Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

Arvel Danny Devara

1913511080

Kelompok 05

Kelas C

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas Udayana

2019

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan
kehendak-NYA laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Dasar program studi
Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana dapat
diselesaikan.

Tujuan dari penyusunan laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Dasar
ini adalah sebagai salah satu syarat untuk bisa menempuh ujian akhir praktikum
mata kuliah Biologi Dasar program studi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Udayana. Dalam kesempatan ini, saya ingin berterima kasih
kepada seluruh teman-teman dari kelas c program studi Ilmu Kelautan angkatan 8
yang telah banyak membantu dalam melaksanakan setiap proses praktikum. Tidak
lupa juga ucapan terimakasih saya berikan kepada asisten dosen yang selama ini
telah membimbing

Penulis menyadari dalam penulisan laporan akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka dari itu penulis beharap
adanya masukan-masukan baik saran maupun kritik yang membangun dari
pembaca laporan ini, agar dapat menjadi koreksi bagi penulis dalam menciptakan
laporan atau karya tulis lain dikemudian hari.

Jimbaran, 09 Desember 2018

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………….. i
Daftar Isi….………………………………………........ iii

i
Daftar Tabel…………………………………………... iv
Daftar Gambar……………………………………….. v
Daftar Lampiran……………………………………… vi
1.Laporan Praktikum Mikroskop 1
1.1 Tujuan………………………………………...... 2
1.2 Dasar Teori…………………………………….. 2
1.3 Metodologi…………………………………….. 4
1.4 Hasil Pengamatan……………………………... 6
1.5 Pembahasan……………………………………. 7
1.6 Kesimpulan…………………………………….. 7
1.7. Daftar Pustaka………………………………..... 8
2. Laporan Praktikum Sel Prokariotik dan Eukariotik 9
2.1 Tujuan………………………………………...... 10
2.2 Dasar Teori…………………………………….. 10
2.3 Metodologi…………………………………….. 14
2.4 Hasil Pengamatan…………………………….... 17
2.5 Pembahasan……………………………………. 19
2.6 Kesimpulan……………………………………. 20
2.7 Daftar Pustaka…………………………………. 21
3. Laporan Praktikum Sel Tumbuhan dan Hewan 22
3.1 Tujuan………………………………………...... 23
3.2 Dasar Teori…………………………………….. 23
3.3 Metodologi…………………………………….. 26
3.4 Hasil Pengamatan……………………………… 28
3.5 Pembahasan……………………………………. 29
3.6 Kesimpulan……………………………………. 30
3.7. Daftar Pustaka………………………………… 31
4. Laporan Praktikum Fotosintesis 32
4.1 Tujuan………………………………………....... 33
4.2 Dasar Teori……………………………………… 33
4.3 Metodologi………………………………………. 35
4.4 Hasil Pengamatan……………………………….. 38

ii
4.5 Pembahasan……………………………………… 40
4.6 Kesimpulan………………………………………. 41
4.7. Daftar Pustaka…………………………………... 42
5. Laporan Praktikum Ekosistem 43
5.1 Tujuan………………………………………......... 44
5.2 Dasar Teori……………………………………...... 44
5.3 Metodologi……………………………………….. 49
5.4 Hasil Pengamatan………………………………… 51
5.5 Pembahasan………………………………………. 53
5.6 Kesimpulan………………………………………. 54
5.7. Daftar Pustaka…………………………………… 55

Daftar Tabel

1. Percobaan Mikroskop
1.1. Tabel alat ……………………………………………. 4

iii
2. Percobaan Sel Prokariotik dan Eukariotik
2.1. Tabel alat……………………………………………. 14
2.2. Tabel bahan…………………………………………. 15
3. Percobaan Sel Hewan dan Tumbuhan
3.1.Table alat……………………………………………. 26
3.2.Table bahan…………………………………………. 27
4. Percobaan Fotosintesis
4.1.Table alat……………………………………………. 36
4.2. Tabel bahan…………………………………………. 36
4.3. Hasil pengamatan (dengan cahaya)…………………. 38
4.4. Hasil pengamatan (tanpa cahaya)…………………… 39
5. Percobaan Ekosistem
5.1. Table alat……………………………………………. 50

Daftar Gambar

1. Percobaan Mikroskop

iv
1.1. Gambar mikroskop…………………………………. 6
2. Percobaan Sel Prokariotik dan Eukariotik
2.1. Gambar sel prokariotik……………………………... 17
2.2. Gambar sel eukariotik………………………………. 17
2.3. Gambar epitel pipi …………………………………. 18
3. Percobaan Sel Hewan dan Tumbuhan
3.1. Gambar sel Enhalus acoroides…………………….. 28
3.2. Gambar sel Sardinella lemuru……………………… 29
4. Percobaan Fotosintesis
4.1. Gambar percobaan fotosintesis (dengan cahaya) …. 38
4.2. Gambar percobaan fotosintesis (tanpa cahaya)…….. 39
5. Percobaan Ekosistem
5.1.Gambar lamun (Enhalus acoroides)………………… 51
5.2. Gambar lamun (Halophila ovalis)…………………... 52
5.3. Gambar bintang laut (Protoreaster nodosus)……….. 52

Daftar Lampiran

v
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

PENGENALAN KOMPONEN, CARA PENGGUNAAN DAN PERAWATAN


MIKROSKOP

Arvel Danny Devara

1913511080

Kelompok 05

Kelas C

Sheliya Desmita Br Bangun

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas Udayana

2019

vi
I. TUJUAN

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah

1. Untuk meengenal komponen dan cara penggunaan mikroskop

2. Untuk melatih ketrampilan dalam menggunakan mikroskop

II. DASAR TEORI

2.1 Mikroskop

Dalam melakukan sebuah pengamatan, khususnya mengamati fenomena


yang berukuran kecil, manusia menciptakan suatu teknologi yang mampu
mengamplifikasi citra dari benda yang ingin diamati dengan penggunaan
mikroskop. Mikroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk dapat menciptakan
suatu gambar diperbesar dari sebuah benda (atau spesimen) yang diproyeksikan ke
retina mata maupun ke perangkat pencitraan lainnya (Murphy, 2001).

Perkembangannya mulai dari mikroskop optik yang menggunakan satu seri


lensa gelas untuk membelokkan gelombang cahaya tampak agar menghasilkan citra
yang diperbesar, mikroskop petrografik, mikroskop medan-gelap, mikroskop rasa,
mikroskop ultraviolet, mikroskop medan dekat dan mikroskop elektron yang
menggunakan berkas elektron untuk mengiluminasi obyek. Jenis mikroskop optik
umuoulya tidak dapat membentuk citra yang lebih kecil daTi pada panjang
gelombang cahaya yang digunakan, jadi kekuatan perbesaran mikroskop optik
dibatasi oleh panjang gelombang cahaya. Elektron memiliki panjang gelombang
yang jauh lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya, jadi mikroskop elektron
dapat melihat struktur yang lebih kecil (Syamsa, 2000).

