Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOLOGI

Oleh:

Lista Iwarangta
L13120046

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biologi disusun oleh:


Nama : Lista Iwarangta
NIM : L13120046
Kelas : KHT A
Kelompok :4
telah diperiksakan dan dikonsultasikan kepada Asisten / Koordinator
Asisten maka dinyatakan diterima.

Palu, November 2020

Asisten Asisten

Dedi Rizaldi Ade Irma


NIM. L13117062 NIM. L13118031
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT dimana


berkat rahmat dan kasih sayang-Nya, Laporan Lengkap Praktikum Biologi ini,
yang merupakan salah satu tugas akhir pada Prodi Kehutanan Universitas
Tadulako, dapat saya selesaikan.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan Laporan Praktikum ini. Walau penulis masih menyadari
kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam laporan ini, namun saya sangat
mengharapkan kritikan dan solusi yang membangun, agar laporan ini dapat lebih
baik lagi. Saya menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Walaupun demikian, tidak ada hal yang sia-sia jika kita senantiasa ikhlas
menjalaninya.

Semoga apa yang saya buat ini dapat memberikan tambahan ilmu tidak
hanya di bidang biologi, namun menyangkut bidang lain secara keseluruhannya.
Kami berharap Laporan Praktikum Biologi ini mampu dilanjutkan untuk studi
kedepannya. Amin.

Palu, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………….i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….ii

KATA PENGANTAR……………………………………………iii

DAFTAR ISI………………………………………………...……iv

PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………..

PENGENALAN SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………..

PENGAMATAN TUMBUHAN

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………...
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………...

PENGAMATAN HEWAN

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan………………………………………..
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………..

KONSEP HUKUM MENDEL

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………...

PENGAMATAN PROSES TERJADINYA TRANSPIRASI

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja……………………………………………...
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………...

PENGAMATAN PERISTIWA FOTOSINTESIS

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………...
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………..

PENGAMATAN EKOSISTEM

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………..
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………..
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………
3.3 Langkah Kerja…………………………………………….
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil……………………………………………………….
4.2 Pembahasan……………………………………………….
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………..
5.2 Saran………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA PENYUSUN
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN

MIKROSKOP
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Panca indra manusia mempunyai kemampuan yang sangat terbatas,


sehingga banyak masalah mengenai organisme yang hanya dapat dipecahkan
dengan bantuan alat-alat. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop,
yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek dan gerakan yang sangat halus
yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.

Mikroskop sebagai alat utama dalam melakukan pengamatan dan


penelitian dalam bidang biologi, untuk mempelajari sruktur benda-benda yang
kecil. Ada dua prinsip dasar yang berbeda pada Mikroskop optik, lebih sering
digunakan dan sudah dimiliki oleh sebagian besar laboratorium d indonesia. Dari
mikroskop optik ini perlu dibedakan antara mikroskop biologi dan mikroskop
stereo.

Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis dan


trasparan. Jika yang diamati tebal, misalnya jaringan, harus dibuat sayatan yang
tipis. Benda yang diamati biasanya diletakan diatas kaca objek, dalam medium air,
dan ditutup dengan kaca penutup yang tipis (cover glass). Dapat juga diamati
preparat awetan dalam medium balsem kanada. Kemudian penyinaran diberikan
dari bawah oleh sinar alamatau lampu. Pembesaran yang sering terdapat pada
mikroskop biologi yaitu Lensaobjektif 4x, lensaokuler 10x, perbesaran total 40x,
Lensa objektif 10x, lensa okuler 10x, perbesaran total 100x, Lensa objektif 40x,
lensaokuler 10x, perbesaran total 400x,Lensa objektif yang paling kuat untuk
mikroskopoptik adalah 100x yang disebut dengan objektif minyak emersi.

Seiring berkembangnya zaman dan peradaban yang semakin kompleks,


para ilmuwan berhasil menciptakan mikroskop. Mikroskop bekerja lebih spesifik
jika dibandingkan cara kerja kaca pembesar, karena mikroskop sudah dilengkapi
dengan 2 lensa cembung dan berbagai ukuran perbesaran. Maka dari itu, kita perlu
mengetahui cara peggunaan mikroskop dengan baik dan benar, agar kita dapat
mengamati benda-benda mikro seperti sel.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum tentang pengenalan alat dan bagian-bagian


mikroskop adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagian–bagian mikroskop
dan fungsinya, serta terampil dalam menggunakan mikroskop biologi dengan baik
dan cepat menemukan hasil dalam penelitian.

Kegunaannya yaitu agar mahasiswa mengetahui dan mengenal bagian–


bagian mikroskop serta cara menggunakannya, dan memahami unsur–unsur yang
terdapat dalam objek penelitian, sehingga mahasiswa dapat melakukan penelitian
dengan cepat dan tepat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia


berjalan seiring kemajuan sains. Penemuan dan penelitian awal tenteng sel
menjadi maju berkat penciptaan mikroskop pada tahun 1590 dan peningkatan
mutu alat tersebut selama tahun 1600-an. (Campbell, 2010)

Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah


sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini
disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah
terlihat oleh mata.

(Anonim, 2012)

Mikroskop yang pertama kali digunakan oleh ilmuwan (saintis) zaman


Renaissans, dan mikroskop yang mungkin kita gunakan adalah mikroskop cahaya.
Dalam mikroskop cahaya (light microscope, LM), cahaya tampak diteruskan
melalui spesimen dan kemudian melalui lensa kaca. (Campbell, 2010)

Mikroskop optik terdiri atas 2 yaitu,mikroskop biologi dan mikroskop


stereo. Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda tipis transparan.
Penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Sedangkan
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk
benda yang berukuran relative besar. Mikroskop stereo memiliki perbesasaran 7
hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat dilihat secara 3
dimensi. (Tim pengajar, 2012)

Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan adalah
mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau
lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang
ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang
dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan
menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop
monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop
monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan
binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan
yang dilakukan, mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana
dan mikroskop riset. (Anonim, 2012)

Cara pencahayaan terhadap benda objek pada mikroskop yang


mempergunakan dua lensa objektif (stereo) berbeda dengan cara pencahayaan
pada mikroskop-mikroskop yang mempergunakan satu lensa objektif . pada
mikroskop yang memprgunakan satu lensa objektif pencahayaan terhadap objek
dilakukan dengan cara tranmisi. (Nono Sutarno, 2001)

Menurut Nono Sutarno (2001) mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa
okuler dan lensa objektif dengan kekuatan perbesaran objektif sebagai berikut:

1. Objektif 4x dengan okuler 10x, perbesaran 40x

2. Objektif 10x dengan okuler 10x, perbesaran 40x

3. Objektif 40x dengan okuler 10x, perbesaran 400x

4. Objektif 100x dengan okuler 10x, perbesaran 1000x

Objektif yang paling kuat pada mikroskop optic 100x disebut objek imersi .
Hal ini karena penggunaannya harus dengan minyak emersi, dan cara
memakainya dengan khusus pula.

Mikroskop binokuler atau stereo digunakan untuk pengamatan benda-


benda yang tidak terlalu besar ,transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari
atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu.Memiliki dua buah
objektif dan dua buah okuler, sehingga diperoleh bayangan tiga dimensi dengan
pengamatan kedua belah mata.Kekuatan pembesaran lensa tidak terlalu
kuat,umumnya sebagai berikut: objektif 1x atau 2x dengan okuler 10x atau 15x.
(Tim Pengajar, 2012)

Menurut Anonim (2012), macam-macam mikroskop yaitu:

1. Mikroskop cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop
cahaya memiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil.
Mikroskop cahaya memiliki 3 dimensi lensa yaitu objektif, lensa okuler dan lensa
kondensor.

2. Mikroskop stereo

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk
benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo memiliki besaran 7 hingga
30 kali. Komponen utamanya hamper sama dengan mikroskop cahaya. Lensa
terdiri dari lensa okuler dan lensa objektif.

3. Mikroskop electron

Mikroskop electron merupakan electron yang mampu melakukan pembesaran


objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro maknetik
untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan
pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada mikroskop
cahaya.

Macam-macam mikroskop elektron :

1. Mikroskop transmisi elektron.

2. Mikroskop pemindai transmisi elektron.

3. Mikroskop pemindai elektron.

4. Mikroskop pemindai lingkungan elektron.

5. Mikroskop refleksi elektron.

4. Mikroskop ultraviolet.

Suatu variasi dari mikroskop cahaya, karena cahaya ultraviolet memiliki


gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya yang dapat dilihat, penggunaan
cahaya ultraviolet untuk pencahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi dua
kali lipat dari pada mikroskop biasa.

5. Mikroskop pender.

Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau antigen
(seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan.
6. Mikroskop medan-gelap.

Mikroskop medan gelap digunakan untuk mengamati bakteri hidup khususnya


bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas daya mikroskop majemuk.

7. Mikroskop fase kontras.

Prinsip alat ini sangat rumit, apabila mikroskop biasa digunakan nucleus sel hidup
yang tidak diwarnai dan tidak dapat dilihat.

Mikroskop memilki komponen-komponen dari kaca yang mudah rusak, berupa


lensa-lensa dan cermin. Hindarkan perlakuan yang dapat benturan dengan
komponen tersebut. Jangan menurunkan makrometer pada saat meneropong,
untuk mencegah kemungkinan benturan lensa objektif dengan kaca benda.

(Tim Pengajar, 2012).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop dilaksanakan


pada hari senin, 23 November 2020. Padapukul 13.00 wita sampai selesai.
Bertempat di Laboratorium Ilmu-ilmu kehutanan, Fakultas Kehutanan,
UniversitasTadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum biologi tentang pengenalan dan


penggunaan mikroskop yaitu mikroskop dan alat tulis..

3.3 Langkah Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum biologi tentang pengenalan mikroskop


dan bagian – bagiannya yaitu, pertama praktikum menyiapkan mikroskop diatas
meja, kemudian menjelaskan bagian–bagian mikroskop dan fungsinya serta cara
menggunakannya.

