Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

LAPORAN

NIAT PUTRI HALAWA


221320007

LABORATORIUM KIMIA DASAR


AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2022
LAPORAN AKHIR PRATIKUM KIMIA DASAR

LAPORAN

Laporan adalah salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikum dan Lulus
Praktikum Kimia Dasar
Praktikum Kimia Dasar di Fakultas Pertanian
Universitas Methodist Indonesia

DIKETAHUI OLEH :

(Sri Pratiwi Aritonang, S.Si, M.Si.)


Dosen Penanggung Jawab

Asisten Dosen Asisten Dosen

(Irma Angelina Togatorop) (Gunawan Sagala, S.P)


219310091
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan atas kehadiran Tuhan yang maha esa, atas berkat dan
pertolongan nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia dasar.
Penyusunan laporan ini adalah salah satu mata kuliah kimia dasar,saya berharap kiranya
laporan dapat bermanfaat bagi kita semua

Menyadari banyak kekurangan dalam menyusun laporan ini. Karena itu, kami harapkan
kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi kekurangan dan kesalahan dari pembuatan
laporan ini.

Medan, Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
ALAT-ALAT LABORATORIUM………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
1.1Latar Belakang………………………………………………………………
1.2.1. Manfaat…………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN…………………………………………
3.1. Alat………………………………………………………………………….
3.1.2 Bahan……………………………………………………………………..
3.2.1. Prosedur Kerja…………………………………………………………..
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN………………………………………………
4.1. Hasil………………………………………………………………………….
4.1. Pembahasan………………………………………………………………..
BAB V KESIMPULAN………………………………………………………………
5.1. Kesimpulan…………………………………………………………………
5.2. Saran…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
ASAM BASA……………………………………………………………………….
BAB I………………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………
1.1.2 Manfaat………………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………
BAB III ………………………………………………………………………………
METEREOLOGI PERCOBAAN…………………………………………………
3.1. Alat ……………………………………………………………………….
3.1.2. Bahan……………………………………………………………………….
3.2.1. Produser kerja…………………………………………………………..
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………….
4.1. Hasil…………………………………………………………………………..
4.2. Pembahasan………………………………………………………………….
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………………….
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….
5.2. Saran…………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
PENENTUAN RUMUS EMPIRIS………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
1.1.Latar belakang………………………………………………………………..
1.2..2. Manfaat……………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..
BAB III METEREOLOGI PERCOBAAN………………………………………….
3.1 Alat …………………………………………………………………………..
3.2 Bahan……………………………………………………………………………
3.1.2. Prosedur kerja………………………………………………………………
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN……………………………………………………
4.1 Hasil………………………………………………………………………………..
4.2.Pembahasan……………………………………………………………………….
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………
5.2. Saran……………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
LARUTAN………………………………………………………………………………..
BAB I LATAR BELAKANG…………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………
1.2 Tujuan Praktikum…………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN………………………………………………….
3.1.1 Alat-alat……………………………………………………………………….
3.1.1 Bahan-bahan………………………………………………………………….
3.2 Prosedur Percobaan…………………………………………………………..
3.2.1 Larutan dari Bahan Padat…………………………………………………
3.2.2 Pembuatan Larutan dari Bahan Cair H2SO4……………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………..
4.2 Reaksi………………………………………………………………………….
4.2.1 Reaksi Larutan Na₂CO₃…………………………………………………….
4.2.2 Reaksi Larutan H₂SO₄………………………………………………………
4.3 Perhitungan……………………………………………………………………..
4.3.1 Perhitungan Na₂C₂O₃……………………………………………………….
4.4 Pembahasan……………………………………………………………………..
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………….
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………………………………..

ALAT – ALAT LABORATORIUM


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja


dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum
bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-
alat praktikum sangat di butuhkan dalam proses penilitian atau pun praktikum
terutama dalam proses praktikum kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan
dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses
penilitian tentu alat-alat ini sangat di butuhkan sekali. Alat-alat laboratorium juga
dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya. Maka
diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat tersebut dapat
dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan
yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting agar mendapatkan
hasil penelitian yang baik dan benar. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas
penelitian seseorang.
Dalam praktikum pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan
dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut.
Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak
diinginkan. Jadi Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan
suatu bahan atau alat lain dari mikrobia yang tidak diinginkan.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini untuk mendapatkan nilai mata pelajaran praktikum
kimia dasar, untuk menambah wawasan dalam kehidupan dan mengetahui tentang
penentuan rumus empiris, pemisahan komponen campuran, reaksi reaksi kimia,asam
basa, larutan, yang terjadi dalam hidup kita sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pengenalan alat-alat laboratorium bertujuan untuk membuat praktikan
mengetahui fungsi atau kegunaan alat-alat laboratorium.Oleh karena itu, fungsi dari
pada tiap-tiap alat akan dijelaskan dengan tujuan agar praktikan dapat memahami
secara jelas kegunaan alat-alat laboratorium yang akan dipakai. Pada dasarnya
setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat tersebut,prinsip
kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat
dapat dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur
biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer, hygrometer,
spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis,
biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph
(Moningka,2008). Dari uraian tersebut, tersirat bahwa nama pada setiap alat
menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja
pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum
dan ada pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan
reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran
atau penentuan (Moningka,2008).Dengan memahami cara kerja dan fungsi dari
masing-masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan
sempurna.Kebersihan alat yang digunakan dan ketelitian praktikan dalam
perhitungan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu praktikum, dengan
ketelitian dan ketepatan penggunaan alat maka kesalahan dalam Praktikum dapat
di minimalisir.
Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara
penangannya,yaikni cara pencampuran,mereaksikan,pemindahan atau
transportasi,dan penyimpanan.Pengetahuan tentang nama dan kegunaaan alat dan
bagaimana cara penggunaannya juga sangat penting.Misalnya alat-alat gelas
harus diperiksa sebelum digunakan.Apakah ada yang retak,pecah,atau masih
kotor.Juga cara penyimpanannya sehingga kerusakan alat dan bahan-bahan kimia
dapat dihindari,serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan dapat dicegah
(Budimarwati,2013). Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi
para pekerja atau pemakainya yaitu para praktikan.Aman terhadap kemungkinan
kecelakaan fatal maupun sakit atau gangguan kesehatan lainnya.Hanya didalam
laboratorium yang aman, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan, dan
keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efesien
(Khasani,1990.Dalam melakukan suatu percobaan,kita tentunya harus mengetahui
alat-alat yang digunakan dalam praktikum.Alat-alat yang digunakan tersebut
disesuaaikan dengan tujuan percobaan. (Achmad,1993). Sebelum melakukan
praktikum hal yang paling utama yang harus dipahami oleh praktikan adalah
mengetahui terlebih dahulu nama-nama alat, fungsi, dan cara penggunaan alat-alat
yang akan kita gunakan, agar praktikum yang akan dilakukan berjalan dengan baik
(Setiawati, 2002). Pemakaian bahan kimia akan sangat berpengaruh terhadap alat-
alat yang digunakan. Setiap alat 3.1.2WAKTucang dengan bahan-bahan yang
berbeda, ada yang terbuat dari gelas, porselen, kayu, alumunium, plastik, dan
lain-lain sesuai dengan fungsinya masing-masing. Alat-alat tersebut ada yang tahan
terhadap basa, tahan terhadap kondisi asam, tahan terhadap panas, dan ada yang
hanya tahan terhadap kondisi normal. Oleh sebab itu, penggunaan alat dan
bahan kimia sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian (Mored, 2000).

