Anda di halaman 1dari 29

FORMULASI LULUR MANDI BERBAHAN DASAR LIMBAH INDUSTRI

SIRUP MANGROVE (Sonneratia caseolaris) SEBAGAI ANTIAGING

METODOLOGI PENELITIAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

Oleh :

NOVRIDA WULAN AMALIA

NIM. 142011233025

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

DAFTAR TABEL....................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4

I PENDAHULUAN.................................................................................................5

1.1 Judul..........................................................................................................5

1.2 Latar Belakang..........................................................................................5

1.3 Perumusan Masalah...................................................................................6

1.4 Tujuan........................................................................................................6

1.5 Manfaat......................................................................................................7

II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................8

2.1 Lulur Mandi (Body Scrub)........................................................................8

2.2 Buah Pedada (Sonneratia caseolaris)........................................................9

2.3 Sirup........................................................................................................10

2.4 Kosmetika................................................................................................11

2.5 Kulit.........................................................................................................12

2.5.1 Strukur Kulit....................................................................................12

2.5.2 Jenis Kulit........................................................................................14

III KERANGKA PENELITIAN............................................................................15

3.1 Kerangka Konsep....................................................................................16


3.2 Hipotesis Penelitian.................................................................................17

IV METODOLOGI................................................................................................18

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................18

4.2 Materi Penelitian.....................................................................................18

4.2.1 Alat Penelitian..................................................................................18

4.2.2 Bahan Penelitian..............................................................................19

4.3 Metode Penelitian....................................................................................19

4.3.1 Rancangan Penelitian.......................................................................19

4.3.2 Prosedur kerja..................................................................................20

4.3.3 Parameter Penelitian.............................................................................24

4.3.4 Analisis Data.........................................................................................25

4.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian.................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Formulasi Sediaan Lulur.........................................................................22

Tabel 2 Komposisi konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%..............................22

Tabel 3Jadwal Rincian Pelaksanaan Penelitian....................................................27


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) ..................................................10

Gambar 2 Struktur kulit (Shimizu, 2017).............................................................14


I PENDAHULUAN

1.1 Judul

FORMULASI LULUR MANDI BERBAHAN DASAR LIMBAH INDUSTRI


AMPAS SIRUP MANGROVE (Sonneratia caseolaris) SEBAGAI ANT
IAGING

1.2 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alamnya, teruta

ma sumberdaya perairan. Tidak hanya wilayah perairan, wilayah pesisir pantai di I

ndonesia memiliki garis pantai yang panjang dan wilayah hutan mangrove yang lu

as (Buana dkk., 2014). Hutan mangrove adalah ekosistem yang memiliki peranan

penting di daerah pesisir. Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis

yang tinggi karena keragaman yang terdapat didalamnya, tetapi sangat rentan terh

adap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan da

n mengelolanya (Ritohardoyo dan Ardi, 2014). Di dalam hutan mangrove terdapat

banyak tumbuhan yang salah satunya yakni Sonneratiaceae (Sonneratia). Buah m

angrove dari jenis Sonneratia atau biasa disebut dengan buah pedada seringkali di

temui didaerah perairan payau, ciri-ciri dari buah ini yaitu pada bagian dasarnya te

rbungkus kelopak bunga berbentuk bola, dan ujung buah tersebut bertangkai. Bua

h tersebut tidak beracun dan dapat dimakan langsung, buah ini memiliki rasa asam

dan aroma khas yang menjadi daya tarik buah pedada.


Pemanfaatan buah mangrove Sonneratia caseolaris saat ini masih berupa

pemanfaatan sari buah untuk sirup namun dari hasil studi lainnya menunjukkan ba

hwa masih terdapat bahan aktif lain yang bermanfaat salah satunya adalah tanin

(Morada et al., 2016). Adanya kandungan tanin yang cukup tinggi maka pemanfaa

tan limbah ini dapat digunakan dalam produk turunan lainnya selain sirup mangro

ve yaitu berupa lulur mandi dari limbah buah Sonneratia caseolaris. Pemanfaatka

n limbah ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah buah mangrove Sonn

eratia caseolaris yang tidak hanya memanfaatkan sari buahnya untuk sirup namun

juga bermanfaat menjadi produk lulur mandi yang memiliki kualitas unggul dan ti

dak kalah dengan produk lulur mandi dengan antiaging yang tersedia di pasaran.

