Anda di halaman 1dari 17

1

BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan
yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol
dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada
penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan
yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh
basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa
konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen
pembentuknya.
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu
larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau
hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi
menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang
kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer
dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer.
Sifat dari larutan buffer yaitu pH larutan tidak berubah jika diencerkan dan tidak
berubah pula jika ditambahkan kedalamnya sedikit asam atau basa.
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa
membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan
jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri.
Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat
biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impak terhadap sistem biologis,
aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor.

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
2
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalaah dari percobaan ini adalah bagaimana cara pembuatan buffer
dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.
C. Tujuan

Tujuan dari percobaaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan buffer dan
penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.
D. Manfaat

Manfaat dari percobaan ini adalah dapat mengetahui cara pembuatan buffer dan
penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
3
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat
meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan
perubahan pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar. Efak ion sejenis dan persamaan
dapar untuk asam lemah dan garamnya. pH dari suatu larutan dapar dan perubahan
pH larutan akibat penambahan asam atau basa dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan dapar. Pernyataan ini berkembang dengan menganggap adanya pengaruh
garam pada ionisasi asam lemah apabila garam dan asam memiliki ion sejenis
(Martin, dkk., 2009).
larutan buffer asam merupakan campuran asam lemah dan garamnya atau
campuran asam lemah dan basa konyugasinya. Konsep kimia dalam ilmu kimia dapat
ditinjau dari dua aspek yaitu konsep yang bersifat makroskopis dan mikroskopis.
Konsep yang bersifat makroskopis digeneralisasi dari pengamatan langsung terhadap
gejala alam atau hasil eksperimen, seperti misalnya konsep tentang wujud zat padat
dan zat cair.Konsep mikroskopis adalah konsep yang ditetapkan oleh para pakar dan
digunakan untuk menjelaskan suatu objek seperti atom, ion, molekul, orbital atau
peristiwa abstrak seperti ionisasi garam dalam air, konsep asam lemah dan garamnya
pada materi larutan buffer. Konsep Larutan Buffer merupakan salah satu materi
esensial yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak (Sihaloho, 2013).
Konsep eksponen ion hidrogen (pH) diperkenalkan oleh Sorrensen dengan
tujuan untuk menghindari kerumitan penulisan angka dengan faktor 10 berpangkat
negatif. Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dinyatakan sebagai
suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi dengan menghasilkan
ion hidrogen [H+] atau ion hidronium [H3O+] sebagai satu-satunya ion positif. Salah
satu contoh lautan asam adalah CH3COOH. CH3COOH adalah suatu asam karena
didalam larutannya dapat melepas ion hidrogen [H+] (Chandra, dkk., 2012). pH netral
FATMAWATI FITRIANI SONARU
O1A1 16 011
4
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH > 7
bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7
sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13 (Sidiq, 2014).
Salisilanilida merupakan senyawa turunan asam salisilat. Senyawa ini tidak
bisa larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut organik seperti dietil eter, karbon
tetraklorida, maupun heksana Salisilanilida merupakan obat anti inflamasi yang
berfungsi sebagai analgesik atau antipiretik dan juga memiliki aktivitas anti jamur.
Salisilanilida dapat disintesis dari asam salisilat dan anilin penambahan tersebut harus
dinetralkan dengan asam yaitu H2SO4.Cara lain untuk mensintesis salisilanilida yaitu
dengan cara langsung, cara ini dilakukan dengan menambahkan metil salisilat dan
anilin dengan pelarut benzena (Sulistyo, dkk., 2015).
Kelarutan merupakan faktor penentu keberhasilan proses formulasi sediaan
obat, selain itu juga dapat mempengaruhi bioavailabilitas dalam proses terapi. Obat di
dalam tubuh harus mengalami proses pelarutan terlebih dahulu kemudian diabsorbsi
sehingga pada akhirnya dapat memberikan efek farmakologis yang diinginkan dalam
jangka waktu tertentu. Faktor kelarutan merupakan salah satu karakteristik
fisikokimia yang berperan penting dalam tahap preformulasi terutama jika sediaan
ditujukan untuk dibuat dalam bentuk larutan seperti sediaan infus, injeksi, maupun
sediaan larutan oral (Wisudyaningsih, dkk., 2014).
faktor kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia penting untuk
diperhatikan oleh seorang farmasis dalam memformulasikan bahan obat menjadi
sediaan, terutama jika sediaan itu dibuat dalam bentuk larutan. Karakteristik sifat
fisikokimia bahan obat perlu diidentifikasi pada tahap preformulasi. Karakteristik
sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan antara lain suhu lebur, koefisien
partisi, kelarutan, konstanta disosiasi, stabilitas, dan sifat kristal bahan obat (Putranti,
dkk., 2014).
Larutan didefenisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang
memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri
dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut
FATMAWATI FITRIANI SONARU
O1A1 16 011
5
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen


yang terdapat dalam jumlah banyak (Widjajanti, 2007).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, 1995: 63)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
RM/BM : H2O/18,02 gram/molH2O
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; tidak


mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat pelarut.
2. Asam asetat (Ditjen POM, 1995: 45)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam Asetat
RM/BM : C2H4O2/60,5 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Ciaran jernih, tidak berwarna; bau khas, menusuk; rasa


asam yang tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol, dan dengan
gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut.

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
6
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

3. Natrium asetat (Ditjen POM, 1979 : 709)

Nama resmi : NATRII ACETICUM

Nama lain : Natrium asetat

Rumus molekul : CH3COONa

Rumus struktur :

Berat molekul : 40,00 gram/mol

Pemerian : serbuk atau masa putih keabuan, Higroskopis


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat tambahan.

3. Natrium hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

Rumus molekul : NaOH

Rumus struktur :

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
7
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

Berat molekul : 40,00 gram/mol

Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping, kering,


Keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih,
mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerapkarbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat tambahan.

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
8
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakasanakan pada hari Rabu 26 April 2017 Jam 13.00 sampai
selesai bertempat di Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi iniversitas Halu Oleo.
B. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah


1. Batang pengaduk
2. Gelas kimia
3. Gelas Ukur
4. Pipet tetes
5. pH meter
6. Spatula besi
7. Timbangan analitik

C. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

1. Asam asetat (CH3COOH) 0,1 M


2. Akuades
3. Natrium Asetat(CH3COONa) 0,001 M
4. Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 M
5. Tissu
6. Kertas perkamen

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
9
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

D. Prosedur Kerja

Pembuatan larutan buffer

- Dihitung berapa gram asam asetat dan natrium asetat


- Ditimbang natrium asetat sebanyak 0,008 gram
- Dipipet asam asetat sebanyak 1 tetes
- Dilarutkan natrium asetat kedalam gelas kimia dengan akuades
sebanyak 100 ml
- Dimasukkan larutan asam asetat sebanyak 0,00714 ml kedalam
gelas kimia
- Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut
- Dilihat pH larutan buffer
- Ditambahkan NaOH tiap 1 ml sebanyak 5 kali
- Dicatat perubahan pH yang terjadi

Hasil Pengamatan ?

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
10
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan

1. Tabel hasil pengamatan

NO NaOH ( dalam ml ) pH buffer asetat


1. 0 5,27
2. 1 5,07
3. 2 5,21
4. 3 5,39
5. 4 5,68
6. 5 5,82

2. Grafik Perubahan pH Buffer Asetat


Perubahan pH pada kapasitas buffer 0,1

pH buffer asetat
5.9
5.8 y = 0.136x + 5.0667
5.7 R² = 0.7771
pH Buffer Asetat

5.6
5.5
pH buffer asetat
5.4
5.3 Linear (pH buffer
5.2 asetat)
5.1
5
0 2 4 6
ml NaOH

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
11
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

3. Perhitungan

Diketahui : pKa asam asetat = 4,76


Mr asam asetat = 60 gram/mol
Mr natrium asetat = 82 gram/mol
Volume larutan = 100 ml = 0,1 L
Kapasitas buffer = 0,1
pH buffer =5
Ditanyakan : Massa asam asetat dan natrium asetat yang akan ditimbang..?
penyelesaian :
a. menentukan nilai [H+]
PH = - log H+
5 = - log H+
Log H+ = -5
H+ = 1 x 10-5
b. menentukan niali [Ka]
pKa = - log [Ka]
4,76 = - log [Ka]
[Ka] = - log 4,76
[Ka] = 1,737 x 10-5

c. menentukan persamaan garamnya


Persamaan [G] dan [A]
[G]
pH = pKa + log
[A]
[G]
5 = 4,76 + log
[A]
[G]
5-4,76 = log
[A]
[G]
0,24 = log
[A]
[G]
0,575 =
[A]
[G] = 0,575 x [A]

d. Konsentrasi

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
12
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

[H+ ][Ka]
𝛽 = 2,3 C
([H+ ] + [Ka])2

[1 x 10−5 ][1,737 x 10−5 ]


0,1 = 2,3 C
([1 x 10−5 ] + [1,737 x 10−5 ])2

([1,737 x 10])−10
0,1 = 2,3 C
([2,737 x 10−5 ])2

([1,737 x 10−10 ])
0,1 = 2,3 C ([2,737 x 10−10 ])

0,1 = 2,3 x C x O,231


0,1
C = 0,231 𝑋 2,3

0,1
C = 0,5313

C = 0,188
e. Konsentrasi [G] dan [A]
C = [G] + [A]

 Untuk asam
C = [G] + [A]
0,188 = 0,575 [A] + [A]
0,188 = 1,575 [A]
0,188
[A] = 1,575
[A] = 0,119
 Untuk garam
C = [G] + [A]
0,188 = [G] + 0,119
[G] = 0,188 – 0,119
[G] =1 x 10-3
[G] = 0,001
f. Nilai mol (n)
 Untuk asam
n
M =
V
n
0,119 =
0,1
n = 0,119 x 0,1
n = 0,0119 mol
 Untuk basa

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
13
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

n
M=
V
n
0,001=
0,1
n = 0,001 x 0,1
n = 0,0001 mol

g. Massa [G] dan [A]


 Untuk asam
𝑔𝑟
n =
𝑀𝑟
gr = n x Mr
= 0,0119 x 60
= 0,714 gr
0,714 𝑥
=
100 ml 10

0,0714 = 100 x
0,0714
X = 100
= 0,00714 ml
 Untuk garam
𝑔𝑟
n =𝑀𝑟
gr= n x Mr
= 0,0001 x 82
= 0,0082 gr

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
14
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