BAB III METODE PERCOBAAN


3.1. Alat
1. Breaker Gelas, gelas ukur, corong gelas, pengaduk kaca, karet penghisap, pipet
ukur, pipet volume, pipet tetes, labu ukur, batang pengaduk ujung spiral, spatula
stainlessteel, lampu spiritus, erlmeeyer, cawan porselin, neraca analitik, botol
semprot, mortar pastle, klem buret bentuk x, statif, buret, kuvet dan rakkuvet, batang
osek ujung bulat dan ujung lurus, tabung reaksi dan tabung durham, pengaduk L,
lampu spiritus, rak tabung reaksi.
3.2. Bahan
1.Aluminium sulfat ( ASIO4), Amoniak pekat ( NH4OH), Asam sulfat ( H2SO4),Asam
klorida ( HCI), Entanol (C2H3OH), Formalin 40% (CHCI3),Klorofrom, ( CHCI3) Metilin
biru, Natrium hidroksida (NaOH), Kobalt klorida( COCICOCI6H2O), Natrium klorida
(NaCI)
3.2.1 Prosedur Kerja
Proses kerja pada praktikum Pengenalan Alat-alat laboratorium adalah adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan dan mengenali alat-alat laboratorium mikrobiologi dasar.
2. Mengenali fungsi dan kegunaan alat-alat laboratorium mikrobiologi dasar.
3. Dokumentasi alat-alat laboratorium mikrobiogi dasar.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Hasil praktikum pengenalan alat-alat laboratorium dapat di lihat pada table di bawah
ini:
1 .Gelas kimia
2. Gelas ukur
3. Tabung reaksi
4. Erlmeeyer
5. Hot plate
6. Pipet mikro
7. Sikat tabung
8. Setrifuse
9. Laupe.
10. Cawan petruk
11. Cultucamberh
12. Mikroskop cahaya
13 lampu Bunsen
14. Jarum nose
15. Timbangan analitik
16. Autoclave
17. Sahker water beath

4.2. Pembahasan

Praktikum yang berjudul “Pengenalan Alat” ini membahas mengenai alat-alat yang akan
di pergunakan pada praktikum mikrobiologi. Pada praktikum pertama ini, kami dikenalkan
pada beberapa peralatan yang nantinya akan digunakan di praktikum mikrobiologi, diantaranya
yaitu Gelas kimia, gelas ukur,tabung reaksi, erlenmeyer, hot plate, pipet, sikat tabung,
sentrifuse, loupe, cawan petri, cultur chamber, mikroskop cahaya, lampu bunsen, jarum ose,
timbangan analitik, autoclave, dan shaker water bath.
Gelas kimia berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya, terbuat dari kaca
borosilikat yang tahan panas, berfungsi untuk mengukur volume larutan yang tidak
memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan dan
media pemanasan cairan. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu
dikeringkan dengan lap. Alat ini juga bisa digunakan untuk menyimpan koloni.

Gelas ukur berupa gelas tinggi dengan skala disepanjang dindingnya, terbuat dari kaca
atau plastik yang tidak tahan panas, berfungsi untuk mengukur volume larutan tidak
memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu. Selain itu juga gelas ukur
memiliki fungsi untuk mengukur volume larutan.

Tabung raeksi berupa tabung dilengkapi tutup, terbuat dari kaca borosilikat tahan panas,
berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dan untuk melakukan reaksi kimia
dalam skala kecil. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan terlebih dahulu lalu dikalibrasi
dengan aqua DM setelah itu lap dengan lap atau kertas isap. Kemudian sampel yang akan
direaksikan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Erlenmeyer berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala
sepanjang dindingnya, berfungsi untuk menyimpan dan memanaskan suatu koloni. Cara
menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan lap. Kemudian suatu
larutan dimasukkan lalu dititrasi, kemudian digoyangkan memutar labu erlenmeyernya larutan,
menampung filtrate hasil penyaringan, dan menampung titran ( larutan yang dititrasi) pada
proses filtrasi. Selain itu juga labu erlenmeyer juga memiliki fungsi untuk menyimpan koloni
pada saat pengamatan.

Hot plate, alat ini berfungsi untuk menghomogenisasikan suatu larutan yaitu dengan
pengadukan. Dengan alat ini proses pengadukan akan lebih cepat, alat ini juga bisa digunakan
untuk pembuatan media bakteri. Pipet berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran
diujungnya, berfungsi untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya
digunakan untuk titrasi. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan
dengan batang pengaduk yang ditutupi dengan kertas isap. Periksa keadaan kerannya dan
tetesannya apakah bocor atau tidak. Lalu dikalibrasi dengan larutan yang akan dimasukkan ke
dalam buret, periksa apakah ada gelembung atau tidak. Buka keran perlahan untuk
mengeluarkan larutannya.
Sikat tabung, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan tabung reaksi yang dimana
bulu sikatnya terbuat dari kawat halus. Sentrifuse, adalah alat yang berfungsi untuk
memisahkan partikel padat pada cairan yang digerakan oleh motor listrik. Sentrifuse digunakan
untuk menghomogenkan partikel-partikel yang ukurannya lebih ringan dari partikel-partikel
yang ukuirannya lebih besar. Loupe digunakan untuk membesarkan objek serta untuk melihat
sel yang berukuran mikroskopis.

Lompe adalah alat yang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berguna untuk
memperbesar benda-benda kecil sehingga Nampak lebih besar dan jelas. Cawan petri, adalah
sebuah wadah yang berbentuk bundar dan terbentuk dari bahan plastic dan kaca, mempunnyai
ukuran berbeda-beda, yang digunakan untuk membiakkan sel dan juga untuk mengkultur
bakteri, spora atau biji-bijian. Cawan petri plastik di gunakan hannya satu kali saja.

Cawan petri yaitu wadah yang menyerupai mangkuk dengan dasar rata. Cawan ini
digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media. Prinsip kerjanya yaitu,
medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan penutup
cawan. Culture chamber, adalah alat untuk mengingkubasi atau memeram mikroba pada suhu
yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Didalam
laboratorium mikrobiologi digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada suhu
tertentu,menumbuhkan ragi, dan jamur, menyimpan biakan murni mikroorganisme pada suhu
rendah.

Mikroskop cahaya, berfungsi untuk memperbesar objek 4 hingga 24 kali sehingga


mempermudakan pengamatan pada objek yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Lampu
Bunsen, adalah lampu berbahan bakar spiritus yang digunakan untuk sterilisasi panas dan
mempertahankan sterilisasi ruang inokulasi, isolasi dan transfer mikroba.

Lampu Bunsen untuk pemijaran serta untuk mensterilisasikan mikroba dan mengamankan
praktikan pada saat melakukan penanaman medium. Jarum ose, alat berupa kawat baja
berujung membulat yang digunakan untuk mengambil mikroba yang diinkubasi, diisolasi atau
di transfer ke media kultur lain. Prinsip kerjanya Jarum Ose disentuhkan pada bagian mikroba
kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati.
Timbangan analitik, sebuah alat yang berfungsi untuk mengukur massa suatu benda dengan
akurasi sampai ±0,0001 gram dan mempunyai penutup yang terbuat dari kaca. Autoclave,
adalah pemanasan tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap
bersuhu dan bertegangan tinggi.

