Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


JUDUL PROGRAM

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI-FRAKSI HASIL KOLOM


KROMATOGRAFI EKSTRAK METANOL BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.) MENGGUNAKAN METODE DPPH

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Ketua : Ida Ayu Putu Suryantari (1308505019/Angkatan 2013)


Anggota 1 : Gusti Ayu Desi Dwiantari (1308505018/Angkatan 2013)
Anggota 2 : Ni Luh Nyoman Niti Kurniasari (1408505042/ Angkatan 2014)
Anggota 3 : Wayan Risma Iswari (1608551033/Angkatan 2016)

UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

i
ii
RINGKASAN

Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) diketahui memiliki


aktivitas antioksidan sangat kuat. Proses fraksinasi dapat menyederhanakan
senyawa yang terkandung dalam kulit buah manggis sehingga akan
memaksimalkan aktivitas antioksidannya. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai profil KLT-Bioautografi dan nilai IC50 dari
ekstrak dan fraksi-fraksi serta informasi mengenai perbandingan ekstrak dan
fraksi yang menunjukkan aktivitas antioksidan paling kuat.
Sampel kulit buah manggis diambil dari Desa Luwus, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan. Serbuk kulit buah manggis dimaserasi menggunakan pelarut
metanol. Fraksinasi dengan menggunakan metode kromatografi kolom dengan
menggunakan pelarut bergradien n-hexana: etil asetat (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6,
3:7, 2:8, 1:9, 0:10). Uji pendahuluan KLT dilakukan untuk melihat kromatogram
yang sama, dengan menggunakan fase gerak kloroform P:metanol (9,5:0,5) v/v
sehingga diperoleh fraksi gabungan A(4 dan 5), B(6-14), C(15-22), D(23-36).
Profil KLT–bioautografi aktivitas antioksidan digambarkan dengan semua spot
berwarna kuning dengan latar belakang ungu dan terdapat 3 spot pada fraksi A
dan B sedangkan 2 spot pada fraksi C dan D. Kemudian masing-masing fraksi
aktif ditentukan nilai IC50 menggunakan metode DPPH.
Hasil analisa data menujukkan fraksi A, B, C, D menunjukkan aktivitas
antioksidan dengan nilai IC50 berturut-turut adalah 22,46 µg/mL, 22,72/mL, 10,71
µg/mL, 15,71µg/mL. Fraksi C merupakan fraksi yang memiliki aktivitas lebih
kuat jika dibandingkan dengan fraksi lainnya

Kata Kunci : aktivitas antioksidan, DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), IC 50, KLT-


Bioautografi, Kromatografi Kolom.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….. ii
RINGKASAN…...………………………………………………… iii
DAFTAR ISI…………………………………………………......... iv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN………………………………………... 1
I.1 Latar Belakang…………..……………………………... 1
I.2 Rumusan Masalah……..……………………………….. 1
I.3 Tujuan Penelitian.....……………………………............ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................…………... 3
BAB III METODE PENELITIAN ..........……………………….. 4
3.1 Rancangan Penelitian…....……………………………... 4
3.2 Tahapan Penelitian……………………………...…........ 4
3.3 Prosedur penelitian...…………………………………... 5
BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS ... 6
4.1 Indikator Capaian...…………………………………..... 6
4.2 Analisis Data …………………………………………. 7
4.3 Potensi Khusus ……………………………………….. 8
BAB V POTENSI HASIL……………………………………….. 9
BAB VI PENUTUP ……………………………..…………. 10
Daftar Pustaka...………………………....………............................ 11
Lampiran…………………………………………………..……….. 12

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Laporan keuangan serta penggunaan dana.............………… 12


