Oleh:
Lista Iwarangta
L13120046
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Asisten Asisten
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan Laporan Praktikum ini. Walau penulis masih menyadari
kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam laporan ini, namun saya sangat
mengharapkan kritikan dan solusi yang membangun, agar laporan ini dapat lebih
baik lagi. Saya menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Walaupun demikian, tidak ada hal yang sia-sia jika kita senantiasa ikhlas
menjalaninya.
Semoga apa yang saya buat ini dapat memberikan tambahan ilmu tidak
hanya di bidang biologi, namun menyangkut bidang lain secara keseluruhannya.
Kami berharap Laporan Praktikum Biologi ini mampu dilanjutkan untuk studi
kedepannya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….ii
KATA PENGANTAR……………………………………………iii
DAFTAR ISI………………………………………………...……iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………..
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………..
PENGAMATAN TUMBUHAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………...
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………...
PENGAMATAN HEWAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan………………………………………..
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………..
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………...
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………..
3.3 Langkah Kerja……………………………………………...
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………...
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………...
3.3 Langkah Kerja………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………
4.2 Pembahasan…………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………..
PENGAMATAN EKOSISTEM
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………
1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………..
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………..
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………
3.3 Langkah Kerja…………………………………………….
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil……………………………………………………….
4.2 Pembahasan……………………………………………….
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………..
5.2 Saran………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN
MIKROSKOP
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP
I. PENDAHULUAN
(Anonim, 2012)
Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan adalah
mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau
lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang
ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang
dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan
menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop
monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop
monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan
binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan
yang dilakukan, mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana
dan mikroskop riset. (Anonim, 2012)
Menurut Nono Sutarno (2001) mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa
okuler dan lensa objektif dengan kekuatan perbesaran objektif sebagai berikut:
Objektif yang paling kuat pada mikroskop optic 100x disebut objek imersi .
Hal ini karena penggunaannya harus dengan minyak emersi, dan cara
memakainya dengan khusus pula.
1. Mikroskop cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop
cahaya memiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil.
Mikroskop cahaya memiliki 3 dimensi lensa yaitu objektif, lensa okuler dan lensa
kondensor.
2. Mikroskop stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk
benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo memiliki besaran 7 hingga
30 kali. Komponen utamanya hamper sama dengan mikroskop cahaya. Lensa
terdiri dari lensa okuler dan lensa objektif.
3. Mikroskop electron
4. Mikroskop ultraviolet.
5. Mikroskop pender.
Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau antigen
(seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan.
6. Mikroskop medan-gelap.
Prinsip alat ini sangat rumit, apabila mikroskop biasa digunakan nucleus sel hidup
yang tidak diwarnai dan tidak dapat dilihat.
1) Menyiapkan Mikroskop
2) Meletakkan mikroskop di atas meja kerja tepat di hadapan kita.
3) Membersihkan badan mikroskop dengan kain planel. Jangan sekali-kali
menggosok lensa dengan kain selain kain planel.
4) Membuka kotak peralatan, keluarkan cawan patri yang berisi kaca benda dan
kaca penutup. Bersihkan kaca benda dengan kain katun.
5) Di atas meja kerja hanya ada mikroskop, kotak peralatan dengan isinya, buku
penuntun dan catatan, bahan-bahan untuk praktikum. Selainnya disingkirkan
pada tempat lain yang sudah disediakan.
6) Mengatur Masuknya Cahaya ke Dalam Tubus
a. Memperhatikan keadaan ruang praktikum, darimana arah datangnya
cahaya yang lebih terang ( dari depan, kiri, atau kanan ). Cermin
mikroskop di arahkan ke sumber cahaya tersebut. Buka diafragma atau
putar lempeng pada posisi lubang sedang. Mikroskop yang memiliki
kondensor diatur posisinya mendekati meja sediaan dan gunakan cermin
datar. Untuk mikroskop tanpa kondensor gunakan cermin cekung.
b. Mengatur posisi revolver sehingga lensa objektif paling pendek
menghadap ke meja sediaan sampai bunyi klik.
c. Menurunkan tubus sampai jarak ujung objektif dengan meja sediaan 5
– 10 mm atau tubus turun maksimal.
d. Meneropong lewat okuler dengan mata kiri tanpa memicingkan (perlu
latihan) akan nampak medan bundar putih. Jika terangnya tidak merata;
gerakkan sedikit cermin sampai terangnya rata. Kalau silau, persempit
diafragma atau lubang pada lempeng. Jika medan pandang masih kabur
berarti kurang cahaya yang masuk, bukalah diafragma dan gunakan lubang
lebih besar pada lempeng.
e. Mikroskop siap dipakai mengamati sediaan.