Autoclave yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Alat
ini terdiri dari bejana tekanan tinggi yang dilengkapi manometer dan klep bahaya. Autoclave
dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau alat-alat yang tahan terhadap suhu tinggi.
Shaker water bath digunakan untuk menghomogenkan suspensi bahan terlarut dan pelarut serta
untuik menumbuhkan mikroba dan media cair dengan suhu tertentu dan hitunganya 134
permenit.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

1.Alat yang di gunakan dalam melakukan pratikum ini adalah, gelas kimia ,gelas ukur
,tabung reaksi ,erlenmeyer ,hot plate ,pipet tetes, mikropipet ,sikat tabung ,sentrifuse ,loupe
,cawan petri,cultur chamber ,mikroskop cahaya ,lampu busen ,jarum ose ,timbangan analitik
,autoclave ,shaker water bath.

2.Masing-masing alat pratikum memiliki fungsi dan pengguunaan yang berbeda-beda. Seperti
gelas kimia berfungsi untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan dan media pemanasan
cairan. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan lap.
Gelas Ukur berfungsi untuk mengukur volume segala benda dengan ketelitian yang tinggi.
Tabung reaksi berfungsi sebagai wadah untuk mereaksikan dua atau lebih larutan.
Erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan yang akan dititrasi pada proses titras. Hot
plate berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Mikropipet
mempunyai fungsi seperti pipet tetes, yaitu untuk memindahkan cairan atau
larutan,mikropipet dapat menyerap cairan yang terukur. Sikat tabung berfungsi untuk
membersihkan alat-alat laboratorium seperti gelas kimia,tabung reaksi,dan gelas ukur
berbentuk nya seperti sikat. Sentrifiuse berfungsi untuk menghomogenkan suatu zat dan juga
untuk memisahkan cairan dengan padatan. Loupe atau kaca pembesar berfungsi sebagai
pembesar suatu objek,berbentuk seperti bulatan kaca.Cawan petri digunakan untuk
membiakan (kultivasi) mikroorganisme pada suatu medium yang dituangkan diatas cawan
petri. Cultur chamber berfungsi untuk menyimpan alat-alat yang sudah di sterilka,berbentuk
seperti oven. Mikroskop cahaya untuk melihat benda-benda yang sangat kecil seperti
mokroorganisme. Lampu bunsen berfungsi untuk memanaskan suatu zat dan mengunakan
spiritus sebagai bahan bakar nya. Jarum ose berfungsi untuk mengambil dan menyebar
sample koloni mikroba pada medium padat atau cair. Timbangan analitik memiliki fungsi
membantu untuk mengukur berat bahan secara terukur. Autoclave adalah alat pemanas
tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi selama kurang lebih 15 menit. Water bath berfungsi untuk menciptakan
suhu yang konstan dan digunakan untuk inkubasi pada analisis mikrobiologi.
5.2. Saran

Saran saya, Pengenalan alat-alat laboratrium merupakan suatu hal yang sangat penting
karena merupakan suatu dasar dari praktikum agar tidak terjadi kesalahan dan diharapkan
agar praktikan dalam perawatan alat-alat laboratorium lebih ditingkatkan lagi, sehingga alat-
alat laboratorium bisa digunakan dalam waktu yang lebih lama. Praktikum pengenalan alat
merupakan praktikum yang sangat penting karena alat-alat yang akan digunakan kita selaku
praktikan wajib terlebih dahulu mengetahuinya, maka dari itu praktikan wajib memahami
serta dapat menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium mikrobiologi agar tidak ada
kesalahan-kesalahan pada saat praktikum. Dan diharapkan alat yang akan digunakan untuk
praktikum pengenalan alat bisa lebih banyak lagi agar para praktikan tidak berdesakan hanya
untuk melihat alat yang hanya ada satu atau sedikit.
ASAM DAN BASA
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Asam dan basa sudah dikenal sejak dulu. Istilah asam berasal dari bahasa Latin
acetum yang berarti cuka. Istilah basa berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa
digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa
saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam nitrat
dalam buah jeruk berfungsi untuk member rasa limun yang tajam. Cuka mengandung
asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam
mineral yang lebuh kuat telah dibuat sejak abad pertengahan. Salah satunya adalah aqua
forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliiti untuk memisahkan emas dan perak.
Suatu larutan dapat diketahui sifat asam atau basanya dengan menggunakan indikator
asam-basa, yaitu zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan asam dan larutan
basa. Salah satu contohnya adalah kertas lakmus.
Sedangkan untuk menentukan besarnya derajat keasaman/pH larutan asam basa
dapat digunakan pH meter atau dapat juga dengan indikator asam-basa yang lain seperti
larutan indikator contohnya metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolptalein
serta dapat juga menggunakan indikator universal. Perubahan warna indikator pada pH
tertentu disebut trayek pH atau jarak pH. Namun indikator tersebut hanya dapat
dipergunakan di laboratorium saja bahkan seperti pH meter sangat jarang digunakan
karena harganya yang tidak terjangkau, oleh karena itu dapat digunakan indikator alami
yang dibuat dari bahan-bahan alami untuk menentukan apakah sifat suatu larutan asam
ataupun basa.

1.2.Tujuan
Untuk mengetahui sifat suatu larutan dengan indikator alami,Untuk mengetahui sifat
suatu larutan dengan indikator buatan,Untuk mengetahui pH suatu larutan dengan
indikato
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asam dan Basa Asam didefinisikan sebagai suatu senyawa yang mengandung
hidrogen yang Bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang memiliki ion OH-
ketika direaksikan dengan air. Asam apabila direaksikan dengan basa akan
menghasilkan garam dan air ( Goldberg, 2002). Asam apabila dilarutkan dalam air
akan mengalami disosiasi dengan membentuk ion hidrogen sebagai ion postifi. Basa
apabila dilarutkan dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH-
sebagai ion negatif (Hardjono, 2005). Asam apabila dilarutkan dalam air akan
mengalami disosiasi dengan membentuk ion hidrogen sebagai ion postifi. Basa
apabila dilarutkan dalam air akan mengalami. Disosiasi Dengan Pembentukan Ion
OH- Sebagai Ion Negatif

( Hardjono, 2005). Basa merupakan semua zat yang dapat menetralkan sifat
asam. Basa juga memilki kemampuan kemampuan untuk melarutkan minyak dan
debu yang menempel pada suatu permukaan benda. Basa memiliki indikator sama
seperti asam yaitu menggunakan kertas lakmus, basa dapat merubah warna kertas
lakmus dari merah menjadi biru ( Windarti, 2008). Kekuatan asam memberikan
proton dan kekuatan basa menerima proton merupakan ukuran kekuatan dari asam
dan basa. Asam yang mudah melepas atau memberikan proton akan disebut sebagai
asam kuat, sedangkan asam yang sukar melepas proton disebut asam lemah. Basa
memiliki prinsip yang sama, basa kuat adalah basa yang mudah menerima proton
sedangkan basa lemah adalah basa yang sukar untuk menerima proton (Keenan,
1991).
BAB III METEREOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

1.Pipet tetes, lumping dan alung, tabung reaksi, pisau, gelas kimia, gelas plastik,
pengaduk, buku, pulpen, tisu.

3.2. Bahan

1. Kunyit, bunga kembang sepatu, soda kue, detergen, jeruk nipis, cuka,
minuman bersoda, kapur, gula, garam, tomat, kopi, pemutih pakaian, aquades, kertas
lakmus (merah dan biru), indicator universal.

