konsentrasi dari fase

terdispersi bisa lebih dari 20%. Suspensi parenteral mengandung zat padat 0,5 – 30 %.
Viskositas dan ukuran partikel merupakan faktor yang bermakna kedua nya mempengaruhi

mudah nya injeksi dan availibilitas dari obat dalam terapi depo.

Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu yang diinginkan, termasuk

berikut ini. Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap; partikel-

partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh membentuk suatu

gumpalan padat tapi harus dengan cepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen

bila wadah nya dikocok; dan suspensi tersebut tidak boleh terlalu kental untuk dituang dengan

mudah dari botol nya untuk mengalir melewati tutup botol atau jarum injeksi. Untuk cairan

obat luar, produk tersebut harus cukup cair sehingga dapat tersebar dengan mudah keseluruh

daerah yang sedang diobati, tetapi juga tidak terlalu cair sehingga lotion tersebut mengalir

dipermukaan tempat lition tersebut diberikan; lotion harus mengering dengan cepat dan

membentuk suatu selaput pelindung elastis yang tidak akan terhapus dengan mudah; dan lotion

juga memiliki bau dan warna yang dapat diterima.

Penting untuk diketahui bahwa cirri-ciri fase dispers dipilih dengan hati-hati sehingga

menghasilkan suatu suspensi yang mempunyai sifat fisika, kimia, dan farmakologi yang

optimum. Distribusi ukuran partikel, luas permukaan spesifik, penghambatan pertumbuhan

Kristal, dan perubahan dalam bentuk polimorf adalah sangat bermakna dan pembuat formulasi

harus menjamin bahwa sifat ini dan sifat lainnya 1-3 tidak mengalami prubahan sedemikian

rupa selama penyimpanan sehingga mempengaruhi penampilan dari suspense tersebut.

Akhirnya dikehendaki bahwa produk tersebut mengandung bahan-bahan yang mudah

diperoleh yang dapat dicampur kedalam campuran tersebut secara relative mudah, dengan

menggunakan metode dan peralatan standar.


2.2 sifat antar muka partikel tersuspensi

Hanya sedikit yang diketahui tentang kondisi energi pada permukaan zat padat ;

namundemikian pengetahuan persyaratan persyaratan termodinamika diperlukan , agar didapat

suatu kestabilan partikel partikel yang tersuspensi. Harus dilakukan suatu kerja ( W) untuk

memperkecil suatu padatan menjadi partikel partikel kecil dan mendispersikan dalam suatu

pembawa. Besarnya luas permukaan partikel yang diakibatkan oleh mengecilnya zat padat

berhubungan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil secara

termodinamika , dimana dimaksudkan disini partikel partikel tersebut berenergi tinggi dan

cenderung untuk mengelompok kembali sedemikian rupa untuk mengurangi luas permukaan

total dan memperkecil energi bebas permukaan.

Oleh karena itu partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung untuk berflokulasi, yakni

membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan yang bersatu karena gaya vander woaals

yang lemah. Pada keadaan tertentu misal nya pada suatu lempeng pada partikel tersebut dapat

melekat dengan gaya yang lebih kuat membentuk suatu gumpalan (aggregates). Caking sering

kali terjadi karena pertumbuhan dan peleburan kristal bersama-sama dalam endapan

membentuk suatu agregat padat.

Pembentukan pada setiap jenis gumapalan (agglomerate), apakah itu flokulat atau agregat,

dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem untuk mencapai keadaan yang lebih stabil

secara termodinamika. Dalam kerja W atau energi bebas permukaan F diperoleh dengan

membagi zat pada menjadi partikel yang lebih kecil dan mengakibatkan meningkat nya luas

permukaan total A yang digambarkan dengan :

F = SL.A

Dimana S L adalah tegangan antar muka antara medium cair dan partikel padat suatu

keadaan stabil, sistem tersebut cenderung mengurangi energi bebas permukaan kesetimbangan
dicapai apabila F. Keadaan pada pesamaan (I), dengan pengurangan tegangan permukaan

atau dapat didekati dengan pengurangan luas antar muka. Pada akhirnya kemungkinan dapat

mengakibatkan flokulasi atau agregasi, mungkin diinginkan atau tidak diinginkan dalam suatu

suspensi farmasi, seperti yang dipertimbangkan dalam bagian akhir.