7) Cara Mengatur Jarak Lensa dengan Sediaan
a. Memutar pengatur kasar atau makrometer ke arah empu jari, tubus turun,
jarak objektif dengan meja sediaan mengecil, lakukan sebaliknya. Apa
yang terjadi ? Mikroskop model lain yang tubusnya miring atau tidak bisa
naik turun, maka meja sediaan yang bergerak naik turun apabila
makrometer dan mikrometer diputar.
b. Memasang kaca benda yang berisi sediaan awetan di atas meja sediaan
sedemikian rupa sehingga bahan yang diamati berada di tengah lubang
meja, jepit kaca benda dengan sengkeling sehingga tidak goyang.
c. Jarak objektif dengan kaca benda tidak lebih 10 mm. Jika jarak itu besar,
putar makrometer untuk menurunkan tubus sambil dilihat dari samping
ujung objektif mendekati kaca benda sampai maksimum 5 – 10.
d. Meneropong lewat okuler sambil tangan memutar makrometer dengan
menaikkan perlahan – lahan. Amati medan pandang sampai muncul
bayangan. Kalau tubus telah diangkat, setengah putaran makrometer
belum juga muncul bayangan, berarti terlewatkan. Ulangi kembali mulai
3.3; kalau sudah ada bayangan tapi masih kabur, maka teropong terus
sambil memutar mikrometer naik atau turun sampai bayangan jelas garis
atau batasan – batasannya.
e. Memeriksa perbesaran lensa okuler, lensa objektif dan pembesaran
bayangan tersebut.
f. Mengeluarkan preparat yang telah diamati.
8) Mengamati Perbesaran
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Bagian optik
1. Cermin, alat penangkap dan pemantul cahaya.
2. Kondensor, lensa yang menghimpun berkas cahaya dari cermin masuk ke
lubang meja sediaan.
3. Diafragma, alat yang ditutup dan dibuka, pengatur banyaknya cahaya yang
masuk ke kondensor.
4. Lensa objektif, yang berfungsi adalah yang menghadap tegak lurus pada
meja sediaan, menerima bayangan sediaan kemudian membesarkannya.
5. Lensa okuler, yang diintip oleh mata pengamat, menerima bayangan dari
objektif dan membesarkannya.
Bagian mekanik
A. Kesimpulan
Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang
berukuran sangat kecil. Mikroskop membuat benda-benda kecil kelihatan lebih
dari pada wujud sebenarnya dan mikroskop membuat kita melihat pola-pola
terperinci yang tidak tampak oleh mata telanjang. Mikroskop memiliki
komponen-komponen dari kaca yang mudah rusak, berupa lensa-lensa dan
cermin. Makanya kita harus menghindarkan perlakuan yang dapat membuat
benturan dengan komponen tersebut.
Mikroskop adalah alat bantu yang digunakan untuk mengamati benda- benda yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ada beberapa macam mikroskop seperti
mikroskop cahaya, mikroskop violet, mikroskop elektron, dan mikroskop stereo.
B. Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah :
1. Untuk laboran : Sebaiknya alat-alat yang disediakan laboratorium
diperhatikan, sehingga praktikan
tidak menggunakan alat yang kurang baik.
2. Untuk asisten : Sebaiknya asisten tidak meninggalkan praktikan saat
percobaan berlangsung.
3. Untuk mahasiswa : Praktikum mikroskop ini harus diperhatikan dengan baik
karena mikroskop sangat penting dalam kegiatan biologi .
PENGENALAN SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN
PENGENALAN SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN
I.PENDAHULUAN
Sel sangat mendasar bagi ilmu biologi sebgaimana atau bagi ilmu kimia:
Seluruh organisme terdiri atas sel. Dalam hirarki organisasi biologis, sel
merupakan kumpulan materi sederhan yang dapat hidup. Selain itu terdapat
beragam bentuk kehidupan yang berwujud sebagai organisme bersel tunggal.