1.3 Perumusan Masalah

Penelitian terkait studi formulasi lulur mandi berbahan dasar Sonneratia c

aseolaris belum dilakukan, sehingga rumusan masalah pada penelitian ini yaitu se

bagai berikut :

a. Berapa komposisi terbaik penambahan limbah buah Sonneratia caseolaris

dalam formulasi lulur mandi yang memiliki nilai antioksidan terbaik?

b. Apakah lulur mandi berbahan dasar limbah industri sirup mangrove Sonne

ratia caseolaris ini juga memiliki manfaat sebagai produk kosmetik antiag

ing?

1.4 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

a. Mengetahui formulasi lulur mandi berbahan dasar limbah industri ampas s


irup mangrove Sonneratia caseolaris terbaik yang memiliki karakteristik l

ebih baik dibandingkan lulur mandi komersil lainnya.

b. Mengetahui manfaat antiaging pada produk lulur mandi berbahan dasar li

mbah industri sirup mangrove Sonneratia caseolaris.

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya yaitu mengha

silkan penemuan berupa produk lulur mandi berbahan dasar ampas sirup buah ped

ada yang mengandung antiaging. Dapat juga menjadi pilihan dalam mengurangi p

enggunaan bahan kimia berbahaya pada produk kosmetik khususa lulur mandi.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lulur Mandi (Body Scrub)

Body scrub (lulur badan) merupakan perawatan tubuh oleh dalam keadaan

tubuh basah dengan menggunakan berbagai ramuan, seperti herbal lulur badan. Tu

juan penggunaan dari body scrub (lulur badan) adalah untuk mengangkat sel kulit

mati, kotoran dan membuka pori-pori sehingga pertukaran udara bebas dan kulit

menjadi lebih cerah dan putih. Body Scrub ini sudah menjadi tradisi di negara-neg

ara timur tengah selama berabad-abad. Body scrub yang baik mempunyai butiran

sehingga ketika dipegang dan dioleskan terasa kasar sehingga semua kotoran yang

menempel pada kulit dapat terangkat. Butiran itu tidak boleh terlalu kasar supaya t

idak melukai kulit, terlalu halus sehingga tidak berfungsi sebagai pengampelas, ter

lalu runcing dan terlalu bulat sehingga licin (Fauzi, 2012).

Beberapa manfaat body scrub untuk tubuh adalah membuang sel kulit mati

secara maksimal, menyehatkan kulit dan menghaluskan kulit. Setiap hari kulit me

ngalami regenerasi. Mandi merupakan adalah usaha membersihkan kulit dan mem

buang sel kulit mati namun mandi saja tidak cukup membersihkan semua sel kulit

mati yang akhirnya menumpuk dan menyebabkan kulit kusam. Body scrub memb

antu pengelupasan kulit dengan lebih sempurna. Membersihkan lapisan sel kulit

mati, berarti kulit menjadi lebih sehat. Kulit yang bersih merangsang tumbuhnya s

el kulit baru sehingga menampilkan kulit yang lebih halus dan bersih. Body scrub

bekerja seperti mengampelas kulit sehingga kulit kasar hilang, setelah memakai b

ody scrub, kulit tubuh terasa lebih licin dan halus.


2.2 Buah Pedada (Sonneratia caseolaris)

Buah pedada (Sonneratia caseolaris) merupakan buah pohon pedada dari

anggota komunitas mangrove yang tumbuh dan berkembang pada salinitas rendah

Berikut merupakan klasifikasi dari Buah Pedada:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Lythraceae

Genus : Sonneratia

Spesies : Sonneratia caseolaris

Gambar 1 Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) (Farid et al., 2018)

Buah pedada memiliki kandungan fitokimia seperti steroid, triterpenoid da

n flavonoid. Fitokimia merupakan senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang

berperan aktif bagi pencegahan penyakit. Buah Sonneratia caseolaris memiliki be

berapa keunggulan dibandingkan dengan jenis tanaman mangrove lainnya yaitu si

fat buahnya tidak beracun, dapat dimakan langsung, rasa asam dan aroma yang kh
as serta tekstur buah yang lembut membuat buah Sonneratia caseolaris cocok diol

ah untuk dijadikan beberapa produk pangan seperti jenang, dodol, selai dan sirup.