B. Pembahasan

Larutan buffer adalah campuran asam/basa lemah dan basa/asam


konjugasinyayang dapat mempertahankan pH di sekitar daerah kapasitas buffer.
Adapun kapasitas buffer adalah kemampuan mempertahankan pH. Larutan
penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan
basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini
disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi yang mengandung komponen asam dan
basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+
maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak
mengubah pH-nya secara signifikan.
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu asam/basa lemah
yang dapat mempertahankan pH pada penambahan sedikit asam atau basa, Suatu
larutan yang bertahan terhadap perubahan pH, bila suatu asam atau basa ditambahkan
dalam jumlah yang relatif sedikit disebut larutan buffer (dapar). Suatu larutan yang
mengandung satu pasang asam-basa konjugasi merupakan suatu contoh buffer.
Asamnya bereaksi dengan tiap ion hidroksida yang ditambahkan kepada larutan, dan
basa konjugatnya bergabung dengan ion hidrogen.
Percobaan kali ini kita menggunakan Buffer Asetat dan NaOH sebagai nitrat dan
kita menggunakan pH meter untuk mengukur pH buffer fosfat setelah ditambahkan
larutan NaOH sedikit demi sedikit. Pada perlakuan pertama kita menggunakan buffer
asetat kapasitas 0,1 10 ml dengan NaOH sebagai nitrat, pada percobaan ini kita
menggunakan pH untuk mengukur larutan buffer asetat yang bersifat asam
menggunakan larutan NaOH yang bersifat basa, volume buffer asetat 10 ml dengan
pH awalnya 5,27, ditambahkan 1 tetes larutan NaOH mempunyai pH 5,07, pada
tetesan kedua larutan NaOH kita mendapatkan pH 5,21, pada tetesan ke ketiga larutan
NaOH kita mendapatkan pH 5,39, pada tetesan keempat larutan NaOH kita
mendapatkan pH 5,68, pada tetesan ke lima larutan NaOH kita mendapatkan pH 5,82.

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
15
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

Menurut teori fungsi buffer adalah untuk mempertahankan pH larutan saat


ditambahkan asam/basa dalam jumlah yang relative sedikit, dan pada percobaan ini
kita mendapatkan hasil yang sama dengan teori yaitu pada larutan buffer 0,1 10 ml
kita mendapatkan hasil yaitu penambahan larutan NaOH sedikit demi sedikit pH
larutan buffer tersebut hanya bertambah sedikit demi sedikit.
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan untuk menetralkan darah atau
biasanya pada kasus keracunan. Dalam bidang Farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif
yang harus berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan
khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik atau
obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh.
pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH air mata agar tidak
menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Aplikasi pH dan
dapar dalam bidang Farmasi yaitu untuk dapat membuat obat dengan menggunakan
prinsip larutan penyangga sehingga obat yang dihasilkan lebih baik dan dapat
menimalisir efek samping obat tersebut.

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
16
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu, pembuatan


larutan buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan
larutan asam konjugasinya dan mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan
basa konjugasinya. Perubahan pH pada larutan penyangga terjadi dengan perubahan
kecil yang signifikan karena sifatnya yang mempertahankan nilai pH saat
ditambahkan sedikit asam atau basa. Penentuan kapasitas buffer dilakukan untuk
menunjukkan kekuatan larutan dalam mempertahankan pH.
B. Saran

Saran saya dari percobaan ini adalah sebaiknya sebelum praktikum bahan-bahan
yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu praktikan tidak perlu lagi pergi
bon bahan sendiri, dan sebaiknya pada saat praktikum berlamgsung para praktikkan
jangan terlalu ribut agar tidak mengganggu praktikan lainnya.

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011
17
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, A. D., Hendra C., 2012, Rancang bangun kontrol ph berbasis self tuning
PID melalui metode adaptif control, Jurnal teknik pomits, Vol. 1(1).
Ditjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 2009, Farmasi Fisik, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Putranti, W., Suwaldi M., Endang L., 2014, Studi kelarutan propagermanium dengan
metode kromatografi cair kinerja tinggi

Sihaloho, M., 2013, Analisis kesehatan siswa dalam memahami konsep larutan buffer
pada tingkat mikroskopis dan makroskopis, Jurnal entropi, Vol. III
Sidiq, F. M., 2013, Analisa korosi dan pengendaliannya, jurnal foundry, Vol. 3(1).

Widjajanti, E., 2010, Sifat larutan biner non-elektrolit, Jurnal UNY. Vol. 2(2).

Wisudyaningsih, B., Suwaldi, Akhnad K. N., 2014, Pengaruh Ph dan kekuatan ionik
terhadap solubility profile of ofloxacin, Jurnal ilmu kefarmasian indonesia,
Vol. 12 (1).

FATMAWATI FITRIANI SONARU


O1A1 16 011

Anda mungkin juga menyukai