Organisme yang lebih kompleks, termasuk tumbuhan dan hewan bersifat
multiseluler, tubuhnya merupakan kerjasama dari berbagai jenis sel terspesialisasi
yang tidak akan bertahan lama jika masing masing berdiri sendiri. Namun
demikian, ketika sel ini disusun menjadi tingkat organisasi yang lebih tinggi,
seperti jaringan dan organ. Sel dapat dipisahkan menjadi unit dasar dari struktur
dan fungsi organisme. Setiap makhluk hidup tersusun atas satu sel (uniseluler).
Ada juga yang tersusun atas banyak sel (multiseluler) kehidupan pada tingkat
seluler muncul dari keteraturan struktural, yang memperkuat tema tentang sifat-
sifat baru dan korelasi antara struktur dan fungsi sel, terdapat ribuan jenis sel
didalam tubuh yang secara mikroskop dapat dibedakan, namun semuanya
memiliki ciri struktur yang sama. Sel dibagi dalam dua kompartemen utama,
nukleus dan sitoplasma disekitarnya, yang mudah dibedakan berdasarkan bentuk
dan ciri pulasannya (Fawcett, 2002).
Adapun yang melatarbelakangi pengenalan sel dilaksanakan agar kita semua
dapat mempelajari dan mengenali struktur sel, ukuran sel, dan bentuk. Serta dapat
membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan.
Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup, yang berarti sel mampu
atau tetap hidup tanpa kehadiran sel yang lain. Sel juga merupakan struktur
terkecil yang mampu melakukan pertumbuhan dan reproduksi (Sumardi dan
Marianti, 2007). Sel tubuh manusia adalah sel mikroskopik yang berdiameter 10
sampai dengan 30 µm (Setiadi, 2007).
Rata-rata ukuran sel pada tumbuhan sangat kecil. Biasanya ukuran sel
tumbuhan mencapai mikrometer bahkan hingga nanometer (Cambel, 2000).
Bentuk sel tumbuhan adalah tetap karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang
tersusun atas selulosa, kitin, asam amino dan karbohidrat kompleks. Dinding sel
berfungsi sebagai penyokong (George, 2006).
Sel hewan berukuran sangat kecil, tetapi ada juga yang dapat dilihat oleh
mata tanpa bentuan alat. Salah satunya adalah sel telur katak yang berdiameter 1
milimeter (mm) ada yang mencapai micrometer ( ), bagian dalam sel dan
makromolekul lebih kecil dari mikrometer yang satuannya dikenal dengan
nanometer (nm). Bentuk sel hewan relatif tidak tetap dan biasa berubah (George,
2006).Sel mikroskopik yang berdiameter sekitar 10-30 µm. Ukuran sel dibatasi
agar tidak tumbuh terlalu besar karena sel harus mempertahankan suatu area
permukaan yang memadai untuk menampung pergantian antara nutrisi dan
sampah (setiadi, 2007).
III.METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, silet, kaca objek,
Pinset. Bahan yang digunakan yaitu tumbuhan bawang merah.
Sel epidermis bawang merah mempunyai dinding sel yang berbentuk tidak
beraturan. Sel epidermis bawang merah mempunyai bentuk tetap dan tidak
berubah-ubah karena didalam sel terdapat dinding sel-sel epidermis bawang
merah yang disusun oleh dinding sel, inti sel, dan sitoplasma.
Ujung dan tepi lidah, bagian ini memenuhi lidah dari bagian dalam (ujung)
serta kanan dan kiri lidah (tepi), ujung dan tepi lidah bisa bergerak dengan
bebas kedalam, belakang, kanan maupun kiri.
Punggung lidah, permukaan diatas lidah disebut juga punggung lidah.
Pada bagian ini terdapat banyak parilae yaitu butir-butir kecil yang
memberikan tekstur lidah, kadang pada lidah terdapat itu.
Pangkal lidah, terdapat pada dasar rongga mulut dan dibelakang sehingga
tidak bisa bergerak bebas. Sebagai alat pengecap, membantu
berkomunikasi, membantu menelan dan melindungi mulut dari kuman.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
I.PENDAHULUAN
Morfologi luar atau morfologi dalam atau dalam arti yang sempit memuat
pengetahuan tentang istilah-istilah (terminologi) yang lazim dipakai dalam ilmu
tumbuhan, dan yang diketengahkan terutama bentuk dan susunan luar tubuh
tumbuhan, maka dalam prakteknya hanya diuraikan bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan yang berupa kormus.