Tegangan antar muka dapat dikurangi dengan penambahan surfaktan, tapi biasanya tidak

dapat dibuat sama dengan nol. Karena itu suspense yang terdiri atas partikel – partikel tidak

larut biasanya memiliki tegangana antar muka positif yang terbatas, dan partikel-partikelnya

cenderung membentuk flokulat. Analisis setipe juga dapat dilakukan pada pemecahan suatu

emulsi.

Gaya pada permukaan partikel memengaruhi derajat flokulasi dan aglomerasi dalam suatu

suspense. Gaya tarik menarik yang terjadi adalah tipe London van der Waals; gaya tolak

menolaknya merupakan hasil interaksi ikatan rangkap elektrik yang mengelilingi setiap

partikel.

Sebagai kesimpulan, partikel-partikel yang terdeflokulasi terikat lemah, mengendap cepat,

tidak membentuk gumpalah, dan mudah disuspensikan kembali; Partikel –partikel yang

terflokulasi menndap secra perlahan-lahan dan pada akhirnya membentuk suatu sedimen

dengan agregat dan gumpalan yang keras yang sulit untuk disuspensikan kembali

2.3 Pengendapan dalam suspensi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salasatu aspek stabilitas fisik dalam suspensi

farmasetik berkenaan dengan menjaga partikel-partikel tetap terdistribusi merata dalam

dispersi. Meskipun kecil kemungkinannya untuk benar-benar mencegah terjadinya

pengendapan dalam waktu yang lama, dan perlu mempertimbangkan factor-faktor yang

mempengaruhi kecepatan sedimentasi.


Teori Sedimentasi

Kecepatan pengendapan dinyatakan oleh hokum stokes

𝑑2 (𝜌𝑠 −𝜌0 )𝘨
V= 18Ƞ0

Dengan v adalah kecepatan akhir dalam cm/detik, 𝑑 adalah diameter partikel dalam cm, dan

(𝜌𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝜌0 ) masing masing adalah densitas fase teredispersi dan medium dispersi, 𝘨 adalah

percepatan karena gaya gravitasi, dan Ƞ0 adalah viskositas medium disperesi dalam satuan

poise.

Efek Gerak Brown

Untuk Partikel yang memiliki diameter sekitar 2 sampai 5µ𝑚 (betgantung pada densitas

partikel serta viskosositas medium pensuspensi), gerak Brown meniadakan sedimentasi hingga

tingkat yang dapat diukur pada suhu kamar dengan menjaga bahan terdispersi tetap berada

dalam gerak acak. Jari-jari kritis, r, yang dibawah jari-jari tersebut partikel-partikel akan

terjaga dalam suspense melalui pengeboman kinetik partikel oleh molekul-molekul medium

pensuspensi (gerak Brown) telah diteliti oleh Bruton.

Dapat terlihat di mikroskop bahwa gerak Brown dari partikel-partikel terkecil dari medan

partikel suspense farmasetik bias any dihilangkan jika sempel didispersikan dalam larutan

gliserin 50%, yang memiliki viskositas sekitar 0,5 cps. Oleh sebab itu, partikel-partikel dalam

suatu suspense farmasetik biasa yang mengandung bahan pensuspensi tidak mungkin berada

dalam keadaan gerak Brown yang sangat aktif.


Sedimentasi Dari Partikel Terflokulasi

Pada waktu menyelidiki dalam sistem yang terflokulasi, dapat diamati bahwa flokulat

cenderung jatuh bersamaan dan menghasilkan batasan yang jelas antara sediaan dan cairan

supernatant. Cairan yang berada diatas sedimen jernih karena partikel-partikel kecil sekalipun

yang terdapat di dalam system tersebut menyatu dalam flokulat. Hal ini berbeda dengan yang

terjadi pada suspensi yang terdeflokulasi yang mempunyai suatu kisaran ukuran partikel; yaitu

sesuai dengan hokum Stokes, partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat dibandingkan

daripada partikel yang lebih kecil. Batasan yang jelas tidak terbentuk (kecuali jika hanya

terdapat suatu ukuran partikel), dan supernatan tetap keruh untuk waktu yang lebih lama.