3.2.1. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Geruslah beberapa helai mahkota bunga kembang sepatu, tomat dan kunyit

hingga halus dengan menggunakan lumping dan alung, lalu tambahkan air
secukupnya

3.Larutkanlah gula, garam, kapur, soda kue, detergen, dan kopi dengan
menggunakan air kedalam gelas kimia atau pun gelas plastik.

4.Peraslah jeruk nipis hingga air jeruknya keluar.

5.Ambillah larutan gula, garam, kapur, soda kue, kopi, minuman bersoda, air

jeruk nipis, cuka, aquades, detergen dan tomat menggunakan Pipet tetes
kedalam plat tetes yang kering dan bersih.

6. Tambahkan larutan kunyit pada setiap larutan di plat tetes.

7. Ulangilah langkah kerja di atas dengan menggunakan bunga kembang sepatu


BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Selain itu, Asam
merupakan suatu zat yang jika di larutkan dalam air akan mengasilkan ion H+
(Arrhenius: 1884). Asam juga adalah zat yang dapat memberi proton kepada zat lain
dalam hal ini zat yang bersifat basa (Bronsted-Lowry: 1923). Spesi yang bertindak
sebagai penerima pasangan elektron merupakan asam (Lewis: 1983).

Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

1. Masam jika dilarutkan dalam air.

2. Asam terasa menyengat bia disentuh, dan dapat merusak kulit.

3. Asam bereaksi dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.

4. Walaupun tidak selalu ionik tetapi merupakan cairan elektrolit.

5. Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah

Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam dengan melalui reaksi
penetralan dengan membentuk garam. Secara kimia, asam dan basa saling
berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam menghasilkan ion
hidrogen (H+), maka dalam hal ini basa mempunyai arti bahwa senyawa basa
dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH–) (Arrhenius: 1884).
Selain itu, basa merupakan zat yang dapat menerima proton (Bronsted-Lowry:1923).
Basa juga merupakan spesi yang bertindak sebagai pemberi pasangan elektron
(Lewis:1938).

Secara umum, basa memiliki sifat sebagai berikut:

1. Kaustik

2. Rasanya pahit
3. Licin seperti sabun

4.Nilai pH lebih rendah dari air suling

5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru

6. Dapat menghantarkan arus listrik

Perbedaan asam dan basa


ASAM
1.Rasanya asam
2. Biru menjadi merah
3. [H+] >[OH]-
4. Terurai menjadi ion H+ dan ion negatif sisa asam
5. Aki ( H2SO4), HCl, HNO3.
BASA
1.Rasanya pahit.
2.Merubah lakmus merah menjadi biru
3.[H+] < [OH–]
4.Terurai menjadi ion positif logam dan ion OH–
5.Bersifat melarutkan kulit (kaustik). Contoh: air sabun, air kapur, air abu.
Indikator Asam dan Basa
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa digunakan adalah
indikator buatan dan indikator alami.
• Indikator buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri
dari lakmus erah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia
sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan
asan maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya.
Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan
karena adanya orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lamus yang berwarna biru ke
dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya
dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas
lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein
merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-).
Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas
lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya
menjadi merah.
Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi.
Apabila kertas lakmus merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam,
warnanya akan tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam
suasana asam. Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang
bersifat basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk.
• Indikator alami
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah
warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya
dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna
mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.
Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya,
misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah
dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan
asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan
berwarna hijau.
BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Suatu larutan dapat diketahui sifatnya dengan menggunakan indikator alam yaitu kunyit
dan bunga kembang sepatu. Dimana suatu larutan jika ditetesi larutan bunga kembang sepatu
jika berwarna merah menunjukkan asam dan jika berwarna hijau berarti basa, sedangkan jika
ditetesi larutan kunyit jika berwarna kuning larutan tersebut bersifat asam, jika berwarna
jingga larutan tersebut bersifat basa.

Selain indikator alami kita juga dapat menentukan sifat suatu larutan dengan
menggunakan kertas lakmus (indikator buatan), dimana apabila kertas lakmus merah berubah
warna biru larutan tersebut bersifat basa sedangkan apabila kertas lakmus biru berubah
warna menjadi merah larutan tersebut bersifat asam. Suatu larutan dapat diketahui pH-nya
dengan menggunakan indikator universal.

5.2. Saran

Sebaiknya praktikum dilakukan dengan baik dan berhati- hati, memakai alat – alat
laboratorium dengan hati hati, tepat waktu dalam mengikuti praktikum dan menjaga
ketertiban dan kebersihan saat di laboratorium.
RUMUS EMPIRIS
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus kimia paling sederhana dimiliki oleh
suatu senyawa. Rumus empiris memberikan informasi mengenai perbandingan jumlah
atom relatif setiap jenis atom yang terkandung dalam senyawa itu. Akan tetapi, rumus
empiris tidak menggambarkan jumlah unsur unsur yang menyusun senyawa.
Sedangkan rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlh atom setiap unsur dalam
suatu molekul zat itu. Contohnya jika rumus empiris glukosa adalahCH2O yang
menyatakan bahwa jumlah atom karbon, hidrogen, dan oksigen memiliki nisbah 1:2:1 ,
sedangkan rumus molekul glukosa adalah C6H12O6, yang menyatakan bahwa setiap
molekul mengandung 6 karbon, 12 hidrogen, 6 oksigen.
Rumus empiris ditentukan lewat penggabungan nisbah bobot dari unsure-
unsurnya. Ini merupakan langkah yang penting untuk memperlihatkan sifat berkala dan
unsur-unsur. Secara sederhana penentuan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan
dengan cara eksperimen. Dengan menentukan persentase jumlah unsur-unsur yang
terdapat dalam zat tersebut, memakai metoda analisis kimia kuantitatif.
Berdasarkan latar belakang diatas, kami akan melakukan percobaan rumus empiris
senyawa dan hidrat air dengan bertujuan untuk dapat mancari rumus empiris suatu
senyawa dan menetapkan rumus molekul suatu senyawa , dapat mempelajari cara
mendapatkan data percobaan dan cara pemakaian data untuk menghitung rumus empiris,
dapat mempelajari sifat sifat senyawa berhidrat, dan dapat mempelajari bolak balik
hidrasi, serta dapat menentukan persentase air dalam hidrat. Berikut pembahasan
mengenai rumus empiris senyawa dan hidrat air.
1.2.Tujuan