1) Menyiapkan Mikroskop
2) Meletakkan mikroskop di atas meja kerja tepat di hadapan kita.
3) Membersihkan badan mikroskop dengan kain planel. Jangan sekali-kali
menggosok lensa dengan kain selain kain planel.
4) Membuka kotak peralatan, keluarkan cawan patri yang berisi kaca benda dan
kaca penutup. Bersihkan kaca benda dengan kain katun.
5) Di atas meja kerja hanya ada mikroskop, kotak peralatan dengan isinya, buku
penuntun dan catatan, bahan-bahan untuk praktikum. Selainnya disingkirkan
pada tempat lain yang sudah disediakan.
6) Mengatur Masuknya Cahaya ke Dalam Tubus
a. Memperhatikan keadaan ruang praktikum, darimana arah datangnya
cahaya yang lebih terang ( dari depan, kiri, atau kanan ). Cermin
mikroskop di arahkan ke sumber cahaya tersebut. Buka diafragma atau
putar lempeng pada posisi lubang sedang. Mikroskop yang memiliki
kondensor diatur posisinya mendekati meja sediaan dan gunakan cermin
datar. Untuk mikroskop tanpa kondensor gunakan cermin cekung.
b. Mengatur posisi revolver sehingga lensa objektif paling pendek
menghadap ke meja sediaan sampai bunyi klik.
c. Menurunkan tubus sampai jarak ujung objektif dengan meja sediaan 5
– 10 mm atau tubus turun maksimal.
d. Meneropong lewat okuler dengan mata kiri tanpa memicingkan (perlu
latihan) akan nampak medan bundar putih. Jika terangnya tidak merata;
gerakkan sedikit cermin sampai terangnya rata. Kalau silau, persempit
diafragma atau lubang pada lempeng. Jika medan pandang masih kabur
berarti kurang cahaya yang masuk, bukalah diafragma dan gunakan lubang
lebih besar pada lempeng.
e. Mikroskop siap dipakai mengamati sediaan.
7) Cara Mengatur Jarak Lensa dengan Sediaan
a. Memutar pengatur kasar atau makrometer ke arah empu jari, tubus turun,
jarak objektif dengan meja sediaan mengecil, lakukan sebaliknya. Apa
yang terjadi ? Mikroskop model lain yang tubusnya miring atau tidak bisa
naik turun, maka meja sediaan yang bergerak naik turun apabila
makrometer dan mikrometer diputar.
b. Memasang kaca benda yang berisi sediaan awetan di atas meja sediaan
sedemikian rupa sehingga bahan yang diamati berada di tengah lubang
meja, jepit kaca benda dengan sengkeling sehingga tidak goyang.
c. Jarak objektif dengan kaca benda tidak lebih 10 mm. Jika jarak itu besar,
putar makrometer untuk menurunkan tubus sambil dilihat dari samping
ujung objektif mendekati kaca benda sampai maksimum 5 – 10.
d. Meneropong lewat okuler sambil tangan memutar makrometer dengan
menaikkan perlahan – lahan. Amati medan pandang sampai muncul
bayangan. Kalau tubus telah diangkat, setengah putaran makrometer
belum juga muncul bayangan, berarti terlewatkan. Ulangi kembali mulai
3.3; kalau sudah ada bayangan tapi masih kabur, maka teropong terus
sambil memutar mikrometer naik atau turun sampai bayangan jelas garis
atau batasan – batasannya.
e. Memeriksa perbesaran lensa okuler, lensa objektif dan pembesaran
bayangan tersebut.
f. Mengeluarkan preparat yang telah diamati.

8) Mengamati Perbesaran

a. Apabila pengamatan 4.6 sudah berhasil, bayangan yang nampak akan


dibesarkan lagi dan jangan menyentuh posisi preparat atau tubus.
b. Memutar sedemikian rupa sampai lensa objektif yang lebih panjang (kuat)
tegak lurus pada meja sediaan sampai terdengar bunyi klik.
c. Meneropong sambil memutar mikrometer sampai muncul bayangan yang
lebih besar dari bayangan yang diamati.
d. Jika gagal menemukan bayangan yang lebih besar, tubus dinaikkan
dengan memutar makrometer berlawanan arah empu jari. Revolver
diputar kembali untuk mendapatkan posisi lensa objektif lemah (pendek)
pada posisi semula tanpa mengubah posisi preparat, lakukakn kembali
perlakuan 3.3., 3.4, 3.5., lanjut ke 5.1., 5.2., 5.3., sampai berhasil.
e. Menaikkan tubus apabila ingin mengamati bahan yang lain, dan preparat
yang sudah diamati dikeluarkan kemudian kaca benda dan kaca penutup
dibersihkan.
f. Membuat sediaan baru sesuai langkah baru 4.1., sampai dengan 4.6.
g. Pada akhir kegiatan yang menggunakan mikroskop, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan diantaranya.
 Preparat tidak boleh tersimpan di atas meja sediaan, harus
dikeluarkan.
 Preparat basah harus dibersihkan dengan kertas saring atau lap katun (
kaca benda + kaca penutup). Kemudian disimpan dalam cawan petri
dan dimasukkan kedalam kotak perlengkapan.
 Membersihkan badan mikroskop dengan kain planel. Tubus
diturunkan serendah mungkin.
 Menyimpan mikroskop dalam kotak mikroskop.
 Membersihkan semua peralatan yang telah dipakai dengan lap katun
dan disimpan dalam kotaknya.
 Menyimpan sendiri peralatan yang telah dibawa untuk kegiatan
berikutnya.
 Sisa bahan yang tidak digunakan lagi dibuang di tempat sampah yang
tersedia.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Bagian-bagian dari mikroskop dan fungsinya:


1. Lensa Okuler
Untuk memperbesar benda yang dibentuk oleh lensa objektif
2. Tabung Mikroskop
Untuk mengatur fokus, dapat dinaikkan dan diturunkan
3. Tombol pengatur fokus kasar
Untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung mikroskop
turun atau naik dengan cepat.
4. Tombol pengatur fokus halus
Untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat, sehingga tabung
mikroskop turun atau naik dengan lambat.
5. Revolver
Untuk memilih lensa obyektif yang akan digunakan
6. Lensa Objektif
Untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati.
Umumnya lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan 40x.
7. Lengan Mikroskop
Untuk pegangan saat membawa mikroskop
8. Meja Preparat
Untuk meletakkan objek (benda) yang akan diamati
9. Penjepit Objek Glass
Untuk menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak bergeser.
10. Kondensor
Untuk mengumpulkan cahaya yang masuk dalam mikroskop.
11. Diafragma
Untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk mikroskop
12. Reflektor/cermin
Untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam mikroskop
13. Kaki Mikroskop
Untuk menjaga mikroskop agar dapat berdiri dengan mantap di atas meja.

4.2 Pembahasan

Mikroskop adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam


pengamatan, terutama dalam bidang biologi. Mikroskop berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan daya pisah seseorang sehingga memungkinkan dapat
mengamati objek yang sangat halus sekalipun. Berdasarkan kontruksi dan
kegunaannya, mikroskop cahaya dapat dibagi atas 4 macam, yaitu mikroskop
biologi, stereo, metalurgi, dan fotografi. Sedangkan mikroskop elektron dibagi
atas mikroskop elektron transmisi dan skaning. Bagian mikroskop yang berperan
penting dalam penggunaan adalah bagian yang mengatur pembesaran dan
mengatur mengatur cahaya (pramesti,2000).

Mikroskop adalah suatu instrumen yang dapat memperbesar ukuran


bayangan suatu objek (benda) yang sangat kecil. Salah satu jenis mikroskop
adalah mikroskop biologi, mikroskop ini digunakan untuk mengamati benda tipis
transparan. Penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu.

Adapun bagian optik dan mekanik mikroskop beserta fungsinya

Bagian optik
1. Cermin, alat penangkap dan pemantul cahaya.
2. Kondensor, lensa yang menghimpun berkas cahaya dari cermin masuk ke
lubang meja sediaan.
3. Diafragma, alat yang ditutup dan dibuka, pengatur banyaknya cahaya yang
masuk ke kondensor.
4. Lensa objektif, yang berfungsi adalah yang menghadap tegak lurus pada
meja sediaan, menerima bayangan sediaan kemudian membesarkannya.
5. Lensa okuler, yang diintip oleh mata pengamat, menerima bayangan dari
objektif dan membesarkannya.

Bagian mekanik

1. Kaki Mikroskop, sebagai alat tempat tumpuan berdiri.


2. Tiang, tempat bersendi lengan mikroskop, atau pegangan dengan sumbu
inklinasi.
3. Lengan atau pegangan mikroskop, yang dipegan bilamana diangkat.
4. Pengatur kondensor, bila diputar akan menikkan atau menurunkan kondensor.
5. Revolver, atau pemutar objektif, cakram tempat, meletaknya lensa objektif
berbagai ukuran.
6. Meja sediaan, tenpat meletakkan kaca benda (objek glass).
7. Sengkeling, penjepit atau pengatur letak sediaan (objek glass).
8. Penggerak mekanis, alat pengatur letak kaca benda pada meja.
9. Lubang meja sediaan, lubang ditengah-tengah meja sediaan tempat lewatnya
cahaya dari kondensor masuk ke objek glass terus ke lensa objetif.
10. Makrometer, pengatur kasar, alat penggerak tubus ke atas atau ke bawah
secara cepat untuk memperjelas bayangan benda.
11. Mikrometer, pengatur kasar, alat penggerak tubus ke atas atau ke bawah
secara lambat mempertajam bayangan benda.
12. Tubus atau tabung okuler, pada ujung atasnya terdapat lensa okuler.

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang
berukuran sangat kecil. Mikroskop membuat benda-benda kecil kelihatan lebih
dari pada wujud sebenarnya dan mikroskop membuat kita melihat pola-pola
terperinci yang tidak tampak oleh mata telanjang. Mikroskop memiliki
komponen-komponen dari kaca yang mudah rusak, berupa lensa-lensa dan
cermin. Makanya kita harus menghindarkan perlakuan yang dapat membuat
benturan dengan komponen tersebut.

Mikroskop adalah alat bantu yang digunakan untuk mengamati benda- benda yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ada beberapa macam mikroskop seperti
mikroskop cahaya, mikroskop violet, mikroskop elektron, dan mikroskop stereo.

B. Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah :
1. Untuk laboran : Sebaiknya alat-alat yang disediakan laboratorium
diperhatikan, sehingga praktikan
tidak menggunakan alat yang kurang baik.
2. Untuk asisten : Sebaiknya asisten tidak meninggalkan praktikan saat
percobaan berlangsung.
3. Untuk mahasiswa : Praktikum mikroskop ini harus diperhatikan dengan baik
karena mikroskop sangat penting dalam kegiatan biologi .
PENGENALAN SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN
PENGENALAN SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel sangat mendasar bagi ilmu biologi sebgaimana atau bagi ilmu kimia:
Seluruh organisme terdiri atas sel. Dalam hirarki organisasi biologis, sel
merupakan kumpulan materi sederhan yang dapat hidup. Selain itu terdapat
beragam bentuk kehidupan yang berwujud sebagai organisme bersel tunggal.
Organisme yang lebih kompleks, termasuk tumbuhan dan hewan bersifat
multiseluler, tubuhnya merupakan kerjasama dari berbagai jenis sel terspesialisasi
yang tidak akan bertahan lama jika masing masing berdiri sendiri. Namun
demikian, ketika sel ini disusun menjadi tingkat organisasi yang lebih tinggi,
seperti jaringan dan organ. Sel dapat dipisahkan menjadi unit dasar dari struktur
dan fungsi organisme. Setiap makhluk hidup tersusun atas satu sel (uniseluler).
Ada juga yang tersusun atas banyak sel (multiseluler) kehidupan pada tingkat
seluler muncul dari keteraturan struktural, yang memperkuat tema tentang sifat-
sifat baru dan korelasi antara struktur dan fungsi sel, terdapat ribuan jenis sel
didalam tubuh yang secara mikroskop dapat dibedakan, namun semuanya
memiliki ciri struktur yang sama. Sel dibagi dalam dua kompartemen utama,
nukleus dan sitoplasma disekitarnya, yang mudah dibedakan berdasarkan bentuk
dan ciri pulasannya (Fawcett, 2002).
Adapun yang melatarbelakangi pengenalan sel dilaksanakan agar kita semua
dapat mempelajari dan mengenali struktur sel, ukuran sel, dan bentuk. Serta dapat
membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan.