Cairan supernatan yang jernih atau keruh selama tahap awal pengendapan merupakan indikasi

yang baik untuk mengetahui apakah system tersebut terflokulasi atau terdeflokulasi. Sistem

terflokulasi memiliki cairan supernatan yang jernih sedangkan system terdeflokulasi

sebaliknya.

Parameter Sedimentasi

Dua parameter penting yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai sedimentasi (atau

lebih tepatnya amblesan) adalah volume sedimentasi, V, atau ketinggian H, dan derajat

flokulasi.

Volume sedimentasi, F, didefinisikan sebagai perbandingan volume akhir sedimen, 𝑉𝑢 , dengan

volume awal suspensi, 𝑉0, sebelum mengedap. Jadi,

F= 𝑉𝑢 / 𝑉𝑢

Volume sedimentasi dapat memiliki kisaran nilai mulai dari kurang dari 1 hinggal lebih dari

1. Biasanya F memiliki nilai kurang dari 1, dan dalam hal ini, volume akhir sedimen lebih kecil
dari pada awal suspense. Seperti gambar di bawah ini, dengan F= 0,5. Jika volume sedimen

dalam system suatu suspense terflokulasi sama dengan volume awal suspense, F = 1. Produk

seperti ini disebut berada dalam “kesetimbangan flokulasi” dan tidak menunjukan adanya

supernatan jernih. Oleh sebab itu Produk ini didapat diterima secara farmasetik. Nilai F dapat

lebih dari 1, menunjukan volume akhir sedimen lebih besar dari volume awal suspense karena

jaringan flokulat yang terbentuk dalam suspense sangat longgar dan halus sehingga volime

yang dapat dicakup lebih besar dari awal volume suspensi.


Flokulasi Terkendali

Dengan berasumsi bahwa serbuk terbasahi dan terdispersi dengan baik, kini dapat kita

pertimbangkan berbagai cara untuk menghasilkan flokulasi terlkendali sehingga mencegah

terbentuknya sedimen padat yang sulit terdispersi kembali. Hiestand menerangkan persoalan

ini lebih mudah jika dibahas dari sudt-sudut bahan yang digunakan untuk menghasilkan

flokulasi dalam suspensi, yaitu elektrolit, surfaktan dan polimer.

Elektrolit bekerja sebagai bahan pemflokulasi dengan mengurangi sawar elektrik antar

partikel, seperti dibuktikan oleh penurunan potensial zeta dan pembentukan jembatan antar

partikel-partikel tersebut dalam struktur yang longgar.

Jika mendispersikan partikel-partikel bismuth subnitrat dalam air, kita mendapatkan bahwa,

berdasarkan pada penelitian mobilitas elektroforesik, partikel-partikel ini memiliki muatan

positif atau potensial zeta yang besar. Karena besarnya gaya tolak menolak antar partikel yang

berdekatan, system tersebut terpeptisasi atau terdeflokulasi. Haines dan Martin berhasil

menunjukan korelasi antar potensial zeta nyata dan volume sedimentasi, penggumpalan, dan

flokulasi dengan pembuatan suspense bismuth sunitrat yang mengandung kalium fosfat

monobasa dalam konsentrasi meningkat, hasilnya dirangkum pada gambar dibawah ini dengan

uraian sebagai berikut:


Penambahan kalium fosfat monobasa kedalam partikel-partikel bismuth sub nitrat

tersuspensi menyebabkan potensial zeta positif berkurang karena terjadi adsorbsi anion fosfat

yang bermuatan negative. Bila penambhan elektrolit dilanjutkan, pada akhirnya potensial zeta

menjadi nol dan kemudian meningkat kearah negatif, seperti pada gambar diatas.

Pemeriksaan makroskopik terhadap sejumlah suspensi menunjukan bahwa pada potensial zeta

positif tertertentu, terjadi flokulasi maksimum dan ini akan tetap berlangsung bsehingga

potensial zeta menjadi negative untuk terjadinya deflokulasi kembali. Onset flokulasi yang

bertepatan dengan volume sedimentasi maksimum, seperti dinyatakan seblelumnya,

mencerminkan besar flokulasi. Penggumpalan menjadi nyata pada nilai di bawah F maksimum.

Surfaktan, baik ionic maupun nonionik, telah digunakan untuk menghasilkan flokulasi

partikel-partikel tersuspensi. Konsentrasi yang digunakan untuk mendapatkan efek ini sangat

perlu diperhatikan karerna senyawa juga dapat bekerja sebagai bahan pembasah dan bahan

pendeflokulasi untuk menghasilkan dispersi.