Dapat mencari rumus empiris suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa-
senyawa. Dapat mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk
menghitungsenyawa-senyawa Dapat mempelajari sifat-sifat senyawa berhidrat Dapat
mempelaari reaksi bolak-balik hidras. Dapat menentukan persentase air dalam suatu hidrat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus kimia paling sederhana yang
dimiliki oleh suatu senyawa. Rumus empiris memberikan informasi mengenai
perbandingan jumlah atom relatif dari setiap jenis atom yang terkandung dalam senyawa
itu. Akan tetapi rumus empiris tidak menggambarkan jumlah unsur unsur yang menyusun
senyawa. Jumlah unsur-unsur sebenarnya yang menyusun suatu senyawa dijelaskan oleh
rumus molekul. Jadi, rumus molekul sutu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsur
dalam satu molekul zat itu.
Rumus empiris dan molekul dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
a Tentukan massa atau persentase unsur-unsur penyusun senyawa.
b. Bagi massa atau persen dengan Ar maning-masing dan tentukan perbandingan terkecil.
c Dapatlah rumus empiris.
Rumus molekul :moleka
a. Tentukan rumus empiris
b. Hitung Mr senyawa dan tentukan kelipatan (n)
c. Rumus molekul = n × rumus empiris ( justiana, 2009 : 112).
Adapun rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk menentukan rumus
molekul dari suatu zat murni yang merupakan tujuan dari analisa kuantitatif. Suatu zat
antara rumus empiris dan rumus molekul mempunyai hubungan yang erat atau saling
berkaitan. Terdapat tiga kemungkinan hubungan yang perlu dipertimbangkan, yaitu
rumus empiris dan rumus molekul dapat identik, rumus molekul dapat merupakan
penggandaan atau kelipatan dari rumus empiris, suatu senyawa dalam keadaan padat
dapat memiliki rumus empiris dan tidak memiliki rumus molekul.Rumus kimia zat dapat
menyatakan jenis dan jumlah relative atom yang menyusun zat itu. Rumus kimia
berbentuk kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Bilangan menyatakan
jumlah atom masing-masing unsure dalam rumus kimia disebut angka indeks. Dalam
rumus kimia airO), indeks H=2 dan indeks O=1 (indeks satu tidak ditulis).
Rumus kimia zat dapat berupa rumus empiris adalah rumus molekul, selain kedua ini
terdapat struktur. Rumus struktur ini biasanya dipergunakan dalam mempelajari dan
memahami senyawa organic (Anonim, 2011)
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan jumlah mol unsur unsur yang menyusun
suatu senyawa . menentukan rumus empiris bererti menghitung jumlah mol unsur unsur
dan kemudian membandingkannya. Dalam penentuan tersebut diperlukan sejumlah data.
Yaitu massa unsur, perbandingan massa unsur atau persentase, dan massa atom relatif
(Ar) unsur tersebut.
Adapun rumus molekul senyawa merupakan rumus kimia yang menggambarkan
jumlah atom dan unsur penyusun senyawa. Dalam penentuan rumus molekul, perlu
ditentukan terlebih dahulu empirisnya. Selanjutnya dengan menggunakan data massa
molekul relatif (Mr) senyawa dapat ditentukan rumus molekul nya.
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul molekul air. Molekul molekul air
yang terikat dinamakan molekul hidrat. Penentuan jumlah molekul hidrat yang terikat
dilakukan dengan cara memanaskan garam terhidrat (mengandung air) menjadi garam
anhidrat yang tidak mengandung air (Sunarya, 2010 : 78-79).Penentuan rumus empiris
suatu senyawa dapat digunakan unuk menentukan rumus molekul dari suatu senyawa
yang merupakan tujuan dari analitis kuantatif. Suatu zat murni setelah dianalisis ternyata
terdiri atau tersusun oleh atom C atau atom H.
Adapun rumus empirir suatu senyawa dapat digunakan untuk menentukan rumus
molekul suatu zat murni yang merupakan tujuan dari analisis kuantatif. Suatu zat antara
rumus empiris dan rumus molekul mempunyai hubunga yang erat atau saling berkaitan.
Rumus kimia zat dapat berupa rumus empiris dan rumus molekul. Selain kedua ini
terdapat rumus strukturyang biasanya dipergunakan dalam mempelajari dan memahami
senyawa organik. Dalam kimia, rumus empiris atau komposisi kimia dari suatu senyawa
adalah ekpresi sederhana jumlah relatif setiap unsur atom yang terkandung ( Nurul, 2010 :
40-43).
Air merupakan senyawa serba guna yang berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia
dibumi. Hidrasi air adalah air yang terkandung dalam kristal, yaitu terikat pada ion atau
molekul yang berbentuk kristal. Senyawa atau zat padat yang tidak mengandung air
disebut anhidrat. Misalnya CaO yang merupakan anhidrat basa dari Ca(OH)2, sedangkan
senyawa yang mengandung atau mengikat molekul air secara kimia sebagai bagian dari
kisi kristalnya disebut senyawa hidrat. Misalnya BaCl2 , 2H2O molekul air yang terikat
dalam hidrat disebut senyawa hidrat (Cotton, 1989:205-206)
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
1. Cawan krus dan tutupnya, timbangan, kaki tiga, segitiga porselin, Bunsen, penjepit
krus, pipet tetes.

3.2.1 Bahan
1.Pita Mg (10-15 cm), larutan HNO3 6mL, CuSO4 H2O, air suling.

3.2.2. Prosedur Kerja


Cawan Krus dan Tutupnya, ditimbang hingga ketelitian 0,001 g dan dicatat
bobotnya, Sepotong pita Mg (10-15cm),Dibersihkan dengan kertas tisu untuk
menghilangkan, Kotoran dan minyak, di gulung hingga masuk dalam Krus,Dimasukan
kedalam krus dan timbang, krus dan isinya Diletakkan diatas kaki tiga yang dilengkapi
dengan segitiga porselen Dipanaskan 20 menit dengan pembakar bunsen hingga dasar
krus berpiji Dibuka sedikit tutup krus agar udara dapat masuk dengan menggunakan
penjepit krus.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
Berikut hasil pengamatan yang kami dapatkan :
1.Bobot cawan krus
2.Bobot cawan krus + tutup +
3.Bobot magnesium
4.Cawan krus + Magnesium oksida
5.Bonot maknesium oksida
6.bobot oksida
7. Bobot atam magnesium
8.Bobot atom oksida
9.jumlah mol atom oksida
10. Jumlah mol atom magnesium
Warna CuSO4.5H2O Biru,Pada pemanasan CuSO4.5H2O terdapat / Tidak Terdapat
air pada kaca arlogi,Warna contoh setelah pemanasan Putih,Setelah pemanasan dan
penambahan H2O terjadi warna Biru,Persamaan reaksi : CuSO4.5H2O → CuSO4 +
5H2O CuSO4 + 5H2O → CuSO4.5H2O.