Mikroskop biologi adalah mikroskop yang digunakan pengamatan benda


tipis transparan. Penyinarannya dilakukan dari bawah dengan sinar alam atau lampu
(Campbell et al., 2008). Mikroskop binokuler adalah mikroskop yang digunakan

i
untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak
(Campbel et al., 2006). Penyinarannya dapat diatur dari atas maupun dari bawah
dengan sinar alam atau cahaya lampu (Bima, 2005). Pembesaran yang sering
terdapat pada mikroskop biologi adalah sebagai berikut

Lensa objektif 4x, lensa okuler 10x, perbesaran total 40x. Lensa objektif 10x,
lensa okuler 10x, perbesaran total 100x. Lenja objektif 40x, lensa okuler 10x,
perbesaran total 400x. Lensa objektif yang paling kuat untuk mikroskop optic
adalah 100x, yang tersebut dengan objektif minyak emersi. Cara penggunannya
harus dipelajari khusus (Hanif, et al., 2015)

Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada penampakan objek yang diamati
yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya)/ dan mikroskop tiga dimensi
(mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya mikroskop
dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan elektron (Bima, 2005).

2.2 Mirksokop Cahaya

Mikroskop cahaya monokuler mempunyai perbesaran maksimum 1000X.


Mikroskop memiliki kaki yang dibuat berat dan kokoh agar mikroskop dapat berdiri
stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa okuler, lensa
obyektif, dan kondensor. Lensa okuler terletak pada ujung atas tabung mikroskop
yang berdekatan dengan mata pengamat. Lensa okuler pada mikroskop bisa
berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah
tabung mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif atau revolver yang bisa
dipasang tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat tempat
dudukan tempat preparat atau meja mikroskop. Sistem lensa ketiga adalah
kondensor. Sistem lensa untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop (Hanif,
et al., 2008).

ii
III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dalam pelaksanaan praktikum mikroskop yaitu:


pada hari rabu, 23 oktober 2019, Pukul 15.00-16.40 WITA bertempat di ruang
laboratorium Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas
Udayana, Bukit Jimbaran

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu:

Tabel I. Alat yang digunakan


NO Nama Alat Jumlah Kegunaan
1 Mikroskop 1 Buah Untuk mengetaui bagian-
bagian mikroskop beserta
fungsinya
2 Buku Tulis 1 Buah Untuk mencatatat penjelasa

3 Pensil 1 Buah Untuk menggambar


mikroskop pada buku
gambar
4 Pulpen 1 Buah Untuk menulis semua yang
penting
5 Penggaris 1 Buah Untuk membuat garis pada
buku gambar
6 Penghapus 1 Buah Untuk menghapus
pekerjaan yang salah
7 Buku gambar A3 1 Buah Alas untuk menggambar
mikroskop

iii
3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum kali ini, adalah:

1. Disiapkan alat dan bahan dimeja laboratorium

2. Diambil mirkosop dari tempat penyimpanan dengan hati-hati, diangkat


menggunakan 2 tangan di bagian punggung dan dasar mikroskop

3. Diletakkan mikroskop dengan baik di meja laboratorium

4. Dilonggarkan sekrup pada mikroskop, kemudian mode penyimpanan


mikroskop diubah menjadi mode pakai

5. Disambungkan kabel dari mikroskop dengan soket listrik, lampu pada


mikroskop dinyalakan

6. Diamati bagian dari mikroskop dan dipahami dengan teliti

7. Dicatat semua hasil pengamatan dalam bentuk penggambaran a da buku


gambar

8. Dimatikan lampu mikroskop, dilepas kabel dari soket listrik

9. Dilonggarkan sekrup pada mikroskop, diubah mode pakai mikroskop


menjadi mode penyimpanan

10. Diangkat mikroskop dengan 2 tangan dan dikemablikan pada tempatnya

iv
v
V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami menggunakan mikroskop cahaya, mikroskop adalah salah
satu alat yang sering digunakan dalam pengamatan, terutama dalam bidang biologi.
Mikroskop berfungsi untuk meningkatkan penglihatan seseorang sehingga memungkinkan
dapat mengamati objek yang sangat kecil sekalipun. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan
oleh Murphy di dalam jurnalnya.

Berdasarkan dari hasil praktikum yang dilakukan dengan mikroskop, mikroskop terdiri
atas bagian-bagian yang masing-masing bagian itu mempunyai fungsi tersendiri. Lensa
okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang brsifat maya dan tegak lurus. Lensa
objektif berfungsi untuk mengatur pembeasaran sampai 10x, 40x, 100x, hal ini seperti yang
dikatakan Hanif di dalam jurnalnya. Kemudian ada revolver yang berfungsi sebagai tempat
dudukan lensa objektif yang bisa dipasang tiga lensa atau lebih, tabung mikroskop yang
berfungsi untuk menghubungkan lensa okuler dan lensa objektif, dan tabung ini berada di
dekat mata pengama. Pada mikroskop juga terdapat bagian yang bernama kondensor,
kondensor berfungsi untuk menerangi objek dan lensa-lensa mikroskop. Mikroskop terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler), mikroskop ini
memiliki kaki yang berat dan kokoh agar mikroskop dapat berdiri dengan stabil dan tidak
dapat jatuh

VI. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam praktikum mikroskop ini adalah:

1. Mahasiswa menjadi lebih tahu tentang mikroskop seperti komponen-komponennya


yaitu: Lensa okuler, tabung mikroskop, revoler, lensa objektif, lengan mikroskop,
meja preparat, penjepit preparat, micrometer, konensor, diafragma, sumber cahaya,
dasar mikroskop, kabel, saklar, dan sentring screw. Mahasiswa juga bisa lebih tahu
cara penggunaan mikroskop dengan mengerti setiap fungsi dari masing-masing
komponen mikroskop

2. Mahasiswa lebih terampil dalam penggunaann mikroskop seperti contohnya


bagaimana cara membawa mikroskop, diambil mikroskop dari tempat penyimpanan

vi
dengan hati-hati, diangkat menggunakan dua tangan dibagian punggung dan dasar
mikroskop

vii
DAFTAR PUSTAKA

Murphy, D.B. 2001. Fundamentals of Light Microscopy and Electronic Imaging.