Kandungan gizi pada 100 g buah yaitu vitamin A 221,97 IU, vitamin B 5,04 mg, v

itamin B2 7,65 mg dan vitamin C 56,74 mg (Dari dkk., 2020). Selain itu buah ped

ada mengandung kadar air (bb) 84,76%, kadar abu (bk) 8,4%, kadar lemak(bk) 4,

82%, kadar protein (bk) 9,21% dan kadar karbohidrat (bk) 77,57% (Manalu dkk.,

2013). Buah pedada juga memiliki kandungan fitokimia seperti steroid, tripenoid

dan flavonoid. Senyawa fitokimia seperti flavanoid merupakan antioksidan yang

menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh kita, radikal bebas terseb

ut dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung dan penuaan dini. Produk sirup le

bih banyak disukai mengingat iklim tropis kita yang memungkinkan orang lebih

memilih minuman segar dari pada makanan manis. Rasa yang asam dari buah ped

ada membuat masyarakat jarang mengkonsumsi buah tersebut secara langsung (A

venido et al., 2012).

2.3 Sirup

Menurut Selvianti (2022), sirup merupakan minuman atau pengganti gula

yang berupa laruta dengan cita rasa beraneka ragam, mempunyai kandun-gan gula

minimal 65% dan memiliki daya simpan yang relatif lebih singkat karena memilik

i kadar air yang cukup tinggi. Menurut Standar Nasional Indonesia sirup dapat ber

tahan tanpa bahan pengawet selama penyimpanan berkisar tiga minggu dengan ju

mlah kapang yaitu maksimum 50 koloni/ml. Salah satu mikroorganisme yang dap

at merusak sirup yaitu kapang, mikroorganisme yang mudah menyerang produk ol

ahan berkadar gula tinggi dan memiliki pH yang rendah seperti sirup pedada. Sela
ma penyimpanan kapang akan tumbuh dipermukaan sirup sehingga nutrisi pada si

rup akan rusak dan menghasilkan zat-zat beracun yang dikenal sebagai mikotoksi

n. Limbah dari pembuatan sirup merupakan ampas buah yang saat ini belum term

anfaatkan. Kandungan ampas buah tersebut masih mengandung bahan antioksidan

dan antibakteri yang bermanfaat dalam produk kecantikan seperti lulur mandi.

2.4 Kosmetika

Kosmetika merupakan bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian lua

r tubuh seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, organ genital bagian luar, dan gigi s

erta mukosa mulut (Indriaty dkk., 2018). Kosmetika digunakan dalam memelihara,

melindungi, membersihkan, dan mengubah penampilan. Kosmetika dapat dibuat

dari berbagai macam bahan baku. Berdasarkan bahan bakunya kosmetika dibagi

menjadi dua yaitu kosmetika modern dan kosmetika tradisional. Menurut Domini

ka dan Hasyim (2019), Kosmetika tradisional 15 merupakan kosmetika dengan ba

han baku alami sedangkan kosmetika modern merupakan kosmetika dengan bahan

baku yang telah dicampur dengan zat kimia. Kosmetika digunakan oleh masyarak

at dalam menunjang penampilan. Kosmetika biasa digunakan oleh masyarakat unt

uk memperbaiki ataupun mengubah penampilan. Penggunaan kosmetik juga penti

ng untuk perawatan tubuh bagian luar seperti rambut, kulit, dan kuku. Menurut (S

ukristiani dkk., 2014) terdapat dua jenis kosmetika berdasarkan kegunaannya yait

u kosmetika perawatan kulit atau skin care dan kosmetika riasan atau make up.
2.5 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari l

ingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 m² dengan berat kir

a-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta meru

pakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan se

nsitif serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, dan ras.