4.2.1. Pembahasan
Percobaan tentang rumus senyawa empiris tujuan utama nya adalah mencari
rumus empiris dari senyawa Magnesium Oksida.
Pertama menimbang cawan kruss beserta tutupnya, kemudian memasukkan pita
Mg , dan menimbangnya kembali. Sehingga bisa didapatkan bobot pita Mg yaitu
massa cawan kruss+tutup+pita Mg dikurangangi dengan massa cawan kruss+tutup.
Setelah didapatkan data 1,2,dan 3dilanjutkan memanaskan kruss yang berisipita Mg
tadi dalam keadaan tergulung diatas segitiga porselen dengan bunsen selama 15
menit, setelah itu buka tutup kruss sedikit agar udara dapat masuk dan panaskan
kembali selama 15 menit setelah itu dimatikan bunsen dan dibiakan selama 10 menit
sehingga pita dapat bereaksi denga oksigen dan membentuk magnesium oksida.
Reaksinya adalah Mg + O2 → MgO
Selain itu Mg juga bereaksi dengan nitrogen oksida. Reaksinya adalah
Mg + NO2 → Mg(NO2)2.
Setelah pemanasan selama 15 menit dan didinginkan, selanjutnya masukkan 20 tetes
air kedalam cawan kruss dan panaskan kembali dengan api kecil selama 5
menitsehingga tidak ada asap yang timbul. Kemudian matikan bunsen dan dinginkan
krus selama 10 menit dan timbang kembali.
Jika bobot cawan kruss + tutup + Magnesium Oksida telah didapatkan maka
Magnesium Oksida maka bobot Magnesium Oksida dapat ditentukan dengan
pengurangan bobot cawan kruss +tutup + magnesium oksida dengan cawan kruss +
tutup. Setelah itu hitunglah mol dari Mg dan oksigen . Sehingga di peroleh hasil
jumlah mol atom Magnesium adalah 0,01 sedangkan oksigen 0,02. Perbandingan mol
keduanya adalah 1 : 2. Dengan perbandingan mol, maka didapatkan rumus empiris
senyawa adalah MgO2.
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu memeriksa dan menyiapkan
alat yang
Yang akan digunakan dalam percobaan diantaranya cawan porselen dan tutupnya cuci
dengan air dan detergen dan kemudiaan dengan HNO3 dan bilas dengan air suling.
Keringkan kemudian letakkan pada segitiga penyangga. Setelah siap, pertama
panaskan cawan sampai bagian tengah cawan terlihat membara selama 5 menit.
Hentikan pemansan dan didinginkan selama 10 – 15 menit , lalu timbang cawan dan
tutupnya, didapatkan 113, 74 gr. Kemudian kedalam cawan, dimasukkan 1 gram
sampel yang didapatkan dari asisten, sehingga bobot cawan + tutup + sampel 114,47
gr. Kemudian panaskan kan dengan tutup sedikit terbuka agar uap air dapat terbentuk
dan timbang hasilnya setelah dua kali pemanasan. Stelah ditimbang, didapatkan massa
sampel sebelm pemanasan 1 gr sedangkan setelah pemanasan 0,4 gr.
Massa air yang hilang dari sampel didapatkan dengan selisih massa sampel
sebelum dipanaskan dengan setelah dipanaskan ( 1 gr – 0,4 gr ) didapatkan 0,6 gr
dengan persentase air yang hilang 60 %. Massa senyawa molar anhidrat dapat
ditentukan dengan massa atom-atom penyusunnya. Sehingga berdasar perhitungan
pada lampiran didapatkan 159,5 gr /mol.
Selanjutnya, menentukan rumus hidrat senyawa CuSO4. X H2O dengan
menentukan terlenih dahulu perbandingan mol CuSO4 dan H2O. Perhitungan dapat
dilihat di bagian lampiran, didapatkan mol CuSO4 adalah 0,004 dan mol H2O adalah
0,02, perbandingan mol senyawa adalah 1: 5, sehingga didapatkan rumus hidrat
senyawa adalah CuSO4. 5 H2O .
Reaksi bolak balik
Percobaan ini , CuSO4. 5 H2O dimasukkan kedalam porselen yang ditutup dengan
kaca arlogi. Warna CuSO4. 5 H2O sebelumnya adalah biru, kemudian dipanaskan
warna menjadi putih dan terdapat air pada kaca arlogi, air ini berasal dari senyawa
CuSO4. 5 H2O, hidrat kelihangan air dengan ditandai dengan berubahnya warna dan
terdapat air pada kaca arlogi sehingga terbentuklah senyawa anhidrat CuSO4. Sampel
didinginkan, setelah dingin, air yang terdapat pada kaca arlogi tadi , maka terbentuk
kembai senyawa hidrat CuSO4. 5 H2O yang berwarna biru sepeti semula.
Percobaan ini untuk membuktikan reaksi bolak balik senyawa hidrat ,
berdasarkan materi bahwa “ beberapa bahan akan meyerap sedikit air jika
ditempatkan di atmosfer yang mengandung banyak uap air. Penambahan air akan
membentuk hidrat dan kehilangan air akan membentuk anhidrat, dan proses ini
merupakan reaksi bolak- balik “ ( Epinur. 2015 : 31). Sehingga setelah dilakukan
percobaan dapat disimpulkan bahwa CuSO4. 5 H2O mengalami reaksi bolak balik
dimana hasil reaksinya dapat menjadi reaksi kembali, reaksinya sebagai berikut :
CuSO4+ 5H2O → CuSO4.5H2O
: CuSO4.5H2O → CuSO4+ 5H2O.

BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapa ditarik dalam percobaan ini adalah :

1.Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan dengan menetapka perbandinga unsur
unsur dalam senyawa rumus molekul ditentukan dengan rumus RM = (RE)n, n
tergantung pada Mr suatu senyawa.

2. Untuk mendaatkan data percobaan terlebih dahulu menimbang sampel. Rumus


empiris ditentukan oleh data : macam unsur ( analisis kuantatif ), komposisi unsur
(analisis kuantatif), masaa atom relatif.

3.Hidrat air adalah suatu senyawa kimia yang kristalnya mengandung air atau dapat
pula dikatakan suatu larutan yang dapat bekerja dengan menggukan air sebagai pelarut
dan air yang diuapkan hasil reaksi akan diisolasi membentuk padatan yang mengandung
molekul air sebagai bagian dari kapasitasnya.

Reaksi bolak balik hidrasi adalah hasil reaksi yang dapat bereaksi kembali
membentuk zat pereaksinya.

LARUTAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Semua kehidupan yang terdapat di bumi ini semua pasti membutuhkan campuran zat
pada prosesnya. Pada umumnya, reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat,
bukan antara zat murni. Saat ini, begitu banyak reaksi kimia yang kita kenali, baik itu
hasil dari laboratorium maupun yang terjadi secara alami.
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, dari skala mikro
hingga skala makro titik di alam, umumnya reaksi kimia berlangsung di dalam larutan air.
Larutan terdiri atas dua komponen. Komponen-komponen tersebut yaitu pelarut dan
zat terlarut. Pelarut biasanya disebut solvent dan zat terlarut biasanya disebut solute. Zat
pelarut adalah zat yang memiliki jumlah terbanyak sedangkan zat terlarut memiliki
jumlah yang lebih sedikit.
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat dalam larutan. Konsentrasi menyatakan
banyaknya zat yang terlarut dalam suatu pelarut atau larutan. Pada umumnya,
konsentrasinya tinggi dan disebut pula larutan yang banyak maka disebut larutan yang
konsentrasinya tinggi dan disebut pula larutan yang pekat. Sebaliknya jika zat terlarutnya
sedikit, maka disebut larutan yang konsentrasinya rendah dan disebut pula larutan yang
encer.
Oleh karena itu praktikum kali ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan
pembuatan larutan dari bahan padat dan cair, konsentrasi dari ssuatu larutan, serta faktor
apa saja yang mempengaruhi konsentrasi nya