Pada tubuh tumbuhan terdapat bagian lain yang sering kita temukan dan
bagian tersebut dipandang sebagai penjelmaan dari salah satu atau mungkin dua
bagian pokok tadi, artinya setiap bagian lain pada tubuh tumbuhan dianggap
sebagai bagian pokok yang telah mengalami metamorphosis (berganti bentuk,
sifat dan mungkin fungsinya bagi tumbuhan), contohnya sebagai berikut:
Selain itu masih dapat ditemukan alat-alat lain yang biasanya lebih kecil atau
lebih halus yang disebut alat tambahan atau alat pelengkap (organa accesoria),
contoh: Rambut atau bulu (pilus), sisik (lepis), lentisel (lenticulus), dan lain-lain.
Bagian tumbuhan yang berguna untuk mengambil dan mengolah zat hara
disebut alat hara (organum nutritivum), contoh: Akar, batang, daun, umbi, piala
atau gelembung bagi tumbuh-tumbuhan tertentu untuk menangkap serangga, dan
lain-lain. Alat-alat tersebut disebut alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetatif.
1. Alat
Alat yang di gunakan untuk mengamati objek adalah menggunakan Lup
dan untuk menggambarkan/mendeskripsikan objek menggunakan pensil/pena,
penghapus, dan kertas. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan objek yang
diamati.
2. Bahan
Bahan-bahan penelitian terdiri atas berbagai specimen tanaman (akar,
batang, daun, penjelmaan/metamorfosis bagian pokok, bunga, buah dan biji).
Tanaman yang digunakan sebagai pengamatan adalah jagung dan manga.
5.1 Kesimpulan
a. Ada tumbuhan yang tergolong kedalam tumbuhan monokotil dan ada pula
yang tergolong kedalam tumbuhan dikotil.Hal itu dilihat dari jenis dan unsur
pada tumbuhan.
b. Untuk beberapa jenis bunga dapat disimpulkan bahwa tidak semua bunga
sama, ada yang bunga yang lengkap dan ada juga bunga yang tidak lengkap.
tanaman kacang hijau. jika suatu tumbuhan kekurangan sebagian nutrisi, maka
5.2 Saran
Sebelum praktikum dimulai ada baiknya tumbuhan yang akan menjadi objek
pengamatan diletakkan pada wadah yang besiri air agar objek yang akan diamati
tidak terlihat layu, sehingga pengamatan dapat dilkukan dengan lebih baik
PENGAMATAN HEWAN
PENGAMATAN HEWAN
I.PENDAHULUAN
Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang mula-
mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air
berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva
yang disebut berudu. Fase berudu ini menunjukkan sifat antara pisces dan reptilia.
Sifat ini menunjukkan bahwa Amphibia adalah kelompok chordata yang pertama
kali hidup di daratan. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan
mempunyai hubungan dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi
Menurut garis evolusinya, Amphibia diyakini berasal dari nenek moyang yang
Katak sawah (Rana cancrivora) termasuk dalam ordo Anura dan memiliki ciri
khas diantaranya adalah tubuh berukuran besar dengan lipatan-lipatan kulit atau
bintil-bintil kulit yang memanjang dan pararel dengan sumbu tubuh. Katak sawah
bertubuh kecil sampai agak gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot
kali ini untuk mewakili kelompok Amphibia. Katak sawah dipilih karena kulitnya
tidak beracun. Selain itu, hewan ini memiliki struktur dan morfologinya mudah
diamati.
dan memahami struktur morfologi dan anatomi dari sistem organ pada hewan.
II.TINJAUAN PUSTAKA
air berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva
yang disebut berudu. Fase berudu ini menunjukkan sifat antara pisces dan reptilia.
Sifat ini menunjukkan bahwa Amphibia adalah kelompok chordata yang pertama
kali hidup di daratan. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan
Katak adalah hewan Amphibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Katak
katak, pada sisi tubuhnya memiliki lipatan kulit berkelenjar, mulai dari belakang
mata hingga di atas pangkal paha yang disebut lipatan dorsolateral. Katak
mempunyai mata berukuran besar, dengan pupil mata horisontal dan vertikal.