Lampiran 2. Bukti-bukti pendukung kegiatan......................…………….. 13

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu
atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan
tersebut yang menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif untuk mencari
pasangannya, dengan cara menyerang dan mengikat molekul yang ada
disekitarnya. Elektron bebas tersebut dapat menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.
(Hernani dan Rahardjo, 2005).
Antioksidan adalah substansi yang mampu menetralkan radikal bebas
dengan cara menstabilkan, menonaktifkan, atau meminimalkan reaksi oksidatif
dalam sel akibat reaksi dari radikal bebas (Priyadarsini, 2005). Beberapa senyawa
metabolit sekunder pada tanaman memiliki aktivitas antioksidan yang berfungsi
menangkap radikal bebas, sehingga mampu menghambat arterosklerosis,
hipertensi, proses oksidasi pada LDL, beberapa penyakit kanker tertentu, dan
pengobatan dermatologi (Akagawa, 2001;Yulia, 2007). Salah satu tanaman yang
memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dibandingkan dengan tanaman lain,
seperti chameleon, glepangan dan ketepeng cina adalah manggis (Chomnawang et
al., 2007).
Penelitian yang terkait mengenai optimasi jenis pelarut pengektrasi
terhadap aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis dengan metode DPPH
didapatkan hasil bahwa penggunaan pelarut metanol dalam ekstraksi kulit buah
manggis menunjukkan aktivitas antioksidan paling kuat (Shaine, 2016). Pada uji
KLT bioautografi ditemukan 3 spot yang memiliki aktivitas antioksidan yang
mampu meredam DPPH. Setelah mengetahui pelarut apa yang memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih besar dan terdapat spot lainnya dengan Rf 0,26 dan 0,88
yang secara kualitatif memiliki aktivitas antioksidan selain senyawa alpha
mangostin dengan Rf 0,50 maka pada penelitian ini dilakukan proses fraksinasi
untuk pemisahan terhadap ekstrak metanol. Metode pemisahan yang dilakukan
adalah kromatografi kolom. Fraksi-fraksi yang terkumpul dari proses fraksinasi,
masing-masing akan diuji daya antioksidannya secara kualitatif dengan metode
KLT- DPPH. Fraksi-fraksi yang memiliki pola kromatogram yang sama akan
digabungkan.
Pengujian aktivitas antioksidan juga akan dilakukan secara kuantitatif dari
ekstrak dan hasil fraksinasi juga akan dilakukan dengan menggunakan metode
1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl (DPPH). DPPH merupakan salah satu uji aktivitas
biologis secara in vitro untuk menentukan potensi suatu zat uji sebagai
antioksidan (Pokorni et al, 2001). Pada metode DPPH, parameter yang digunakan
adalah nilai IC50. Definisi nilai IC50 adalah konsentrasi ekstrak yang dapat
menurunkan 50% intensitas serapan (Mulja dan Suharman, 1995). Aktivitas
antioksidan dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration 50), yaitu
2

konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal


bebas. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar aktivitas penangkal radikal
bebas (Dungir dkk., 2012).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manggis

Manggis merupakan pohon berbuah yang memiliki tinggi sekitar 15 meter.


Berbatang berkayu bulat, tegak, memiliki percabangan simodial dan berwarna
hijau kotor. Berdaun tunggal dengan bentuk lonjong, ujung meruncing, pangkal
yang tumpul dan tepi rata, pertulangan menyirip, panjang daun sekitar 20 sampai
25 cm dengan lebar 6 sampai 9 cm, tebal dan tangkai berbentuk silindris berwarna
hijau. Manggis berbunga tunggal dan berkelamin dua berada di ketiak daun
dengan panjang sekitar 1 sampai 2 cm. Buah berbentuk bulat dengan diameter 6
sampai 8 cm berwarna cokelat keunguan. Biji bulat berwarna kuning dengan
diameter 2 cm dan dalam satu buah terdapat 5 sampai 7 biji. Berakar tunggang
dengan warna putih kecokelatan (Hutapea, 1994).

2.1.1 Kandungan Kimia


Kandungan kimia kulit manggis salah satunya adalah derivat xanton. Derivat
xanton telah diisolasi dari kulit manggis yaitu α-mangostin, β-mangostin, dan γ-
mangostin, garsinon E, 8-deoksigartanin dan gartanin (Pedraza-Chaverri,
Cárdenas- Rodríguez, Orozco-Ibarra dan Pérez-Rojas, 2008)

2.1.2 Kromatografi Kolom


Pada proses pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kolom,
campuran yang akan dipisahkan diletakkan pada bagian atas kolom absorben yang
berada dalam suatu tabung. Pelarut sebagai fase gerak karena gaya berat atau
didorong dengan tekanan tertentu dibiarkan mengalir melalui kolom membawa
serta pita linarut yang bergerak dengan kecepatan berbeda. Linarut yang telah
memisah dikumpulkan berupa fraksi yang keluar dari bagian bawah kolom. Pada
metode ini interaksi yang terjadi antara larutan senyawa yang dianalisis dengan
fase stasioner dapat terjadi dalam beberapa cara yaitu interaksi langsung antara
senyawa dengan permukaan fase, atau fase stasioner hanya bersifat menyangga
cairan kedua sehingga pemisahan terjadi berdasarkan partisi anatara dua fase
cairan (Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).

2.1.3 Spektrofotometri UV-Visibel


Pada proses pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kolom,
campuran yang akan dipisahkan diletakkan pada bagian atas kolom absorben yang
berada dalam suatu tabung. Pelarut sebagai fase gerak karena gaya berat atau
3

didorong dengan tekanan tertentu dibiarkan mengalir melalui kolom membawa


serta pita linarut yang bergerak dengan kecepatan berbeda. Linarut yang telah
memisah dikumpulkan berupa fraksi yang keluar dari bagian bawah kolom. Pada
metode ini interaksi yang terjadi antara larutan senyawa yang dianalisis dengan
fase stasioner dapat terjadi dalam beberapa cara yaitu interaksi langsung antara
senyawa dengan permukaan fase, atau fase stasioner hanya bersifat menyangga
cairan kedua sehingga pemisahan terjadi berdasarkan partisi anatara dua fase
cairan (Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).

2.1.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Bioautografi


Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu metode pemisahan berdasarkan
polaritas suatu senyawa. Senyawa yang bersifat polar akan cenderung tertahan
pada fase diam yang bersifat polar sedangkan senyawa non polar akan terelusi
oleh pelarut non polar, begitu pula sebaliknya. Untuk penentuan spot dapat
dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi (Gandjar & Rohman, 2007). Pada
metode KLT-bioautografi dilakukan elusi pada plat KLT berdasarkan kepolaran
senyawa yang ingin dipisahkan, namun bedanya setelah dilakukan elusi, larutan
DPPH dalam metanol disemprotkan pada permukaan plat KLT dan diinkubasi
selama 10 menit pada suhu kamar. Senyawa yang terdeteksi sebagai antioksidan
akan tampak sebagai spot putih kekuningan yang dihasilkan oleh reaksi senyawa
antioksidan dengan DPPH. Semua spot yang terdeteksisebagai antioksidan aktif
dicatat nilai Rf yang diperoleh (Kannan et al., 2010).

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan melalui
beberapa tahapan utama, yaitu pengumpulan dan penyiapan sampel manggis,
maserasi kulit buah manggis menggunakan metanol, fraksinasi ekstrak metanol
kulit buah mangis dengan kromatografi kolom, KLT bioautografi untuk
mengetahui fraksi yang mampu meredam DPPH, uji aktivitas antioksidan fraksi
aktif dengan metode DPPH serta pengolahan dan analisis data
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pengumpulan dan Penyiapan Sampel Kulit Buah Manggis
Kulit buah manggis yang telah dikumpulkan, dicuci, dipotong-potong dan
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 65°C selama 40 menit. Simplisia
kering kemudian diserbukan menggunakan blender. Serbuk simplisia diayak
dengan ayakan mesh 20. Serbuk simplisia kulit buah manggis sebanyak 300 gram
di defatting dengan menggunakan 900 mL pelarut n-heksan di toples. Kemudian
serbuk ditambahkan dengan pelarut metanol dengan perbandingan (1:10) b/v
selama tiga kali 24 jam dengan sesekali diaduk. Ampas hasil maserasi dilarutkan
dalam pelarut metanol dengan perbandingan (1:4) b/v. Ekstrak hasil maserasi dan
4

remaserasi ditampung menjadi satu dan diuapkan dengan alat Rotary evaporator
pada suhu 50°C, sehingga diperoleh ekstrak kental.
3.2.2 Fraksinasi Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis
Ekstrak sebanyak 4 gram dilarutkan dengan sedikit metanol lalu
diimpregnasikan dengan silica gel sebanyak 4 gram. Pemisahan ekstrak metanol
kulit buah manggis menggunakan pelarut n-hexana:etil asetat dengan
perbandingan (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10) dibuat sebanyak 20
ml. Eluen dialirkan secara terus menerus melalui dinding kolom dengan keran
dalam keadaan terbuka sehingga eluat akan menetes, setiap 5 ml eluat ditampung
dalam vial. Masing-masing fraksi diuapkan dari eluennya untuk kemudian
dilakukan KLT dengan mengambil fraksi kelipatan 4 (1, 4, 8, dan seterusnya).
Fraksi dengan pola kromatogramnya sama akan digabung (Mailandari, 2012).

3.2.3 Penentuan Kualitatif Profil KLT-Bioautografi Aktivitas Antioksidan


Larutan sampel dan larutan pembanding ditotolkan sebanyak 4µL. Plat
kemudian dielusi dalam bejana yang telah dijenuhkan dengan fase gerak
kloroform:metanol (9,5:0,5) v/v. Plat dibiarkan hingga kering dan dilakukan
penyemprotan dengan larutan DPPH 1 mM, diamkan selama 30 menit. Kemudian
diamati secara visual. Dihitung nilai Rf. Spot bahan uji yang memiliki aktivitas
antioksidan akan berwarna kuning dengan latar belakang ungu (Gu et al., 2009).
Fraksi-fraksi dengan pola kromatogram yang sama selanjutnya digabungkan
menjadi satu fraksi gabungan.
3.2.4 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Aktif Menggunakan Metode DPPH
Larutan DPPH diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 400-600 nm dengan blangko metanol PA untuk
menentukan panjang gelombang maksimum. Sebanyak 1,5 mL larutan DPPH
dimasukkan ke dalam kuvet, ditambahkan 1,5 mL seri larutan uji atau larutan
kontrol positif (perbandingan 1:1) dan didiamkan pada suhu kamar selama 30
menit. Kontrol positif berupa larutan seri vitamin C. Larutan uji serta kontrol
positif diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum (Fidrianny et
al., 2013). Diperoleh data berupa absorbansi ekstrak dan fraksi kulit buah manggis
yang digunakan. Data absorbansi kemudian digunakan untuk menghitung
persentase penangkapan radikal DPPH dengan menggunakan persamaan berikut :
%P= [(C-S)/C] x 100%..................................................................(1)
Keterangan : %P = Persentase penangkapan radikal DPPH
C = Absorbansi kontrol (absorbansi larutan DPPH)
S = Absorbansi larutan sampel
(Utami dkk., 2014).

3.2.5 Analisis Data


Data hasil uji antioksidan dari ekstrak dan fraksi menggunakan KLT-
bioautografi dianalisis secara deskriptif dengan melihat jumlah dan nilai Rf spot
5

yang memberikan aktivitas antioksidan. Perhitungan nilai IC50 dilakukan secara


manual dengan menggunakan analisis probit. Nilai persen P (%) kemudian dilihat
nilai probitnya pada tabel probit. Nilai IC50 antioksidan ditentukan dari persamaan
regresi y=a+bx, dimana x adalah konsentrasi ekstrak yang diukur dan y adalah
presentase penangkapan radikal DPPH. Ketika nilai y=5, maka x merupakan nilai
IC50.
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI

4.1. Indikator Capaian


Indikator %Target
Tahapan Deskripsi Luaran
Capaian Capaian
Manggis dikumpulkan, Buah Manggis Diperoleh buah
A. Penyiapan manggis
dicuci dan dioven pada 15
bahan baku
suhu 600C
Ekstraksi dilakukan Ekstraksi kulit Diperoleh
dengan maserasi buah manggis ekstrak kulit 10
B. Pembuatan menggunakan metanol buah manggis
dan pemekatan
ekstrak kulit Pemekatan ekstrak ubi Ekstrak kental Diperoleh
buah manggis jalar ungu dengan kulit buah ekstrak kental
10
rotary vacuum manggis kulit buah
evaporator manggis
Ekstrak kulit buah Fraksi kulit Diperoleh
manggis di lakukan buah manggis fraksi kulit
fraksinasi buah manggis
menggunakan
15
kromatografi kolom
C. Fraksinasi dengan variasi
ekstrak kulit perbandingan pelarut
buah manggis kloroform: metanol
KLT untuk Fraksi Diperoleh
penggabungan dari gabungan kulit fraksi
beberapa fraksi dengan buah manggis gabungan kulit 15
pola kromatogram buah manggis
yang sama
KLT bioautografi Fraksi aktif Fraksi aktif
dengan menyemprot (mampu
D. KLT DPPH 1 mM untuk meredap
15
bioautografi mengetahui DPPH)
peredaman fraksi
terhadap DPPH
Fraksi aktif diujikan Nilai IC50 Nilai IC50
E. Uji Aktivitas
aktivitas fraksi-fraksi fraksi-fraksi
Antioksidan 10
antioksidannya aktif aktif
menggunakan DPPH
6

Analisa data dilakukan Informasi Diperoleh


dengan data profil profil KLT informasi
KLT-bioautografi dan bioautografi Informasi
nilai IC50 fraksi-fraksi dan nilai IC50 profil KLT
F. Pengolahan
aktif secara deskriptif fraksi-fraksi bioautografi 10
dan analisis data
kulit buah dan Nilai IC50
manggis fraksi-fraksi
kulit buah
manggis
Total 100
4.2. Analisis Data
Buah manggis dikumpulkan dari Desa Luwus, Tabanan, Bali. Garcinia
Mangostana dideterminasi di LIPI Bali. Hasil determinasi menyatakan bahwa
sampel yang digunakan adalah Garcinia Mangostana L. Buah manggis disortasi,
dikeringkan dengan oven pada suhu 65o C dan dilakukan pengecilan ukuran
partikel dengan cara di blender agar diperoleh serbuk simplisia kulit buah
manggis.
Proses ekstraksi kulit buah manggis dilakukan menggunakan metode
maserasi dengan metanol sebagai larutan penyari. Kandungan lemak dalam serbuk
manggis dihilangkan (defatting) terlebih dahulu menggunakan pelarut n-heksana
sebelum dimaserasi. Untuk mengurangi kandungan lemak dalam serbuk kulit
buah manggis, dilakukan defatting menggunakan pelarut n-heksana selama 24 jam
sebanyak 3 kali pengulangan. Pelarut n-heksana bersifat nonpolar, sehingga dapat
menarik senyawa-senyawa non polar seperti minyak, lemak dan resin yang
terdapat dalam kulit buah manggis. Maserasi dilakukan selama tiga hari dengan
sesekali dengan diaduk dilanjutkan dengan proses remaserasi selama satu hari.
Ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi kemudian diuapkan pelarutnya
agar lebih pekat dengan menggunakan oven pada suhu 50° C.
Fraksinasi dilakukan menggunakan kromatografi kolom, dengan tujuan
untuk memisahkan senyawa yang terkandung pada ekstrak kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.). Dipilih eluen n-hexana:etil asetat dengan
perbandingan 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10. Pemilihan eluen
tersebut berdasarkan kepolaran yang semakin meningkat sehingga diharapkan
mampu menarik zat-zat yang bersifat non polar dan polar (Mailandari, 2012).
Ekstrak metanol kulit buah manggis sebanyak 4 gram dilarutkan dengan sedikit
metanol kemudian ditambahkan silika gel sebanyak 4 gram sampai menjadi
serbuk, kemudian ditambahkan ke dalam kolom dan dialiri eluen. Impregnasi
dilakukan dikarenakan ekstrak metanol kulit buah manggis kelarutannya rendah
terhadap eluen n-hexana:etil asetat (9:1). Hasil fraksinasi yang diperoleh sebanyak
36 fraksi, lalu dilakukan KLT penggabungan fraksi yang terlihat pada gambar 4.3.
Berdasarkan pola kromatogramnya maka diperoleh 4 fraksi yang dibagi menjadi
fraksi A(4 dan 5), B(6-14), C(15-22), D(23-36). Pada tampungan vial 1-3 hasil
7

tampungan berwarna bening, hal ini menandakan bahwa hasil yang ditampung
hanya eluen saja dan setelah diuapkan hasil tersebut tidak menghasilkan residu.

Gambar 4.3 Pengamatan Plat pada UV 366 nm Untuk Penggabungan Fraksi n-


hexana:etil asetat. (a). Fraksi 4 dan 5, (b). Fraksi 6-10, (c). Fraksi 11, (d). Fraksi
13, (e). Fraksi 15, (f). Fraksi 17, (g) Fraksi 20, (h). Fraksi 23, (i) Fraksi 24-36.

Penentuan profil KLT Bioautografi aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi


kulit buah manggis dilakukan dengan KLT lalu nantinya disemprotkan dengan
DPPH untuk melihat apakah memiliki daya peredaman terhadap radikal bebas.
Pemisahan senyawa alfa mangostin dilakukan dengan menggunakan fase diam
berupa plat silika gel GF254 dan fase gerak kloroform dan metanol (9:0,5 v/v)
(Shaine, 2016). Plat yang telah dielusi diamati dengan menggunakan visualizer
pada UV 254 dan UV 366 seperti pada gambar dibawah ini:

(a) (b)
Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Plat KLT Setelah Disemprot Larutan DPPH (a)
Tampak Visual (s: standar, e: ekstrak, A; B; C ; D: fraksi dan (b) UV 254 nm
Berdasarkan gambar 4.4 diperoleh semua spot memiliki aktivitas antioksidan
ditandai dengan spot berwarna kuning berlatar belakang ungu. Selain spot yang
memiliki pola yang sama dan nilai Rf yang mendekati nilai Rf larutan standar alfa
mangostin yaitu 0,57, terdapat beberapa spot berbeda. Pada track fraksi A dan B
terdapat 3 spot sedangkan fraksi C dan D memiliki 2 spot. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi pemisahan akibat fraksinasi menggunakan kromatografi
kolom. Intensitas warna yang terlihat pada plat KLT pada UV 254 nm, spot yang
memiliki pola seperti larutan standar alfa mangostin lebih mendominasi
8

dibandingkan dengan spot lainnya yang memiliki Rf lebih rendah maupun Rf


yang lebih tinggi sudah tidak terlihat jelas adanya alpha mangostin jika
dibandingkan dengan standar.
4.3 Potensi Khusus
Berdasarkan hasil pengujian KLT Bioautografi yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada fraksi C terdapat 3 spot, pada spot dengan pola yang
sama dengan alpha mangostin tidak nampak jelas namun terdapat dua spot yang
tampak jelas selain alpha mangostin. Maka dapat diduga tidak saja senyawa alpha
mangostin tetapi ada senyawa lainnya yang mampu meredam DPPH, dilihat juga
dari aktivitas antioksidan nilai IC50 bahwa fraksi C yang memiliki aktivitas
antioksidan lebih kuat. Berdasarkan data tersebut, penelitian ini dapat
dipublikasikan sebagai artikel ilmiah dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Aktivitas antioksidan secara kualitatif ditunjukkan dengan adanya warna
spot yang berwarna kuning dengan latar belakang ungu pada fraksi-fraksi.
Dengan nilai masing-masing Rf pada fraksi A yaitu nilai Rf yaitu 0,37; 0,56; 0,94,
fraksi B dengan nilai Rf yaitu 0,40; 0,56; 0,94, sedangkan pada fraksi C dengan
rentang nilai Rf yang berbeda pada fraksi A dan B yaitu 0,32; 0,41; 0,56 serta
pada fraksi D memiliki 2 spot dengan nilai Rf yaitu 0,41 dan 0,5. Senyawa alfa
mangostin yang digunakkan untuk standar memiliki nilai Rf 0,56. Fraksi A, B, C,
D menunjukkan aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 berturut-turut
22,46 µg/mL; 22,72/mL; 10,71 µg/mL; 15,71µg/mL.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pemisahan lebih
spesifik pada kandungan Fraksi C yang merupakan fraksi teraktif.
9

DAFTAR PUSTAKA

Akagawa, M. 2001. Amine Oxidase-Like Activity of Polyphenols Mechanis, and


Properties. Eur.J.Biochem. 286(7):1953-1963.
Chomnawang, M.T., Surassmo, S., Nukoolkarn, V.S., Gritsanapan, W., 2007.
Effect of Garcinia mangostana on inflammation caused by
Propionibacterium acnes. Fitoterapia. 78, 401–408.
Depkes RI. 2010. Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal.66-67.Cahyo, Agus N. 2011. Ajaibnya
Manggis untuk Kesehatan dan Kecantikan. Jogja.
Fidrianny, I. Ari, S. W., Komar, R. W. 2013. Antioxidant Capacities of Various
Leaves Extract From Five Colors Varieties of Sweet Potatoes Tubers
Using ABTS, DPPH Assays and Correlation with Total Flavonoid,
Phenolic, Carotenoid Content. Research Journal of Medicinal Plant.
7(3):130-140.Calvin, A., Hostetman, K., Dyatmiko, W., Potterat, O. 1998.
Antioksidant and Lipophilic Constituents of Tinospora Crispa. Planta
Medica 64 : 393-396
Gandjar, I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal.254-255.
Gu, L., Tao Wua, Zhengtao Wang. 2009. TLC Bioautography-Guided Isolation of
Antioxidants from Fruit of Perilla frutescens var. acuta. LWT - Food
Science and Technology 42 (2009) 131–136
Kannan, R.R.R., Arumugam, R., dan Anantharaman, P. 2010. In vitro antioxidant
activities of ethanol extract from Enhalus acoroides (L.F) royle. Journal
Tropical Medicine. 3(11): 898-901
Dungir, S., G., Dewa, G., K.,, Vanda, S., K. 2012. Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Fenolik dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostanaL.). Jurnal Mipa
Unsrat Online. Vol.1(1): 11-15.
Mardawati, F., Filianty, F., dan Marta, H. 2009. Kajian Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Rangka
Pemanfaatan Limbah Kulit Manggis di Kecamatan Puspahaning
Kabupaten Tasikmalaya. Padjajaran: FTIP Universitas Padjajaran.
Yulia, O. 2007. Pengujian Kapasitas Antioksidan Ekstrak Polar, Non Polar, Fraksi
Protein dan Nonprotein Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) sweet).
(Skripsi). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Jung, H.A., Su, B.N., Keller, W.J., Mehta, R.G., Kinghorn, D., 2006. Antioxidant
Xanthones From Pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen).J. Agric.
Food.Chem. 54, 2077–2082.
Utami, N. L. W. S. 2014. Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Aktivitas
Antioksidan Ekstrak dan Masker Gel Peel Off Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.). (Skripsi). Bali: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.
10

Lampiran 1. Bukti Bukti Pendukung Kegiatan

Gambar 2. Penguapan pelarut dengan


Gambar 1. Ekstraksi Kulit buah manggis
rotary evaporator

Gambar 2. Ekstrak kental Gambar 4. Kolom kromatografi

Gambar 5. Hasil fraksi kolom Gambar 6. Hasil KLT Penggabungan


kromatografi Fraksi

Anda mungkin juga menyukai