2.5.1 Strukur Kulit

Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam ata

u lapisan dermis, serta lapisan subkutan seperti yang terlihat pada gambar 2.5. Epi

dermis merupakan lapisan berada di paling luar, dibentuk oleh zat tanduk (keratin)

atau lapisan dermis (korium) yang sudah tua. Beberapa orang memiliki bagian kul

it seperti sisik tipis. Lapisan paling dalam epidermis dinamakan lapisan basal atau

stratum gorneum. Epidermis terdiri dari empat lapisan, diantaranya: lapisan Basal/

stratum gorneum, lapisan malphigi/ stratum spinosum, lapisan granular/ stratum g

ranulosum, dan lapisan tanduk/ stratum korneum.

Gambar 2 Struktur kulit (Shimizu, 2017).

Lapisan Basal/ stratum gorneum terdiri dari sel-sel kuboit yang tegak lurus

terhadap dermis, tersusun sebagai palisade dan merupakan lapisan terbawah dari e
pidermis. Lapisan ini terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang membentuk mela

nin yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar matahari. Lapisan malphigi/

stratum spinosum merupakan lapisan epidermis paling tebal, terdiri atas sel polyg

onal. Sel-sel ini memiliki protoplasma yang menonjol dan terlihat seperti duri. La

piran ketiga adalah lapisan granular/ stratum granulosum. Lapisan ini merupakan l

apisan yang terdiri atas butir-butir granul keratohialin yang basofilik. Lapisan tera

khir pada epidermis adalah lapisan tanduk/ stratum korneum. Lapisan ini merupak

an lapisan yang banyak mengandung keratin. Lapisan ini merupakan protein fibro

us insoluble yang membentuk pertahanan terluar dari kulit. Fungsinya untuk meng

usir mikroorganisme patogen, mencegah kehilangan cairan berlebih dari dalam tu

buh, unsur utama yang memadatkan rambut atau kuku.

Lapisan dermis merupakan lapisan yang berada di bawah lapisan epidermi

s. Lapisan ini terdiri dari beberapa jaringan ikat yang memiliki dua lapisan. Pars p

apilaris, terdiri atas sel fibroblast yang memproduksi kolagen. Retikularis, yaitu la

pisan yang memiliki banyak pembuluh darah, tempat akar rambut, kelenjar kering

at, dan kelenjar sebaseus. Lapisan subkutan dapat ditemukan banyak pembuluh da

rah, saraf, dan folikel atau otot rambut, beserta merector pilli. Lapisan subkutan m

erupakan lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit penghasil lemak.

Lapisan ini merupakan jaringan adipose, yaitu jaringan yang berfungsi sebagai ba

ntalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Lapisan ini juga be

rfungsi sebagai jaringan mobilitas kulit, perubahan kontur dan penyekatan panas,

serta tempat penumpukan energi (Sarwadi, 2014).


2.5.2 Jenis Kulit

Jenis-jenis kulit berdasarkan ciri-cirinya terbagi atas tiga bagian normal, b

erminyak dan kering. Kulit kering merupakan kulit ideal atau kulit dambaan. Ada

nya ciri-ciri kulit bertekstur halus atau lembut, terlihat cerah, tampak segar, pori-p

orinya kecil, elatis, memiliki kelembaban yang bagus serta tidak berminyak dan ti

dak kering. Kulit berminyak adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permu

kaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya p

ori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket. Jenis kulit lainnya yaitu

kulit kering yang memiliki kadar minyak sangat rendah sehingga terlihat pecah-pe

cah karena kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit ker

ing adalah kulit terasa kaku, kering, kusam, bersisik dan mudah timbul keriput. Ga

ris atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pa

da wajah yang berkulit kering (Wahyuningtyas, 2015).

III KERANGKA PENELITIAN

Potensi Kelautan Indonesia

Mangrove

Burguera sp. Sonneratia caseolaris Rhizopora sp.