1.2Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat mengenal


bentuk dan sruktur sel secara umum dan mampu membandingkan berbagai jenis
sel dari berbagai jenis organisme serta memahami semipermeabilitas membran
sel.
Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiawa dapat Menggambarkan
bentuk sel tumbuhan, hewan dan protozoa, Menjelaskan struktur sel tumbuhan,
hewan, protozoa dan mikroorganisme, Mendemonstrasikan sifat
semipermeabilitas dari membran sel.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sel

Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup, yang berarti sel mampu
atau tetap hidup tanpa kehadiran sel yang lain. Sel juga merupakan struktur
terkecil yang mampu melakukan pertumbuhan dan reproduksi (Sumardi dan
Marianti, 2007). Sel tubuh manusia adalah sel mikroskopik yang berdiameter 10
sampai dengan 30 µm (Setiadi, 2007).

2.2. Bentuk dan Ukuran Sel

2.2.1. Sel Tumbuhan

Rata-rata ukuran sel pada tumbuhan sangat kecil. Biasanya ukuran sel
tumbuhan mencapai mikrometer bahkan hingga nanometer (Cambel, 2000).
Bentuk sel tumbuhan adalah tetap karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang
tersusun atas selulosa, kitin, asam amino dan karbohidrat kompleks. Dinding sel
berfungsi sebagai penyokong (George, 2006).

2.2.2. Sel Hewan

Sel hewan berukuran sangat kecil, tetapi ada juga yang dapat dilihat oleh
mata tanpa bentuan alat. Salah satunya adalah sel telur katak yang berdiameter 1
milimeter (mm) ada yang mencapai micrometer ( ), bagian dalam sel dan
makromolekul lebih kecil dari mikrometer yang satuannya dikenal dengan
nanometer (nm). Bentuk sel hewan relatif tidak tetap dan biasa berubah (George,
2006).Sel mikroskopik yang berdiameter sekitar 10-30 µm. Ukuran sel dibatasi
agar tidak tumbuh terlalu besar karena sel harus mempertahankan suatu area
permukaan yang memadai untuk menampung pergantian antara nutrisi dan
sampah (setiadi, 2007).

2.3. Struktur Sel

2.3.1. Sel Tumbuhan

Dinding sel merupakan bagian terluar dari sel(Sumadi dan Marianti A,


2007). Dinding sel tersusun dari polisakarida (hemiselulosa dan pektin) atau
terdapat pada tumbuhan. Fungsi dari dinding sel adalah melindungi organel.
Member bentuk sel dan fungsi dari dinding sel adalah melindungi organel,
member bentuk sel dan sebagi tempat transortasi antar sel selain itu dinding sel
juga berfungsi sebagai penyokong (George,2006).
Stomata
Nucleus merupakan inti sel yang berstruktur bulat padat, yang terdiri dari
masa protoplasma yang lebih kompak, dikelilingi oleh membran dan membawa
partikel gen yang mengandung kromatin (Setiadi, 2007). Bagian bagian
dari nucleus adalah membran inti atau karioteka, nukleoplasma, nuklelous, dan
sitoplasma benang kromatin.
Ribosom merupakan butiran butiran yang di temukan dalam sitoplasma sel
dan terdapat ribonukleus yang berfungsi dalam sintesis protein dalam sel (setiadi,
2007). ribosom berstruktur paling kecil, tersuspensi didalam sitoplasma (Sumadi
dan Marianti A, 2007)

2.3.2. Sel Hewan

Mitokondria merupakan organel yang aktif berbentk bulat atau tongkat


dengman ukuran 0,2-5 mm (Setiadi, 2007). Fungsi mitokondria adalah
memperluas bidang permukaan agar proses penyerapan oksigen lebih cepat.
Lapisan dalam terdapat enzim pernafasan dan enzim yang terpenting untuk daur
kreb (Campbell, 2000).
Lisosom adalah struktur yang agak bulat yang di batasi oleh membran
tunggal (Sumadi dan Marianti A, 2007). Lisosom merupakan organel yang
bertanggung jawab pada pembentukan enzim pencernaan, enzim ini disebut
vakuola. Fungsi lisosom adalah untuk menyelenggarakan pencernaan makanan
dan untuk penghasil zat tebal (Sumadi, 2007).
Membran sel disebut juga membran plasma. Membran sel terdapat di
sebelah dalam dinding sel. Membran sel tersusun oleh substansi yang hidup.
Membran sel merupakan membran yang sangat tipis sehingga hanya dapat
divisualisasi dengan pembesaran tinggi yang dicapai dengan mikroskop elektron
(Sumadi, 2007)). Fungsi membran sel adalah mengatur peredaran zat dari dan ke
dalam sel. Zat–zat makanan dan udara yang diperlukan oleh sel masuk melalui
membran ini. Zat sampah yang tidak berguna lagi dikeluarkan juga melalui
membran ini. Membran sel terbentuk dari protein dan lipid sehingga sering
disebut lipoprotein. Lipid terutama merupakan fosfolipid (molekul–molekul
amfifilik artinya setiap molekul mengandung “kepala” hidrofilik dan “ekor”
hidrofobik). Membran sel berguna sebagai rintangan atau interfase di antara dua
fase berair (Campbell, 2000)

4.3 Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan


Sel hewan dan sel tumbuhan termasuk sel eukariotik yang memiliki
selaput inti, namun secara umum sel hewan dan sel tumbuhan tidak memiliki
perbedaan yang mendasar, hanya saja perbedaan pada bagian struktur atau organ-
organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki dinding sel, membran sel, inti sel,
sitoplasma, kutikula, dan epidermis. Sedangkan sel hewan memiliki vakuola
retikulum endoplasma dan membran sel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumadi
(2007). Bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki perbedaan pada organ
tertentu. Sel tumbuhan memiliki membran sel, sitoplasma, retikulum endoplasma,
inti sel (nukleus), mitokondria, ribosom, plastida dan vakuola. Perbedaan sel
hewan dan sel tumbuhan terletak pada sentriol, sentrosom, lisosom dan
flagel/silia.

III.METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 24 November 2020. Pukul


13.00 Wita sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Ilmu-ilmu Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, silet, kaca objek,
Pinset. Bahan yang digunakan yaitu tumbuhan bawang merah.

3.3 Langkah Kerja

Metode praktikum dilakukan dengan cara menyayat bawang merah setipis


mungkin menggunakan silet, kemudian meletakkannya diatas kaca objek dan
menutupnya dengan kaca penutup. Objek diamati dengan mikroskop dengan
perbesaran 10x dan 40x, kemudian mengenali dan mencatat begian-bagian
daun bawang merah. Metode yang dilakukan untuk mengamati sel epitelium
rongga mulut manusia adalah metelakkan preparat awetan pada mikroskop
kemudian mengamatinya dengan perbesaran 10x dan 40x. langkah yang terakhir
menggambar sel bawang merah dan sel epietlium rongga mulut manusia dan
bagian-bagiannya.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan

a. Sel Tumbuhan Bawang Merah

Pada sel bawang merah terdapat oraganel-organel sel seperti sitoplasma,


dinding sel, dan nucleus. Dinding sel berfungsi untuk melindungi dan memberi
bentuk pada sel. Nukleusnya berbentuk oval dan merupakan organel terbesar
dalam sel. Plastidanya berupa butir-butir yang mengandung zat ulaina (ungu).

Sel epidermis bawang merah mempunyai dinding sel yang berbentuk tidak
beraturan. Sel epidermis bawang merah mempunyai bentuk tetap dan tidak
berubah-ubah karena didalam sel terdapat dinding sel-sel epidermis bawang
merah yang disusun oleh dinding sel, inti sel, dan sitoplasma.

b. Sel Epitelium Rongga Mulut Manusia

 Ujung dan tepi lidah, bagian ini memenuhi lidah dari bagian dalam (ujung)
serta kanan dan kiri lidah (tepi), ujung dan tepi lidah bisa bergerak dengan
bebas kedalam, belakang, kanan maupun kiri.
 Punggung lidah, permukaan diatas lidah disebut juga punggung lidah.
Pada bagian ini terdapat banyak parilae yaitu butir-butir kecil yang
memberikan tekstur lidah, kadang pada lidah terdapat itu.
 Pangkal lidah, terdapat pada dasar rongga mulut dan dibelakang sehingga
tidak bisa bergerak bebas. Sebagai alat pengecap, membantu
berkomunikasi, membantu menelan dan melindungi mulut dari kuman.

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil kegiatan praktikum yang dapat disimpulkan


adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan yaitu Sel tumbuhan lebih besar
dari sel hewan.
b. Sel tumbuhan memiliki lisosom, sel hewan juga memiliki lisosom
c. Sel tumbuhan tidak memiliki sentrosom, sedamgkan sel hewan memiliki
sentrosom.
d. Sel tumbuhan memiliki dinding sel, sedangkan sel hewan tidak memiliki
dinding sel
e. Sel tumbuhan mempunyai bentuk tetap, dan sel hewan bentuknya tidak
tetap.
Pada sel bawang merah yaitu terdapat :
a. Inti sel
b. Dinding sel dan sitoplasma
c. Pada sel kapas terdapat Sitoplasma dan dinding sel
d. Pada sel gabus terdapat sitoplasma dan dinding sel
e. Pada sel ephitelium pipi terdapat, inti sel, dinding sel dan sitoplasma dan
f. Pada sel rheo discolour terdapat inti sel, dinding sel, dan sitoplasma.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih disiplin pada saat sebelum dan sesudah


praktikum dilakukan dan menguasai materi sebelum memasuki laboratorium,
menaati segala aturan yang ada dalam laboratorium untuk keamanan praktikum.
PENGAMATAN TUMBUHAN
PENGAMATAN TUMBUHAN

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Pertumbuhan


dan perkembangan berjalan dengan seiring waktu, contohnya pada tanaman.
Tanaman merupakan bagian besar dari alam yang ada di bumi kita ini. Selain itu
keberadaan tanamann di bumi ini sebagai produsen terbesar sangatlah penting,
karena ia merupakan satu kesatuan dari rantai makanan yang terdapat dalam
ekosistem.

Proses pertumbuhan dan perkembangan ditentukan oleh faktor internal (gen


dan hormon) dan faktor eksternal (mkanan, air, suhu, kelembaban, oksigen,
cahaya). Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dengan
perkecambahan biji. kemudian kecambah berkembang menjadi tumbuhan kecil
yang sempurna yang kemudian tumbuh membesar. Setelah mencapai masa
tertentu, tumbuhan akan berbunga dan menghasilkan biji.

