Anda di halaman 1dari 19

IV.

3 Pembahasan

Cairan mempunyai sifat menyerupai gas dalam hal ini gerakannya yang mengikuti gerakan brown dab daya
alirnya.Selain itu cairan juga menunjukkan adanya tegangan yang merupkan salah satu sifat penting lainnya dari cairan.Bila dua
fase dicampurkan maka batas-batas fase tersebut dinamakan antar permukaan.Batas antara zt cair aatu zat padat dengan udara
biasanya disebut permukaan saja.Sedangkan batas antara zat cair dengan zat cair lainnya yang tidak bercampur atau antarazat
padat dengan zat cair
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi
gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil
dari pada gaya kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada pada keadaan
diam (statis). Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setiap garis
di permukaan fluida.
Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah metode keanikan kapiler.Metode ini digunakan untuk menentukan
tegangan suatu zat cair dn dapat digunakan untuk bercampur.Smapel yang dignakan adalah minyak wijen, minyak ikan, minyak
jarak dan minyak mineral.Semua sampel memiliki kerapatan jenis yang berbeda-beda sehingga data yang diperoleh untuk
menurunkan tegangan permukaan pada sampel.
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah Penentuan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak tercampur
dengan metode pipa kapileryaitu pertama-tama timbang span dan tween masing-masing 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan parafin cair,
dimasukkan span dan tween ke dalam masing-masing erlenmeyer, dituang 50 ml parafin cair ke dalam span dan 50 ml air ke dalam
tween, dihomogenkan kedua larutan tersebut. Setelah dihomogenkan, pipet masing-masing 20 ml pada campuran larutan dengan
hati-hati dan tuangkan pada cawan petri. Atur posisi cawan sehingga pipa kapiler berada pada antara permukaan dan tetap berada
di tengah-tengah cawan, ditekan ujung pipa kapiler, dan ketika pada dasar cawan lepaskan tangan pada ujung pipa, sehingga
larutan dapat terserap oleh pipa kapiler, kemudian catat harga tegangan antar permukaan pada skala dalam dyne/cm dan hitunglah
tegangan antar permukaan
Dalam percobaan ini digunakan fase air (air dan Tween 80) dan fase minyak (parafin cair dan span 80), digunakan air
karena air cocok untuk melarutkan cairan tween yang dimana tween cairan kental seperti minyak, tetapi cenderung mudah larut
dalam pelarut air, sedangkan digunakan parafin cair karena parafin dapat melarutkan span yang umumnya larut dan terdispersi
dalam minyak dan pelarut organik, dalam air biasanya tidak larut tetapi terdispersi dan merupakan cairan kental yang tidak dapat
larut dalam air
Dari hasil percobaan diperoleh kenaikan tinggi pada air 1 cm dan tegangan permukaannya adalah 2,8090 dyne/cm,
parafin cair 1 cm dan tegangan permukaannya 0,25075 dyne/cm, tween 80 0,5 % dengan tinggi 1,2 cm dan tegangan permukaannya
3,6514 dyne/cm, tween 80 1% dengan tinggi 1 cm dan tegangan permukaannya 6,08 dyne/cm, tween 80 2% dengan tinggi 1,2 cm
dan tegangan permukaannya 36,5148 dyne/cm, tween 80 3% dengan tinggi 1,5 cm dan tegangan permukaannya 45,6435 dyne/cm,
tween 80 4% dengan tinggi 1,4 cm dan tegangan permukaannya 42,60 dyne/cm, tween 80 5% dengan tinggi 1,3 cm dan tegangan
permukaannya 39,55 dyne/cm, tween 80 6% dengan tinggi 1,1 cm dan tegangan permukaannya 33,47 dyne/cm, tween 80 7%
dengan tinggi 1,2 cm dan tegangan permukaannya 36,5148 dyne/cm, tween 80 8% dengan tinggi 1 cm dan tegangan
permukaannya 3,0429 dyne/cm, tween 80 9% dengan tinggi 1,3 cm dan tegangan permukaannya 39,95 dyne/cm, dan tween 80 10%
dengan tinggi 1,2 cm dan tegangan permukaannya 36,51 dyne/cm.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui jika tegangan permukaan dari fase minyak (span 80 + parafin) dan fase air
(tween 80 + air) tidak tergantung pada konsentrasi span maupun tween, karena nilai dari tegangan permukaan tidak menentu naik
atau turun

Faktor-faktor kesalahan yang mungkin sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh yaitu :
1.

Ketidaktepatan jumlah dari medium air maupun minyak

2.

