Anda di halaman 1dari 2

Efek pelarut pada transisi

Pelarut dapat mempengaruhi transisi π → π* dan π → π*. Hal ini berkaitan dengan
adanya perbedaan kemampuan pelarut untuk mensolvasi antara keadaan dasar
dengan keadaan tereksitasi.

 Pada transisi π → π*, molekul dalam keadaan dasar relatif non polar, dan
keadaan tereksitasinya lebih polar dibanding keadaan dasar. Jika pelarut
polar digunakan pada molekul yang mengalami transisi ini, maka akan
menyebabkan pelarut polar berinteraksi (stabilisasi) lebih kuat dengan
keadaan tereksitasi dibanding dengan keadaan dasar, sehingga perbedaan
energi transisi π → π* pada pelarut yang polar ini lebih kecil. Akibat dari
peristiwa ini adalah bahwa transisi π → π* digeser ke panjang gelombang
yang lebih besar (pergeseran bathokromiki) dibanding panjang gelombang
semula. Keadaan ini diilustrasikan pada gambar berikut:

Gambar 10.8

Pengaruh pelarut polar pada transisi π → π*

(sumber: Pavia et al, 1979)

 Dalam kebanyakan molekul-molekul yang menunjukkan transisi π → π*,


keadaan dasar lebih polar dibandingkan dengan keadaan tereksidasi. Secara
khusus, pelarut-pelarut yang berikatan hidrogen akan berinteraksi secara
lebih kuat degan pasangan elektron yang tidak berpasangan pada molekul
dalam keadaan dasar dibanding pada molekul dalam keadaan tereksitasi.

Gambar 10.9

Pengaruh pelarut polar pada transisi π → π*

Sebagai akibatnya, transisi π → π* akan mempunyai energi yang lebih


besar sehingga panjang gelombang transisi ini akan digeser kepanjang
gelombang yang lebih pendek dibanding panjang gelombang semula yang
disebaban oleh kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen (polaritas)
pelarut meningkat. Keadaan ini diilustrasikan oeh gambar 10.9. pergeseran
panjang gelombang menjadi lebih pendek dibanding panjang gelombang
semula disebut dengan pergeseran biru atau pergeseran hipsokromik.
Tabel 10.2 menjelskan bagaimana suatu pelarut yang berbeda akan
memberikan panjang gelombang aseton yang berbeda yang diakibatkan oleh
transisi π → π*.

Pelarut Air Metanol Etanol Kloroform Heksana


λ (nm) 264,5 270 272 277 279
Tabel 10.2
Pergeseran-pergeseran panjang gelobang aseton yang mengalami transisi π
→ π* dalam berbagai pelarut.
(sumber: pavia et al, 1979)

Dari tabel 10.2 ini dapat diketahui bahwa aseton yang mengalami
transisi π → π* akan mempunyai panjang gelombang yang paling kecil jika
dilarutkan dalam air (264,5 nm) yang merupakan pelarut yang paling polar
pada tabel diatas, dan juga akan mempunyai panjang gelombang yang paling
besar jika dilarutkan dalam pelarut non polar (heksana).
Hal sebaliknya akan terjadi jika suatu senyawa yang mengalami
transisi π → π* dilarutkan pada pelarut yang paling polar dari serangkaian
pelarut yang diuji, maka dalam pelarut yang paling polar senyawa yang
mengalami transisi π → π* akan mempunyai panjang gelombang yang paling
besar.

Anda mungkin juga menyukai