1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui perbedaan pembuatan larutan dari bahan padat Na2CO3 dan cair
H2SO4.
2.Untuk mengetahui Reaksi yang terjadi pada proses pembuatan larutan Na2CO3 dan
Larutan H2SO4.
3.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi larutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan yang memiliki komposisi merata atau
serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau
lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan
pelarut adalah komponen dalam jumlah banyak. Campuran homogen yaitu suatu campuran
yang terjadi antara dua zat atau lebih dengan partikel-partikel penyusun yang sulit atau tidak
dapat dibedakan lagi. Campuran homogen juga disebut sebagai larutan. Ukuran partikel
dalam larutan memiliki diameter sangat kecil yaitu sekitar 0,000000001 m, dan sulit atau
tidak dapat dengan mikroskop (Achmad, 1996).
Campuran terbagi menjadi dua bagian, yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen. Campuran Homogen adalah campuran unsur-unsur dan atau senyawa yang
mempunyai susunan seragam dalam contoh itu tetapi berbeda susunan dari contoh, selain itu
juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikel nya menyebar
merata sehingga membentuk satu fase. Yang disebut satu fasal adalah zat dan sifat
komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya dan juga campuran
dapat dikatakan campuran homogen jika antara komponen nya tidak terdapat bidang batas
sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultras. Selain itu,
campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya dan juga
memiliki sifat-sifat yang sama di seluruh cairan. Campuran heterogen adalah campuran yang
komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya dan
penggabungan yang tidak Merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan
komponen yang satu dengan lainnya tidak sama di berbagai bejana. Dan juga campuran dapat
dikatakan heterogen jika antara komponen yang masih terdapat bidang batas dan seringkali
dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta
campuran memiliki dua fase, sehingga sifat sifatnya tidak seragam (Sutresna, 2008).
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul terlarut mempunyai kesamaan dalam
struktur dan sifat-sifat kelistrikan dengan molekul-molekul pelarut. Bila ada kesamaan dari
sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara solute/solvent, maka gaya gaya
tarik yang terjadi adalah kuat. Bila tidak ada kesamaan, maka gaya tarik solute/solvent lemah.
Dengan menggunakan alasan ini, suatu senyawa yang bersifat polar seperti air biasanya
menggunakan solvent yang baik untuk senyawa yang polar seperti alkohol tetapi merupakan
solvent yang jelek untuk senyawa yang non polar seperti gajolin. (Syukri,1999).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut yang digunakan dalam bentuk volume(berat), mol zat terlarut dalam jumlah volume
terlarut dalam pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul satuan konsentrasi yaitu fraksi mol
perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan.
(Achmad, 1996).
Reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan atau menyerap kalor pada reaksi ini,
terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan adanya
penurunan suhu sistem. Dengan demikian, kalor dipindah dari lingkungan ke dalam sistem
reaksi endoterm mempunyai entalpi bernilai positif yaitu 770. Energi yang ditetapkan lebih
kecil daripada energi yang digunakan saat reaksi. Reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi eksotermis selalu
ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung. Perubahan entalpi
bertanda negatif yaitu kurang dari 70. Hal ini terjadi dikarenakan energi yang dilepaskan
lebih besar daripada yang digunakan untuk reaksi (Achmad, 1996)

Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan Pelarut satuan konsentrasi, yaitu:
• Fraksi mol adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol
seluruh komponen.
• Kemolalan adalah jumlah mol terlarut di dalam tahap 1000 g pelarut murni
• Kemolaran adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan liter larutan
• Kemolaran adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan
• Persen masa adalah perbandingan masa zat terlarut dengan massa larutan
dikalikan 100%
• Persen volume adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume
larutan dikalikan 100%.

Konsentrasi larutan menyatakan secara kualitatif zat terlarut dan pelarut di


dalam larutan. Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah zat Pelarut. Contoh beberapa satuan
konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta. Penulisan kelarutan suatu
solute di dalam solvent dapat dinyatakan secara ketiganya Sementara itu, secara
kualitatif komposisi larutan dapat dinyatakan encer atau pekat. Molekul dari
komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur.
Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel-partikel komponen murni terpecah
dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. (Sutresna,
2008).

Kesetimbangan larutan adalah pengaruh ion senama perubahan kelarutan. Ion C nama
kelarutan garam dalam larutan yang telah mengandung elektrolit lain dengan ion yang sama
dengan salah satu ion garam tersebut, akan lebih kecil dari kelarutan garam dalam air murni
tersebut. Kesetim-bangan larutan merupakan kesetimbangan dinamis yang ada dalam
senyawa kimia dalam keadaan padat berada dalam kesetimbangan dengan larutannya.
Padatan dapat larut tanpa perubahan, disertai disosiasi atau disertai reaksi kimia dengan
konstituen lain, seperti asam dan basa. Setiap jenis kesetimbangan dicirikan oleh konstanta
kesetimbangan yang bergantung pada suhu. Kesetimbangan kelarutan penting dalam skenario
farmasi, lingkungan, dan lain lain (Syukri, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


• Neraca analitik, labu takar 100 mL, pipet tetes, pipet volume 10mL, batang
pengaduk, gelas kimia 50mL, corong kaca, spatula, kaca arloji, botol semprot,
bulb.

3.2.1 Bahan

• Aquades, larutan H2SO4 pekat, padatan Na2CO3, dan tisu


3.2 Prosedur Percobaan
• Ditimbang dengan tepat 1 gram padatan Na2CO3 dengan menggunakan kaca arloji.
• Dipindahkan secara kuantitatif padatan Na2CO3 kedalam gelas kimia 100 mL.
• Ditambahkan 25 Ml aquadest dan diaduk hingga padatan larut sempurna.
• Dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 Ml dengan menggunakan
corong kaca.
• Dibilas gelas kimia, batang pengaduk, dan corong kaca, dan hasil bilasannya
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
• Ditambahkan aquadest hingga batas tinggi pemulihan larutan 0,5 hingga 1 cm dari
tanda batas.
• Dikeringkan aquadest yang menempel pada leher labu ukur dengan menggunakan
tisu.
• Ditambahkan aquadest hingga batas tanda pada labu ukur dengan menggunakan
pipet tetes.
• Ditutup labu takar dan dibolak-balikan labu ukur sambil dipegang tutupnya hingga
beberapa kali.

3.2.2 Pembuatan Larutan dari Bahan Cair H2SO4


• Ditambahkan 2 ml H2SO4 menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam labu ukur
yang telah diisi ±50 Ml aquadest
• Dibiarkan hinnga labu ukur terasa dingin kemudian ditambahkan aquadest hingga
batas tinggi permukaan larutan 0,5 hingga 1 cm
• Dikeringkan aquadest yang menempel pada leher labu ukur dengan mengguanakan
tisu.
• Ditambahkan aquadest hingga tanda batas pada labu ukur menggunakan pipet tetes.
• Ditutup labu ukur, dan dibolak-balikan labu ukur sambil dipegang tutupnya hungga
beberapa kali.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

Nama Larutan Konsentrasi Konsentrasi

1.Larutan Na₂C₂O₃. Molaritas Persen (b/v) 0,094 M 1 %

2 Larutan H₂SO₄ Molaritas Persen (b/v) 0,018 M 10%

4.2.1 Reaksi Larutan Na₂CO₃


Na₂C2O3 + H₂O → 〖2Na〗^+ + CO2- + H2O

4.2.2 Reaksi Larutan H₂SO₄


H2SO4+ H2O →2H+ + SO42- + H2O

4.3.1 Perhitungan Na₂C₂O₃


Diketahui:
Massa Na₂C₂O₃ = 1 gram
V Na₂C₂O₃ = 100 ml
Mr Na₂C₂O₃ = 106 gram/mol
Ditanya :
a. Molaritas ?
b. Persen volume ?
Jawab :
Molaritas
M = gram/Mr x 1000/V
= 1/106 x 1000/100
= 10/106
= 0,094 M %(b/v) = gr/(V larutan) x 100%
= 1/100 X 100%
= 1%
4.4 Pembahasan

Pada praktikum pembuatan larutan dilakukan dua kali percobaan yaitu percobaan
membuat larutan dari bahan padat dan cair. Pada percobaan membuat larutan dari
bahan padat menggunakan padatan NaCO3. Padatan Na2CO3 yang ditimbang
menggunakan kaca arloji seberat 1 g lalu dicampur dengan aquades di dalam gelas
kimia 50 ml. Padatan Na2CO3 yang diaduk hingga Merata menggunakan batang
pengaduk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml menggunakan
corong kaca. Kemudian semua alat dibilas dan air bilasan ya pun ikut dimasukkan ke
dalam labu takar kemudian ditambahkan aquades hingga batas 0,5 hingga 1 cm.
Kemudian dihomogenkan selama beberapa kali. Berdasarkan hasil percobaan ini,
dihasilkan konsentrasi Molaritas sebanyak 0,094 M dan persen berat sebesar 1%.