New York : John Wiley & Sons, Inc

Syamsa, Ardisasmita M. 2000. Pengolahan Citra Digital Dan Analisis Kuantitatif


Dalam Karakterisasi Citra Mikroskopik. ATAN Kawasari
PUSPIPTEK Serpong . Jurnal Mikroskopi dan
Mikroanalisis Vol. 3 No.1

Hanif, Mufthi. , Desi. S, Kirana S. P, Luftiara. A, dan Santika. I. 2015. Mikroskop


dan Pengamatan Sel. Fakultas Sains dan Teknologi :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Bima, 2005. Mikroskop dan Pengunannya. Institut Pertanian Bogor

Campbell, 2008. Biologi Edisi ke-8 Jilid I. Ahli Bahasa: D.T. Wulandari.
Jakarta: Erlangga

viii
ix
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

SEL PROKARIOTOK DAN SEL EUKARIOTIK

I Gede Agus Novanda

1813511017

Kelompok 02

Kelas A

Kadek Andika Wira Prayoga

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas Udayana

10
2018

I. Tujuan
Adapun tujuan dari paraktikum ini adalah
1. Untuk menentukan sel yang diamati termasuk sel eukariotik atau sel
prokariotik
2. Untuk mengetahui struktur dan fungsi organel dari sel eukariotik
3. Untuk mengetahui struktur dan fungsi dari sel prokariotik
II. Dasar Teori
2.1. Sel
Robert Hooke (1665) adalah orang ertama yang mengamati sel dari
sayatan tipis batang tanaman oak dengan bantuan mikroskop sederhana. Dari
pengamatan yang dilakukan ditemukan rongga-rongga yang mirib seperti sarang
lebah yang dibatasi dinding tebal dan memiliki rongga. Satuan terkecil dari
rongga itulah yang dinamakan dengan sel. Sel berasal dari kata cella yang berarti
ruang kecil (Bahasa Yunani). Semua funggsi kehidupan dari setiap makhluk
hidup diatur dan berlangsung didalam sel, sehingga selama kebutuhan hidup sel
terpenuhi, sel akan berfungsi secara autonomy (Campbell, dkk. 2010).
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel yang berjumlah ribuan bahkan
jutaan. Karena ukuran yang kecil, maka saat ingin mengamatinya harus dibantu
menggunakan alat mikroskop. Sel bekerja pada bidang-bidang tertentu sesuai
dengan bentuk dan fungsinya masing-masing. Sel tumbuhan dan hewan pada
umumnya hampir memiliki kesamaan yang sempurna, namun ada beberapa
perbedaan yang membedakan keduanya (Al, Mubin. 2012).
Sel secara umum terbagi menjadi dua golongan yaitu sel prokariotik dan
sel eukariotik. Perbedaan keduanya terletak pada ada atau tidak adanya inti sel
dan dinding sel yang menyelubungi sel beserta organelnya serta ada tidaknya
organel lain, seperti; mitokondria, reticulum endoplasma, badan golgi dan
lisosom yang secara umum hanya dimiliki oleh sel eukariotik saja (Nelson.
2004).
Didalam sel terdapat organel-organel yang memiliki fungsi khusus seperti:

11
1. Membrane sel yang berfungsisebagai pelindung dan pengatur lalu
lintas zat yang keluar masuk
2. Sitoplasma yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya reaksi
metabolisme sel
3. Inti sel yang berfungsi mengatur seluruh kegiatan sel
4. Mitokondria yang berfungsi sebagai tempat penghasil energi
5. Ribosom sebagai tempat sitesis protein
6. Retikulum endoplasma sebagai pembuat dan penyalur bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh organel sel
7. Badan golgi berperan untuk memodifikasi bahan-bahan yang
dihasilkan oleh RE
8. Lisosom yang berfungsi mencerna zat sisa makanan atau zat asing
9. Sentriol yang berperan dalam pembelahan sel (hanya pada tumbuhan)
10. Vakuola yang berfungsi mencerna makanan (vakuola makanan) dan
mengeluarkan zat sisa (vakuola kontraktil)
11. Plastida berfungsi sebagai tempat cadangan makanan (pada
tumbuhan)
12. Dinding sel berfungsi untuk melindungi organel dalam sel
13. Periksiom berfungsi untuk menghasilkan enzim katalase dan oksidase,
memecah lemak menjadi karbohidrat, penetral alcohol danmembantu
perubahan senyawa purin dalam sel
14. Giloksisom untuk membantu metabolisme dan menghasilkan gula
untuk proses perkecambahan.
2.1.1. Sel Eukariotik
Sel jenis ini merupakan sel yang memiliki membrane inti. Sel
eukariotik memiliki organel dengan fungsi tertentu yang spesifik, seperti; inti
sel, RE, badangolgi, lisosom, mitikondria dan lain-lain (Daryanto. 2013).
Contoh sel eukariotik adalah organisme yang termasuk ke dalam kerajaan
protozoa, hewan dan tumbuhan. Eukariotik berbeda dengan sel jenis
prokariotik karena pada sel eukariotik memiliki inti sel yang berisikan materi
genetic dan tertutup oleh selubung nucleus (Cecie, Starr. 2011).

12
Eukariotik berasal dari Bahasa Yunani yaitu eu yang berarti baik dan
karyan yang berarti kacang atau kernel. Sel eukariotik memiliki organel
membrane lain mitokondria dan badan golgi. Eukariotik juga dapat
bereproduksi dengan baik melalui reproduksi seksual (mitosis) dan aseksual
(miosis) (Geoge. 2006).
2.1.1.1. Hydrilla
Tanaman ini merupakan tanaman air yang hidup dikolam atau
danau yang memiliki air jernih. Salah satu jenis hydrilla yang mudah
ditemukan di Indonesia adalah jenis Hydrilla verticillata yang memiliki
ciri-ciri berdaun kecil berbentuk lancip yang mengelilingi batangnya.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang hidup secara berkelompok
atau berkoloni yang seluruh bagian dari tanaman ini akan berada dibawah
permukaan air dengan kedalaman mencapai 20 kaki (Silalahi. 2010).
Menurut steenis dan Kruseman (1957), klasifikasi dari tanaman
Hydrilla verticillata adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : liliosida

Ordo : hydrocharitales

Family : Hydrocharitaceae

Genus : Hydrilla

Spesies : Hydrilla verticillata (L.f.) Royle (Rahmawati, Faidah, dkk.


2009).

2.1.1.2. Epitel
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi suatu rongga.
Jaringan epitel tersusun rapat sehingga tidak ada celah antar sel. Lapisan
sel epitel bertumpu pada suatu membrane dasar yang disebut dengan
basalis. Berdasarkan atas banyaknya lapisan sel yang menyusun suatu
jaringan, maka jaringan epitelium dapat dibedakan menjadi dua yaitu;

13
epitelium selapis dan epitelium berlapis, sedangkan bentuk selnya dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu; berbentuk pipih (squamosa), kubus
(kuboid) dan berbentuk memanjang (kolumner). Beberapa sel epitel
dapat mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai kelenjar (glandula)
atau berfungsi sebagai sensoris serta dapat berfungsi untuk menyerap
makanan (Nasir. 2012).