Beberapa jenis katak memiliki pupil mata berbentuk berlian atau segi empat yang
khas bagi masing-masing kelompok. Tubuh katak betina biasanya lebih besar
daripada yang jantan. Ukuran katak dan kodok di Indonesia bervariasi dari yang
terkecil hanya 10 mm, dengan berat hanya satu atau dua gram sampai jenis yang
mencapai 280 mm dengan berat lebih dari 1500 gram (Iskandar, 1998).
Katak sawah dimasukkan ke dalam ordo Anura. Nama anura mempunyai arti
tidak memiliki ekor (anura: a tidak, ura ekor). Ordo ini mempunyai ciri umum
tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan
tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan,
hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat (Duellman and Trueb,
1986).
Cara hidup Katak sangat berbeda dengan Ikan. Hewan ini tidak hidup di
perairan yang dalam dan menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Katak
juga memiliki bermacam-macam warna kulit dengan pola yang berlainan. Warna-
warna itu ditimbukan oleh pigmen-pigmen yang terdapat di dalam sel-sel pigmen
di dalam dermis. Sel pigmen ini biasa dinamakan menurut jenis pigmen yang
dikandung. Melanofora mengandung pigmen coklat dan hitam dan lipofora
memproduksi efek putih terang. Perubahan warna pada kulit Katak dapat terjadi
karena stimulus lingkungan, misalnya gelap, panas, dan dingin. Perubahan itu
Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang
belum tampak jelas. Kulit katak terlepas dari otot yang ada di dalamnya, sehingga
bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang berisi cairan limfa
subkutan. Kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar
mucus yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak
arteri kutanea (Djuhanda, 1982). Amphibi dewasa memiliki mulut lebar dan lidah
yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah (Djuhanda, 1982).
tiga proses perubahan, dua diantaranya merupakan perubahan yang drastis, yaitu
berupa penciutan ekor dan terbentuknya organ yang baru yang tidak tampak dari
luar. Metamorfosis merupakan suatu masa kritis yang di alami selama terjadinya
Alat yang digunakan pada praktikum biologi tentang pengamatan hewan ini
adalah papan bedah, jarum pentul, pisau bedah/silet, gunting kecil, erlenmeyer,
toples.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Katak sawah (Rana
cancrivora), kapas, beberapa preparet awetan dari hewan,Alkohol 70%.
5.1 Kesimpulan
I.PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum memahami konsep hukum mendel ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami angka – angka perbandingan dalam hukuam mendel
melalui hukum labetulan. Kegunaan dari melakukan praktikum ini adalah untuk
memperagakan konsep pewarisan sikap melalui percobaan yang berdasarkan
hukum mendel.
Mendel mempelajari pewarisan sifat pada tumbuhan kacang ercis. Pada setiap
tumbuhan, sifat masing-masing muncul sebagai salah satu dari dua bentuk,
misalnya biji kuning atau hijau, biji bulat atau keriput, tangkai pendek atau tinggi.
Singkatan berikut ini dipergunakan dalam genetika Mendel.
Metode Mendel adalah menyilangkan dua galur murni dengan bentuk yang
berbeda dari suatu sifat. Kesimpulan Mendel termasuk yang berikut ini, Informasi
untuk suatu sifat (misalnya, warna kulit kacang) adalh faktor tertentu yang
diwariskan (gen).Gen berada dalam bentuk berpasangan, disebut alel. Alel adalah
bentuk lain suatu gen untuk sifat tertentu. Pada organisme diploid, alel dominan
suatu gen mungkin menutupi ekspresi fenotip alel resesif. Untuk gen warna kulit
kacang, G adalah alel dominan (hijau); g adalah alel resesif (kuning).Kedua alel
saling memisah ketika suatu hibrid memproduksi gamet. Pemisahan (segresi) ini
berlangsung secara acak sehingga setengah dari gamet tersebut menerima alel G,
dan setengahnya lagi menerima alel g. Ini merupakan hukum Mendel pertama-
hukum segresi secara bebas.Persilangan F1 yang digambarkan di atas disebut
persilangan monohibrid (satu sifat yang bersegresi). Pada fertilisasi setiap induk
F1 menyumbangkan sebuah gamet yang mengandung G atau g kepada
keturunannya. Gamet mana yang akan menyatukan ditentukan secara acak.
Genotip F2 dapat diperkirakan menggunakan metode segi empat punnute.
Tumbuhan kacang berkulit kuning (gg) harus menerima alel dari telur
maupun spermatozoa. Probabilitas adanya g di dalam telur = ½. Probabilitas
adanya di dalam spermatozoa = ½.