Berbicara tentang cahaya, tumbuhan juga memerlukan cahaya. Banyak cahaya


yang dibutuhkan tidak selalu sama pada setiap tumbuhan. Cahaya juga
merangsang pembungaan tumbuhan tertentu.

Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat


penting. Di samping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat penting
untuk perkembangan mahluk hidup. Setiap tumbuhan memiliki akar, batang dan
daun. Masing-masing memiliki fungsi utama dalam pertumbuhan sebuah
tumbuhan (Anonim,2012).
Ilmu tumbuhan telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga
bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu
tumbuhan saja, sekarang telah menjadi ilmu yang berkembang sendiri-sendiri.
Dari berbagai cabang ilmu yang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan.
Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun
sudah demikian pesat perkembanganya hingga di pisahkan menjadi morfologi luar
atau morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti sempit) dan
morfologi dalam atau anatomi tumbuhan (Hadisunarso, 2007).
Laporan ini akan menguraikan soal morfologi luar atau morfologi dalam arti
yang sempit, yang selain memuat pengetahuan tentang istilah-istilah (terminilogi)
yang lazim dipakai dalam ilmu tumbuhan, khususnya dalam taksonomi tumbuhan,
sekaligus juga berisi tuntunan bagaimana cara mendeskripsikan tumbuhan.
Belajar teori tanpa praktek itu bohong, berdasarkan analisi dari tiap mata
kuliah yang sangat membutuhkan adanya praktikum dan kuliah lapangan.
Sehingga mata kuliah morfologi tumbuhan juga menjadikan kuliah lapangan
sebagai acuan atau barometer dari kepahaman mahasiswa terhadap mata kuliah
tersebut.

I.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur morfologi dan anatomi


sistem organ pada tumbuhan.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat memandingkan


struktur morfologi akar, batang, dan daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi luar atau morfologi dalam atau dalam arti yang sempit memuat
pengetahuan tentang istilah-istilah (terminologi) yang lazim dipakai dalam ilmu
tumbuhan, dan yang diketengahkan terutama bentuk dan susunan luar tubuh
tumbuhan, maka dalam prakteknya hanya diuraikan bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan yang berupa kormus.

Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan


bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan
apakah fungsi masing- masing bagian itu dalam kiehidupan tumbuhan, dan
selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal bentuk dan susunan tubuh
yang demikian tadi. Selain dari itu morfologi harus pula dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai
bentuk dan susunan yang beraneka ragam itu.

Kormus merupakan tubuh tumbuhan yang dengan nyata memperlihatkan


diferensiasi dalam tiga bagian pokok yaitu akar (radiks), batang (caulis) dan daun
(folium). Ciri ini hanya dimiliki oleh Pteridophyta (tumbuhan paku)
dan Spermatophyta (tumbuhan biji), sehingga keduanya dimasukkan dalam satu
kelompok Cormophyta (tumbuhan kormus).

Pada tubuh tumbuhan terdapat bagian lain yang sering kita temukan dan
bagian tersebut dipandang sebagai penjelmaan dari salah satu atau mungkin dua
bagian pokok tadi, artinya setiap bagian lain pada tubuh tumbuhan dianggap
sebagai bagian pokok yang telah mengalami metamorphosis (berganti bentuk,
sifat dan mungkin fungsinya bagi tumbuhan), contohnya sebagai berikut:

a. Kuncup (gemma), penjelmaan batang dan daun.


b. Bunga (flos), penjelamaan batang dan daun.
c. Duri (spina), penjelmaan dahan maupun daun.
d. Alat-alat pembelit (cirrhus), dapat berasal dari daun atau dari dahan atau
cabang.
e. Umbi (tuber), penjelmaan batang.
f. Rimpang (rhizoma), penjelmaan batang beserta daun-daunnya.
g. Umbi lapis (bulbus), penjelmaan batang dan daun.

Selain itu masih dapat ditemukan alat-alat lain yang biasanya lebih kecil atau
lebih halus yang disebut alat tambahan atau alat pelengkap (organa accesoria),
contoh: Rambut atau bulu (pilus), sisik (lepis), lentisel (lenticulus), dan lain-lain.

Bagian tumbuhan yang berguna untuk mengambil dan mengolah zat hara
disebut alat hara (organum nutritivum), contoh: Akar, batang, daun, umbi, piala
atau gelembung bagi tumbuh-tumbuhan tertentu untuk menangkap serangga, dan
lain-lain. Alat-alat tersebut disebut alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetatif.

Bagian tumbuhan yang bertugas menghasilkan alat perkembangbiakan,


disebut alat perkembangbiakan (organum reproductivum), contoh: bunga, buah,
dan biji.

III. METODE PRAKTEK


3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun akademik


2020/2021. (Novembert 2020) di Universitas Tadulako.
3.2 Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang di gunakan untuk mengamati objek adalah menggunakan Lup
dan untuk menggambarkan/mendeskripsikan objek menggunakan pensil/pena,
penghapus, dan kertas. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan objek yang
diamati.
2. Bahan
Bahan-bahan penelitian terdiri atas berbagai specimen tanaman (akar,
batang, daun, penjelmaan/metamorfosis bagian pokok, bunga, buah dan biji).
Tanaman yang digunakan sebagai pengamatan adalah jagung dan manga.

3.4 Langkah Kerja


1) Mengamati dan mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan (akar, batang, daun,
bunga, buah, biji dan bagian-bagian lain dari tumbuhan). Lup digunakan jika
diperlukan untuk mengamati bagian tumbuhan yang tidak kasat mata/kurang
jelas. Pengidentifikasian setiap sampel yang belum diketahui speciesnya
diidentifikasi dengan menggunakan literatur berupa buku dan internet.
2) Melakukan pengambilan gambar pada tiap-tiap sampel yang ada
Setelah diamati, objek/sampel tersebut digambar satu persatu di kertas/lembar
pengamatan (atau melakukan pengambilan gambar pada tiap-tiap sampel yang
ada dengan menggunakan kamera).
3) Setelah digambar, lalu dideskripsikan bagian–bagian dari morfologi bagian-
bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan bagian-bagian lain
dari tumbuhan).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan

Dari praktikum pengamatan tumbuhan yang telah dilakukan dengan


menggunakan beberapa objek seperti tumbuhan dikotil lengkap dengan
akar,batang dan daun, serta tumbuhan monokotil lengkap dengan akar,batang,dan
daun.

Berdasarkan hasil pengamatan, tumbuhan jagung merupakan tumbuhan


yang tergolong kedalam tumbuhan monokotil, sedangkan tumbuhan mangga
tergolong kedalam tumbuhan dikotil. Hal itu dibuktikan dengan hasil pengamatan
yang dilakukan dengan melihat ciri-ciri pada setiap tumbuhan yang menjadi objek
pengamatan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa objek tumbuhan:

a. Ada tumbuhan yang tergolong kedalam tumbuhan monokotil dan ada pula

yang tergolong kedalam tumbuhan dikotil.Hal itu dilihat dari jenis dan unsur

pada tumbuhan.

b. Untuk beberapa jenis bunga dapat disimpulkan bahwa tidak semua bunga

sama, ada yang bunga yang lengkap dan ada juga bunga yang tidak lengkap.

c. Media tanam juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada

tanaman kacang hijau. jika suatu tumbuhan kekurangan sebagian nutrisi, maka

tanaman tersebut mengalami defiensi yang mengakibatkan pertumbuhan

terganggu dan jika berkelanjutan akan menyebabkan terjadinya kematian.

Misalnya, kekurangan nitrogen yang merupakan unsur pembentuk klorofil

akan mengakibatkan daun menguning atau klorosis.

5.2 Saran

Sebelum praktikum dimulai ada baiknya tumbuhan yang akan menjadi objek

pengamatan diletakkan pada wadah yang besiri air agar objek yang akan diamati

tidak terlihat layu, sehingga pengamatan dapat dilkukan dengan lebih baik
PENGAMATAN HEWAN
PENGAMATAN HEWAN

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang mula-

mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air

berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva

yang disebut berudu. Fase berudu ini menunjukkan sifat antara pisces dan reptilia.

Sifat ini menunjukkan bahwa Amphibia adalah kelompok chordata yang pertama

kali hidup di daratan. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan

dengan kehidupan darat, misalnya: kaki, paru-paru, nares (hidung) yang

mempunyai hubungan dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi

dengan baik di dalam air maupun di darat (Jasin, 1989).

Amphibia merupakan Tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah.

Menurut garis evolusinya, Amphibia diyakini berasal dari nenek moyang yang

sama dengan ikan. Amphibia misalnya Salamander dapat mempertahankan insang

selama hidupnya. (Kimball, 1988).

Katak sawah (Rana cancrivora) termasuk dalam ordo Anura dan memiliki ciri

khas diantaranya adalah tubuh berukuran besar dengan lipatan-lipatan kulit atau

bintil-bintil kulit yang memanjang dan pararel dengan sumbu tubuh. Katak sawah

bertubuh kecil sampai agak gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot

besar (Duellman and Trueb, 1986).


Katak sawah (Rana cancrivora) digunakan sebagai preparat dalam praktikum

kali ini untuk mewakili kelompok Amphibia. Katak sawah dipilih karena kulitnya

tidak beracun. Selain itu, hewan ini memiliki struktur dan morfologinya mudah

diamati.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum tentang pengamatan hewan yaitu untuk mengetahui

dan memahami struktur morfologi dan anatomi dari sistem organ pada hewan.

Kegunaan dari melakukan praktikum ini adalah dapat memberikan

pengetahuan tentang bagaimana cara pembedahan katak untuk diamati sistem

pencernaan dan sistem reporduksi katak.

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Amphibi

Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang

mula-mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam

air berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva

yang disebut berudu. Fase berudu ini menunjukkan sifat antara pisces dan reptilia.

Sifat ini menunjukkan bahwa Amphibia adalah kelompok chordata yang pertama

kali hidup di daratan. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan

dengan kehidupan darat, misalnya: kaki, paru-paru, nares (hidung) yang


mempunyai hubungan dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi

dengan baik di dalam air maupun di darat (Jasin, 1989).

Katak adalah hewan Amphibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Katak

memiliki kulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul. Beberapa jenis

katak, pada sisi tubuhnya memiliki lipatan kulit berkelenjar, mulai dari belakang

mata hingga di atas pangkal paha yang disebut lipatan dorsolateral. Katak

mempunyai mata berukuran besar, dengan pupil mata horisontal dan vertikal.

Beberapa jenis katak memiliki pupil mata berbentuk berlian atau segi empat yang

khas bagi masing-masing kelompok. Tubuh katak betina biasanya lebih besar

daripada yang jantan. Ukuran katak dan kodok di Indonesia bervariasi dari yang

terkecil hanya 10 mm, dengan berat hanya satu atau dua gram sampai jenis yang

mencapai 280 mm dengan berat lebih dari 1500 gram (Iskandar, 1998).

Katak sawah dimasukkan ke dalam ordo Anura. Nama anura mempunyai arti

tidak memiliki ekor (anura: a tidak, ura ekor). Ordo ini mempunyai ciri umum

tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan

tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan,

hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat (Duellman and Trueb,

1986).

Cara hidup Katak sangat berbeda dengan Ikan. Hewan ini tidak hidup di

perairan yang dalam dan menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Katak

juga memiliki bermacam-macam warna kulit dengan pola yang berlainan. Warna-

warna itu ditimbukan oleh pigmen-pigmen yang terdapat di dalam sel-sel pigmen

di dalam dermis. Sel pigmen ini biasa dinamakan menurut jenis pigmen yang
dikandung. Melanofora mengandung pigmen coklat dan hitam dan lipofora

mengandung pigmen merah, kuning dan orange. Amphibi juga mempunyai

pigmen yang disebut guanofora, mengandung kristal guanin yang dapat

memproduksi efek putih terang. Perubahan warna pada kulit Katak dapat terjadi

karena stimulus lingkungan, misalnya gelap, panas, dan dingin. Perubahan itu

diatur melalui neuro-endokrin. (Duellman and Trueb, 1986).

Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang

belum tampak jelas. Kulit katak terlepas dari otot yang ada di dalamnya, sehingga

bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang berisi cairan limfa

subkutan. Kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar

mucus yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak

mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna dan

arteri kutanea (Djuhanda, 1982). Amphibi dewasa memiliki mulut lebar dan lidah

yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah (Djuhanda, 1982).

Katak mengalami metamorfosis sempurna. Metamorfosis katak menyangkut

tiga proses perubahan, dua diantaranya merupakan perubahan yang drastis, yaitu

berupa penciutan ekor dan terbentuknya organ yang baru yang tidak tampak dari

luar. Metamorfosis merupakan suatu masa kritis yang di alami selama terjadinya

perubahan dari hewan berhabitat akuatis menjadi terestrial (Duellman, 1986).


III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 26 November 2020. Pada pukul


13.00 Wita sampai selesai. Tempat dilakukannya praktikum Biologi adalah di
Laboraturium ilmu – ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako,
Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum biologi tentang pengamatan hewan ini
adalah papan bedah, jarum pentul, pisau bedah/silet, gunting kecil, erlenmeyer,
toples.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Katak sawah (Rana
cancrivora), kapas, beberapa preparet awetan dari hewan,Alkohol 70%.

3.3 Langkah Kerja

Pengamatan morfologi hewan tahap pertama yang dilakukan yaitu,


mengambil seekor katak sawah (Rana cancrivora), kemudian memasukan
kedalam toples yang berisi alcohol, diamkan sampai beberapa saat, setelah katak
pingsan letakan katak di atas papan bedah dengan keaadaan terlungkup dan
tengkurap, kemudian mengamati dan menggambar morfologi katak yang telah
diamati.

Setelah mengamati morfologi katak sawah (Rana cancrivora), selanjutnya


melakukan pembedahan terhadap katak sevara hati-hati, setelah terbelah
kemudian menggambar dan mengamati sistem pencernaan dari katak.
Tahap berikutnya yaitu setelah mengamati sistem pencernaan dari katak
sawah (Rana cancrivora), kemudian mengamati kembali sistem reproduksinya
dan menggambar hasil pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan

Hasil yang diperoleh dari pengamatan morofologi katak sawah (Rana


cancrivora) bahwa struktur morfologi katak terdiri dari kepala, lubang hidung,
mata, telinga, ekstermifas enterior, lengan atas, lengan bawah jari, punggung,
perut, ekstermitas eksterior posterior, paha, betis, kaki, dan selaput jari.
Katak sawah jantan memiliki sistem reporduksi sebagai berikut, badan
berlemak, testis, vas everen, uterus, kantong sperma, kantong kemih, ginjal dan
kloaka.
Katak sawah betina memiliki sistem reporduksi sebagai berikut, sel telur,
uterus, ovarium, ginjal, oviduk, kantong kemih, dan kloaka. Ovarium pada katak
sawah betina berfungsi menghasilkan sel telur atau ovum, sel telur tersebut di
keluarkan menuju oviduk dan selanjutnya keluar melalui kloaka. Saat telur telah
masak, katak sawah menuju ke air kemudian sang jantan dan menaiki punggung
betina, selanjutnya katak betina mengeluarkan telur bersamaan sperma katak
sawah jantan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada katak sawah (Rana cancrivora) dapat


disimpulkan sebagai berikut:
a. Perbedaan sistem reporduksi katak sawah (Rana cancrivora) jantan dan betina
yaitu katak sawah (Rana cancrivora),jantan memiliki testis dan kantong
sperma yang tidak di miliki oleh katak sawah (Rana cancrivora) betina, sama
lainya dengan ovarium dan sel telur yang hanya dimiliki oleh katak sawah (
Rana cancrivora) betina.
b. Katak sawah (Rana cancrivora) memiliki struktur morfologi yang terdiri dari
kepala, mata, lubang hidung, telinga, tungkai depan, lenngan atas,lengan
bawah, jati, punggung, perut, tungkai belakang, paha, betis, kaki, dan kloaka.
c. Pada saat musim pembiakan katak betina meletakan telurnya di tempat berair,
kemudian katak jantan membuhai telur tersebut , fertisasi in bergantung pada
linkungan tempat pembuahan telur.
5.2 Saran
Saran saya dalam praktikumini sebaiknya perlengkapan laboratorium lebih di
lengkapi, sehingga kenyamanan dalam praktik dapat berlangsung dengan lancar.
kedepan yaitu kerja sama antara asisten dengan praktikan harus ditingkatkan ,
terutama dalam membimbing praktikan dapat dengan benar.
KONSEP HUKUM MENDEL
KONSEP HUKUM MENDEL

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti-


Peneliti yang paling popular adalahGregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822
di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan
meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-
prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat
dalam pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan
II.

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,


dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat
memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat
beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga
merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen
secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang
lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1.

Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak


adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip
beserta perbandingannya. Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan
dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum
Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The
Law of Segregation of Allelic Genes ). Sedangkan persilangan dihibrid yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan
bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen
secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes).

Dengan mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel, baik pada


persilangan monohibrid maupun dihibrid, maka secara sederhana dapat
kitadisimpulkan bahwa gen itu diwariskan oleh induknya atau orang tua kepada
keturunannya melalui gamet. Persilangan monohibrida adalah persilangan
sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Sedangkan
persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda.
Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa
gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara
bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan
yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya
gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.

1.1 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum memahami konsep hukum mendel ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami angka – angka perbandingan dalam hukuam mendel
melalui hukum labetulan. Kegunaan dari melakukan praktikum ini adalah untuk
memperagakan konsep pewarisan sikap melalui percobaan yang berdasarkan
hukum mendel.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Utama Gen

Gregor mendel merupakan pencetus berbagai prinsip dasar genetika. Pada


akhir abad ke sembilan belas, beliau mengenali adanya unit informasi yang
diwariskan untuk pembentukan sifat yang dapat diamati pada organisme. Ini
merupakan konsep utama gen (Bresnick, 2003).

Mendel mempelajari pewarisan sifat pada tumbuhan kacang ercis. Pada setiap
tumbuhan, sifat masing-masing muncul sebagai salah satu dari dua bentuk,
misalnya biji kuning atau hijau, biji bulat atau keriput, tangkai pendek atau tinggi.
Singkatan berikut ini dipergunakan dalam genetika Mendel.

P-generasi parental. Setiap jenis parental merupakan galur murni, artinya


hanya memproduksi keturunan dengan salah satu dari sifat alternatif di atas.
F1-generasi turunan (filial) pertama. Tumbuhan ini disilangkan satu dengan
lain untuk memproduksi generasi F2, F2-generasi turunan kedua. Tumbuhan ini
dihasilkan dari persilangan dua tumbuhan F1 (Bresnick, 2003).

Metode Mendel adalah menyilangkan dua galur murni dengan bentuk yang
berbeda dari suatu sifat. Kesimpulan Mendel termasuk yang berikut ini, Informasi
untuk suatu sifat (misalnya, warna kulit kacang) adalh faktor tertentu yang
diwariskan (gen).Gen berada dalam bentuk berpasangan, disebut alel. Alel adalah
bentuk lain suatu gen untuk sifat tertentu. Pada organisme diploid, alel dominan
suatu gen mungkin menutupi ekspresi fenotip alel resesif. Untuk gen warna kulit
kacang, G adalah alel dominan (hijau); g adalah alel resesif (kuning).Kedua alel
saling memisah ketika suatu hibrid memproduksi gamet. Pemisahan (segresi) ini
berlangsung secara acak sehingga setengah dari gamet tersebut menerima alel G,
dan setengahnya lagi menerima alel g. Ini merupakan hukum Mendel pertama-
hukum segresi secara bebas.Persilangan F1 yang digambarkan di atas disebut
persilangan monohibrid (satu sifat yang bersegresi). Pada fertilisasi setiap induk
F1 menyumbangkan sebuah gamet yang mengandung G atau g kepada
keturunannya. Gamet mana yang akan menyatukan ditentukan secara acak.
Genotip F2 dapat diperkirakan menggunakan metode segi empat punnute.

Alel yang disumbangkan oleh spermatozoa dan telur diletakkan berturut-turut


pada sisi atas dan kiri tabel. Turunan F2 yang dihasilkan dari setiap fertilisasi
diletakkan di dalam kotak segi empat (Bresnick, 2003).Genotip pada tumbuhan
hijau dapat ditentukan dengan uji silang, Jika genotip adalah GG, seluruh turunan
akan Gg (hijau).Jika genotip adalah Gg, setengah dari turunan akan Gg (hijau) dan
setengahnya lagi gg (kuning) (Bresnick, 2003).

Segresi maupun fertilisasi terjadi secara acak. Dengan demikian, aturan


probabilitas dapat diterapkan untuk memperkirakan genotip atau fenotip pada
persilangan Mendel.Aturan multiplikasi menyebutkan bahwa probabilitas untuk
dua kejadian akan berlangsung sebanding dengan produk kemungkinan dalam
setiap kejadian independen yang akan terjadi. Misalnya, pada persilangan F1 (Gg
x Gg), kemungkinan tumbuhan F2 mempunyai kulit berwarna kuning dapat
ditentukan sebagai berikut:

Tumbuhan kacang berkulit kuning (gg) harus menerima alel dari telur
maupun spermatozoa. Probabilitas adanya g di dalam telur = ½. Probabilitas
adanya di dalam spermatozoa = ½.
Probabilitas g dalam telur dan spermatozoa merupaka hasil kali dari
probabilitas masing-masing: ½ x ½ = ¼. Dengan demikian, 25% tumbuhan
kacang F2 seharusnya berkulit kuning (Bresnick, 2003).

Aturan tambahan menyatakan bahwa probabilitas terjadi salah satu dari kedua
kejadian dapat diperkirangan dengan menanbahkan probabilitas kejadingan
selingan. Misalnya, dalam persilangan F1, probabilitas suatu tumbuhan F2 adalah
Gg dapat ditentukan sebagai berikut:

1) Probabilitas G telur dan g spermatozoa = ½ x ½ = ¼.


2) Probabilitas g telur dan G spermatozoa = ½ x ½ = ¼.
3) Probabilitas salah satu dari dan kedua kejadian ini adalah jumlah
probabilitas masing-masing; ¼ + ¼ = ½. Dengan demikian, 50%
tumbuhan F2 seharusnya Gg (Bresnick, 2003).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis,25 November 2020. Pada pukul


13.00wita sampai selesai. Tempat dilakukannya praktikum Biologi adalah di
Laboraturium ilmu – ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako,
Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum biologi tentang konsep hukum mendel
ini adalah toples, dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kancing merah 20
dan kancing putih 20.

3.3 Langkah kerja

Pertama kancing merah dan kancing putih dimasukkan kedalam sebuah


toples, lalu toples di kocok hingga semua kancing tercampur kemudian dengan
menutup mata ambil dua butir kancing dari dalam toples. Dilakukan sebanyak tiga
kali sambil menutup mata lalu tulis hasil yang di peroleh.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

Adapun pembahasan dari praktikum di Laboratorium,tentang persilangan


memahami konsep hukum mendel yaitu

Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan the law of segretation of alielic
genesatau hukum pemisahan Gen yang sealel dinyatakan bahwa dalam
pembentukan gamet, pasangan alel akan memisahka secara bebas. Peristiwa
pemisahan ini terlihat ketika pembentukan gamet individu yang memiliki genotif
heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini
disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan individu
yang mempunyai satu karakter berbeda.

Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan
perbandigan fenotif, 1:2:1, yaitu ekspresi gen dominan resesif = 3:1. Namun
kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak di dominasi oleh salah satu
induknya. Dengan katalain, sifat dominasitidakmunculsecarapenuh. Peristiwa ini
menunjukkan adanya sifat Intermedier.

Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent


assortmen of genesatau Hukum Pengelompokan Gen secara bebas dinyatakan
bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisahkan secara bebas
dan mengelompokan dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum
atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki atau lebih
karakter yang berbeda. Mono hibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan
dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilkan perbandingan
9:3:3:1 Fenotip adalah penampakan perbedaan sifat dari suatu individu tergantung
dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata. Genotif adalah
susunan genetik dari suatu individu yang ada hubungan fenotip.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'.
b. Hukum ini terdiri dari dua bagian yaitu Hukum pemisahan (segregation) dari
Mendel, juga dikenal sebagai Hukum I Mendel dan Hukum berpasangan
secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum II Mendel.
c. Terjadinya penyimpangan Hukum Mendel pada persilangan ini karena
adanya sifat-sifat menurun yang dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan
alel yang penampakannya saling mempengaruhi (berinteraksi).Keganjilan ini
bukanlah disebabkan oleh penyimpangan Hukum Mendel II tetapi hanyalah
karena adanya dua pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama
dari suatu organisme.

5.2 Saran

Saran yang ingin saya ajukan kepada pihak laboratorium, yaitu agar selalu
mengusahakan alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum bisa
disediakan sebelum praktikum dimulai, dan apabila ada kerusakan pada alat,
segera diperiksa sebelum kegiatan praktek dimulai, agar praktikum bisa berjalan
dengan lancar.
PENGAMATAN PROSES TERJADINYA TRANSPIRASI

PADA TUMBUHAN
PENGAMATAN PROSES TERJADINYA TRANPIRASI PADA
TUMBUHAN

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transpirasi pada hakekatnya adalah penguapan. Transpirasi dapat


diartikansebagai hilangnya air dalam bentuk uap air dari dalam jaringan tubu
h Secara umum yang dimaksud dengan penguapan adalah suatu proses pergerakan
molekul-molekul zat cair dari permukaan zat cair tersebut ke udara bebas.
Hilangnya air dari tubuh tumbuhan sebagian besar melalui permukaan daun
disebut sebagai transpirasi.

Pada umumnya transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga
melalui permukaan tubuh yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3
jenis transpirasi, yaitu transpirasi melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui
lentisel. Walaupun demikian, bahasan transpirasi ini biasanya bibatasi pada
masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena sebagian besar
hilangnyamolekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan. Mengingat
akan pentingnya pemahaman tentang proses transpirasi, maka diadakanlah
praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan transpirasi dan untuk
mengetahui jumlah air yang yang diuapkan / satuan luas daun dalam waktu
tertentu.

Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air
yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi
stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula
daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang
hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui
daun-daun (Loveless, 1991).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.


Banyak cara untuk mengukur transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode
penimbangan. Sehelai dari daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta
potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi.
Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya
transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas,
yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat
higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka
penunjuk besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993)

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya


gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di
bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh
teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air
dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman (Anonim, 2009).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi proses transpirasi pada tumbuhan.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui faktor fktor yang
mempengaruhi laju ranspirasi pada tumbuhan,dan mampu mengetahui bagaimana
proses melakukan transpirasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Transpirasi

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja
terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang
melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang
hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui
stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya
uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi
juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang
secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih
banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman
dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran
massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di
bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap
pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan
dengan melalui xilem.

Tingkat Transpirasi

Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air


dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada
daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa
penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun.

Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui
kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah
beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah
dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.

Hanya1-2%sebagian dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan


digunakan dalam fotosintesis atau dalam kegiatan metabolic sel-sel daunnya.
Sisanya menguap dari daun dalam proses transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air
ke luar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi dengan baik maka air segar
harus disediakan kepada daun untuk menggantikan yang hilang pada waktu
transpirasi.

Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih rendah dibandingkan


batang ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar.Untuk
menguapkan air, tumbuhan butuh energy baru atau berubah energy menjadi panas.
Dengan demikian, transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun.
Kebutuhan panas untuk menguapkan air berasal dari sinar matahari yang
disalurkan melalui cahaya langsung, radiasi dan konveksi. Air merupakan bagian
terbesar dari jaringan tumbuhan, semua proses tumbuh dan berkembang terjadi
karena adanya air.

Jenis-jenis Transpirasi

Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :

1). Transpirasi Kutikula.

Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar
air yang hilang terjadi melaui stomata.

2). Transpirasi Stomata

Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel,
dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke
athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-
ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer
pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.

3). Transpirasi Lentisel

Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui
jaringan ini adalah 0,1%

III. METODE PRAKTEK

3.1Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada selasa, 27 Novembaer 2020. Pada pukul 13.00


Wita sampai selesai. Tempat dilakukannya praktikum adalah di Laboratorium
ilmu-ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu rak, tabung reaksi, kertas
grafik, gelas ukur dan alat tulis.

Adapun bahan yang digunakan yaitu air, minyak kelapa, dan 3 jenis
tumbuhan yang berbeda morfologinya(Gulma, kayu jawa dan Hydrilla).

3.3 Langkah Kerja

Potonglah batang atau ranting tumbuhan dibawah permukaan air. Usahakan


potongan selalu berada didalam air, demikian juga sewaktu memasukan potongan
atau ranting tumbuhan kedalam gelas ukur, usahakan selalu terendam. Gunakan 3
macam tumbuhan, hanya berisi air saja (kontol). Setelah itu susunlah dalam rak
tabung reaksi. Ingat ketinggian air harus sama dengan kontrol, kemudian tetesi
dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup dengan minyak kelapa,
maksudnya agar air menguap dari dalam tabung reaksi.

Setelah itu,satu rangkaian gelas ukur di letakkan di lapangan terbuka lalu


Catat air yang hilang/menguap setiap 10 menitselama 1 jam. jumlah air yang
hilang pada setiap 10 menit dapat dihitung dengan menambahkan sejumlah air
hingga mencapai tinggi permukaan semula.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.

a. Suhu, berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang


diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya
dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari, mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air, berpengaruh terhadap ekosistem karena air sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. selain itu, Bagi tumbuhan air diperlukan
dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji, bagi hewan dan
manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya
transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan
pelapuk.
d. Tanah, merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda
menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Selain itu,
Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan
organisme, terutama tumbuhan.
e. Ketinggian, tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat
tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik
dan kimia yang berbeda.
f. Angin, selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan
dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang, yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang
berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan
distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu
hidup pada garis lintang tertentu saja. Interaksi Antar Komponen Interaksi
antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi
antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas.

Selain itu faktor abiotik seperti angin, suhu, radiasi/cahaya matahari, dan air
dan faktor intern seperti jumlah daun, luas permukaan daun, dan besar daun
sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya transpirasi pada tumbuhan. Semakin
besar kecepatan angin, suhu, dan radiasi matahari dengan jumlah daun dan luas

permukaan daun yang besar, maka menyebabkan penyerapan air dan unsur hara
juga tinggi, sehingga transpirasi pada tumbuhan pun tinggi, begitupun sebaliknya.

4.2 Pembahasan

Faktor yang mempengaruhi transpirasi pada tumbuhan


Faktor dalam adalah:

1. Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena


kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang
terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak
pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
mesing-mesing satuan dari penambahan lebar stomata. Faktor utama yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan
ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
2. Jumlah dan ukuran stomata: Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh
genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap
transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3. Jumlah daun: Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun: Banyak tanaman mempunyai mekanisme
dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan
air terbatas.
5. Kedalaman dan proliferasi akar: Ketersedian dan pengambilan kelembapan
tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan
proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalamdapat meningkatkan ketersediaan
air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) meningkatkan
pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan
permanen.
Faktor luar adalah :

1. Sinar matahari

Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan


membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak
sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung
panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga
menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan
tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya
stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .

2. Temperatur

Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi


transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam
naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, akan tetapi daun yang kena
sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu
udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari
sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam
daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah
tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga
menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar
daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan
setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada
perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun
ke udara bebas

3. Kebasahan udara

(Kelembaban udara)Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung


uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun
jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata
lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di
luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di
dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya
ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering
melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung
uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian
dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan
proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekuluap air tersebut
dapat berbanding dengan konsentrasi uapair udara, yaitu kelembaban.
Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari
air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama,
transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara

4. Angin

Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.


Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat
stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun
kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai
pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui
penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin
terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju
transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap
penyingkiran uap air.Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis
udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif
bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan
terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke
udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu
transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai
penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena
itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi
uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang
pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan
yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang
berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang
bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar
terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya
untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh
kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju
transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu
meningkatkan transpirasi
5. Keadaan air dalam tanah

Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-
akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat
bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada,
akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau
dibanding dengan penyerapan air melalui akar.Tersedianya air dalam tanah
adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila
kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil
terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak. Laju transpirasi
dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar.
Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat
daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air
dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena
suhu udara dan suhu daun lebih rendah.Jika kandungan air tanah menurun,
maka sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke
dalam akar menjadi lebih lambat.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Hasil pengukuran yang diperoleh sesuai terhadap teori yang ada.


b. Laju transpirasi tertinggi yang diperoleh adalah pada tanaman yang berada di
luar ruangan dengan adanya sinar matahari langsung.
c. Hal ini disebabkan karena suhu di luar ruangan keadannya lebih tinggi dari
pada suhu di dalam ruangan yaitu berkisar 330C.

4.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih disiplin pada saat sebelum dan sesudah


praktikum dilakukan dan menguasai materi sebelum memasuki laboratorium,
menaati segala aturan yang ada dalam laboratorium untuk keamanan praktikum,
dan diharapkan para asisten dosen lebih sabar dalam membimbing praktikan
untuk melakukan praktikum.
PENGAMATAN PERISTIWA FOTOSINTESIS
PENGAMATAN PERISTIWA FOTOSINTESIS

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk
foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi
kimia ini akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon
dioksida. Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari
energi dan adanya organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan
tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis, (Devlin, 1975).

Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman,


Algae dan Cynobacteria. nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno :
choloros = green (hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada
tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam
proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis
karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan
bantuan sinar matahari. (Subandi, 2008).

Klorofil merupakan pigmen hijau tumbuhan dan merupakan pigmen yang


paling penting dalam proses fotosintesis. Sekarang ini, klorofil dapat dibedakan
dalam 9 tipe : klorofil a, b, c, d, dan e. Bakteri klorofil a dan b, klorofil
chlorobium 650 dan 660. klorofil a biasanya untuk sinar hijau biru. Sementara
klorofil b untuk sinar kuning dan hijau. Klorofil lain (c, d, e) ditemukan hanya
pada alga dan dikombinasikan dengan klorofil a. bakteri klorofil a dan b dan
klorofil chlorobium ditemukan pada bakteri fotosintesin. (Devlin, 1975).

Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.
perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada
protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena
adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin,
serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. (Santoso, 2004).

Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa, kecil
dan hampir tak berwarna, dengan sedikit atau tanpa membran dalam). Pada
umumnya proplastid berasal hanya dari sel telur yang tak terbuahi, sperma tak
berperan disini. Proplastid membelah pada saat embrio berkembang, dan
berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan batang terbentuk. Kloroplas
muda juga aktif membelah, khususnya bila organ mengandung kloroplas
terpajan pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa sering mengandung beberapa
ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas mudah dilihat dengan mikroskop
cahaya, tapi struktur rincinya hanya bias dilihat dengan mikroskop elektron.
(Salisbury dan Ross, 1995).

Struktur klorofil berbeda-beda dari struktur karotenoid, masing-masing


terdapat penataan selang-seling ikatan kovalen tunggal dan ganda. Pada
klorofil, sistem ikatan yang berseling mengitari cincin porfirin, sedangkan pada
karotoid terdapat sepasang rantai hidrokarbon yang menghubungkan struktur
cincin terminal. Sifat inilah yang memungkinkan molekul-molekul menyerap
cahaya tampak demikian kuatnya, yakni bertindak sebagai pigmen. Sifat ini
pulalah yang memungkinkan molekul-molekul menyerap energi cahaya yang
dapat digunakan untuk melakukan fotosintesis. (Santoso, 2004).

Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah yang berarti


warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah
tua pada cahaya yang dipantulkan. (Noggle dan Fritz, 1979).

Sel penutup memiliki klorofil di dalam selnya sehingga dengan bantuan


cahaya matahari akan sangat berpengaruh buruk pada klorofil. Larutan klorofil
yang dihadapkan pada sinar kuat akan tampak berkurang hijaunya. Daun-daun
yang terkena langsung umumnya akan tampak kekuning-kuningan, salah satu
cara untuk dapat menentukan kadar klorofil adalah dengan metoda
spektofotometri (Dwijiseputro, 1981).

Cahaya hijau, kuning, jingga dan merah dipantulkan oleh kedua pigmen
ini. Kombinasi panjang gelombang yang dipantulkan oleh kedua pigmen
karotenoid ini tampak berwarna kuning. Ada bukti yang menunjukkan bahwa
beta-karoten lebih efektif dalam mentransfer energi ke kedua pusat reaksi
dibanding lutein atau pigmen xanthofil yang disebut fucoxanthofil adalah
sangat efektif dalam mentrensfer energi. Di samping berperan sebagai penyerap
cahaya, karotenoid pada tilakoid juga berperan untuk melindungi klorofil dari
kerusakan oksidatif oleh O2, jika intensitas cahaya sangat tinggi. (Lakitan,
2007).
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan terbentuknnya


amilum pada proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau, untuk membuktikan
bahwa pada fotosintesis dihasilkan gas oksigen dan mengetahui pengaruh
warna cahaya terhadap proses fotosintesis.

Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa mengetahui apa saja


pemgaruh atau penyebab proses terjadinya transpirasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau
daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada
tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri.
(Darmawan dan Baharsyah, 1983).

Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem pada
tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh daun
sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum
serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwaada pigmen lain
yang berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi
lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang
tidak segera diserap akan dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik
sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi untuk
fotosintesis. (Lakitan, 2007).

Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai


daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan
tropika, sangat berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh adanya
keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap spesies menunjukkan
perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang optimum bagi mereka. Spesies
yang tumbuh pada lingkungan yang kaya sumberdaya mempunyai kapasitas
fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies yang tumbuh pada
lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang terbatas. (Salisbury
dan Ross, 1995).
Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi, tapi
juga oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata tertutup
sebagian karena kekeringan. (Salisbury dan Ross, 1995).

Semua klorofil atau karotenoid terbenam atau melekat pada molekul


protein oleh ikatan nonkovalen. Secara keseluruhan, pigmen-pigmen kloroplas
meliputi separuh dari kandungan kandungan lipida total pada membran tilakoid,
sisanya adalah galaktolipida dan sedikit fosfolipida. Sterol sangat jarang
dijumpai pada membran tilakoid. (Lakitan, 1993).

Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di
dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan
sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam
sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida
masuk ke dalam daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di
sebut stomata. (Campbell, dkk, 2002).

Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen


fotosintetik. Di dalam daun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga karang,
pada keduanya mengandung kloroplast yang mengandung klorofil/pigmen hijau
yang merupakan salah satu pigmen fotosintetik yang mampu menyerap energi
cahaya matahari. (Subandi, 2008).

Cahaya putih mengandung semua warna spektrum kasat mata dari


merahviolet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan
baik secara merata oleh klorofil. Adalah mungkin untuk menentukan
bagaimana efektifnya setiap panjang gelombang (warna) diserap dengan
menggunakan suatu larutan klorofil dengan cahaya monokromatik (cahaya
berwarna satu). (Kimball, 2000).

Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang


melingkupi ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma. Membran tersebut
membentak suatu sistem membran tilakoid yang berwujud sebagai suatu
bangunan yang disebut kantung tilakoid. Kantung-kantung tilakoid tersebut
dapat berlapis-lapis dan membentak apa yang disebut grana Klorofil terdapat
pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia
berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa sebagai produk akhir
fotosintetis berlangsung di stroma. (Subandi, 2008).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain


gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil. Cahaya, beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan
cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg, Fe merupakan
unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil. Air, bila kekurangan
air akan terjadi desintegrasi klorofil. (Subandi, 2008).

III.METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, 15 November 2020.


Pukul 13.00 Wita sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Ilmu-ilmu
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada Praktikum ini yaitu cawan petri, pemanas
listrik, pinset, gelas piala 100 ml 2 buah, 4 buah gelas beaker atau stoples, 4
buah corong gelas atau corong plastik, 4 buah tabung reaksi, potongan kawat
dan alat tulis.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Air aqua, Alkohol
70%, larutan lugol/lodium, daun tumbuhan, kertas timah, air yang jernih, dan
tumbuhan air (Hidrylla verticilata).

3.3 Cara kerja

Pilihlah tumbuhan yang ada didekat laboratorium dengan daun yang baik
dan segar. Pada sore hari tutuplah bagian tengah daun dengan kertas timah,
lipat dan beri penjepit agar tidak terlepas. Pada keseesoakan harinya, setelah
daun terkena cahaya matahari selama beberapa jam, petiklah daun tersebut dan
buka kertas timah, masukkan kedalam air mendidih hingga agak layu.

Masukkan daun kedalam alkohol panas sampai warna dari daun agak
putih atau pucat. Hati-hati dalam memanaskan alkohol karena terbakar. Dengan
menggunakan pinset, pindahkan daun kedalam cawan petri, kemudian tetesi
dengan larutan lugol hingga merata. Perhatikan perubahan warnayang terjadi
pada daun, kemudian dan bahas lalu buat apa yang dapat anda simpulan dari
hasil percobaan tersebut.
Susunlah perangkat pecobaan seperti pada gambar 2 sebanyak 4 buah.
Beri potongan kawat yang dapat menyangga corong/tabung reaksi. Letakkan
semua perangkan percobaan diterik matahari dan biarkan selama 30 menit,
gunakan gelembung oksigen yang terbentuk/tertampung didalam reaksi terbaik
sebagai indikator laju fotosintesis. Semakin banyak gelembung yang terbentuk
semakin tinggi laju fotosintesis. Amatilah jumlah gelembung oksigen yang
terbentuk pada keempat gelas percobaan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Ada perbedaan warna antara permukaan daun yang ditutupi aluminium


foil dengan permukaan daun yang tidak ditutupi aluminium foil. Setelah ditetesi
larutan iodium, pada bagian permukaan daun yang terbuka tampak berubah
menjadi hijau kehitaman. Ini menandakan pada bagian tersebut terdapat amilum
yang merupakan hasil fotosintesis. Sedangkan bagian permukaan yang tertutup
tampak berwarna pucat. Ini menandakan pada bagian tersebut tidak terdapat
amilum karena tidak berlangsung fotosintesis.

4.2 Pembahasan

Pada proses fotosintesis jika semakin banyak CO2 yang dihasilkan maka
akan semakin besar fotosintesisnya, dimana dilihat dari percobaan yang
memakai kertas transparan, dimana yang paling banyak menyerap sinar biru
dan merah adalah kertas transparan warna kuning dan control karena tumbuhan
akan memntulkan warna kuning dan menyerap warna selain kuning yaitu biru
dan merah yang sangat berguna untuk fotosintesis.

Kloroplast mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a


terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya
biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan
langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung
berperan dalam reaksi terang. Dalam praktikum ini, anda akan mempelajari
peranan jenis cahaya tersebut terhadap fotosintesis, dengan cara mengamati
terbentuknya pati pada daun tanaman yang telah disinari dengan jenis cahaya
yang berbeda-beda. Daun tanaman yang dapat melakukan proses fotosintesis
akan membentuk pati yang dapat dideteksi dengan menggunakan larutan
Kalium Iodida (KI) (Franklin,1991).