Karena seluruh bagian tubuh ditutupi oleh sel epitel, maka


semua rangsangan indera harus melalui epitel tersebut agar bisa sampai
pada reseptor yang sesuai dengan rangsangan tersebut. Selain itu struktur
suatu epitel sesuai dengan fungsinya masing-masing, misalnya; struktur
epitel skumosa sederhana yang tipis dan mudah ditembus zat, berfungsi
dalam pertukaran zat melalui difusi. Epitel jenis skumosa biasanya
melapisi pembuluh darah dan aveoli paru-paru (Sloane, Ethel. 2004).
2.1.1.3. Protista

Hidup lainnya. Keanekaragaman habitat dan cara hidup


menyebabkan Protista sulit untuk diklasifikasikan kedalam kelompok
hewan maupun tumbuhan (Riandari, Henny. 2009). Protista berasal dari
Bahasa Yunani yang memiliki pengertian “sesuatu yang pertama”.
Kingdom ini adalah kelompok organisme yang memiliki struktur sel
eukariotik uniseluler maupun multiseluler dan tidak memiliki jaringan
yang sebenarnya. Berdasarkan kemiribannya dengan organisme lain
prostita dapat dibedakan menjadi tiga yaitu protozoa (protista mirib
hewan), alga (Protista mirib tumbuhan) dan jamur (Protista mirib jamur).
Protista memiliki membran inti yang didalamnya terkandung kromosom
(Irnaningtyas. 2004).

Beberapa Protista ada yang bereproduksi secara seksual dan


aseksual. Reproduksi seksual dilakukan secara isogami, anisogami dan
oogami, sedangka reprodusi aseksual dilakukan dengan pembelaha biner.
Protista merupakan organisme yang memiliki keanekaragaman dalam hal

14
nutrisi dibandingkan jenis organisme eukariotik lainnya (J, George.
2005).

Organisme anggota Protista bersifat autotrof dan heterotroph,


namun ada juga yang mendapart makanan secara berfariasik terganatung
darimkondisi lingkungan sekitarnya saat itu. Protista dapat ditemukan
diair tawar, air laut dan bersimbiosis pada badan makhluk.

2.1.2. Sel Prokariotik


Sel prokariotik menurut teori evolusi merupakan organisme yang
paling pertama yang muncul di bumi. Salah satu buktinya adalah keberadaan
fosil dengan usia lebih dari tiga ribu juta tahun di Afrika dan Australia.ukuran
dan struktur sel prokarioti jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan
ukuran dan strutur sel dari jenis eukariotik (Hall, John. 2009).
Kata prokariot berasal dari Bahasa Yunani yang berarti inti atau biji,
seingga prokariot dapat diartikan sebagai sebelum inti atau sebelum biji. Sel
prokariotik adalah jenis sel yang tidak memiliki membrane selaput inti. Sel
prokariotik dibedakan menjadi dua yaitu; sel bakteri dan sel archaea. Contoh
yang termasuk dalam sel bakteri adalah bakteri gram positif seperti Bacillus
subtilis ataupun bakteri gram negative seperti Escherichia coli (Santri. 2016).
Ciri sel prokariotik adalah biasanya relatif sederhana secara structural
dan ukurannya, tidak memiliki membrane inti (Suryani, Yoni. 2004).
III. Metodologi
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 Oktober 2018,
pukul 15:00-selesai. Bertempat di ruang Laboratorium Ilmu Kulautan Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
Table 1. Alat praktikum
No Nama Alat Jumlah Kegunaan

15
1 Mikroskop 1 Untuk mengamati objek
cahaya yang akan diteliti

2 Kaca preparat 1 set Media meletakkan objek


dan cover glass (preparat) yang akan
diamati
3 Dissecting set 1 set Umtuk mengambil
jaringan epitel
4 Alat tulis Secukupnya Untuk menggambar dan
menulis hasil pengamatan
5 Buku gambar Secukupnya Media menggambar hasil
A3 pengamatan
6 Pipet tetes 1 Untuk memindahkan
bahan cair ke preparat

3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut:
Table 2. Bahan praktikum
No Nama bahan Jumlah Kegunaan

1 Air kolam Secukupnya Untuk mengetahui


organisme didalamnya
2 Air sawah Secukupnya Untuk mengetahui
organisme didalamnya
3 Hydrilla Secukupnya Untuk mengetahui struktur
selnya
4 Epitel pipi Secukupnya Untuk mengetahui struktur
selnya

3.3. Cara kerja

16
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut;
3.3.1. Percobaan 1 ( pada air sawah)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Mikroskop diatur dalam mode pemakaian
3. Diambil air sawah yang sudah disiapkan menggunakan pipet tetes,
kemudian diletakkan pada kaca prepaat yang telah dibersihkan dan
ditutup dengan cover glass
4. Diletakkan kaca preparat tadi pada meja preparat, lalu diamati
5. Hail pengamatan digambar pada buku gambar A3
3.3.2. Percobaan 2 (pada air kolam)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Kaca preparat dan cover glass dicuci bersih
3. Diambil air kolam dan letakkan diatas kaca preparat menggunakan
pipet tetes, lalu tutup dengan menggunakan cover glass
4. Preparat deletakkan diatas meja preparat
5. Hasil pengamatan digambar pada buku gambar A3
3.3.3. Percobaan 3 (Hydrilla verticillata)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Kaca preparat dan cover glass dicuci bersih
3. Diambil sehelai daun Hydrilla verticillata dan letakkan diatas kaca
preparat, lalu tutup dengan menggunakan cover glass
4. Preparat deletakkan diatas meja preparat
5. Hasil pengamatan digambar pada buku gambar A3

3.3.4. Percobaan 4 ( epitel pipi)


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Kaca preparat dan cover glass dicuci bersih
3. Diambil sampel epitel pipi menggunakan dissecting set
4. Sampel diletakkan diatas kaca preparat, lalau tutup menggunakan
cover glass

17
5. Diletakkan preparat tadi pada meja preparat
6. Diamati objek tersebut
7. Digambar hasil pengamatan pada buku gambar A3
8. Alat dan bahan dirapikan serta dibersihkan seperti semula

IV. Hasil pengamatan


4.1. Gambar sel prokariotik

4
5

Gambar 1. Sel prokariotik pada air sawah


Keterangan:
1. Plasmid 4. Fili
2. Ribosom 5. sitoplsma
3. Kapsul
4.2. Gambar sel eukariotik

18
Gambar 2. Sel eukariotik pada Hydrilla verticillata
Keterangan:
1. Membrane inti 3. Dinding sel
2. Sitoplasma 4. Membrane sel
4.3. Gambar sel epitel pipi

Gambar 3. Sel epitel pipi


Keterangan:
1. Inti sel

19
2. Sitoplasma
3. Membran sel

V. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sediaan basah, ditemukan sebuah
organisme yang tidak memiliki membrane inti sel dan struktur selnya lebih
sederhana. Sesuai jurnal yang ditulis oleh Suryani (2004), organisme yang memiliki
ciri-ciri yaitu struktur sel yang sederhana dan tidak memiliki membrane inti
merupakan organisme yang termasuk kedalam golongan sel prokariotik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa organisme yang dapat diamati merupakan organisme yang
termasuk kegadalam sel prokariotik. Dalam pengamatan juga terlihat beberapa
organel dari organisme tersebut, Antara lain; plasmid, ribosom, kapsul, fili dan
sitoplasma. Plasmid berfungsi dalam pertumbuhan sel, ribosom sebagai tempat
berlangsungnya sintesis protein, kapsul berfungsi sebagai pelindung dan wadah
organel sel, fili sebagai alat gerak dan sitoplasma sebagai tempat reaksi
metabolisme dalam sel.
Menurut silalahi (2010) Hydrilla verticillata merupakan tanaman air yang
tergolong kedalam sel eukariotik yang memiliki ciri utama yaitu berinti sel dan
struktur selnya lebih komplek. Dari hasil pengamatan menunjukkan kesesuaian
dengan dasar teori, di mana ditemukannya inti sel, sitoplasma dan dinding sel,
sesuai dengan hasil pengamatan pada gambar ke-2.