Kulit Daun Buah Batang

Selai Sirup

Limbah ampas

Tanin

Antioksidan Antibakteri

Lulur (body scrub)

Manfaat :
-sebagai antiaging
- menjaga kelembapan kulit

3.1 Kerangka Konsep

Pembuatan lulur mandi pada umumnya menggunakan bahan-bahan tamba

han yang mengandung unsur kimia, sehingga dapat membahayakan jika digunaka

n dalam jangka panjang. Oleh karena itu bidang perikanan memberikan peluang s

olusi untuk mengatasi permasalahan lulur mandi dengan bahan-bahan tambahan b

erbahaya yang dianggap dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan pengg
unanya. Hasil dibidang kelautan yakni ada buah mangrove Sonneratia caseolaris

saat ini masih berupa pemanfaatan sari buah untuk sirup namun dari hasil studi lai

nnya menunjukkan bahwa masih terdapat bahan aktif lain yang bermanfaat salah s

atunya adalah tanin. Terdapat kandungan tannin yang cukup tinggi pada limbah si

rup buah pedada berupa ampas sirup mangrove yang akan diformulasikan menjadi

lulur mandi. Pemanfaatkan limbah ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tam

bah buah mangrove Sonneratia caseolaris yang tidak hanya memanfaatkan sari bu

ahnya untuk sirup namun juga bermanfaat menjadi produk lulur mandi yang memi

liki kualitas unggul dan tidak kalah dengan produk lulur mandi dengan antiaging

yang tersedia di pasaran.

Ditinjau dari potensi bidang perikanan dan kelautan di Indonesia yang san

gat besar. Perlu adanya pemanfaatan sumberdaya tersebut. Salah satu pemanfaatan

nya yaitu dengan memanfaatkan buah pedada dengan mengembangkan produk ter

sebut menjadi lulur mandi, dimana buah pedada mengandung sneyawa flavonoid

atau tannin yang berperan sebagai antioksidan dan memiliki manfaat salah satuny

a adalah mencegah penuaan dini pada kulit. Untuk menguji dengan konsentrasi be

rapakah akan tercipta lulur dengan kandungan antioksidan terbaik dilakukan deng

an beberapa parameter utama yang antara lain meliputi uji organoleptic, uji pH, uj

i histokimia, uji mikrobiologi, dan uji kelembapan kulit.

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka hipotesis yang digunakan p

ada penelitian ini adalah :


H0 : Formulasi pembuatan lulur mandi dari limbah ampas sirup buah pedada yang

mengandung senyawa tannin tidak memiliki manfaat sebagai antiaging.

H1 : Formulasi pembuatan lulur mandi dari limbah ampas sirup buah pedada yang

mengandung senyawa tanin memiliki manfaat sebagai antiaging.

IV METODOLOGI

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2023 di Laborato

rium Analisis Kimia Fakultas Perikanan dan Kelautan. Penelitian ini dilakukan de

ngan metode eksperimental yang meliputi tahap pengumpulan dan penyiapan sam

pel, pembuatan sediaan krim body scrub ampas dari hasil samping sirup mangrove
(Sonneratia caseolaris) dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20%, evaluasi sedi

aan, yaitu uji histokimia, uji pH, uji organoleptik, uji antioksidan, uji mikrobiologi,

penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan, uji daya sebar, dan uji viskositas sedi

aan krim body scrub dengan menggunakan Skin Analyzer Aroma (Aroma SG) dan

pengujian mikrobiologi, organoleptik, pH, stabilitas, viskositas, tipe emulsi, antio

ksidan, homogenitas dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Perikanan

dan Kelautan Universitas Airlangga.

4.2 Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan materi penelitian yang berupa alat penelitian d

an bahan penelitian yang mencangkup alat dan bahan mulai dari proses pengambil

an ampas dari limbah pembuatan sirup hingga sampai proses penambahan ampas

kedalam scrub lulur dan kemudian dilakukan beberapa tahapan pengujian.

4.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, pH meter, inkubato

r, water bath, microtube, petridish, vortex mixer, filter paper, thermometer, magn

etic stirrer, spirtus, stopwatch, gelas ukur, batang pengaduk, cawan porselen, kert

as perkamen, lumpang dan alu, neraca analitik (Boeco Germany), pot plastik, petri

dish, sudip, skin analyzer dan moisture checker (Aramo SG), lemari asam, pipet v

olume, bulb, mikroskop, wadah lulur mandi, lempeng kaca, kaca arloji, gelas kimi

a 100 mL, spindel.


