Anda di halaman 1dari 10

Nama : Lailatul Masudah

NIM : 18930045

Kelas : farmasi B

Mata Kuliah : Praktikum Fitokimia

Dosen Pengampu :

SAPONIN

Saponin termasuk senyawa sekunder dalam tanaman, saponin merupakan suatu glikosida yang
memiliki aglikon berupa sapogenin. Saponin adalan termasuk golongan alkaloid jenis steroid.
Saponin umumnya mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifta iritasi mucosal, sifat
penyabunan dan sifat hemolitik serta sifat membentuk komplek dengan asamempedu dan
kolesterol (Evi Erviani, 2019).

Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga akan mengakibatkan terbentuknya
buih pada permukaan air setelah dikocok. Sifat ini mempunyai kesamaan dengan surfaktan.
Penurunan tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun yang dapat merusak
ikatan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini memiliki dua bagian yang tidak sama sifat
kepolarannya. Struktur kimia saponin merupakan glikosida yang tersusun atas glikondan aglikon.
Bagian glikon terdiri dari gugus gula seperti glukosa, fruktosa, dan jenis gula lainnya. Bagian
aglikon merupakan sapogenin.Sifat ampifilik ini dapat membuat bahan alam yang mengandung
saponin bisa berfungsi sebagai surfaktan (Nurzaman, 2018). Uji saponin ada banyak, akan tetapi
untuk pembahasan kali ini dikhususkan untuk uji reaksi lieberman burchard dan uji saklowski.

UJI LIEBERMAN-BURCHARD

- Pengertian uji Lieberman Burchard merupakan metode yang sangat spesifik untuk
mengukur senyawa golongan steroid.
- Tujuan Uji reaksi ini dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa triterpenoid atau
steroid dalam suatu sampel.
- Indikasi positif jika mengandung senyawa steroid akan terbentuk warna hijau biru, atau
akan terbentuk warna merah muda sampai merah jika mengandung senyawa triterpenoid.
Absorben warna ini sebanding dengan kolestrol dalam sampel (Poedjiadi 1994).
- Prinsip uji ialah kolesterol dengan asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat membentuk
warna hijau (steroid) merah muda sampai merah (triterpenoid).
- Kandungan perekasi Lieberman Buchard merupakan campuran antara asam asetat anhidrat
dan asam sulfat pekat (Ingrid Anggraini dan Fathrah Nabillah, 2018).
- Fungsi bahan : fungsi asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetil di dalam kloroform. Fungsi dari penambahan
asam sulfat pekat pada uji Lieberman Buchard ialah membentuk kompleks warna.
- Mekanisme Substitusi H pada gugus hidroksi dari glikosida saponin triterpenoid dengan
gugus CH3COO- tersebut menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk melakukan transisi
elektron ke tingkat eksitasi menjadi lebih kecil. Oleh karena itu, panjang gelombang menjadi
lebih panjang dan intensitas warna meningkat. Reaksi yang dilakukan pada metode ini harus
bebas dari air karena reaksi akan sangat sensitif dan tidak stabil terhadap air (Ingrid
Anggraini dan Fathrah Nabillah, 2018). Mekanismenya ialah ketika asam sulfat ditambahkan
ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3
kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini
dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau.
Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink
kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
- Reaksi yang terjadi
a. Lieberman burchard dengan kolesterol/ steroid (Ingrid Anggraini dan Fathrah
Nabillah, 2018) :
b. Reaksi lieberman burchard dengan triterpenoid (Sakundita P, 2007) :