20
Pada gambar ke-3 merupakan hasil pengamatan yang didapat pada epitel pipi.
Dapat diamati organel-organel penyusunnya yaitu; inti sel, membrane sel dan
sitoplasma. Sesuai dengan jurnal yang ditulis oleh Daryanto (2013), epitel pipi
termasuk kedalam golongan sel eukariotik karena dapat ditemukan inti sel.

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah
1. Sel yang diamati pada percobaan pertama dan kedua yaitu pada air sawah dan
air kolam secara berurutan merupakan organisme yang memiliki sel
prokariotik, karena tidak memiliki inti sel maupun pembatas antar organel
didalam sel (membrane sel). Pada percobaan ketiga dan keempat yaitu pada
tumbuhan Hydrilla verticillata dan epitel pipi secara berurutan, keduanya
termasuk kedalam sel eukariotik, karena merupakan sel tumpuhan dan/atau
hewan, serta ditemukannya inti sel.
2. Struktur organel yang ada pada sel eukariotik yaitu; membrane inti sebagai
pengatur seluruh kegiatan sel, sitoplasma sebagai tempat berlangsungnya
reaksi metabolisme, dinding sel sebagai pemberi pentuk dan pelindung sel,
membrane sel sebagai pengatur lalu-lintas zat dalam sel dan lain-lain.
3. Struktur organel yang terdapat pada sel prokariotik adalah; plasmid, ribosom
sebagai tempat sintesis protein, kapsul, fili sebagai alat gerak aktif dan
sitoplasma sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme sel.

21
Daftar Pustaka

Almubin. 2012. Sel Tumbuhan. Bengkulu


Campbell, Neil A. 2010. Biologi Edisi Delapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Cecie, Starr. 2011. Biologi dan Keanekaragaman Makhluk Hidup. Jakarta:
Salemba Teknika.
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Hall, John F. 2009. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Inarningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
J, George. 2005. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua. Jakarta
Nasir, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta: Depdikbud
Nelson, dkk. 2004. Molecular dan Ecullar Biology Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga
Rahmawati, Faidah, dkk. 2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: BSE
Riandari, Henny. 2009. Theory and Application of Biologi. Solo: Tiga Serangkai
Santri. 2016. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika

22
Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungan Dengan Keanekaragaman
Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Medan:
Universitas Sumatra Utara
Sloane, Ethet. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC
Suryani, Yani. 2014. Biologi Sel dan Molekuler. Malang: Universitas Negeri
Malang

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

SEL HEWAN DAN TUBUHAN

23
I Gede Agus Novanda

1813511017

Kelompok 02

Kelas A

Veronica Magdalena

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas Udayana

2018

I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengtahui perbedaan Antara sel tumbuhan dan sel hewan
2. Untuk mengetahui struktur sel lamun (Enhalus acoroides)
3. Untuk mengetahui struktur sel ikan lemuru (Sardinella lemuru)
II. Dasaar Teori
2.1. Sel Tumbuhan
Tumbuhan merupakan organisme yang tergolong kedalam sel eukariotik
yang tersusun oleh organ-organ seperti akar, batang, daun dan organ reproduksi,
yang masing-masing organ tersusun atas jaringan meristem, parenkim,
sklerenkim, epidermis dan jaringan pengangkut. Epidermis merupakan pelapis
paling luar pada tumbuhan, yang berfungsi untuk melindungi baian dalam organ
tumbuhan (Yulanda. 2013).
Meski sama-sama termasuk kedalam sel eukariotik, se tumbuhan
memiliki perbedaan dengan sel hewan yaitu dengan adanya dinding sel, plastid
dan kloroplas pada sel tumbuhan dan tidak ada pada sel hewan (Purnomo, dkk.

24
2009). Dinding sel merupakan bagian terluar dari sel tumbuhan yang berfungsi
untuk melindungi organel-organel yang ada didalam sel dan juga sebagai
pemberi bentuk pada sel tumbuhan.dinding sel bersifat kaku dan tersusun atas
polisakarida. Polisakarida tersusun atas selulosa, hermiselulosa dan pectin,
dinding sel dapat dibedakan atas dua bagian yaitu dinding sel primer dan dinding
sel sekunder (Campbell. 2008).
Kloroplas merupakan organel yang penting dalam sel tumbuhan karena
akan berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas pada sel tumbuhan akan
banyak ditemukan pada sel parenkim, utamanya parenkim palisade dan bung
karang yang dibatasi oleh membrane ganda, yaitu membrane luar dan membrane
dalam. Bagian dalam kloroplas dinamakan dengan sitroma yang didalamnya
terdapat materi genetic (DNA) dan ribosom. Kloroplas selain berfungsi sebagai
pemberi warna pada daun, juga berfungsi untuk menangkap gelombang cahaya
matahari dengan panjang gelombang tertentu yang nantinya akan dimanfaatkan
sebagai sumbernpanas dalam proses fotosintesis (Adnam. 2009).

2.1.1. Enhalus acoroides


Tumbuhan Enhalus acoroides merupakan salah satu spesies dari
tanaman lamun yang tumbuh di Indonesia, tanaman ini memiliki habitat
didaerah pesisir dan hidup secara berkoloni yang nantinya akan
membentuk sebuah ekosistem padang lamun. Lamun merupakan satu-
satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizome,
daun dan akar sejati yang hidup terendam dibawah permukaan air laut.
Beberapa ahli juga mengatakan bahwa lamun merupakan tumbuhan air
yang berbunga, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar dan
berkembang biak dengan biji dan tunas yang dapat hidup didalam air laut
(Kawaroe. 2009).
Berikut klasifikasi dari tumbukan Enhalus acoroides menurut
Den Hartog (1970)
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae

25
Ordo : Helobiae
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Tanaman ini memiliki rhizome (batang) yang tertanam didalam
substrat, ujung daun yang bulat dan kadang terdapat serat-serat kecil
yang menonjol pada waktu muda, tepi daun seluruhnya jelas, garis tepi
daunnya seperti melilit dan mempunyai daun sebanyak 3-4 helai yang
berasal langsung dari rhizome (Suharno, Jhon. 2012).
Factor utama yang dapat digunakan sebagai pembeda Antara
lamun dengan tumbuhan laut lainnya, seperti rumput laut adalah adanya
bunga dan buah pada lamun (Nainggolan. 2011).
2.2. Sel Hewan
Hewan merupakan salah satu organisme yang tergolong kedalam sel
eukariotik sama seperti tumbuhan. Sel hewan memiliki dua sentriol didalam
sentrosom saat proses pembelahan sel berlangsung. Setiap sentriol akan
memisahkan diri menuju kutub yang berlawanan dan akan memancarkan benang
gelendong yang akan mengikat kromosom (Hartati. 2009).
Sama halnya dengan tumbuhan, hewan juga tersusun atas jaringn-jaringn
tertentu, seperti jaringan epidermis yang berperan untuk melindungi jaringan
lain dari lingkungan luar, berperan dalam pengatur pertukaran zat dalam sel yang
pada hewan sering disebut sebagai jaringan epitelium ayau epitel (Nurul. 2013).
2.2.1. Sardinella lemuru
Ikan lemuru memiliki nilai ekonomis dan propek pengembangan
yang cukup baik. Pengelolaan yang baik harus segera dilakukan sebagai
salah satu upaya mengantisipasi semakin meningkatnya intensitas
masyarakat dalam memanfaatkan ikan lemuru (Ginanjar, Mufti. 2006).
Ikan lemuru merupakan ikan pelagis pecil yang hidup dengan persebaran
yang cukup luas di perairan Indonesia, diantaranya adalah diperairan
selat Bali. Selat Lombok, Kalimantan dan Samudera Hindia (Hartoko,
Agus. 2013).

26
Ikan lemuru merupakan ikan yang melakukan proses makan
dengan cara menyaring (filter feeder) dengan sumber makanan berupa
zooplankton yang berkisar Antara 90,54%-95,52% dan fitoplankton
berkisar 4,46%-9,48%. Jenis fitoplankton yang banyak dikonsumsi
adalah jenis plerusigma sp, Coscinodiscus sp, Nitzschia sp dan
Perinidium sp. Jenis zooplankton yang banyak dikunsumsi adalah
Copepoda (Pradini, et al. 2010).
Kandungan gizi ikan lemuru (Sardinella lemuru) per 100 gram
bahan adalah protein 20,0 gram, lemak 3,0 gram dan vitamin A 100 SI
(Satuan Internasional) (Poedjiadi dan Supriyanti. 2009). Berikut adalah
klasifikasi ikan lemuru (Sardinella lemuru) menurut Integrated
Taxonomic Information System (2016);
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella lemuru (Bleeker. 1853).
Pada siang hari ikan lemuru akan berada didekat dasar perairan,
sedangkan pada malam hari ikan lemuru akan berada didekat permukaan
air laut dalam bentuk bergelombol yang menyebar (Merta, et al. 2004).

III. Metodologi
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 06 November
2018, pukul 15:00-16:40 WITA. Bertempat di ruang Laboratorium Ilmu
Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.
3.2. Alat dan bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

27
Table 1. Alat praktikum
No Nama alat Jumlah Kegunaan
1 Mikroskop 1 buah Alat untuk mengamati
2 Pipet tetes 1 buah Mengambil air yang diteteskan ke
objek
3 Alat tulis Secukupnya Alat menggambar dan mencatat
hasil pengamatan
4 Buku Secukupnya Tempat menggambar hasil
gambar A3 pengamatan
5 Kaca 2 set Tempat meletakkan objek
preparat &
cover glass
6 Dissetting 1 set Memotong objek (membuat
set preparat)

3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

Table 1. Bahan praktikum


No Nama bahan Jumlah Kegunaan
1 Ikan lemuru (Sardinella Secukupnya Objek pengamatan
lemuru
2 Lamun (Enhalus Secukupnya Objek pengamatan
acoroides)
3 Air Secukupnya Membasahi objek

3.3. Cara kerja


Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah
3.3.1. Percobaan 1 (Enhalus acoroides)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Lapisan atas (Epidermis) daun diiris tipis menggunakan alat
dari dissecting set

28
3. Dicuci bersih kaca preparat dan cover glass
4. Irisan yang telah jadi diletakkan diatas kaca preparat lalu
ditutup dengan cover glass
5. Letakkan preparat pada meja preparat
6. Diamati objek tersebut
7. Digambar hasil pengamatan pada buku gambar.
3.3.2. Percobaan 2 (Sardinella lemuru)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Kaca preparat dan cover glass dicuci bersih
3. Diiris tipis bagian epidermis ikan lemuru menggunakan
pisau pada dissecting set
4. Irisan yang telah jadi diletakkan diatas kaca preparat lalu
tetesi dengan air yang diambil menggunakan pipet tetes
5. Ditutup dengan cover glass
6. Letakkan preparat pada meja preparat lalu diamati
7. Digambar hasil pengamatan pada buku gambar
8. Alat dan bahan dirapikan seperti semula.
IV. Hasil Pengamatan
4.1. Enhalus acoroides
1

Gambar 1. Sel Enhalus acoroides


Keterangan:

29
1. Inti sel
2. Kloroplas
3. Dinding sel
4.2. Sardinella lemuru

Gambar 2. Sel Sardinella lemuru


Keterangan
1. Membrane sel
2. Inti sel
V. Pembahasan
5.1. Enhalus acoroides
Sel tumbuhan menurut Campbell (2008) merupakan golongan sel
eukariotiksama seperti sel hewan, yang menjadi pembeda Antara keduanya
adalah adanya dinding sel dan kloroplas pada sel tumbuhan dan tidak ada pada
sel hewan. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan juga menunjukkan
kesesuaian dengan dasar teori tersebut, dengan ditemukannya kloroplas dan
dinding sel pada sel lamun dari spesies Enhalus acoroides. Kloroplas berfungsi
dalam proses fotosintesis dan dinding sel penperan dalam memberi bentuk sel
iru sendiri dan menjaga organel-organel yang ada didalam sel. Dinding sel
berbentuk seperti lapisan yang menglilingi sel dan memiliki warna yang lebih
gelap dan kaku, sedangkan kloroplas terlihat seperti aliran warna yang berada
diantara sel yang ada.
5.2. Sardinella lemuru

30
Pada hasil pengamatan terhadap sel ikan lemuru (Sardinella lemuru)
tidak ditemukan adnya dinding sel dan kloroplas. Bentuk sel ikan lemuru tidak
beraturan dan terlihat seperti garis-garis spiral yang tidak beraturan, hal ini
dikarenakan sel ikan lemuru (sel hewan) tidak memiliki dinding sel. Pada saat
pengamatan hanya berhasil dilihat membran sel dan inti sel saja. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa factor seperti sayatan yang terlalu tebal, preparat yang
tidak steril, lensa objektif dengan pembedaran tertentu tidak berfungsi dengan
baik dan factor lainnya yang menyebabkan organel lainnya tidak dapat diamati.