Kekeliruan praktikan dalam menentukan kenaikan tinggi dari campuaran tween dan air maupun span dan parafin

3.

Ketidaktepatan dalam menentukan tegangan permukaan

Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga permukaannya seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan
yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik antar partikel sejenis didalam zat cair sampai ke permukaan. Di
dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis di dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya
tidak terdapat sisa (resultan) gaya yang bekerja pada masing-masing molekul. Adanya gaya atau tarikan kebawah
menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang. tegangan ini disebut dengan tegangan
permukaan (Herinaldi, 2004).
Tegangan permukaan bervariasi antara berbagai cairan. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi dan merupakan
agen pembasah yang buruk karena air membentuk droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air
membentuk suatu lapisan yang cukup kuat sehingga beberapa serangga dapat berjalan diatasnya (Suminar, 2001).

Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang,
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya
kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesi berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih
kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-adesi berlaku sebaliknya. Salah satu model
peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa
kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu
sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul
akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara
molekul zat yang berbeda (adesi).
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan
dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada
molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka
terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan.
Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang berada
di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah
ke bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di
permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal
ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis
yang tipis.
Ada beberapa metode dalam melakukan tegangan permukaan :
Metode kenaikan kapiler
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/ cairan yang naik melalui
suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan
antar muka.
Metode tersiometer Du-Nouy

Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun
tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu
cincin platina iridium yang diperlukan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan
antar muka dari cairan tersebut (Atfins, 1994).
Air mempunyai tegangan permukaan dan biasa digunakan untuk pembersihan. Molekul air
yang terdapat di dalam badan air akan dikelilingi dan ditarik oleh molekul air lainnya. Akan
tetapi, pada permukaan air akan ditarik oleh molekul air yang terdapat di samping dan
dibawahnya. Tegangan permukaan diciptakan molekul air pada permukaan yang ditarik ke dalam
badan air. Tegangan ini menyebabkan air menjadi tetesan pada permukaan sehingga
pembasahannya menjadi lambat dan menghambat proses pembersihan (Kartiningsih, 2006).
Menurunnya tegangan permukaan larutan gliserol menurun secara linear dengan
meningkatnya temperatur. Hal ini disebabkan karena larutan gliserol merupakan campuran
antara gliserol dengan akuades pada rasio v/v 1 : 2, dimana berdasarkan literatur diketahui bahwa
tegangan permukaan dari akuades lebih besar daripada tegangan permukaaan gliserol. Apabila
larutan gliserol mengalami peningkatan temperatur dengan jalan pemanasan, maka dapat akan
terjadi penurunan konsentrasi akuades dalam larutan gliserol karena kemungkinan mengalami
penguapan, dimana hal tersebut akan menurunkan tegangan permukaan larutan gliserol secara
keseluruhan (Yuniawan, 2010).
Molekul surfaktan yang bersifat amfifil yaitu suatu molekul yang mempunyai dua ujung yang
terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrifobik). Sifat surfaktan yang
amfifil menyebabkan surfaktan diadsorpsi pada antar muka baik itu cair/gas (yang tidak saling
bercampur). Surfaktan akan selalu berada pada antar muka suatu cairan (berbeda jenis), bila
jumlah gugus hidrofil dan lipofilnya seimbang. Tapi, apabila suatu surfaktan memiliki gugus
hidrofil lebih besar lipofil, maka surfaktan akan lebih berada pada fase air dan sedikit berada
pada antar muka. Sebaliknya, bila suatu surfaktan memiliki gugus hid rofil lebih kecil dari
lipofil maka surfaktan akan lebih berada pada fase minyak dan sedikit berada pada antar muka
(Wahyuni, 2012).
Surfaktan dapat digunakan menjadi dua golongan besar yaitu, surfaktan yang larut dalam
minyak dan surfaktan yang larut dalam pelarut air. Surfaktan yang larut dalam minyak : Ada tiga
yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon,
dan senyawa silikon. Surfaktan yang larut dalam pelarut air : Golongan ini banyak digunakan
antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat
flotasi, mencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini yaitu
surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion
yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif
bergantung pada pH-nya.
Surfaktan berbahan baku oleokimia memiliki beberapa keunggulan, diantaranya bersifat terbarukan ( renewable

resources) dan secara alami mudah terdegradasi. Surfaktan ini dapat dibuat dengan mengunakan bahan baku minyak kelapa
murni dan melalui proses sebagai berikut: reaksi transesterifikasi untuk mengkonversi minyak menjadi metil ester; pemisahan
metil laurat dari metil ester; reaksi hidrogenasi metil laurat menggunakan katalis Ni; reaksi sulfatasi dengan menambahkan
H2SO4; serta netralisasi dengan NaOH (Arbiyanti et al,2008).