UJI SALKOWSKI

- Pengertian : Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan kolesterol. Jika sterol dengan konfigurasi tidak jenuh di dalam molekulnya
direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air, maka akan memberikan warna yang
khas (Lehninger 1988).
- Hasil Reaksi positif jika ada kolesterol yaitu timbul warna merah dibagian kloroform
sedangkan dibagian asam berwarna kuning dengan florosensi hijau bila dilihat dengan sinar
refleksi.
- Komposisi Uji ini dilakukan dengan sampel dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu
dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat.
- Fungsi bahan : Penambahan H2SO4 ini berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid
sehingga membentuk kompleks warna (Agustina, 2017). Fungsi kloroform anhidrat pada uji
Salkowski ialah melarutkan kolesterol (Lehninger 1988).
- Prinsip uji Salkowski ialah apabila sterol dengan konfigurasi tidak jenuh di dalam
molekulnya direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air, maka akan memberikan
warna karakteristik (Poedjiadi 1994).
- mekanisme dari uji salkowski (Abdillah, dkk, 2017)
1. Warna merah kebiruan sampai merah cerah dan ungu (purple), merupakan hasil dari reaksi
antara kloroform dan kolesterol yang berupa kolestadiena.
2. Fluoresensi hijau, merupakan hasil reaksi antara kolestadiena dan asam sulfat yang berupa
asam sulfonat.
3. Kuning, merupakan sisa asam sulfat yang tidak terdapat kolestrol dalam larutan tersebut
yang ditandai dengan adanya fluorens kuning setelah dreaksikan dengan asam sulfat
- Reaksi uji salkowski dapat dilihat pada gambar :
a. Reaksi salkowski dengan kolesterol (Ingrid Anggraini dan Fathrah Nabillah, 2018) :

b. Reaksi salkowski dengan triterpenoid (Sakundita P, 2007) :


Perbedaan reaksi antara liebermab burchard dan salkowski
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Muhibbuddin., dkk. 2017. Identification of Active Substance In Ajwa Date (Phoenix
dactylvera L.) Fruit Flesh Methanol Extract. BIOTROPIC The Journal of Tropical
Biology. Vol 1. No 1. Februari 2017.

Agustina, Eva. 2017. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Daun Tiin (Ficus Carica
Linn) dengan Pelarut Air, Metanol dan Campuran Metanol-Air. KLOROFIL. Vol. 1 No.
1, 2017: 38-47.

Evi Erviani, Andi., dkk.2019. Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Cacing Laut
Eunice siciliensis. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan. 10(1).

Ingrid Anggraini dan Fathrah Nabillah b. 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena
angustifolia Roxb.) on in vitro cholesterol lowering. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 21
(2) (2018): 54 – 58.

Lehninger. 1991. Dasar-dasar Biokimia, Jilid II, diterjemahkan oleh Maggy Thenajaya. Jakarta:
Erlangga.

Nurzaman, fulka., dkk. 2018. Identifikasi Kandungan Saponin dalam Ekstrak Kamboja Merah
(Plumeria rubraL.) dan Daya Surfaktan dalam Sediaan Kosmetik. Jurnal Kefarmasian
Indonesia. Vol.8 No.2.

Poedjiadi, Anna.1994. Dasar-dasar Biokimia, Jakarta: UI-Press.

Sakundita P. 2007. Isolasi Dan Identifikasi Saponin pada Kecambah Kedelai (Glycine max L.).
Yogyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Jurnal
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 10 (1), 2019. 1 - 7 Ilmu Alam dan Lingkungan

http://journal.unhas.ac.id

Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Cacing Laut Eunice siciliensis

Andi Evi Erviani1, Abdur Rahman Arif2, Nurfahmiatunnisa1


1
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
2
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
email: evierviani@gmail.com
Abstract

Sea worms have enormous potential to be used as alternative food ingredients


because they have a fairly high protein content. The Research of the analysis yield and
phytomomic compounds of Eunice Siciliensis marine worms has never been done. An
effort to develop Eunice siciliensis sea worm-based alternative food ingredients is
important to do phytochemical screening. This study aims to identify phytochemical
compounds found in Eunice siciliensis marine worms and find out their benefits for health.
This study was analyzed descriptively. The results showed that extract yield was 17.97%
and Eunice siciliensis sea worm extract contained alkalaoid, flavonoids, saponins,
triterpenoids / steroids, and tannins.

Kata kunci: Eunice siciliensis, yield, phytochemical screening, alternative food

PENDAHULUAN
Cacing laut Eunice siciliensis adalah cacing laut yang dapat kita temukan di Lombok dan Bima
Nusa Tenggara Barat, Desa Parado Kec.parado . Selama ini cacing laut tersebut dikomsumsi oleh
masyarakat karena kebiasaan turun temurun dan rasa gurih yang dimilikinya. Masyarakat Lombok dan
Bima mengenal cacing laut tersebut sebagai makanan tradisional yang memiliki kandungan gizi yang
tinggi. Namun penelitian ilmiah terkait kandungan senyawa fitokimia dari cacing laut tersebut belum
pernah dilakukan. Sebagian besar masyarakat Lombok dan Bima belum mengetahui potensi-potensi
lain yang dimiliki oleh cacing laut tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya informasi tentang cacing laut
E. siciliensis dan pemanfaatannya. Cacing laut memiliki kandungan protein yang tinggi namun belum
dimanfaatkan secara optimal di Indonesia.
Cacing laut dari kelas Polychaeta bermanfaat sebagai pakan untuk induk udang (Rasidi,2013).
Cacing laut (Polychaeta) banyak ditemukan pada permukaan laut pada musim kawin, yaitu setahun
sekali baik pada bulan Maret atau April dan berkembangbiak secara ekstenal. Cacing laut yang hidup di
daerah benthos menghasilkan bromophenol dan bromopyrrole. Cacing laut sebetulnya berpotensi untuk
dikembangkan menjadi agen antibakteri karena penelitian dasarnya sudah ada. Jekti et al. (2008)
berhasil mengungkap bahwa cacing laut Eunice siciliences mampu menghambat pertumbuban bakteri
pada konsentrasi 100 µg/ml. Cacing laut memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif. Kandungan gizi yang terdapat pada cacing laut yakni
diketahui mengandung banyak protein (Liline., dkk. 2016), lemak, karbohidrat, abu, asam lemak dan

P ISSN: 2086 - 4604


E ISSN: 2549 - 8819
1
© 2019 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Andi Evi Erviani dkk/Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 10 (19) (2019) 1 - 7

asam amino, vitamin A, B1, B6, B12, E, dan mineral P, I2, Ca, Mg, C yang hampir setara dengan
kandungan gizi pada ikan (Silaban 2012). Ekstrak cacing laut spesies Siphonosoma australe terbukti
mengandung protein sebesar 56,35 %, kadar abu 15,08 %, kadar lemak 9,82 % dan kadar karbohidrat
sebesar 5,06 % (Nurhikma, dkk, 2017). Terdapat juga berbagai macam asam amino pada cacing laut, di
mana asam amino sangat penting dalam mendukung berbagai aktivitas fisiologis tubuh. Salah satu asam
amino yang terdapat pada cacing laut adalah asam glutamat yang memiliki peran penting dalam
metabolisme gula dan lemak, selain itu asam glutamat pada hewan ataupun tumbuhan dapat digunakan
sebagai bahan pengobatan dalam mengatasi penyakit epilepsi, retardasi mental, distrofi otot, bisul, koma
hipoglikemik, serta efek samping obat insulin untuk diabetes.
Skrining fitokimia merupakan uji kualitatif kandungan senyawa kimia dalam bagian tumbuhan,
terutama kandungan metabolit sekunder yang di antaranya adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin,
terpenoid dan sebagainya. Skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain
sederhana, cepat, dapat dilakukan dengan peralatan yang minimal (Nirwana dkk, 2015; Nafisah dkk,
2014)
Salah satu cacing laut yang berpotensi untuk dibudidayakan di Lombok dan Bima Nusa
Tenggara Barat adalah cacing laut Eunice sicilliensis, cacing laut ini banyak ditemukan di dearah pantai
selatan Lombok dan bima (Soelistya dkk., 1993). Cacing ini hanya dikomsumsi oleh masayrakat.
Potensi cacing laut ini belum dimanfaatkan dengan baik, karena kurangya informasi ilmiah mengenai
kandungan senyawa fitokimia yang terdapat pada cacing laut ini.
Berdasarkan informasi di atas dan keterbatasan informasi mengenai senyawa fitokimia cacing
laut Eunice siciliensis, maka dalam usaha pengembangan bahan pangan alternatif berbasis cacing laut
Eunice siciliensis penting dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak cacing laut Eunice siciliensis.
Skrining fitokimia dilakukan terhadap ekstrak cacing laut Eunice siciliensis untuk mengetahui
kandungan senyawa bioaktif pada Eunice siciliensis yang bermanfaat bagi kesehatan.

METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan adalah cacing laut Eunice siciliensis diperoleh dari daerah
Lombok dan Bima Nusa Tenggara Barat . Bahan yang digunakan dalam ekstraksi adalah etanol absolut,
sedangkan bahan yang digunakan dalam skrining fitokimia adalah reagen skrining fitokimia yang
diperoleh dari Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Blender,pisau,gunting, rotary vacuum
evaporator Eyela SB-2100 (Tokyo, Jepang), labu Erlenmeyer, tabung reaksi, beaker glass, gelas ukur,
aluminium foil, kertas saring. Alat alat yang digunakan dalam skrining fitokimia adalah chamber
“CAMAG”, plat KLT silika gel, pipa kapiler, dan glassware.
Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi Cacing Laut Eunice siciliensis
Bahan baku yang digunakan adalah cacing Eunice siciliensis. Cacing Eunice siciliensis diambil
sebanyak 1000 gram. Sampel selanjutnya dicuci menggunakan air mengalir. Sampel cacing yang sudah
bersih kemudian dikeringanginkan, setelah kering kemudian dihaluskan menggunakan blander. Cacing
Eunice siciliensis yang sudah dihaluskan tersebut digunakan untuk proses ekstraksi. Ekstraksi
(Purwaningsih et al. 2008) Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi 24 jam. Lumatan halus
cacing direndam menggunakan pelarut etanol dengan perbandingan 1:4 (b:v), dimaserasi selama 24 jam

P ISSN: 2086 - 4604


E ISSN: 2549 - 8819 2
© 2019 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia
DOI :10.22435/jki.v8i2.325 Vol.8 No.2-Agustus 2018:85-93
Identifikasi Kandungan Saponin…( Fulkap-ISSN: 2085-675X
Nurzaman, dkk)
e-ISSN: 2354-8770

Identifikasi Kandungan Saponin dalam Ekstrak Kamboja Merah


(Plumeria rubra L.) dan Daya Surfaktan dalam Sediaan Kosmetik
Identification of Saponin Content in Red Frangipani (Plumeria rubra L.) Extract and
Surfactant Potency in Cosmetic Preparations

Fulka Nurzaman1*, Joshita Djajadisastra2, Berna Elya3

1
Program Magister Herbal, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
2
Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
3
Departemen Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
*Email: nusaherbsindns@gmail.com

Diterima: 22 Februari 2018 Direvisi : 15 April 2018 Disetujui: 10 Juli 2018

Abstrak
Saponin merupakan salah satu golongan senyawa pada bahan alam yang mempunyai sifat ampifilik serta dapat
menurunkan tegangan permukaan. Penurunan tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun
yang dapat merusak ikatan hidrogen pada air. Kamboja merah (Plumeria rubra) diketahui memiliki kandungan
saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan saponin ekstrak kamboja merah yang
memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan. Bagian tanaman kamboja merah (bunga, daun, dan batang)
diekstraksi menggunakan lima macam pelarut. Masing-masing ekstrak yang diperoleh diuji kandungan saponin
secara kualitatif. Uji tegangan permukaan dilakukan pada ekstrak kamboja merah yang memiliki busa tertinggi.
Hasil uji kualitatif saponin menunjukkan bahwa ekstrak air bunga, daun, dan batang kamboja merah memiliki
kandungan saponin tertinggi dibandingkan ekstrak pelarut lain. Kandungan saponin dalam ekstrak air kamboja
merah bagian daun, batang, dan bunga dapat menurunkan tegangan permukaan dengan hasil terbaik diperoleh
dari bagian bunga dengan nilai Critical Micelle Concentration (CMC) sebesar 8,61%.
Kata kunci: Saponin; Kamboja; Tegangan permukaan

Abstract
Saponin is one group of compounds contained in natural materials that have amphifilic properties and can
reduce surface tension. The reduction of surface tension caused by a soap compound (Latin = sapo) that can
disrupt hydrogen bonds in water. Red frangipani plant (Plumeria rubra) is known to have saponin content. The
research objectives were to identify the saponin content of red frangipani plant extract (Plumeria rubra) which
has the properties of reduction the surface tension. Part of red frangipani plant (flowers, leaves and stems) is
extracted using five kinds of solvents. Each of the extracts obtained was then tested for saponin content
qualitatively. Extract from each part of plant (flower, leaf, and stem) which have the highest foam is selected
then tested surface tension using surface tensionmat equipment. The result of qualitative saponin test showed
that flower, stem and flower extract of red frangipani with aqua demineralisata solvent had the highest saponin
content compared to extract with other solvent. The content of saponins in plumeria rubra extract both from the
leaves, stems and flowers can decrease the surface tension with the best results obtained from the flower extract
with the value of Critical Micelle Concentration (CMC) at 8.61%.
Keywords: Saponin; Frangipani; Surface tension

85
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2018;8(2):85-93

PENDAHULUAN kering, bersisik, gatal, hingga ruam merah,


dan jika memiliki kulit sensitif dapat
Saponin merupakan suatu glikosida
muncul reaksi yang lebih kuat. SLS dan
yang memiliki aglikon berupa sapogenin.
SLES merupakan surfaktan dari turunan
Saponin dapat menurunkan tegangan
minyak bumi dan gas alam yang setelah
permukaan air, sehingga akan
digunakan dapat menjadi limbah yang
mengakibatkan terbentuknya buih pada
sukar terdegradasi sehingga menimbulkan
permukaan air setelah dikocok. Sifat ini
pencemaran lingkungan.
mempunyai kesamaan dengan surfaktan.
Tanaman kamboja (Plumeria) berasal
Penurunan tegangan permukaan
dari Meksiko, Amerika Tengah yang
disebabkan karena adanya senyawa sabun
kemudian menyebar ke daerah tropis.
yang dapat merusak ikatan hidrogen pada
Nama Plumeria diberikan untuk
air. Senyawa sabun ini memiliki dua
menghormati Charles Plumier (1646-1706)
bagian yang tidak sama sifat
1 pakar botani dari Perancis.3 Tanaman
kepolarannya. Struktur kimia saponin
kamboja mulai dari akar, batang, getah,
merupakan glikosida yang tersusun atas
daun, kulit batang, dan bunga memiliki
glikon dan aglikon. Bagian glikon terdiri
banyak manfaat. Akar kamboja dapat
dari gugus gula seperti glukosa, fruktosa,
digunakan untuk mengobati kencing
dan jenis gula lainnya. Bagian aglikon
nanah, daun dapat mengobati bisul
merupakan sapogenin. Sifat ampifilik ini
bernanah, kulit batang untuk
dapat membuat bahan alam yang
menyembuhkan tumit pecah-pecah, getah
mengandung saponin bisa berfungsi
kamboja dapat digunakan sebagai
sebagai surfaktan.
pengurang rasa sakit akibat gigi berlubang,
Surfaktan adalah bahan yang umum
gusi bengkak, dan mematangkan bisul.4
dipakai dalam sediaan sabun. Surfaktan
Kamboja juga merupakan tanaman obat
merupakan suatu molekul yang sekaligus
dan dibudidayakan di kebun seluruh India
memiliki gugus hidrofilik dan gugus
sebagai pohon hias serta banyak digunakan
lipofilik sehingga dapat mempersatukan
dalam wewangian.5 Bunga kamboja merah
campuran yang terdiri dari air dan minyak.
mengandung saponin dan glikosin dengan
Molekul surfaktan memiliki bagian polar
studi toksisitas akut memberikan hasil
yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian
aman sampai dosis 2000 mg/kgBB tanpa
non polar yang suka akan minyak/lemak
ada kondisi letal pada hewan uji. Hasil
(lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan
penelitian menunjukkan LD50 > 2000
dapat bermuatan positif, negatif atau
mg/kgBB.6,7
netral.2
Penapisan fitokimia ekstrak daun
Kosmetika pembersih adalah kosmetik
kamboja merah mendeteksi kadar saponin
perawatan utama yang digunakan untuk
yang cukup tinggi dan memiliki aktivitas
memelihara kesehatan kulit dan
antiinflamasi dan antelmintik.8 Saat ini
adneksanya agar tetap sehat serta dapat
tanaman kamboja telah digunakan sebagai
merawat kulit yang kurang sehat agar
bahan baku dupa, aroma terapi, kosmetika,
menjadi sehat. Berbagai produk pembersih
dan minuman kesehatan.4
pada umumnya mengandung sodium lauryl
Akar kamboja merah mengandung
sulfate (SLS) atau sodium laureth sulfate
senyawa plumericine, β-dihydro-
(SLES). Keduanya merupakan surfaktan
plumericin, isoplumericin, β-
dan emulsifier yang berfungsi mengikat
dihydroplumericin acid, fulvoplumerine,
lemak dan kotoran. Selain mengikis
dan plumeride. Rubrinol merupakan
minyak, kotoran, dan lemak, SLS dan
triterpenoid yang berperan sebagai
SLES berfungsi sebagai foaming agent.
antibakteri bersama teraxasteryl acetate,
Pemakaian produk SLS dan SLES dosis
lupeol, stigamateol, oleanolic acid
tinggi berkepanjangan bisa memicu iritasi.
diisolasi dari kulit kayu kamboja. Bunga
Keluhan terkait iritasi itu bisa berupa kulit
86

Anda mungkin juga menyukai