Probabilitas g dalam telur dan spermatozoa merupaka hasil kali dari
probabilitas masing-masing: ½ x ½ = ¼. Dengan demikian, 25% tumbuhan
kacang F2 seharusnya berkulit kuning (Bresnick, 2003).
Aturan tambahan menyatakan bahwa probabilitas terjadi salah satu dari kedua
kejadian dapat diperkirangan dengan menanbahkan probabilitas kejadingan
selingan. Misalnya, dalam persilangan F1, probabilitas suatu tumbuhan F2 adalah
Gg dapat ditentukan sebagai berikut:
Alat yang digunakan pada praktikum biologi tentang konsep hukum mendel
ini adalah toples, dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kancing merah 20
dan kancing putih 20.
4.2 Pembahasan
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan the law of segretation of alielic
genesatau hukum pemisahan Gen yang sealel dinyatakan bahwa dalam
pembentukan gamet, pasangan alel akan memisahka secara bebas. Peristiwa
pemisahan ini terlihat ketika pembentukan gamet individu yang memiliki genotif
heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini
disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan individu
yang mempunyai satu karakter berbeda.
Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan
perbandigan fenotif, 1:2:1, yaitu ekspresi gen dominan resesif = 3:1. Namun
kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak di dominasi oleh salah satu
induknya. Dengan katalain, sifat dominasitidakmunculsecarapenuh. Peristiwa ini
menunjukkan adanya sifat Intermedier.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang ingin saya ajukan kepada pihak laboratorium, yaitu agar selalu
mengusahakan alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum bisa
disediakan sebelum praktikum dimulai, dan apabila ada kerusakan pada alat,
segera diperiksa sebelum kegiatan praktek dimulai, agar praktikum bisa berjalan
dengan lancar.
PENGAMATAN PROSES TERJADINYA TRANSPIRASI
PADA TUMBUHAN
PENGAMATAN PROSES TERJADINYA TRANPIRASI PADA
TUMBUHAN
I.PENDAHULUAN
Pada umumnya transpirasi ini terjadi melalui daun akan tetapi dapat juga
melalui permukaan tubuh yang lainnya seperti batang. Oleh karena itu dikenal 3
jenis transpirasi, yaitu transpirasi melalui stomata, melalui kutikula, dan melalui
lentisel. Walaupun demikian, bahasan transpirasi ini biasanya bibatasi pada
masalah-masalah transpirasi melalui daun, karena sebagian besar
hilangnyamolekul-molekul air ini lewat permukaan daun tumbuhan. Mengingat
akan pentingnya pemahaman tentang proses transpirasi, maka diadakanlah
praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan transpirasi dan untuk
mengetahui jumlah air yang yang diuapkan / satuan luas daun dalam waktu
tertentu.
Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air
yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi
stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula
daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang
hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui
daun-daun (Loveless, 1991).
Kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui faktor fktor yang
mempengaruhi laju ranspirasi pada tumbuhan,dan mampu mengetahui bagaimana
proses melakukan transpirasi
Pengertian Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja
terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang
melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang
hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui
stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya
uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi
juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang
secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih
banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman
dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran
massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di
bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap
pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan
dengan melalui xilem.
Tingkat Transpirasi
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui
kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah
beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah
dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Jenis-jenis Transpirasi
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar
air yang hilang terjadi melaui stomata.
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel,
dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke
athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-
ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer
pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.
Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui
jaringan ini adalah 0,1%
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu rak, tabung reaksi, kertas
grafik, gelas ukur dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan yaitu air, minyak kelapa, dan 3 jenis
tumbuhan yang berbeda morfologinya(Gulma, kayu jawa dan Hydrilla).
4.1 Hasil
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
Selain itu faktor abiotik seperti angin, suhu, radiasi/cahaya matahari, dan air
dan faktor intern seperti jumlah daun, luas permukaan daun, dan besar daun
sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya transpirasi pada tumbuhan. Semakin
besar kecepatan angin, suhu, dan radiasi matahari dengan jumlah daun dan luas
permukaan daun yang besar, maka menyebabkan penyerapan air dan unsur hara
juga tinggi, sehingga transpirasi pada tumbuhan pun tinggi, begitupun sebaliknya.