C. Alat dan Bahan

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :

Piknometer 10 ml

Pipa kapiler

Timbangan analitik
Pipet tetes
Pipet ukur 10 ml
Filler
Gelas kimia 50 ml
Gelas ukur 50 ml
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Sabun cair
Paraffin cair
Akuades

D. Prosedur Kerja
* Pengukuran Tegangan Permukaan Air Dan Parafin Cair
akuades
Paraffin cair

Dimasukkan dalam piknometer 10 ml sebanyak 10 ml


Ditimbang piknometer + zat
Dicatat hasilnya
Dihitung densitasnya
Dimasukkan dalam gelas kimia 50 ml sebanyak 25 ml
Dicelupkan ke dalam gelas kimia
Dimasukkan pipa kapiler
Diukur tinggi kenaikan
Dihitung besar tegangan permukaan
Hasil
akuades

* Tegangan Antarmuka antara Air dengan Paraffin Cair

Dimasukkan 25 ml dalam gelas kimia 50 ml


Ditambahkan paraffin cair 25 ml
Ditambahkan 5 ml sabun cair
Diaduk perlahan-lahan
Dicelupkan pipa kapiler
Diukur tinggi kenaikannya
Diulangi untuk penambahan 15 ml sabun cair
Hasil

E. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan
Nama Zat
Akuades 25 ml
Paraffin cair
25 ml
Akuades 25 ml
+ paraffin cair
25 ml + 5 ml
sabun
Akuades 25 ml
+ paraffin cair
25 ml + 15 ml
sabun

9,38

Massa
Jenis
(gr/ml)
0,983

Tinggi
kenaikan
(cm)
1,4

Tegangan
Permukaan
(dyne/cm)
33,71

7,71

0,771

1,2

24,55

1,2

Massa
(gr)

Perhitungan
akuades = rhg
= (0,05 cm)(0,983 gr/ml)(1,4 cm)(980 cm/s2)
= 33,71 dyne/cm
paraffin = rhg
= (0,05 cm)(0,771 gr/ml)(1,2 cm)(980 cm/s2)
= 24,55 dyne/cm

F. Pembahasan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dengan
benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini
biasa segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu tetesan kecil cairan. tegangan
permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis).
Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis cairan, suhu, dan, tekanan, massa
jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Jika cairan memiliki molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya
juga besar. salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah massa jenis/ densitas (D), semakin
besar densitas berarti semakin rapat muatan muatan atau partikel-partikel dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini
menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang
rapat mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai densitas kecil akan
mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula.
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk
tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan
menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya
solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil
daripada didalam larutan.
Ada beberapa metoda penentuan tegangan muka, dalam praktikum ini digunakan metoda pipa kapiler, yaitu mengukur
tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan
kedalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan
bahwa tegangan permukaan pada air adalah 33,17 dyne/cm dan tegangan pada paraffin cair
adalah 24,54 dyne/cm. Tegangan antarmuka suatu larutan yang tidak campur dipengaruhi dengan
penambahan zat aktif (surfaktan).
tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang bekerja pada permukaan zat cair
sepanjang permukaan yang menyentuh benda itu. Tegangan permukaan juga dapat didefinisikan sebagai suatu
kecenderungan permukaan zat cair untuk memegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan kulit tipis.
Tegangan permukaan terjadi karena adanya kohesi dibawah zat cair yang lebih besar daripada kohesi dipermukaan zat cair,
sehingga permukaan air akan cenderung mengerut dan membentuk luas permukaan sekecil mungkin.
Tegangan muka adalah gaya yang terjadi pada permukaan suatu cairan yang dapat menghalangi ekspansi cairan itu.
Tegangan antarmuka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur.
Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan sebab gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur
lebih besar daripada adhesi antara cairan dan udara.
Ada dua metode pengukuran tegangan permukaan yaitu metode tersiometer Du-Nouy dan metode kenaikan pipa
kapiler. Dalam percobaan ini akan digunakan metode kenaikan pipa kapiler. Metode kenaikan pipa kapiler ini menggunakan
prinsip dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui suatu kapiler. Namun, metode ini hanya dapat digunakan
untuk mengukur tegangan permukaan, dan tidak bisa untuk mengukur tegangan antarmuka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan antara lain adalah jenis cairan dimana pada umumnya cairan
yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya, karena gaya
tarik-menarik antar molekulnya juga kecil, maka tegangan permukaannya juga akan kecil. Selain jenis cairan, faktor yang
mempengaruhi tegangan permukaan juga ada suhu. Dimana tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik. Hal ini
disebabkan karena dengan bertambahnya suhu molekul-molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara
molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya menurun. Adanya zat terlarut juga dapat mempengaruhi tegangan
permukaan. Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan. Untuk air adanya
elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan
adanya zat-zat seperti sabun, deterjen, dan alkohol adalah efektif dalam menurunkan tegangan permukaan. Selanjutnay
surfaktan juga dapat mempengaruhi tegangan permukaan. Surfaktan merupakan zat yang dapat mengaktifkan permukaan,
karena cenderung terkonsentrasi pada permukaan atau antarmuka. Surfaktan mempunyaii orientasi yang jelas, sehingga
cenderung pada rantai lurus. Faktor terakhir yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu konsentrasi zat terlarut. Solut
merupakan suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi
pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka,
karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada
didalam larutan.
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan tegangan permukaan zat cair, yaitu air dan gliserol dengan konsentrasi
yang berbeda. Gliserol yang digunakan pada percobaan ini yaitu gliserol 0,1 %, 0,05%, dan 0,01%. Penggunaan
konsentrasi gliserol bertujuan agar dapat dibandingkan antara nilai tegangan permukaan dengan konsentrasi yang berbeda-