4.2.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pedada (ba

han samping dari produksi sirup), parfum, NaCl, stearic acid, gliserin, aquadest, a

sam stearat, setil alkohol, propilen glikol, trietanolamina (TEA), parfum, propil pa

raben, metil paraben, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01),

metilen blue, DMSO, spiritus, media agar, HCl, n-hexane, NH 3, etanol analis, Na

OH analis, kloroform, peraksi mayer, pereaksi wagner, pereaksi dragendorf, perea

ksi besi II klorida, asam asetat dan asam sulfat.

4.3 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian pada penelitian ini yang antara lain meliputi ran

cangan penelitian, prosedur kerja formulasi melalui 3 tahap serta melakukan uji a

ntioksidan sebagai parameter utama dan uji organoleptik sebagai parameter pendu

kung, uji histokimia. Penjelasan lebih lanjut disajikan pada beberapa sub bab seba

gai berikut :

4.3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental, yaitu me

mbuat lulur mandi dengan dua formulasi yang berbeda dengan konsentrasi 0%, 10

%, 15%, dan 20%. Masing-masing formulasi lulur mandi yang sudah jadi dievalua

si secara fisik untuk didapatkan karakteristik fisik lulur mandi yang terbaik.

4.3.2 Prosedur kerja

 Pembuatan Ekstrak Sirup Pedada


Simplisia direndam dengan pelarut etanol 96% (1:10) kemudian laruta

n dimaserasi selama tiga hari. Hasil ekstraksi kemudian disaring dan dipe

katkan dengan bantuan evaporator putar pada suhu 40 oC sampai didapa

tkan ekstrak kental (Departemen Kesehatan Republik Indonesia [Depkes

RI], 2008). Ekstrak yang diperoleh kemudian dilakukan uji organoleptik

dan analisis fitokimia senyawa saponin.

 Formulasi Pembuatan Krim Dasar

Prosedur pembuatan basis krim ditimbang semua bahan yang diperlukan.

Memisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase m

inyak terdiri dari asam stearat dan setil alkohol, dilebur di atas penangas air denga

n suhu 70ºC, kemudian ditambahkan propil paraben (massa I). Fase air yang terdir

i dari propilen glikol, trietanolamin dan metil paraben dilarutkan di dalam air pana

s dengan suhu 70°C (massa II). Masukkan massa I ke dalam lumpang panas, lalu

masukkan massa II sedikit demi sedikit digerus konstan sampai terbentuk massa k

rim. Setelah terbentuk massa krim, dicampurkan dengan ampas pedada sesuai kon

sentrasi sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen. Ditam

bahkan 3 tetes parfum, dihomogenkan sampai terbentuk basis krim.

Tabel 1 Formulasi Sediaan Lulur

Konsentrasi
Bahan
0% 5% 10% 15% 20%

Setil Alkohol (g) 1 1 1 1 1

Asam Stearat (g) 15 15 15 15 15


Trietanolamin (g) 2 2 2 2 2

Propilen glikol (g) 5 5 5 5 5

Metil paraben(g) 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

Propil paraben (g) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Ampas pedada(g) - 5 10 15 20

Parfum 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes

Aquadest ad (ml) 100 100 100 100 100

 Formulasi Penambahan Scrub Pedada

Formula mengandung ampas buah pedada dari hassil samping sirup mangr

ove. Konsentrasi ampas pedada yang digunakan adalah 5%, 10%, 15% dan 20%.

Formula dasar krim yang tidak mengandung ampas pedada digunakan sebagai bla

nko. Formulasi masing-masing konsentrasi sediaan krim body scrub dapat dilihat

pada Tabel 2.2.

Tabel 2 Komposisi konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%.

Konsentrasi
Bahan
F0 F1 F2 F3 F4

Ampas pedada 0 5 10 15 20

Basis 100 95 90 85 80
Keterangan

F0 : krim lulur mandi tanpa ampas pedada (blanko).

F1 : krim lulur mandi ampas pedada 5% krim body scrub ampas peda

da 5%

F2 :krim lulur mandi lulur mandi ampas pedada 10%

F3 :krim body scrub ampas pedada 15%

F4 :krim body scrub ampas pedada 20%

Cara pembuatan untuk formula yang mengandung ampas pedada adalah m

enambahkan ampas buah pedada yang telah ditimbang ke basis krim yang telah di

buat sedikit demi sedikit, selanjutnya diaduk hingga merata dan terbentuk krim ho

mogen.