Pada percobaan membuat larutan dari bahan cair yaitu dengan menggunakan
larutan H2SO4 pekat, di mana pada percobaan ini di pipet 10 ml larutan H2SO4 pekat
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml yang sudah terisi dengan aquades
sekitar 50 ml. Setelah itu, dibiarkan larutan tersebut menjadi dingin kemudian
tambahkan lagi aquadesnya hingga mencapai batas 0,5 hingga 1 cm. Setelah
ditambahkan aquades, tutup labu takar dan bolak balikan labu takar tersebut dan
dilakukan selama beberapa kali. Berdasarkan percobaan tersebut, dihasilkan
konsentrasi sebanyak 0,018 M setelah pengenceran dan persen beratnya sebesar 10%.

Pada percobaan pembuatan larutan dan pengenceran larutan, kita menggunakan


beberapa alat yang akan membantu kita dalam melaksanakan percobaan ini. Seperti
neraca analitik yang berfungsi untuk menimbang bahan secara akurat. Berikutnya
adalah labu takar, pada praktikum kali ini, alat ini digunakan pada percobaan
pembuatan larutan dan pengenceran larutan. Labu takar juga bisa digunakan sebagai
wadah untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam
ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Pipet tetes
digunakan untuk membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah
yang lainnya dalam jumlah yang sangat kecil. Pada percobaan ini, pipet tetes
digunakan untuk memindahkan aquades ke dalam labu takar agar jumlah aquades di
dalam labu takar mencapai tanda batas dalam labu takar selanjutnya, ada pipet volume
yang digunakan untuk mengukur larutan H2SO4 pekat dapat 10 ml. Hal ini berarti,
pipet volume digunakan sebagai alat ukur kuantitatif dengan tingkat ketelitian yang
sangat tinggi.

Batang pengaduk adalah alat yang berfungsi untuk mencampurkan larutan atau
membuat larutan menjadi homogen dengan cara diaduk merata. Kemudian, gelas
kimia 50 ml berfungsi sebagai wadah pada percobaan ini yaitu pembuatan larutan dari
bahan padatan Na2CO3. Gelas kimia sebagai wadah untuk mencampurkan Padatan
Na2CO3 dengan aquades. Corong kaca berfungsi untuk memindahkan cairan dari satu
ada aku ada yang lain agar cairan yang dipindahkan tidak tertumpah. Adapun sepatu
lain digunakan untuk mengambil bahan yang berupa Padatan seperti Padatan Na2CO3
yang digunakan dalam pembuatan larutan. Kaca arloji digunakan sebagai wadah
untuk menimbang suatu bahan yaitu Padatan Na2CO3 digunakan dalam pembuatan
larutan. Botol semprot merupakan alat yang digunakan sebagai wadah untuk menaruh
aquades yang akan diukur menggunakan gelas ukur. Bulb atau karet penghisap,
digunakan bersamaan dengan pipet volume untuk dapat menarik larutan H2SO4 pekat
ke dalam pipet volume yang digunakan dengan cara menekannya.

Selain penggunaan alat, praktikum pembuatan larutan dari bahan padat dan cair
juga menggunakan bahan-bahan yang tentunya memiliki fungsinya masing-masing
yaitu yang pertama adalah aquades. Aquades berfungsi sebagai pelarut untuk dapat
melarutkan padatan Na2CO3 dan berfungsi untuk menambahkan cairan ke dalam
larutan yang peka. Padatan Na2CO3 digunakan sebagai bahan dalam percobaan
pembuatan larutan dari bahan padat. Padatan Na2CO3 dipilih karena padatan
berbentuk kristal ini mudah larut dalam air. Larutan H2SO4 pekat merupakan bahan
yang memiliki fungsi sebagai bahan dalam percobaan pengenceran larutan. Bahan ini
dipilih karena H2SO4 dalam bentuk larutan memiliki kepangkatan yang tinggi
sehingga sangat cocok bila digunakan pada percobaan pengenceran.

Fungsi perlakuan pengadukan yaitu untuk mengo mau game kan larutan dengan
sempurna, seperti proses pengadukan Na2CO3 dalam bentuk padatan ke dalam
aquades agar padatan larut dan homogen dengan sempurna di dalam aquades.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perbedaan pembuatan dari bahan padat Na2CO3 dan cair H2SO4 di antaranya
yaitu cara penakaran Na2CO3 menggunakan neraca analitik sedangkan, H2SO4
menggunakan pipet tetes. Selain itu, rumus yang digunakan untuk menghitung
konsentrasi pada larutan Na2CO3 yaitu M=(gr/Mr)×(1000/V) dan persen berat nya
yaitu %b=(gr Na2CO3/V larutan)×(100%), sedangkan pada larutan H2SO4 yaitu
M=10% massa ρ/Mr dan persen volume yaitu %v/v=(V H2SO4/V larutan)×(100%).

a.Reaksi Na2CO3 dengan air Na₂C2O3 + H₂O → 2Na+ + CO2- + H2O

. b.Reaksi H2SO4 dengan air H2SO4 + H2O → 2H+ + SO42- + H2O

Faktor yang mempengaruhi konsentrasi larutan yaitu kadar zat terlarut, jenis zat
terlarut dan pelarut, massa jenis zat terlarut dan volume zat terlarut dalam pelarut.

5.2 Saran

Sebaiknya, dalam percobaan pembuatan larutan dapat menggunakan zat lain seperti
NH4Cl, HCl dan lain-lain agar bisa mendapatkan hasil yang lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Bandung: Erlangga

Epinur, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi: Universitas Jambi

Hiskia, Ahmad. 1986. Buku materi pokok kimia I. Jakarta: Depdikbud

http://hidayatulmayyani.wordpress.com/2012/03/21/kenapa-ekstrak-bunga-sepatu-
digunakan-untuk-indikator-asam-basa/, diakses pada tanggal 17 Januari 2019.

http://mitamalinda.blogspot.com/2014/03/mempelajari-indikator-asam-basa-dari.html,
diakses pada tanggal 17 Januari 2019.

http://wanibesak.wordpress.com/2010/10/10/beberapa-alat-dalam-laboratorium/,
diakses pada tanggal 17 Januari 2019.

http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/kesehatanlingkungan/laboratorium-kimia-2/

https://analisismu.blogspot.com/2016/09/laporan-praktikum-rumus-empiris-
senyawa.html?m=1

https://id.scribd.com/doc/267274828/Laporan-Pratikum-Pengenalan-Alat-Alat-
Laboratorium

https://informasains.com/edu/post/2020/07/laporan-praktikum-pembuatan-larutan/

https://kakauciha.blogspot.com/2016/10/laporan-kimia-dasar-rumus-
empiris.html?m=1

https://www.academia.edu/9031440/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_PENGENA
LAN_ALAT_ALAT_LABORATORIUM

Petrucci, Raip. 1992. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Sutresna, Nana. 2008. Kimia 2A. Grafindo Media Pratama: Bandung.

Suwandi. 1995. Rumus Kimia.

Anda mungkin juga menyukai