Larutan Dapar
Kelompok 2 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan laporan Fisika Farmasi tentang ”Penentuan Larutan Dapar”. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besarkita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan laporan yang menjadi tugas
Fisika Farmasi. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan laporan ini berlangsung sehingga dapat
memenuhi tugas.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Kami
mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.
Karena kami sadar, laporan yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi........................................................................................................ 3
A...Tujuan................................................................................................ 4
B...Dasar Teori......................................................................................... 4
D...Prosedur.............................................................................................
F... Pembahasan........................................................................................
G...Kesimpulan........................................................................................
H...Saran..................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
LARUTAN DAPAR
I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu membuat larutan dapar
b. Mahasiswa mampu membuat dan menjelaskan intruksi kerja penentuan pH
menggunakan pH meter
c. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur uji penentuan kapasitas dapar dan
kurva titrasi asam basa
Larutan buffer adalah larutan yang pH-nya dapat dikatakan tetap, walaupun
ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa. Biasanya larutan buffer mengandung
asam lemah beserta basa lemah konjugatnya dalam kosentrasi yang hampir sama.
Larutan buffer berperan besar dalam mengontrol kelarutan ion-ion dalam larutan
sekaligus mempertahankan pH dalam proses biokimia maupun fisiologis (Oxtoby,
2001).
Keberadaan katalis buffer juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap laju
Asam asetat dengan konsentrasi yang relatif tinggi memiliki kapasitas buffer
yang lebih besar, yang artinya bahwa dengan semakin banyak tersedianya ion
asetat, akan mendorong ion H+ untuk berikatan dengan ion asetat sehingga
penurunan pH akibat ion H+ tidak terjadi. Dengan kapasitas buffer yang besar,
pada kondisi larutan yang lewat jenuh, partikel-partikel produk korosi dapat
terbentuk lebih seragam. Partikel-partikel tersebut mampu membentuk lapisan
pelindung yang lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi korosif terhadap
permukaan logam. Sebaliknya, pada kapasitas buffer yang rendah, perbedaan pH
antara sisi anodik dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH tersebut
menyebabkan perbedaan potensial antara sisi anodik dan katodik semakin tinggi
sehingga proses korosi berlangsung semakin cepat. Jadi, peningkatan konsentrasi
asam yang melebihi batas maksimum justru menghasilkan lapisan produk korosi
yang lebih protektif karena laju pertumbuhan dari lapisan pelindung yang
terbentuk pada sistem dengan kapasitas buffer tinggi lebih terkontrol
dibandingkan di dalam sistem dengan kapasitas buffer yang rendah
(Santoso,2011).
Asam asetat dengan konsentrasi yang relatif tinggi memiliki kapasitas buffer
yang lebih besar, yang artinya bahwa dengan semakin banyak tersedianya ion
asetat, akan mendorong ion H+ untuk berikatan dengan ion asetat sehingga
penurunan pH akibat ion H+ tidak terjadi. Dengan kapasitas buffer yang besar,
pada kondisi larutan yang lewat jenuh, partikel-partikel produk korosi dapat
terbentuk lebih seragam. Partikel-partikel tersebut mampu membentuk lapisan
pelindung yang lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi korosif terhadap
permukaan logam. Sebaliknya, pada kapasitas buffer yang rendah, perbedaan pH
antara sisi anodik dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH tersebut
menyebabkan perbedaan potensial antara sisi anodik dan katodik semakin tinggi sehingga
proses korosi berlangsung semakin cepat. Jadi, peningkatan konsentrasi asam yang melebihi
batas maksimum justru menghasilkan lapisan produk korosi yang lebih protektif karena laju
pertumbuhan dari lapisan pelindung yang terbentuk pada sistem dengan kapasitas buffer tinggi
lebih terkontrol dibandingkan di dalam sistem dengan kapasitas buffer yang rendah.
Pengukuran pH meter
Pengukuran pH meter pada sampel
V . TUGAS
MAHASISWA
a. Tuliskan persamaan Henderson Hasselbach dan cara dan cara pembuatan buffer
berikut ini:
Buffer sitrat
m = M×V
= 0,1 ×10,96
= 1,096 m/mol
log (ͳ,ǡ9Ͳ)
3,5 = 4,7+
log aꙠaN Ꙡ 쳌䁆 ra 䁆
= 14,45
V = n
ͳͶ,Ͷ5
=
ǡ,ͳ
= 1,445 ml
Larutan buffer bisa dibuat bukan dari campuran antara basa lemah dengan garamnya
saja.Larutan buffer dapat juga berupa campuran hasil reaksi dari basa lemah dan asam kuat
asalkan banyaknya basa lemah lebih banyak dari pada asam kuat yang dicampurkan. Cara
ini lebih umum dilakukan untuk larutan buffer (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin,
2010).
Seperti yang kita ketahui bahwa larutan buffer memiliki peranan yang sangat penting,
tidak hanya bagi tubuh manusia namun juga dalam pekerjaan laboratorium. Larutan
buffer diperlukan agar kondisi atau tingkat keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan
tetap terjaga pada nilai pH yang diinginkan. Hal tersebut terutama untuk zat-zat yang
sifatnya sensitive terhadapadanya perubahan sedikit pH. Salah satu contoh larutan buffer
yaitu buffer sitrat yangdigunakan untuk kisaran pH asam, yaitu pada kisaran nilai pH
3.0 – 6.2 (Rachma, 2014).