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah;
1. Perbedaan Antara sel hewan dan sel tumbuhanyang berhasil diamati adalah
pada sel tumbuhan ditemukan kloroplas dan dinding sel, sedangkan pada sel
hewan tidak ditemukan kedua organel tersebut. Bentuk sel tumbuhan lebih
teratur dibandingkan sel hewan.
2. Didalam ssel lamun (Enhalus acoroides) ditemukan dinding sel, kloroplas,
inti sel dan organel lainnya yang secara umum terdapat pada sel tumbuhan.
3. Sel iakn lemuru (Sardinella lemuru) tersususn atas organel-organel tertentu
seperti inti sel, membrane plasma, mitokondria, ribosom, lisosom, sentrosom
dan organel lainnya, sama seperti sel hewan dapa umumnya.

31
Daftar pustaka

Adman, Nasarutin. 2009. Kloroplas dan Fotosintesis. Makasar: UNM.

Campbell, Neil A. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2006. Sardinella lemuru
(Blekeer. 1853). FAO.

Ginanjar, Mufi. 2006. Kajian Reproduksi Ikan Lemuru (Sardinella lemuru)


Berdasarkan Perkembangan Gonad dan Ukuran Ikan Dalam Penentuan
Musim Pemijahan di Perairan Pantai Timur Pulau Siberut. Bogor: IPB.

Hartoko, Agus. 2013. Analisis Sebaran Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella


lemuru) Berdasarkan Data Satelit Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di
Perairan Selat Bali.

Hartati. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makasar: UNM.

32
Kawaroe, M. 2009. Perspektif Lamun Sebagai Blue Carbon Sink di Laut.

Merta, dkk. 2004. Statue of the Lemuru Fishery in Bli Strait as Development and
Propects. FAO.

Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) di


Teluk Bakau, Riau. Bogor: IPB.

Nurul, dkk. 2013. Struktur Anatomi Daun Lengkeng (Dimocorpos longan) Kurtivar
Lokal, Pingpong, Itah, dan Diamond River. Jember: UJ.

Poedjiadi, A Supriyanti. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI.

Pradini, S, dkk. 2010. Kebiasaan Makan Ikan Lemuru di Perairan Muncar


Banyuangi.

Purnomo, dkk. 2009. Biologi Untuk Kelas XI SMA/MA. Jakarta: Pusat Pembukuan
Departemen.

Suharno, Jhon. 2012. Lamun dan Mangrove.

Yulanda, dkk. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa
Tumbuhan dan Sel Hewan. Yogyakarta: UNY.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

FOTOSINTESIS

33
I Gede Agus Novanda

1813511017

Kelompok 02

Kelas A

Gusti Ayu Made Indrayanti

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas Udayana

2018

I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui apakan tumbuhan yang diamati mengalami proses
fotosintesis
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi fotosintesis
3. Untuk membuktikan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya dan
menghasilkan oksigen
II. Dasar teori
2.1. Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang
berarti menyusun. Fotosintesis pada dasarnya merupakan proses penyusunan zat
dengan menggunakan energi matahari. Melalui fotosintesis, tumbuhan
menyusun zat makanan berupa zat gula. Karena kemampuan menyusun
makanannya sendiri inilah, tumbuhan disebut organisme autotrof. Tumbuhan
disebut pula sebagai organisma produsen (Suyitno, 2010).

34
Proses fotosintesis memerlukan beberapa komponen seperti energi
cahaya matahari, air (H2O) dan karbon dioksida (CO2). Air berasal dari dalam
tanah, sedangkan karbon dioksida berasal dari udara bebas yang merupakan hasil
dari proses pernapasan makhluk hidup. Hasil fotosintesis berupa glukosa dan
oksigen (Rianawaty, 2009). Reaksi kimia fotosintesis seperti berikut:

6H2O + 6CO2 C6H12O6 + 6H2O


CAHAYA

Zat gula yang dihasilkan dari proses fotosintesis nantinya akan dirombak
sebagian oleh tumbuhan menjadi sumbe energi yang sangat diperlukan dalam
segala proses metabolisme tubuh tumbuhan seperti; tumbuh, berkembang,
membentuk anakan atau bertunas, membentuk bunnga, buah, biji dan lain-lain.
Sebagian dari sisa zat gula akan diproses agar bisa menjadi komponen-
komponen penting lainnya seperti; protein, lemak dan vitamin. Sebagian yang
lain akan ditimbun dalam jaringan penimbunan. Misalnya dalam bentuk ubi,
umbi, buah dan biji (Suyitno, 2013).
Bagian tumbuhan yang berpotensi dalam fotosintesis adalah daun.
Seluruh kebutuhan daun untuk fotosintesis dipersiapkan oleh struktur daun
(Utomo, 2007). Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap
energi cahaya untuk fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang mengubah energi
cahaya menjadi energi kimiawi yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan
senyawa organik lainnya (Solomon. 2004).
Proses fotosintesis berlangsung dalam 2 proses. Proses pertama
merupakan proses yang tergantung pada cahaya matahari (Reaksi Terang) dan
proses yang tidak tergantung dengan cahaya (reaksi Gelap). Reaksi terang akan
mengubah energi cahaya matahari menjadi energy kimiawi dengan cara
memecah senyawa H2O sehingga melepas O2 yang akan dikonvensi menjadi
energy dalam bentuk ATP dan NADP. Reaksi gelap biasanya dapat terjadi dalam
gelap apabila energi carrier dari proses terang tersedia. Reaksi gelap ini
berlangsung dalam stroma kloroplas (Utomo, 2007).
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yaitu;
Intensitas cahaya, konsentrasi karbon dioksida, suhu, kandungan air, kadar
fotosintat (hasil fotosintesis) dan tahap pertumbuhan (laju fotosintesis jauh lebih

35
tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah dibandingkan tumbuhan
dewasa) (Juwilda, 2011).

2.2. Hydrilla verticillata


Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang merupakan bagian dari
ekosistem danau dan berperan sebagai sumberdaya baik langsung maupun tidak
langsung (Tanor, 2004). Hidrilla adalah tumbuhan air yang seluruh bagian
tubuhnya tenggelam di bawah permukaan air. Hidrilla memiliki akar serabut
berwarna putih atau merah kecoklatan jika tumbuh pada sedimen, ataupun
berwarna hijau karena adanya klorofil ketika terpapar sinar matahari (Sriyati,
2009). Klasifikasi dari Hydrilla verticillata adalah;
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata (L. f.) Royle (Hutauruk, 2014).
Hydrilla adalah tumbuhan Spermatophyta yang hidup di air, sehingga

ia memiliki bentuk adaptasi yang berbeda dengan Spermatophyta darat. Syarat

tumbuh Hydrilla d a p a t tumbuh dalam berbagai kondisi, t e r m a s u k cahaya

rendah, berarus, dangkal atau mendalam. Tanaman ini bersifat invasif dan

memiliki kemampuan pertumbuhan dan reproduksi sangat cepat (Nurzaman,

2013).