beda. Sebelum menentukan tegangan permukaan air dan gliserol, terlebih dahulu harus diketahui densitas dan berapa
kenaikan cairan di dalam pipa kapiler. Dalam penentuan densitas, dapat digunakan piknometer 10 ml kemudian dimasukkan
air dan ditimbang. Sebelumnya, piknometer telah ditimbang kosong. Hal ini dilakukan agar dapat ditentukan berapa berat
zat yang sebenarnya. Hal yang sama juga dilakukan untuk gliserol 0,01%, 0,05%, dan 0,1%. Dari penimbangan tersebut,
diperoleh densitas air sebesar 961 kg/m 3, gliserol 0,01% sebesar 962 kg/m3, gliserol 0,05% sebesar 971 kg/m3 , dan
gliserol 0,1% sebesar 981 kg/m3. Setelah diketahui densitas masing-masing cairan, selanjutnya ditentukan kenaikan cairan
dengan menggunakan pipa kapiler.
Penentuan kenaikan cairan dilakukan dengan memasukkan pipa kapiler ke dalam gelas kimia yang telah berisi air
sebanyak 50 ml. Kemudian kenaikan air diukur dengan menggunakan mistar. Dari hasil pengamatan, diperoleh tinggi air
dalam pipa kapiler adalah 5,0 cm; gliserol 0,01% adalah 4,9 cm; gliserol 0,05% adalah 4,1 cm dan gliserol 0,1% adalah 5,0
cm.
Setelah diperoleh nilai dari densitas dan kenaikan cairan, maka dapat ditentukan tegangan permukaannya.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh tegangan permukaan air adalah 0,117 N/m, tegangan permukaan gliserol 0.01 %
adalah 0,115 N/m, gliserol 0.05 % adalah 0,097 N/m dan giserol 0,1 % adalah 0,120 N/m. Berdasarkan hasil pengamatan,
dapat diketahui bahwa tegangan permukaan air dan gliserol tidak terlalu jauh perbedaannya. Secara teori, tegangan
permukaan air semestinya lebih tinggi dibandingkan tegangan permukaan gliserol. Tetapi, dari hasil percobaan dapat dilihat
bahwa tegangan permukaan air lebih kecil dari gliserol. Air yang mempunyai tegangan permukaan lebih besar dikarenakan
molekul air memiliki daya tarik menarik (daya kohesi) yang lebih besar dibandingkan dengan gliserol.
Dari hubungan antara konsentrasi dan tegangan permukaan gliserol, dapat diperoleh suatu kurva. Dari grafik tersebut,
dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi nilai tegangan permukaan tidak menentu. Secara teori, tegangan
permukaan dengan konsentrasi berbanding lurus, sehingga semakin tinggi konsentrasi kenaikan cairan pada pipa kapiler
juga semakin tinggi dan tegangn permukaan juga semakin tinggi. Sehingga semakin besar konsentrasi berarti semakin
rapat partikel-partikel di dalam cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan
untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini dikarenakan partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik
antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai konsentrasi kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang
kecil pula. Tetapi, pada percobaan ini diperoleh hasil yang berbeda. Tegangan permukaan gliserol 0,05% lebih kecil
daripada tegangan permukaan gliserol 0,01%. Hal ini kemungkinan dikarenakan reagen gliserol telah rusak akibat sudah
terlalu lama disimpan. Jika suatuu senyawa atau cairan disimpan terlalu lama dari tanggal pembuatan maka keadaan cairan
tersebut akan rusak. Kerusakan tersebut adalah penguraian senyawa gliserol yang dikarenakan jenuhnya cairan sehingga
ikatan dari senyawanya menjadi lemah dan terurai.
Manfaat tegangan permukaan dalam bidang farmasi adalah dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan
pembantu pada sediaan obat. Sebagai penetrasi molekul melalui membran biologis. Sebagai pembentukan dan kestabilan
emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk membentuk sediaan suspensi.

DAFTAR PUSTAKA
Arbiyanti, R., et al, 2008, Pengaruh Kondisi Operasi Reaksi Hidrogenasi Metil Laurat dengan Katalis Nikel untuk Pembuatan Surfaktan
Oleokimia,Jurnal Teknologi, Edisi No. 3, Tahun XXII.

Atkins, PW., 1994, Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Herinaldi, 2004, Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta.
Kartiningsih dan Rahmat D., Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair dari Jus Lidah Buaya (Aloe
barbadensis Mill), Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol 4 (2).
Wahyuni

Suminar, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.


IT.,
2012, Laporan
Kimia
Fisika
Penentuan
Permukaan,http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-fisika-penentuantegangan.html, diakses 08 November 2012.

Tegangan

Yuniawan H, Sentot BR dan Syarief,


2010, Optimasi Kapasitas Gliserol Pada -A1203 Dan Efek
Tegangan Permukaannya Terhadap Daya Serap Absorbansinya Sebagai Kajian Awal Pemisahan
Gliserol Pada Limbah Biodiesel, Jurnal Ekosains, Vol 2 (2).

Metode tersiometer Du-Nouy


Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip
dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada
permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.
Pada percobaan tegangan permukaan atau antar muka ini metode yang digunakan yakni tensiometer Du-Nouy
dimana Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antar
muka. Untuk penentuan tegangan permukaan saja dapat menggunakan metode kenaikan kapiler. Sedangkan Prinsip
dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada
permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu dan zat
terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan
terutama molekul zat yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dengan
molekul surfaktan.
Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi:
1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat
2. penetrasi molekul melalui membrane biologis
3. pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk membentuk sediaan
suspensi
Persamaan Tegangan Permukaan
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mempelajari konsep tegangan permukaan secara kualitatif (tidak ada
persamaan matematis). Kali ini kita tinjau tegangan permukaan secara kuantitatif. Untuk membantu kita menurunkan
persamaan tegangan permukaan, kita tinjau sebuah kawat yang dibengkokkan membentuk huruf U. Sebuah kawat
lain yang berbentuk lurus dikaitkan pada kedua kaki kawat U, di mana kawat lurus tersebut bisa digerakkan.
Jika kawat ini dimasukan ke dalam larutan sabun, maka setelah dikeluarkan akan terbentuk lapisan air sabun pada
permukaan kawat tersebut. Mirip seperti ketika dirimu bermain gelembung sabun. Karena kawat lurus bisa
digerakkan dan massanya tidak terlalu besar, maka lapisan air sabun akan memberikan gaya tegangan permukaan
pada kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke atas (perhatikan arah panah). Untuk mempertahankan kawat
lurus tidak bergerak (kawat berada dalam kesetimbangan), maka diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di

mana besarnya gaya total adalah F = w + T. Dalam kesetimbangan, F = gaya tegangan permukaan yang dikerjakan
oleh lapisan air sabun pada kawat lurus.
Misalkan panjang kawat lurus adalah l. Karena lapisan air sabun yang menyentuh kawat lurus memiliki dua
permukaan, maka gaya tegangan permukaan yang ditimbulkan oleh lapisan air sabun bekerja sepanjang 2l.
Tegangan permukaan pada lapisan sabun merupakan perbandingan antara Gaya Tegangan Permukaan (F) dengan
panjang permukaan di mana gaya bekerja (d). Untuk kasus ini, panjang permukaan adalah 2l. Secara matematis,
ditulis :
Karena tegangan permukaan merupakan perbandingan antara Gaya tegangan permukaan dengan Satuan panjang,
maka satuan tegangan permukaan adalah Newton per meter (N/m) atau dyne per centimeter (dyn/cm).
1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m

BAB VIPEMBAHASAN
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar permukaan
untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya khohesi
antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaancairan.Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada
antarmukadua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari
padategangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar
dari pada adhesi antara cairan dan udara.Untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan
antar
muka
dapat
digunakan beberapa metode diantaranya adalah metode cincin Du Nouy, metode kenaikan kapile
r,metode lempeng Wilhelmy dan metode berat tetes.Pada percobaan ini dilakukan penentuan
tegangan permukaan beberapa cairan denganmenggunakan metode cincin Du Nouy. Metode
cincin Du Nouy bisa digunakan untukmengukur tegangan permukaan ataupun tegangan antar
muka. Prinsip dari alat ini adalahgaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina
iridium
yang
dicelupkan
pada permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairanter
sebut.Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil nilai tegangan permukaan dari airadalah
72 J/m, gliserin 56 J/m, Parafin Cair 44 J/m, dan tegangan permukaan
campuran parafin cair dengan tween 80 dengan berbagai konsentrasi diantaranya adalah konsent
ari0,1%;0,5%;1%;1,5%;2% berturut-turut adalah 40;39;38;37;36,5.Dari hasil yang didapat
tegangan permukaan air lebih besar dari tegangan permukaangliserin dan parafin. Hal ini
disebabkan karena air memiliki sifat kohesi yang kuat antarmolekul-molekul air dibandingkan
dengan
gliserin
dan
parafin.
Pada
permukaan
air,
bagian polarnya akan mengarah ke air, sedangkan bagian yang
non polar akan mengarah ke udara.Hal tersebut menyebabkan gaya adhesi antara molekul air dan
udara semakin meningkatsehingga gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin yang tercelup
kedalam zat cairsemakin kecil

Pada percobaan ini juga digunakan campuran parafin cair dengan tween 80
dengan berbagai konsentrasi. Hasil yang
didapat dari percobaan ini, nilai tegangan permukaan yangkami peroleh menurun seiring dengan
bertambahnya jumlah tween 80 yang
ditambahkan pada parafin cair. Hal ini menandakan bahwa tween 80 (surfaktan) dapat menurunk
antegangan permukaan suatu cairan. Tween 80 (surfaktan) dapat menurunkan
tegangan permukaan dikarenakan surfaktan memiliki dua buah gugus yaitu gugus hidrofilik(
p o l a r )
d a n
h i d r o f o b i k ( n o n p
o l a r )
y a n g
m a n a
a p a b i l a m e
m e c a h
t e g a n g a n p e r m u k a a n
p a d a
a i r
( H 2
z a t
p o l a r
m a k a y
a
n
g
a
k
a
n
m
e
n
u
r
u
n
k
a
n
t
e
g
a
n
g
a
n
p
e
r
m
u
k
a
a
n
b
a
g
i
a
n
k e p a l a h i d r o f i l i k n y a .
A k a n
t e t a p i
u n t u k
m e m e c a h k a n
t e g a n g a n permukaan pada minya
k (parafin cair) yang merupakan zat nonpolarmakayang akan menurunkan tegangan
permukaan adalah gugus hidrofobiknya (bagianekornya).Dalam percobaan ini juga dilakukan
percobaan untuk mengetahui pengaruh suhuterhadap nilai tegangan permukaan. Hal ini dapat
dilihat dari penurunan nilai
tegangan permukaan campuran parafin cair dengan tween 80. Karena dalam pencampuran terseb
utdilakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum diukur tegangan permukaannya.
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tegangan permukaan cairan turun bilasuh
u naik. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya suhu molekul - molekul
cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul berkurang sehingga tegangan
permukaannya menurun

B. LANDASAN TEORI

Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada
permukaan untuk mengimbangi tarikan kedalam. Tegangan permukaan mempunyai satuan
dyne/cm dalam sistem cgs. Sedangkan tegangan antarmuka adalah gaya persatuan panjang yang
terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, dan seperti tegangan permukaan
mempunyai satuan dyne/cm. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan
permukaan karena gaya adhesif antara dua fase cair yang membentuk suatu antarmuka lebih
besar daripada suatu fase cair dan suatu fase gas yang berada bersama-sama (Martin, dkk.,
1993).
Berdasarkan literatur diketahui bahwa tegangan permukaan dari akuades lebih besar dari
pada tegangan permukaan gliserol. Oleh karena itu, akuades kemungkinan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap tegangan permukaan larutan gliserol. Apabila larutan gliserol
mengalami peningkatan temperatur dengan jalan pemanasan, maka dapat akan terjadi penurunan
konsentrasi akuades dalam larutan gliserol karena kemungkinan mengalami penguapan, dimana
hal tersebut akan menurunkan tegangan permukaan larutan gliserol secara keseluruhan. Apabila
tegangan permukaan menurun, maka proses adsorpsi akan semakin meningkat. Oleh karena itu
berdasarkan data tegangan permukaan yang diperoleh, proses adsorpsi diharapkan akan
mengalami peningkatan dengan menurunnya tegangan permukaan dimana pada kondisi itu
temperatur semakin meningkat (Hidayat, dkk., 2010).
Kapilaritas adalah kecenderungan cairan untuk merambat keatas sisi tabung karena
adanya gaya adhesi. Kasa absorben dan drain pembelahan tipe wick menyerap cairan
berdasarkan kapilaritas. Lebih penting lagi, tekanan darah normal tidak akan cukup
memindahkan darah dari kapiler tanpa adanya efek kapilarits (James, dkk., 2008).
Gaya tarik-menarik antarpartikel zak cair (kohesi) lebih besar dibandingkan gaya adhesi
sehingga partikel cenderung ditarik kebawah. Akibatnya, permukaan menjadi tegang dan
menyebabkan partikel-partikel zat cair dipermukaan akan membentuk suatu lapisan elastis
karena cenderung memperkememperkecil luas permukaannya. Gejala ini disebut tegangan
permukaan yang dapat mempertahankan suatu benda untuk tetap terapung diatas permukaan zat
cair (Pauliza, 2008).
Gliserol adalah senyawa kimia yang biasa disebut gliserin. Gliserol adalah gula alkohol,
tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis, tidak beracun, cairan yang viskos yang banyak
digunakan sebagai formula-formula di segala bidang. Gliserol mempunyai tiga gugus alkohol
yang sangat mudah larut dalam air. Gliserol merupakan produk samping dari suatu reaksi
transestrifikasi minyak. Minyak bereaksi dengan alkohol membentuk gliserol dan methyl ester
(Qadariyah, dkk., 2009).
Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi transesterifikasi dan
merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumalh tiga buah. Gliserol (1,2,3
propanetriol) merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental
yang memiliki rasa manis. Gliserol dapat dimurnikan dengan proses destilasi agar dapat
digunakan pada industri makanan, farmasi atau juga dapat digunakan untuk pengolahan air.
Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum banyak diolah sehingga nilai jualnya
masih rendah (Prasetyo, dkk., 2012).

C. ALAT DAN BAHAN


1.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Botol gelap (3 buah)
Gelas Kimia 25 ml, 50 ml, 100 ml
Labu Takar 25 ml (3 buah)
Mistar
Pipa Kapiler 5 buah
2.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu:
Aquades
Gliserol 1%
Gliserol 2%
Gliserol 3%
Minyak

1.

D. PROSEDUR KERJA
Pengenceran
Gliserin 20 %
-

Diambil 11, 4 ml
Dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
Ditambahkan akuades hingga tanda tera

Gliserin 10 %

Gliserin 10 %
Diambil 2,5 ml
Dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Diambil 5 ml
Dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Diambil 7,5 ml
Dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
Ditambahkan akuades hingga tanda tera
Gliserin 1%
Gliserin 2%
Gliserin 2%

2.

Pengukuran Tegangan permukaan


Air

Diambil 25 ml
Dimasukkan dalam gelas kimia 25 ml
Masukkan pipa kapiler setengah dari tingginya larutan
Ditunggu sampai air naik ke pipa kapiler
Diukur kenaikan cairan pada pipa menggunakan mistar
Dihitung tegangan permukaannya
Diulang prosedur diatas dengan minyak, larutan gliserol 1 %,2 %, 3 %
Air
= 1,4 cm
Minyak
= 0,9 cm
Gliserol 1 % = 1,4 cm
Gliserol 2 % = 0,9 cm
Gliserol 3 % = 1,6 cm

E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan
No.
Larutan
Kenaikan
cairan pada
pipa kapiler
1.
Air
1,4 cm
2.
Minyak
0,9 cm
3.
Gliserin1 %
1,4 cm
4.
Gliserin2 %
0,7 cm
5.
Gliserin3 %
0,8 cm

Tegangan
Permukaan
(dyne/cm)
0,343
0,198
0,421
0,210
0,241

2. Perhitungan
1. Pengenceran
Pengenceran 10%
M1 x V1 = M2 x V2
20% x V1 = 10% x 25 ml
V1
= 11,4 ml
Pengenceran 1%
M1 x V1 = M2 x V2
10% x V1 = 1% x 25 ml
V1
= 2,5 ml
Pengenceran 2%
M1 x V1 = M2 x V2
10% x V1 = 2% x 25 ml
V1
= 5 ml
Pengenceran 3%
M1 x V1 = M2 x V2
10% x V1 = 3% x 25 ml
V1
= 7,5 ml
2. Perhitungan Tegangan Permukaan
1. Tegangan permukaan air
Y
= . r. h. d. g
= . (0,5 mm) (1,4 cm) (1 g/cm3) (9,8 m/s2)
= . (0,05 cm) (1,4 cm) (1 g/cm3) (9,8 m/s2)
= 0,343 g/cm .m/s2
= 0,343 g.ms-2/cm
= 0,343 dyne/cm
2. Tegangan permukaan minyak
Y = . r. h. d. g
= . (0,5 mm) (0,9cm) (0,9 g/cm3) (9,8 m/s2)

= . (0,05 cm) (0,9cm) (0,9 g/cm3) (9,8 m/s2)


= 0,198 g/cm .m/s2
= 0,198 g.ms-2/cm
= 0,198 dyne/cm
3. Tegangan Permukaan Gliserin 1 %
Y
= . r. h. d. g
= . (0,5 mm) (1,4 cm) (1,23 g/cm3) (9,8 m/s2)
= . (0,05 cm) (1,4 cm) (1,23 g/ cm3) (9,8 m/s2)
= 0,421 g/cm .m/s2
= 0,421 g.ms-2/cm
= 0,421 dyne/cm
4.Tegangan Permukaan Gliserol 2 %
Y
= . r. h. d. g
= . (0,5 mm) (0,7 cm) (1,23 g/cm3) (9,8 m/s2)
= . (0,05 cm) (0,7 cm) (1,23 g/ cm3) (9,8 m/s2)
= 0,210 g/cm .m/s2
= 0,210 g.ms-2/cm
= 0,210 dyne/cm
5. Tegangan Permukaan Gliserol 3 %
Y
= . r. h. d. g
= . (0,5 mm) (0,8 cm) (1,23 g/cm3) (9,8 m/s2)
= . (0,05 cm) (0,8 cm) (1,23 g/ cm3) (9,8 m/s2)
= 0,241 g/cm .m/s2
= 0,241 g.ms-2/cm
= 0,241 dyne/cm

F. PEMBAHASAN
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang di kerjakan sejajar permukaan
untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan,hal tersebut karena gaya adhesi lebih kecil
dari gaya kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaan cairan. Tegangan permukaan disebabkan oleh adanya kecenderungan permukaan
suatu cairan untuk memperkecil luas permukaan Secara spontan
Pada percobaan ini, pengukuran tegangan permukaan menggunakan metode kenaikan
kapiler. Pada metode ini, tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian suatu cairan
yang naik melalui suatu kapiler. yaitu dengan mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut
kelengkungannya memakai pipa kapiler.Mekaniseme kerja dari metode ini yaitu, salah satu
ujung pipa tersebut dicelupkan kedalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya
akan naik sampai ketinggian tertentu.
Bahan yang digunakan pada ini yaitu gliserol dengan konsentrasi yang bervariasi, air ,
dan minyak. Fungsi dari penggunaan gliserol dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu untuk
mengetahui hubungan antara nilai konsentrasi dengan besarnya tegangan permukaan. Hasil
percobaan yang telah dilakukan diperoleh data, untuk tegangan permukaan pada air yaitu
0,343 dyne/cm, kemudian tegangan permukaan airdan gliserol 1 % diaperoleh hasil
0,421 dyne/cm, kemudian tegangan permukaan airdan gliserol 2 % diperoleh hasil
0,210 dyne/cm dan terakhir yang dihitung tegangan permukaannya adalah air dan gliserol 3 %
diperoleh hasil 241 dyne/cm. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada gliserol 1 %
memiliki hasil yang cukup berbeda dengan air dan gliserol 2 % dan 3 %. Hal ini mungkin
dikarenakan molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul sejenis yang disebut
dengan gaya kohesi. Gaya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair
akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan gaya kohesi.
Faktor yang dapat mempengaruhi
tegangan
suatu
permukaan
adalah
suhu,
dimana Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya suhu
molekul - molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul berkurang
sehingga tegangan permukaannya menurun. misalkan pada tegangan permukan air biasa
memiliki tegangan permukaan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan tegangan permukaan air
yang dipanaskan akan memiliki tegangan permukaan yang lebih rendah, kemudian faktor lain
adalah konsentrasi zat terlarut, dimana konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner
mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada
permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan
menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar
daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan
tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
Hubungannya tegangan permukaan dalam bidang farmasi yaitu Dalam mempengaruhi
transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah pada bahan pembantu padat
pada sediaan obat dan pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam
media cair untuk membentuk sediaan suspensi

Anda mungkin juga menyukai