Buffer sitrat merupakan larutan buffer dengan pH 6. Jenis larutan untuk pembuatan
buffer sitrat yaitu larutan asam sitrat, natrium sitrat, natrium dihidrogen fosfat dan terakhir
dinatrium monohidrogen fosfat.Natrium sitrat digunakan sebagai zat buffer untuk
mengontrol pH guna membantu mengatur kegetiran atau untuk mengontrol
keasaman.Larutan buffer pH 6 dapat juga dibuat dari campuran larutan kalium dihidrogen
fosfat dan natrium hidroksida (Susi, 2008).
Campur 25 ml 0.2 M glycine dan x ml HCl, kemudian encerkan hingga 100 ml dengan air suling.
x (ml) pH
22.0 2.2
16.2 2.4
12.1 2.6
8.4 2.8
5.7 3.0
4.1 3.2
3.2 3.4
2.5 3.6
185 15 3.6
176 24 3.8
164 36 4.0
147 53 4.2
126 74 4.4
102 98 4.6
80 120 4.8
59 141 5.0
42 158 5.2
29 171 5.4
19 181 5.6
Larutan buffer saline sering digunakan ketika melakukan eksperiment yang berhubungan dengan
immunolocalization. Ada beberapa variasi dari buffer ini, tiga diantaranya sebagai berikut.
experiments on phosphate-sensitive
tissues
TNT PBT
Sodium cacodylate buffer [Na(CH3)2 AsO2 • 3H2O] adalah alternatif dari Sørensen’s phosphate buffer.
Mempunyai kapasitas buffer yang baik pada range pH 5.0–7.4. Cacodylate digunakan untuk aplikasi
mikroskop elektron sebagai metode untuk menghindari penambahan phosphate saat sample preparasi.
Mitochondria dan arganela lainnya dapat rusak jika terkena konsentrasi phosphate berlebih yang terdapat
dalam Sørensen’s buffers.
Siapkan 0.2 M sodium cacodylate stock solution dalam air (4.28 g/100 ml). Tambahkan x ml 0.2 N HCL
per 100 ml cacodylate stock solution, diikuti denga penambahan air demin sampai volume 400 ml hingga
diperoleh 0.05 M cacodylate buffer pada pH yang diinginkan.
0.2 M HCl pH
94.0 5.0
90.0 5.2
86.0 5.4
78.4 5.6
69.6 5.8
59.2 6.0
47.6 6.2
36.6 6.4
26.6 6.6
18.6 6.8
12.6 7.0
8.4 7.2
5.4 7.4
Citrate buffer stock solutions: A: 0.1 M citric acid; B: 0.1 M sodium citrate. Campurkan kedua larutan
dengan perbandingan volume dan encerkan dengan air sampai 100 ml untuk membuat pH yang
diinginkan.
Campur sejumlah tertentu stock solution dan tambahkan air suling untuk mendapatkan 100 ml larutan
Sørensen’s phosphate buffer 0.1 M. Ingat, konsentrasi phosphate yang tinnggi dapat bersifat toksik bagi
sel tanaman.
Stock solutions:
A 0.2 M NaH2PO4
B 0.2 M Na2HPO4
A (ml) B (ml) pH
Stock solutions:
Untuk membuat 200 ml larutan buffer. Kedalam 50 ml Sodium barbital 0.2 M, tambahkan x ml 0.2 M
HCl. Tambahkan air suling hingga volume 200 ml.
1.5 9.2
2.5 9.0
4.0 8.8
6.0 8.6
9.0 8.4
12.7 8.2
17.5 8.0
22.5 7.8
27.5 7.6
32.5 7.4
39.0 7.2
43.0 7.0
45.0 6.8
Solution Preparation
Tris, 1 M stock Tris base DI Dissolve and adjust pH with 121.1 g 800 ml;
the following approximate amount of HCl:
pH 7.4 pH 7.6 pH 8.0 70 ml, 60 ml, 42 ml
SSC, 20x NaCl NaCitrate DI Adjust pH to 7.0 with 175.3 g 88.2 g 800 ml
NaOH then add DI to 1 liter
SSPE, 20x NaCl NaH2PO4 • H2O EDTA DI Adjust 174 g 27.6 g 7.4 g 800 ml
pH to 7.4 with NaOH then add DI to 1 liter
Stock solutions:
0.2 M glycine
0.2 M NaOH
Campur 25 ml glycine stock solution dengan x ml 0.2 M NaOH dan encerkan dengan air suling hingga
volume 100 ml.
x ml 0.2 M NaOH pH
2.0 8.6
3.0 8.8
4.4 9.0
6.0 9.2
8.4 9.4
11.2 9.6
13.6 9.8
19.3 10.4
22.75 10.6
(belum)
Uraian interaksi asam lemah dan basa kuat pada kurva titrasi kapasitas buffer
(belum)
Hubungan percobaan ini dalam farmasi erat kaitanya dalam pembuatan sediaan – sediaan
farmasi yang harus memiliki kisaran pH yang sesuai dengan pH dalam tubuh manusia, misalnya
obat-obatan, cairan suntikan atau infus, obat tets mata, dan sebagainya.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu, pembuatan larutan buffer dilakukan dengan
mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan larutan asam konjugasinya dan mencampurkan
sejumlah larutan asam lemah dengan basa konjugasinya. Perubahan pH pada larutan penyangga terjadi
dengan perubahan kecil yang signifikan karena sifatnya yang mempertahankan nilai pH saat ditambahkan
sedikit asam atau basa. Penentuan kapasitas buffer dilakukan untuk menunjukkan kekuatan larutan dalam
mempertahankan pH.
(kurang)
Daftar Pustaka
2. https://www.youtube.com/watch?v=OziZZcZ11jw
3. https://www.youtube.com/watch?v=Jf18ah3lc8Y
4. https://www.youtube.be/VhA78hCKkCg
5. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia ed. III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.