4.2 Pembahasan
1. Sinar matahari
2. Temperatur
3. Kebasahan udara
4. Angin
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-
akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat
bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada,
akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau
dibanding dengan penyerapan air melalui akar.Tersedianya air dalam tanah
adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila
kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil
terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak. Laju transpirasi
dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar.
Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat
daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air
dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena
suhu udara dan suhu daun lebih rendah.Jika kandungan air tanah menurun,
maka sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke
dalam akar menjadi lebih lambat.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
I. PENDAHULUAN
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk
foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi
kimia ini akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon
dioksida. Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari
energi dan adanya organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan
tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis, (Devlin, 1975).
Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.
perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada
protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena
adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin,
serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. (Santoso, 2004).
Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa, kecil
dan hampir tak berwarna, dengan sedikit atau tanpa membran dalam). Pada
umumnya proplastid berasal hanya dari sel telur yang tak terbuahi, sperma tak
berperan disini. Proplastid membelah pada saat embrio berkembang, dan
berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan batang terbentuk. Kloroplas
muda juga aktif membelah, khususnya bila organ mengandung kloroplas
terpajan pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa sering mengandung beberapa
ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas mudah dilihat dengan mikroskop
cahaya, tapi struktur rincinya hanya bias dilihat dengan mikroskop elektron.
(Salisbury dan Ross, 1995).
Cahaya hijau, kuning, jingga dan merah dipantulkan oleh kedua pigmen
ini. Kombinasi panjang gelombang yang dipantulkan oleh kedua pigmen
karotenoid ini tampak berwarna kuning. Ada bukti yang menunjukkan bahwa
beta-karoten lebih efektif dalam mentransfer energi ke kedua pusat reaksi
dibanding lutein atau pigmen xanthofil yang disebut fucoxanthofil adalah
sangat efektif dalam mentrensfer energi. Di samping berperan sebagai penyerap
cahaya, karotenoid pada tilakoid juga berperan untuk melindungi klorofil dari
kerusakan oksidatif oleh O2, jika intensitas cahaya sangat tinggi. (Lakitan,
2007).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau
daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada
tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri.
(Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem pada
tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh daun
sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum
serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwaada pigmen lain
yang berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi
lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang
tidak segera diserap akan dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik
sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi untuk
fotosintesis. (Lakitan, 2007).
Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di
dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan
sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam
sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida
masuk ke dalam daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di
sebut stomata. (Campbell, dkk, 2002).
III.METODE PRAKTEK
Alat yang digunakan pada Praktikum ini yaitu cawan petri, pemanas
listrik, pinset, gelas piala 100 ml 2 buah, 4 buah gelas beaker atau stoples, 4
buah corong gelas atau corong plastik, 4 buah tabung reaksi, potongan kawat
dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Air aqua, Alkohol
70%, larutan lugol/lodium, daun tumbuhan, kertas timah, air yang jernih, dan
tumbuhan air (Hidrylla verticilata).
Pilihlah tumbuhan yang ada didekat laboratorium dengan daun yang baik
dan segar. Pada sore hari tutuplah bagian tengah daun dengan kertas timah,
lipat dan beri penjepit agar tidak terlepas. Pada keseesoakan harinya, setelah
daun terkena cahaya matahari selama beberapa jam, petiklah daun tersebut dan
buka kertas timah, masukkan kedalam air mendidih hingga agak layu.
Masukkan daun kedalam alkohol panas sampai warna dari daun agak
putih atau pucat. Hati-hati dalam memanaskan alkohol karena terbakar. Dengan
menggunakan pinset, pindahkan daun kedalam cawan petri, kemudian tetesi
dengan larutan lugol hingga merata. Perhatikan perubahan warnayang terjadi
pada daun, kemudian dan bahas lalu buat apa yang dapat anda simpulan dari
hasil percobaan tersebut.
Susunlah perangkat pecobaan seperti pada gambar 2 sebanyak 4 buah.