Evaluasi sediaan lulur mandi :

- Uji Organoleptik :

Uji organoleptic dilakukan dengan mengamati warna, bau dan tekstur sedi

aan lulur mandi.

- Uji pH :

Uji pengukuran pH dilakukan dengan cara mengukur pH yang ada pada lul

ur mandi.

- Pengukuran Daya Sebar :

Uji pengukuran daya sebar dilakukan dengan menimbang sampel lulur ma

ndi sebanyak 0,5 g diletakkan di atas alat uji daya sebar yang berupa lempengan k

aca berlaskan kertas skala, tutup dengan kaca pasangannya (yang sebelumnya sud
ah ditimbang), amati selama 3-5 menit, letakkan beban 50 g secara terus menerus

dengan hati-hati.

- Uji Mikrobiologi :

Pengujian mikrobiologi dilakukan dengan cara sterilisasi semua alat dan b

ahan yang akan digunakan, menggoreskan lulur mandi menggunakan ose pada me

dia NA, inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam, hitung Total Plate Count (TPC).

- Uji Kelembaban Kulit :

Pengujian kelembapan kulit dilakukan dengan menekan tombol start pada

alat Digital Moisture Oil Content Analyzer, letakkan pada bagian kulit yang diuji

kelembabannya.

- Uji Histokimia

a. Uji Alkaloid,

Ekstrak dilarutkan dalam HCl encer, lalu disaring dan dilakukan Tes Maye

r: Filtrat ditambahkan reagen mayer, terjadi endapan kuning berarti positif dan Te

s Dragendorf : Filtrat ditambahkan reagen dragendorf, terjadi endapan merah bera

rti positif.

b. Uji Flavonoid :

Ekstrak dilarutkan dalam 5 mL air, dididihkan selama 5 menit, lalu disarin

g, filtrat ditambahkan serbuk magnesium secukupnya danditambah 1 mL HCl pek

at ditambah 2 mL etanol, dikocok kuat dan biarkan terpisah, hasil positif bila terbe

ntuk warna merah, kuning atau jingga pada lapisan etanol.

c. Uji Saponin :
Pengujian saponin dilakukan dengan 0,3 g ekstrak dalam 20 mL aquades, l

arutan dikocok selama 15 menit, hasil positif bila terbentuk busa setinggi 1 cm.

d. Uji Glikosida:

Uji glikosida dilakukan dengan menyiapkan 0,3 g ekstrak dilarutkan dalam

2 mL asam asetat glasial, ditambah beberapa tetes FeCl 3 danH2SO4 pekat, hasil po

sitif bila terbentuk warna kecoklatan.

e. Uji Tanin:

Uji Tanin yakni dengan menyiapkan 0,3 g ekstrak yang akan dilarutkan da

lam 1 mL aquades, ditambah 2 tetes larutan FeCl3, hasil positif bila terbentuk warn

a biru atau hitam hijau.

4.3.3 Parameter Penelitian

Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini yaitu formulasi lulur m

andi berbahan dasar limbah atau ekstrak dari sirup buah pedada sebagai antiaging.

Adapun parameter pendukung dalam penelitian ini yaitu uji organoleptik dengan

melakukan pengujian pada kenampakan, aroma, dan rasa yang penilaiannya diam

bil dari panelis, uji histokimia, uji mikrobiologi, uji pH, dan uji kelembapan kulit.

4.3.4 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan ANAVA menggunakan program S

PSS (Statistical Product and Service Solution). Langkah pertama data dianalis den

gan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas

dan normalitasnya. Data dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode One

Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdap
at perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaa

n nyata antar perlakuan. Data tidak normal dilanjutkan dengan dianalisis menggun

akan metode Kruskal wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelom

pok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Duncan untuk melihat p

erbedaan nyata antar perlakuan.

4.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan mulai pada bulan April – Juni 2

023 dengan rincian jadwal pelaksanaan pada Tabel 3. Pelaksanaan penelitian terba

gi dalam beberapa tahap yaitu dimulai dari pemesanan bahan, pengambilan ekstra

k dari sirup buah pedada, pengujian sampel, pencatatan data, analisis data, dan pe

nyusunan laporan hasil.

Tabel 3Jadwal Rincian Pelaksanaan Penelitian

April Mei Juni


No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Preparasi bahan
2. Pengambilan ekstrak
sirup buah pedada
3. Pengujian sampel
4. Pencatatan data
6. Analisis data
7. Penyusunan laporan
DAFTAR PUSTAKA

Avenido, P., & Serrano Jr, A. E. (2012). Effects of the apple mangrove (Sonnerati
a Caseolaris) on antimicrobial, immunostimulatory and histological respo
nses in black tiger shrimp postlarvae fed at varying feeding frequency. Aq
uaculture, Aquarium, Conservation & Legislation, 5(3), 112-123.

Buana, Y., I. G. Sugiyanta, dan Zulkarnain. 2015. Perubahan Luas Mangrove Tah
un 1994-2014 melalui Citra Landsat di Kecamatan Padang Cermin. Jurnal
Penelitian Geografi. 3(1): 1-14.

Dominika, N., dan H. Hasyim. 2019. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen


Atas Penjualan Kosmetik Berbahaya di Indonesia: Suatu Pendekatan Kepu
stakaan. Niagawan, 8(1): 60-67.

Dominika, N., dan H. Hasyim. 2019. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen


Atas Penjualan Kosmetik Berbahaya di Indonesia: Suatu Pendekatan Kepu
stakaan. Niagawan, 8(1): 60-67.

Farid, F., Lestari, U., Sari, P.M., Rahman, H., 2018. Introduksi Teknologi Sabun
Cair Antiseptik Dari Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) Di Kelurahan K
ampung laut, Kuala Jambi, Tanjung Jabung Timur. Jurnal Karya Abdi Mas
yarakat 2(1): 23-30.

Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Halaman 129-130.

Indriaty, S., N. R. Hidayati, dan A. Bachtiar. 2018. Bahaya Kosmetika Pemutih ya


ng Mengandung Merkuri dan Hidroquinon serta Pelatihan Pengecekan Re
gistrasi Kosmetika di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Jurnal Surya Mas
yarakat, 1(1): 8-11.

Manalu, R. D. E., E. Salamah, F. Retiaty, dan N. Kurniawati. 2013. Kandungan Z


at Gizi Makro dan Vitamin Produk Buah Pedada (Sonneratia caseolaris). J
urnal Penelitian Gizi dan Makanan. 36(2): 135-140.

Morada, M., Lee, S., Gunther-Cummins, L., Weiss, L. M., Widmer, G., Tzipori,
S., & Yarlett, N. (2016). Continuous culture of Cryptosporidium parvum u
sing hollow fiber technology. International journal for parasitology, 46(1),
21-29.
Ritohardoyo, S. Dan G. B. Ardi. 2014. Arahan Kebijakan Pengelolaan Hutan Man
grove: Kasus Pesisir Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kuburaya, Pro
vinsi Kalimantan Barat. Jurnal Geografi. 11(1): 43-57.

Sarwadi, S. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Dunia Cerdas. H
alaman 75

Selvianti, I. (2022). Analisis Sensori Terhadap Sirup Buah Pedada (Sonneratia Ca


seolaris) Di Kabupaten Ketapang: Sirup Buah Pedada. Jurnal Teknologi P
angan dan Industri Perkebunan (LIPIDA), 2(2), 201-208.

Shimizu, H. 2017. Shimizu’s Textbook of Dermatology. Japan: Nakayama Shoten


Publisher. Halaman 2.

Sukristiani, D., H. Hayatunnufus, dan Y. Yuliana. 2014. Pengetahuan Tentang Ko


smetika Perawatan Kulit Wajah Dan Riasan Pada Mahasiswi Jurusan Kese
jahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Journal of
Home Economics and Tourism, 7(3): 1-14.

Wahyuningtyas, R. S., Pratiwi, H. S., Informatika, T., Teknik, F., & Tanjungpura,
U. (2015). Sistem pakar penentuan jenis kulit wajah wanita menggunakan
metode naïve bayes. Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol,
1(1), 1.

Anda mungkin juga menyukai