Cahaya matahari ditangkap daun sebagai foton. Tidak semua radiasi


matahari mampu diserap tanaman, cahaya tampak, dg panjang gelombang 400
s/d 700 nm. Faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi yang sampai ke bumi:
sudut datang, panjang hari, komposis atmosfer. Cahaya yang diserap daun 1-5%
untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan transpirasi. Faktor
yang menentukan besarnya radiasi matahari ke bumi: 1)Sudut datang matahari
(dari suatu titik tertentu di bumi) 2)Panjang hari 3)Keadaan atmosfer
(kandungan debu dan uap air). (Lakitan, 2004).

Yang paling cepat proses fotosintesisnya adalah pada tempat yang terkena
cahaya matahari dengan melihat O2 yang dihasilkan yaitu 0,1 ml, sedangkan di
ruangan jumlah O2 hanya tidak ada, dan di tempat yang gelap O2 yang
dikeluarkan 0,25 ml.

Intensitas cahaya tidak saja dipengaruhi oleh geografis dan musim tetapi
juga kondisi cuaca sehari-hari, misal berawan, waktu : pagi, siang, sore dan titik
di mana tanaman tumbuh. Pada tanaman hutan, yang tumbuh di bawah (rendah)
tidak cukup cahaya untuk keberlanjutan fotosintesis. Intensitas cahaya yang
sangat tinggi mungkin saja merusak aparat fotosintesis. Fenomena ini disebut
sebagai hambatan cahaya (photoinhibition) terjadi bila tanaman menyerap lebih
banyak cahaya daripada kemampuannya untuk menggunakan dalam
fotosintesis. (Salisbury,1995).

Meskipun dengan semakin dewasa umur tanaman, intensitas naungan


semakin dikurangi. Naungan selain diperlukan untuk mengurangi intensitas
cahaya yang sampai ke tanaman pokok, juga dimanfaatkan sebagai salah satu
metode pengendalian gulma. Titik kompensasi gulma rumputan dapat
ditentukan sama dengan IC pada batas mulai ada pertumbuhan gulma.
Tumbuhan tumbuh ditempat dengan IC lebih tinggi dari titik kompensasi
(sebelum tercapai titik jenuh), hasil fotosintesis cukup untuk respirasi dan
sisanya untuk pertumbuhan (Lakitan, 2004).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :

a. Volume oksigen yang paling banyak dihasilkan pada perlakukan kertas


transparan kuning yaitu 0,15 ml sedangkan yang pling rendah pada kertas
transparan merah yaitu 0,05 ml.
b. Fotosintesis terjadi paling cepat pada tempat yang terkena cahaya matahari,
dengan oksigen yang dihasilkan 0,1 ml.
c. Yang memiliki titik kompensasi CO2 rendah adalah tanaman C4
dibandingkan C3, karena C4 mampu menghasilkan fotosintesis yang banyak
dengan CO2 yang sedikit.

5.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan untuk lebih serius dalam menjalani


praktikum agar tujuan dari praktikum ini dapat terlaksana dengan baik dan
praktikan dapat mengetahui dan memahami prosedur kerja sehingga dapat
membuat laporan dengan baik dan benar.
PENGAMATAN EKOSISTEM
PENGAMATAN EKOSISTEM

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya,


baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup
(abiotik). Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan
selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem
(Sulistyorini, 2009 ).
Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks.
Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan
hipotesis deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis (Campbell,
2000).
Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan
abiotik. Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya,
dan nutrient. Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah
komponen biotik yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari
lingkungan suatu individu (Campbell, 2000).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen
komponen tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi,
dan produktivitas (Sativani, 2010).
Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi,
atau komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor
kelinci,seekor serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis
(satu species) pada tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : di
padang rumput hidup sekelompok kelinci dan sekelompok srigala. Jumlah
anggota populasi dapat mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan
migrasi ( emigrasi dan imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi
makhluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain
saling berinteraksi. Contoh: di suatu padang rumput terjadi saling interaksi
antar populasi rumput, populasi kelinci dan populasi serigala. Setiap individu,
populasi dan komunitas menempati tempat hidup tertentu yang disebut habitat
(Andri, 2011).
Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami
perubahan. Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal
inilah yang merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu
ekosistem dapat disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan
manusia (Andri, 2011).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuannya adalah:
1. Mendeskripsikan komponen abiotik dari suatu ekosistem.
2. Mendeskripsikan komponen biotik dari suatu ekosistem.

Kegunaannya agar praktikan dapat mengetahui unsur-unsur apa saja yang


terdapat dalam ekosistem.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi


hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta
kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran,
tetapi lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap
terdiri atas komponen abiotik dan biotik. (Joko Waluyo, 2013:23)
Berdasarkan sistem energinya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
tertutup dan ekosistem terbuka. Sedangkan berdasarkan habitatnya, ekosistem
dibedakan menjadi ekosistem daratan (hutan, padang rumput, semak belukar,
ekosistem tegalan) dan ekosistem perairan (tawar, payau, asin). (Joko Waluyo,
2013 : 23)

Ekosistem terdiri dari komponen biotic dan abiotik,


1. Komponen Biotik

Biotik adalah mahluk hidup. Lingkungan biotic suatu mahluk hidup adalah
seluruh mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda
yang hidup di tempat yang sama. Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap
mahluk hidup merupakan lingkungan hidup bagi mahluk hidup lain.
Komponen-komponen biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, jamur,
ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrate dan
vertebrata serta manusia. (Diah Aryulina, 2004:268)
2. Komponen Abiotik

Abiotik adalah bukan mahluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen
abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup.
Contoj komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air, kelembapan,udara,
garam-garam mineral, dan tanah. (Diah Aryulina, 2004:268)

Susunan Ekosistem

Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas


komponen sebagai berikut:
a) Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan
bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi
sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. (Neil A
Campbell,2002:323)
b) Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan
organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh
organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur,
dan mikroba. (Neil A Campbell,2002:323)
c) Bahan tak hidup (abiotik) yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari
tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau
substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
(Neil A Campbell,2002:323)
d) Pengurai (dekomposer) adalah organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik
kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat
digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri
dan jamur.(Neil A Campbell,2002:323)
III.METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktikum dilaksanakan pada hari selasa, 15 November 2020.


Pukul 13.00 Wita sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Ilmu-ilmu
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat
a) Plot
b) Tali rafiah
c) Pasak
d) Alat Tulis

2. Bahan
Ekosistem daratan (daerah sekitar)

3.3 Langkah Kerja

a. Membuat kotak ukuran 1x1 m2 pada daerah pengamatan


b. Amatilah unsur-unsur apa saja yang ada dalam kotak tersebut
c. Catat hasil pengamatanmu
d. Buatlah tabel hasil pengamatan

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.3 Pembahasan

Klasifikasi Hewan (Fauna)

1) Daerah Teduh

a. Semut Merah atau Semut Api


Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insekta
Ordo: Hymenoptera
Sub ordo: Apokrita
Family: Formicidae
Sub family: Vespoidae
Genus: Solenopsis
Spesies: Solenopsis Invicta
b. Semut Hitam Kecil
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insekta
Ordo: Hymenoptera
Family: Formicidae
Sub family: Myrcinae
Genus: Solenopsidini
Spesies: Monomorium Minimum
2) Padang Rumput
a. Semut Hitam
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Ordo: Hymenoptera
Family: Formicidae
Sub family: Dolichoderusae
Genus: Dolichoderus
Spesies: Dolichoderus Thoracicus Smith
b. Jangkrik
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insekta
Ordo: Orthoptera
Sub ordo: Ensifera
Family: Gryllidae
Sub family: Gryllinae
Genus: Gryllids
Spesies: Grylus

Klasifikasi Tumbuhan (Flora)

1) Daerah Teduh
a. Rumput Balam atau babandotan
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledone
Ordo: Asterales
Genus: Asteraceae
Spesies: Ageratum Conyzoides
b. Bayam Duri
Kingdom: Plantae
Sub kingdom: Tracheobionta
Super divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub kelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Family: Amaranthaceae
Genus: Amaranthas
Spesies: Amarantus Spinosus
2) Padang Rumput
a. Rumput Kerbau
Kingdom: Plantae
Divisi: Angiospermae
Kelas: Monokotiledon
Ordo: Poales
Family: Poaceae
Genus: Paspalum
Spesies: Paspalum Conjugatum
c. Beluntas
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Family: Asteraceae
Genus: Pluchea
Spesies: Pluchea Indica L
3) Daerah Tandus
a. Rumput Belulang
Kingdom: Plantae
Sub kingdom: Tracheobionta
Super divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Sub kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Family: Poaceae
Genus: Eleusine
Spesies: Eleusine Indica L Gaerta
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

· Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi


hubungan timbal balik antar komponen biotik, komponen biotic dengan
komponen abiotik seperti suhu, kecepatan angin, kelembapan, tanah, air
(kondisi lingkungan).
· Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik.
· Komponen biotic adalah komponen hidup yaitu semua makhluk hidup
yang ada dalam ekosistem, seperti semut, belalang, tumbuhan dll.
· Komponen abiotik adalah komponen tak hidup seperti, suhu,
kelembapan, cahaya matahari, air, udara dll.
· Tumbuhan memiliki kedudukan sebagai produsen karena dapat membuat
makanannya sendiri (autotrof).
· Semut (dalam praktikum kami) atau binatang lain memiliki kedudukan
sebagai konsumen.

5.2 Saran

Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu harus mengetahui tujuan


dan dasar-dasar teori praktikum. Dalam pengamatan yang akan dilakukan pada
praktikum hendaknya lebih sabar dan teliti sehingga kita dapat menghasilkan
pengamatan yang baik dan sempurna sesuai dengan apa yang kita kehendaki.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Ekosistem.Website(online).(http://www.4shared.com/file/dS9
3buCl/EKOSISTEM.html, Di akses tanggal 1 Mei 2013)
Aryulina, Dyah.2004.Biologi I.Jakarta:Erlangga
Campbell, Neil A.,dkk. 2002. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga
Kimball, John W.,dkk. 2000. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga
Nindchild.2013.Ekosistem.Blogspot(online)(http://nindchild.blogspot.com/2
012/02/ekosistem.html , Diakses tanggal 29 Mei 2013)
Purnomo, dkk.2005.Biologi.Jakarta:Sunda Kelapa Muda Pustaka
Waluyo, Joko.2013.Petunjuk Praktikum Biologi Umum.Jember:Jember
University Press.
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN

Nama : Lista Iwarangta


NIM : L13120046
Tempat Tanggal Lahir : Batui, 05 September 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kec.Batui, Kab.Banggai, Prov. Sulawesi tengah
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan
Universitas : Tadulako
Asal Sekolah : SMA NEGERI 1 BATUI
Nama Ayah : Basri Pibete
Nama Ibu : Nursam Nonseng

Anda mungkin juga menyukai