Beri potongan kawat yang dapat menyangga corong/tabung reaksi. Letakkan
semua perangkan percobaan diterik matahari dan biarkan selama 30 menit,
gunakan gelembung oksigen yang terbentuk/tertampung didalam reaksi terbaik
sebagai indikator laju fotosintesis. Semakin banyak gelembung yang terbentuk
semakin tinggi laju fotosintesis. Amatilah jumlah gelembung oksigen yang
terbentuk pada keempat gelas percobaan.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada proses fotosintesis jika semakin banyak CO2 yang dihasilkan maka
akan semakin besar fotosintesisnya, dimana dilihat dari percobaan yang
memakai kertas transparan, dimana yang paling banyak menyerap sinar biru
dan merah adalah kertas transparan warna kuning dan control karena tumbuhan
akan memntulkan warna kuning dan menyerap warna selain kuning yaitu biru
dan merah yang sangat berguna untuk fotosintesis.
Yang paling cepat proses fotosintesisnya adalah pada tempat yang terkena
cahaya matahari dengan melihat O2 yang dihasilkan yaitu 0,1 ml, sedangkan di
ruangan jumlah O2 hanya tidak ada, dan di tempat yang gelap O2 yang
dikeluarkan 0,25 ml.
Intensitas cahaya tidak saja dipengaruhi oleh geografis dan musim tetapi
juga kondisi cuaca sehari-hari, misal berawan, waktu : pagi, siang, sore dan titik
di mana tanaman tumbuh. Pada tanaman hutan, yang tumbuh di bawah (rendah)
tidak cukup cahaya untuk keberlanjutan fotosintesis. Intensitas cahaya yang
sangat tinggi mungkin saja merusak aparat fotosintesis. Fenomena ini disebut
sebagai hambatan cahaya (photoinhibition) terjadi bila tanaman menyerap lebih
banyak cahaya daripada kemampuannya untuk menggunakan dalam
fotosintesis. (Salisbury,1995).
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
I.PENDAHULUAN
Tujuannya adalah:
1. Mendeskripsikan komponen abiotik dari suatu ekosistem.
2. Mendeskripsikan komponen biotik dari suatu ekosistem.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Biotik adalah mahluk hidup. Lingkungan biotic suatu mahluk hidup adalah
seluruh mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda
yang hidup di tempat yang sama. Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap
mahluk hidup merupakan lingkungan hidup bagi mahluk hidup lain.
Komponen-komponen biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, jamur,
ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrate dan
vertebrata serta manusia. (Diah Aryulina, 2004:268)
2. Komponen Abiotik
Abiotik adalah bukan mahluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen
abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup.
Contoj komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air, kelembapan,udara,
garam-garam mineral, dan tanah. (Diah Aryulina, 2004:268)
Susunan Ekosistem
1. Alat
a) Plot
b) Tali rafiah
c) Pasak
d) Alat Tulis
2. Bahan
Ekosistem daratan (daerah sekitar)
1) Daerah Teduh
1) Daerah Teduh
a. Rumput Balam atau babandotan
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledone
Ordo: Asterales
Genus: Asteraceae
Spesies: Ageratum Conyzoides
b. Bayam Duri
Kingdom: Plantae
Sub kingdom: Tracheobionta
Super divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub kelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Family: Amaranthaceae
Genus: Amaranthas
Spesies: Amarantus Spinosus
2) Padang Rumput
a. Rumput Kerbau
Kingdom: Plantae
Divisi: Angiospermae
Kelas: Monokotiledon
Ordo: Poales
Family: Poaceae
Genus: Paspalum
Spesies: Paspalum Conjugatum
c. Beluntas
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Family: Asteraceae
Genus: Pluchea
Spesies: Pluchea Indica L
3) Daerah Tandus
a. Rumput Belulang
Kingdom: Plantae
Sub kingdom: Tracheobionta
Super divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Sub kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Family: Poaceae
Genus: Eleusine
Spesies: Eleusine Indica L Gaerta
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Ekosistem.Website(online).(http://www.4shared.com/file/dS9
3buCl/EKOSISTEM.html, Di akses tanggal 1 Mei 2013)
Aryulina, Dyah.2004.Biologi I.Jakarta:Erlangga
Campbell, Neil A.,dkk. 2002. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga
Kimball, John W.,dkk. 2000. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga
Nindchild.2013.Ekosistem.Blogspot(online)(http://nindchild.blogspot.com/2
012/02/ekosistem.html , Diakses tanggal 29 Mei 2013)
Purnomo, dkk.2005.Biologi.Jakarta:Sunda Kelapa Muda Pustaka
Waluyo, Joko.2013.Petunjuk Praktikum Biologi Umum.Jember:Jember
University Press.
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN