Fase adalah bagian dari sistem yang dengan jelas secara fisik terpisah dari bagian
yang lain. Jika fase telah mengalami kesetimbangan maka besaran – besaran yang ada dalam
sistem tersebut sudah berada dalam keadaan yang konstan. Kita perlu menyatakan sejumlah
besaran intensif supaya sistem tersebut bisa ditiru dengan pasti. Jumlah besaran intensif
minimal yang diperlukan ini disebut jumlah derajat bebas. J Williard Gibss telah membuat
F=C–P+2
Biasanya adalah jumlah item molekul penyusun sistem, walaupun sebenarnya bisa juga
komponen tersebut berupa kesetimbangan dari beberapa senyawa. P adalah jumlah fase.
1. Air membentuk kesetimbangan dengan uapnya, maka ada satu komponen yaitu air
(H2O), ada dua fase yaitu air cair dan uap air, sehingga F = 1-2+2 = 1. artinya pada
system tersebut supaya bias ditiru dengan pasti perlu disebutkan satu besaran
intensifnya. Beberapa besaran intensif yang ada di sini misalnya suhu, tekanan uap,
viskositas, massa jenis, dan lain-lain. Jika kita menyebut satu saja, misalnya suhunya 100o C, maka
otomatis yang lain mengikuti, misalnya tekanan aupnya 1
2+2 = 2, dua komponen yaitu air dan etanol, 2 fase yaitu fase cair yang isinya air dan
etanol yang bisa bercampur dalam segala perbandingan, fase uap yang isinya uap air
dan uap etanol yang bercampur sempurna. Artinya kita perlu menyatakan dua
besaran intensif untuk menggambarkan system itu secara pasti, misalnya kita
menyebut suhu dan konsentrasi, maka besaran intensif yang lain sudah pasti nilainya
=1, dua komponen yaitu air dan eter, tiga fase yaitu cairan air yang jenuh dengan
eter, eter yang jenuh air, dan uap air dan uap eter yang bisa campur dalam segala
menggambarkan system itu secara pasti, misalnya kita menyebut suhu, maka besaran
intensif yang lain sudah pasti nilainya misalnya tekanan uap jenuh kedua uap.
Dengan menyebut suhu saja maka sudah pasti konsentrasi air dalam eter maupun
konsentrasi eter dalam air, yaitu sebesar kelarutannya masing-masing pada suhu
tersebut.
Pada sistem 1 fase, di mana tidak ada kesetimbangan, maka untuk menyatakan
sistem tersebut perlu menyatakan suhu dan tekanannya. Pada sistem di mana terjadi
kesetimbangan antara dua fase misalnya pada kesetimbangan antara cairan dengan uapnya
(kurva OA) maka dengan menyebut suhu saja otomatis tekanan sudah pasti, yaitu dengan
menarik garis vertikal pada suhu tersebut sampai memotong kurva kemudian ditarik garis
horizontal hingga memotong sumbu tekanan, maka tekanan didapat. Jika kita menyatakan
suhu dan tekanan pada sistem 2 fase tersebut boleh jadi justru tidak mungkin kondisi itu didapat,
misalnya kita nyatakan suhu 60OC dan tekanan 760 mm Hg, maka pada besaran
2. Contoh sistem dua komponen misalnya campuran air dan fenol. Diagram fase air
Sistem pada daerah B sebenarnya adalah 3 fase, tetapi fase uap diabaikan sehingga
menjadi dua fase. Pada sistem ini kita hanya perlu menyatakan salah satu besaran intensif
saja. Misalnya kita menyatakan ”sistem fenol-air membentuk kesetimbangan pada suhu 50oC”,
maka kita tidak perlu menyatakan konsentrasi fenolnya (baik pada fase air maupun
fase fenol) ataupun kadar airnya (dalam fase fenol maupun fase air), otomatis kadar fenol
dalam fase fenol adalah 63%, kadar fase fenol dalam fase air adalah 11%, kadar air dalam
fase air adalah (100-11)%, kadar air dalam fase fenol adalah (100-63)%. Walaupun jumlah
fenol dan air yang dicampurkan berubah rubah, maka selama terjadi kesetimbangan antara dua fase
dan kondisi itu terjadi pada suhu 50oC, maka kadar – kadar tadi tetap, yang berbeda
Perhatikan contoh soal berikut 20 gram fenol dicampur dengan 30 gram air, dibiarkan mencapai
kesetimbangan pada 50 OC.
1. Berapa fase yang terbentuk, berapa berat fase (- fase) tersebut, dan konsentrasi fenol
2. Jika terbentuk dua fase berapa jumlah air atau fenol harus ditambahkan supaya menjadi
satu fase
Penyelesaian
1. Kurva ada di daerah B, yaitu pada titik (40%fenol, 50oC), sehingga sistem terdiri dari dua fase.
Buat tie line pada suhu 50 OC, tarik perpotongan kurva dengan tie line sampai
memotong sumbu kadar, yaitu pada kadar fenol 11 % (inilah kadar fenol dalam fase air), dan
kadar fenol 63 % (inilah kadar fenol dalam fase fenol). Untuk mencari berat fase banyak
50
66,8OC
11 63 0 100
ABC
Di bawah kurva, system adalah 2 fase. H = temperatur konsulat maksimum (66,8) A: larutan fenol
dalam air, C : larutan air dalam fenol (Dua system ini 1 fase, F = 2 – 1+2 = 3, terkondensasi, F
menjadi 2, suhu dan konsentrasi) B : 2 fase: air jenuh fenol dibagian atas dan fenol jenuh air
(bawah), F=1
2. Untuk menghitung berat fenol minimal yang harus ditambahkan perhatikan persamaan berikut:
Jumlah fenol mula-mula + jumlah fenol yang ditambahkan
------------------------------------------------------------------------------- = 63 %
sebagai berikut:
Penjelasan mengenai diagram ini sama dengan penjelasan pada sistem fenol-air.
70 gram timol dicampur dengan 30 gram salol dan dibiarkan mencapai kesetimbangan pada suhu
30OC.
2. Berapa bobot (tiap) fase, berapa konsentrasi salol dalam tiap fase.
3. Berapa salol yang harus ditambahkan supaya menjadi 1 fase, berapa gram timol harus
Penyelesaian
1. Sistem dua fase yaitu pada daerah cairan + padatan timol, yaitu titik (konsentrasi timol 70 %,
30°C).
2. Buat tie line pada 30°C. Hubungkan perpotongan tie line dengan sumbu konsentrasi,
maka didapat konsentrasi timol dalam fase cair 60 % (sehingga konsentrasi salol adalah
100 – 60 % = 40 %), dan konsentrasi padatan 100 % (artinya konsentrasi salol dalam
Bobot tiap fase bisa dicari dengan banyak jalan misalnya dengan perbandingan seperti
Maka berat fase padat adalah ¼ x 100 = 25 gram, berat fase cairan = 75 gram
3. Coba buat persamaan untuk menghitung berat salol yang harus ditambahkan seperti pada
sistem feno-air. Ingat konsentrasi timol supaya menjadi satu fase (yaitu fase cair) adalah
antar 15 – 60 %, jika kurang dari 15 % maka salol mulai mengendap. Untuk menghitung
------------------------------------------------------------------------------- = 100 %
dengan menganggap sistem terkondensasi yaitu uap diabaikan, dan sistem dikerjakan pada
suhu tetap maka tinggal konsentrasi yang divariasi. Sistem dapat digambarkan sebagai
koordinat dari suatu titik yang ada dikurva. Kalau di tarik garis dari sudut segitiga ke sisi
dihadapannya, maka sepanjang garis tersebut perbandingan kadar componen di dua sudut
yang lain tetap, ingat perbandingannya, bukan kadarnya. Perhatikan contoh soal berikut:
Langkah pertama buat koordinat campuran, yaitu titik O, kemudian tarik garis tie line yang
melewati titik O dan titik pada 15 % air pada garis kurva (titik A), didapat titik B, yaitu 10 %
VCO, 15 % tween, dan air (100 – 15 – 10 )%. Inilah komposisi fase konjugatnya, yaitu fase
bagian bawah. Bobot tiap fase dibuat dengan mengukur panjang BO dan AO dengan
penggaris, berat fase bawah/berat fase atas = BO/AO, selesaikan seperti hitungan pada
sistem fenol air. Untuk menghitung berat emulgator yang diperlukan supaya terbentuk
emulsi yang stabil tarik garis O ke sudut tween. Garis tersebut memotong kurva di titik X
------------------------------------------------------------------------------- = 27 %
Untuk lebih lengkapnya, perhatikan tabel hubungan antara tekanan (diberikan dalam mbar) dengan
titik didih berikut :
Dapat kita perhatikan bahwa semakin besar tekanan yang diberikan, maka semakin tinggi
juga titik didihnya. Jika kita masukkan data di atas (kita ambil sebagian sampel data saja) ke dalam
program excel (saya sendiri menggunakan spreadsheet dari open office milik linux), maka akan kita
dapatkan diagram seperti di bawah ini :
Jika titik-titik tersebut dihubungkan dengan garis, maka akan didapatkan gambar seperti berikut :
Titik beku pun sama, garis yang terdapat pada diagram fasa (garis beku), sebenarnya merupakan
kumpulan titik-titik yang berhubungan satu sama lain.
Jika kedua diagram tersebut digabung dengan diagram sublimasi, maka kita pun mendapatkan
diagram fasa yang kita kenal.
2. Diagram fasa dua komponen
Diagram fasa tersebut adalah diagram fasa sistem 2 komponen cair-cairyang melarut sebagian
atau sistem terkonden.
Sistem terkonden merupakan sistem dimana fasa uapnya diabaikan (suhurelatif rendah) sehingga
harga derajat kebebasan f = C–P +1
Dari titik a ke titik b diperoleh satufasa yang artinya fenol yang ditambahkan melarut dalam air
danmembentuk satu fasa yang ditandai dengan warna jernih. (L1)
Titik B : pada titik ini terjadi kelarutan maksimum fenol dalam air
Dari titik b ka titik c : terjadi 2 lapisan yaitu L1 dan L2 dan sistemberada dalam kondisi dua fasa air-
fenol yang melarut sebagian danditandai dengan warnanya yang keruh. Semakin ke kanan jumlah
L1 akanberkurang dan jumlah L2 akan bertambah.
Di titik C fenol yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua airdalam fenol. Sehingga pada titik
C sistem berada pada satu fasa.
Dari C ke D, sistem akan kembali menjadi satu fasa yang ditandaidengan warna jernih(L2).
Tc merupak titik kritis dimana merupakan batas kelarutan (suhukelarutan kritis). Diatas Tc cairan
saling melarut sempurna dalamberbagai komposisi. Pada sistem air-fenol memiliki Tc = 65,85˚C
3. Cara interpretasi data diagram 3 fasa
Berdasarkan hukum fasa gibs, jumlah terkecil variabel bebas yang dilakukan untuk menyatakan
keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan di ungkapkan sebagai:
F: C – P + 2
C= Jumlah komponen
P= jumlah fasa
Dalam ungkapan di atas, kesetimbangan dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan komposisi
sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap
dinyatakan sebagai:
F:3–P
(Oktaviana, 2012)
Satu fasa membutuhkan dua derajat kebebasan untuk menggambarkan sistem secara sempurna,
dan untuk dua fasa dalam kesetimbangan, satu derajat kebebasan. Jadi, dapat digambarkan diagram
fasa dalam satu bidang. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan
mendapatkan suatu kertas grafik segitiga (Dogra, 2009: 473).
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat atau fraksi mol. Bila komposisi masing-masing
dinyatakan dalam persen berat masing-masing komponen, maka perlu diketahui massa jenis tiap
komponen untuk menghitung beratnya masing-masing.
m=ρXV
keterangan : m = massa
ρ = massa jenis
V = volume
Bila berat masing-masing komponen sudah dihitung, hitung persen berat masing-masing komponen
(fraksi dari masing-masing komponen). Alas segitiga menggambarkan komposisi campuran air-
kloroform (Tim Dosen Kimia Fisik, 2012: 14).
Oleh karena itu, sistem tiga komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah
derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam fasa
bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram Terner (Oktaviana, 2012).
Dengan ini dapat digambarkan diagram fasa yang menyatakan susunan dua komponen. Diagram
ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi.
Gambar 11.16. Diagram Fasa Sistem Tiga Komponen
Sudut-sudut A, B, C menyatakan susunan komponen murni. Campuran antara A dan B, A dan C serta
B dan C, terletak pada sisi-sisi segitiga. Campuran antara a, B dan C terletak dalam segitiga. Suatu
campuran berisi 30% A, 20% B dan 50% C terletak dititik D (Sukardjo, 2005: 273-274).
Air dan asam asetat dapat bercampur seluruhnya, demikian juga dengan kloroform dan asam
asetat. Air dan kloroform hanya dapat campur sebagian. Apa yang terjadi jika ketiganya berada
bersama-sama? (Atkins, 2006: 218).
Asam asetat , asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa aroma dalam makanan. Asam cuka memilih rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,CH3COOH atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam
asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,70C. Asam asetat
merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam formal (Alamsyah, 2011).
Asam asetat lebih suka pada air dibandingkan kepada kloroform oleh karenanya bertambahnya
kelarutan kloroform dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam kloroform. Penambahan
asam asetat berlebih lebih lanjut akan membawa sistem bergerak kedaerah satu fase (fase tunggal).
Namun demikian, saat komposisi mencapai titik a3, ternyata masih ada dua lapisan walaupun sedikit
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2012: 14).
Adanya suatu zat terlarut mempengaruhi kelarutan zat terlarut lainnya. Efek garam-keluar
(setting-out) adalah berkurangnya kelarutan suatu gas (atau zat bukan-ion lainnya) di dalam air jika
suatu garam ditambahkan. Efek garam ke dalam (setting-in) juga dapat terjadi, dimana sistem terner
lebih pekat (dalam arti mempunyai air lebih sedikit) dari pada sistem biner. Garam juga dapat
mempengaruhi kelarutan elektrolit lain, seperti amonium klorida, aluminium sulfat dan air. Titik b
menunjukkan kelarutan klorida dalam air: campuran denagn komposisi b1 terdiri atas klorida yang
tak larut dan larutan jenuh dengan komposisi b.
Gambar 8.18. Diagram fasa, pada temperatur dan tekanan tetap Untuk sistem terne NH4Cl /
(NH4)2SO4
/ H2O