Felmaister dkk. Mempelajari pengaruh gom xantan (suatu heteropolisakarida anionic)

terhadap karakteristik flokulasi sulfaguanidin, bismuth subkarbonat, dan obat lain dalam
suspensi. Penambahan gom xantan menyebabkan penambhan volume sedimentasi,

diperkirakan karena adanya jembatan polimer. Hiestand13 mengulas pengendalian flokulat

dalam suspense kasar melalui penambahan polimerik.

Polimer hidrofilik juga nbekerja sebagai kolid pelindung, dan partikel-partikel yang terlapis

dengan cara ini memiliki kecendrungan menggumpal lebih kecil dibandingkan partikel-partikel

yang tidak terlapisi. Polimer-polimer ini menunjukan pseudoplastis dalam larutan, dan sifat ini

meningkatkan stabilitas fisik dalam suspense. Gelatin, merupakan suatu polimer polielektrolit,

menunjukan flokulasi yang bergantung pada pH dan kekuatan ion medium disperse. Natrium

sulfatiazol, yang dilarutkan dari larutan asam dengan adanya gelatin, ditunjukan oleh Bluthe14

dapat mengalir bebas dalam keadaan kering dan tidakm menggumpalm saat disuspensikan.

Sulfatiazol biasanya menghasilkan muatan negative dalam pembawa berair. Akan tetapi bahan

berlapis yang di endapkan dari larutan asam dengan adanya gelatin diketahui membawa muatan

positif. Hal ini disebabkan gelatin bermuatan positif pada pH ketika pengendapan terjadi. Telah

diperkirakan bahwa sifat perbaikan dihasilkan dari partikel-partikel berlapis gelatin bermuatan

positif yang terflokulasi secara parsial dalam suspense, mungkin karena muatan yang sangat

negative telah digantikan oleh muatan yang lebih kecil, walaupun positif. Liposom bermuatab

positif telah digunakan sebagai bahan pemflokulasi untuk mencegah penggumpalan partikel

bermuatan negative. Liposom merupakan vesikel fosfolipid yang tidak beracun dan dapat

dibuat dalam berbagai ukuran partikel. 15 Liposom di adsorbs pada partikel-partikel bermuatan

negatif.

Pertimbangan Reologi

Prinsip reologi dapat diterapkan dalam suatu penelitian mengenai factor-faktor berikut ini

viskositas suspensi yang memengaruhi pengendapan partikel-partikel terdispersi, perubahan

sifal alir suspense jika wadah dikocok dan jika produk dituang dari botol, serta kualitas
penyebaran losion ketika dioleskan pada daerah tertentu. Pertimbangan reologi juga penting

dalam pembuatan suspensi, karena salah satu syarat suspensi antara lain :

a. Tergantung kemudahannya dikocok (mudah dikocok)

b. Turun perlahan-lahan setelah dikocok (tidak mudah mengendap setelah di kocok)

c. Secara fisik obat tercampur homogen dan secara kimia obat tetap stabil selama

digunakan dalam kehidupan

d. Steril (parenteral, ocular)

e. Didapatkan dalam bentuk semprotan (parenteral, ocular)

f. Tidak mudah mengendap, partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada

dasar wadah tidak boleh membentuk suatu gumpalan padat tetapi harus dengan

cepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bila wadahnya dikocok

g. Suspensi tidak boleh terlalu kental untuk dituang dengan mudah dari botolnya atau

untuk mengalir melewati jarum injeksi

h. Untuk cairan obat luar, produk tersebut harus cukup cair sehingga dapat tersebar

dengan mudah ke seluruh daerah yang sedang diobati tetapi juga tidak boleh

sedemikian mudah bergerak sehingga gampang hilang dari permukaan dimana obat

tersebut digunakan. Cairan tersebut harus dapat kering dengan cepatdan membentuk

suatu lapisan pelindung yang elastis sehingga tidak mudah terhapus, juga harus

mempunyai warna dan bau yang nyaman.

Geser satu-satunya yang terjadi dalam suatu suspensi selama penyimpanan disebabkan oleh

pengendapan partikel-partikel tersauspensi; gaya ini sangat kecil dan dapat diabaikan. Akan

tetapi, jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol, laju geserang yang tinggi akan terjadi.

Seperti yang disampaikan oleh Merviene dan Chase,16 bahan pensuspensi yang ideal harus

memiliki viskositas tinggi pada saat geserang yang dapat diabaikan terjadi, yaitu selama
penyimpanan; dan harus memiliki viskositas rendah saat laju geseran tinggi, yaitu dapat

mengalir bebas selama pengocokan, penuangan, dan penyebaran. Seperti terlihat pada gambar

dibawah ini.

Bahan pseudoplastis seperti tragakan , natrium alginate, dan natrium karboksimetilselulosa

menunjukan kualitas yang diharapkan ini. Gliserin yang merupakan cairan Newton dimasukan

dalam grafik tersebut untuk perbandingan. Viskositas gliserin cocok untuk partikel

pensuspensi, tetapi terlalu tinggi untuk dapat dituang dengan mudah dan untuk disebar pada

kulit. Terlebih lagi, gliserin menunjukan sifat yang tidak diinginkan, yaitu lengket dan terlalu

higroskopik untuk digunakan dalam bentuk yang tidakn diencerkan. Kurva pada gambar

disamping diperoleh dengan bahan pseudoplastis seperti tragakan , natrium alginate, dan

natrium karboksimetilselulosa menunjukan kualitas yang diharapkan ini. Gliserin yang

merupakan cairan Newton dimasukan dalam grafik tersebut untuk perbandingan. Viskositas

gliserin cocok untuk partikel pensuspensi, tetapi terlalu tinggi untuk dapat dituang dengan

mudah dan untuk disebar pada kulit. Terlebih lagi, gliserin menunjukan sifat yang tidak

diinginkan, yaitu lengket dan terlalu higroskopik untuk digunakan dalam bentuk yang tidakn
diencerkan. Kurva pada gambar disamping diperoleh dengan menggunakan viscometer stromer

yang dimodifikasi.

Bahan pensuspensi yang tiksotropik dan pseudoplastik semestinya akan terbukti berguna

karena bahan ini membentuk gel saat pendiaman dan menjadi cair jika diberi gangguan.

Gambar diatas menunjukan kekentalan bentonit sangat nyata. Veegum juga menunjukan

tiksotropik yang berarti, baik saat diuji dengan membalikan wadah yang mengandung dispersi

maupun saat dianalisis dalam viscometer rotasi. Jika disperse bentonit dan

karboksimetilselulosa dicampurkan, Kurva yang dihasilkan menunjukan karakteristik

pseudoplastis dan tiksotropik. Kombinasi seperti ini akan menghasilkan medium pensuspensi

yang baik.
BAB III

PEMBAHASAN

Suspensi adalah sediaan cair yang terdapat padatan tidak terlarut dalam fase cair dimana

supensi yang baik tidak boleh cepat mengendap, saat membentuk gumpalan harus dapat

terdispersi kembali saat dilakukan pengocokkan. Dispersi kasar suspensi meliputi : sifat

antarmuka dari partikel suspensi yaitu untuk mengetahui kestabilan partikel- partikel yang

tersuspensi. Besarnya luas permukaan partikel yang diakibatkan oleh mengecilnya zat padat

berhubungan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil

secara termodinamika. Tegangan permukaan yang disebabkan flokulasi dapat dikurangi

dengan penambahan suatu surfaktan.

Teori pengendapan meliputi pengendapan dari partikel yang terflokulasi dimana flokulat

jatuh bersama dan menghasilkan suatu batas yang nyata antara endapan dan cairan. Hal ini

berhubungan dengan hukum stokes yaitu partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat

daripada partikel yang lebih kecil. Parameter yang digunakan yaitu volume sedimentasi dan

derajat flokulasi.
KESIMPULAN

Jadi dispersi kasar suspensi masih berhubungan erat dengan hukum stokes, dengan

menggunakan 2 parameter guna mengetahui penyelidikan penurunan sedimentasi dan derajat

flokulasi.
DAFTAR PUSTAKA

 Farmasi fisika & ilmu farmasetika Martin / Patrick J. Sinko ; alih bahasa, joshita

djajadisastra editor edisi bahasa indonesia, July Manarung Edisi 5 . Jakarta : EGC,

2011.

Anda mungkin juga menyukai