Daun hidrilla berwarna hijau, tipis, berbentuk lanset dengan tepi

bergerigi dan berduri, lebar 2-4 mm dan panjang 6-20 mm, setiap tiga sampai

empat helai daun tumbuh melingkar dan membentuk ruas-ruas pada batang.

36
Pelepah daun sering berwarna merah dan memiliki satu duri di bawah

permukaannya (Joselin, 2014).

Batangnya bercabang dan tumbuh mendatar sebagai stolon yang pada


tempat tertentu membentuk akar serabut. Perkembangbiakan Hydrilla
verticillata terjadi dengan pesat dengan adanya stolon (Silalahi. 2010). Hydrilla
verticillata memiliki kandungan klorofil total sebesar 4, 43 ml/g, karotenoid 0,
92 ml/g dan vitamin C 4,70 mg/30g (Kurniawan et al. 2010). Klorofil dan
beberapa senyawa turunannya sekarang telah diketahui dapat memberikan
manfaat bagi manusia yaitu mempunyai potensi sebagai komponen anti-
aterosklerosis pada hewan percobaan (Alsuhendra, 2004).
III. Metodologi
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 18 November
2018, pukul 08:30-selesai. Bertempat diruang Laboratorium Ilmu Kelautan
Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah;

Table 1. Alat praktikum


No Nama alat Jumlah Kegunaan
1 Tabung 1 buah Menutupi lubang corong bagian
reaksi atas
2 Corong 1 buah Menutup hidrilla
kaca
3 Gelas 1 buah Meletakkan hidrilla dan air
becker
4 kawat 3 buah Menyangga corong
5 stopwach 1 buah Menghitung waktu
6 Timba air 1 buah Mengambil air

37
7 Alat tulis Secukupnya Menulis materi dan hasi
pengamatan
8 Buku Secukupnya Media menggambar
gambar A3
9 Buku tulis Secukupnya Media menulis
10 Korek api 1 buah Menyalakan api

3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Table 1. Bahan praktikum
No Nama bahan Jumlah Kegunaan
1 Hidrilla (hydrilla Sucukupnya Sebagai objek yang akan
verticillata) diamati
2 Air Secukupnya Merendam hidrilla

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dipakai dalam praktikum ini adalah;
3.3.1. Dengan Cahaya
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dirakit alat dan bahan sesuai ketentuan pada buku panduan
praktikum, lalu diletakkan di tempat dengan pencahayaan
maksimal
3. Dicatat jumlah gelembung pada table setiap 5 menit selama
30 menit
4. Dinyalakan ujung lidi dengan korek api, lalu dipadamkan
sehingga ada bara apinya
5. Dimasukkan bara api tadi kedalam sampel percobaan
6. Dicatat apa yang terjadi.
3.3.2. Tanpa Cahaya

38
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dirakit alat dan bahan sesuai ketentuan pada buku panduan
praktikum,
3. Diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya
4. Dicatat jumlah gelembung pada table setiap 5 menit selama
30 menit
5. Dinyalakan ujung lidi dengan korek api, lalu dipadamkan
sehingga ada bara apinya
6. Dimasukkan bara api tadi kedalam sampel percobaan
7. Dicatat apa yang terjadi
8. Dirapikan alat dan bahan yang telah selesai digunakan.

IV. Hasil Pengamatan


4.1. Dengan cahaya
Adapun hasil pengamatan pada percobaan di tempat dengan
pencahayaan adalah;
Table 1. Jumlah gelembung udara (dengan cahaya)
Menit ke- Jumlah gelembung Keterangan
5 4
10 4
15 3
20 3
25 3
30 3

39
Gambar 1. Dengan cahaya

4.2. Tanpa cahaya


Adapun hasil pengamatan pada percobaan di tempat tanpa
pencahayaan adalah
Table 1. Jumlah gelembung udara (tanpa cahaya)
Menit ke- Jumlah gelembung Keterangan
5 1
10 0
15 0
20 0
25 0
30 0

40
Gambar 2. Tanpa cahaya

V. Pembahasan
5.1. Dengan Cahaya
Menurut pendapat Utomo (2007), proses fotosintesis tumbuhan terjadi di
daun dan membutuhkan suplai air, CO2, klorofil dan cahaya matahari yang pada
akhir reasi salah satunya akan menghasilkan O2. Dari hasil pengamatan pun
menunjukkan kesamaan dengan dasar teori yang sudah ada, pada percobaan pada
sampel yang diletakkan ditempat dengan pencahayaan maksimal menghasilkan
gelembung-gelembung yang membuktikan bahwa pada percobaan fotosintesis
tersebut menghasilkan 02. Jumlah gelembung tiap menitnya pun berfariasi yaitu
pada menit ke-5 dan ke-10 terdapat 4 gelembung dan pada menit ke-15 sampai
menit ke-30 jumlah gelembung sebanyak 3 gelembung.

41
5.2. Tanpa Cahaya
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap sampel yang diletakkan
ditempat yang tidak mendapat cahaya dapat diamati bahwa pada menit ke-5
terdapat satu gelembung dan pada menit ke-10 sampai menit ke-30 tidak
menghasilkan gelembung. Adanya geklembung pada 5 menit pertama dapat
diakibatkan adanya sedikit cahaya yang masuk, adanya benda asing yang
mengganggu, dan factor lainnya, karena seharusnya pada percobaan sampel
yang diletakkan pada tempat yang tidak mendapat cahaya tidak dapat
menghasilkan gelembung karena salah satu syarat berlangsungnya proses
fotosintesis adalah adanya cahaya, sehingga proses ini seharusnya tidak dapat
menghasilkan oksigen atau O2 yang ditandai dengan adanya gelembung.

VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
1. Tumbuhan yang memiliki pigmen warna atau klorofil dan dapat memenuhi
syarat-syarat fotosintesis lainnya seperti cahaya, air dan CO2 bisa melakukan
peroses fotosintesis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis adalah cahaya, konsentrasi
karbon, suhu, kadar air, kadar fotosintat, dan tahap pertumbuan.
3. Pada proses fotosintesis tumbuhan sangat membutuhkan cahaya matahari
sebagai sumber energi untuk memproses zat-zat makanan yang salah satu
hasil dari fotosintesis adalan oksigen yang menjadi sumber kehidupan bagi
hewan dan manusia.

42
Daftar pustaka

Alsuhendra. 2004. Daya Anti-Aterosklerosis Zn-Klorofil Turunan Klorofil dari


Daun Singkong (Manihot Esculenta Crantz) pada Kelinci Pecobaan.
[Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hutauruk, V.O. 2014. Pengaruh Ekstrak Segar Limut (Hydrilla Verticillata. L.)
Danau Toba Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Gambaran
Mikrostruktur Aorta Mencit (Mus Musculusl.). Universitas Sumatera Utara.
Medan.

43
Joselin, M. 2014. Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji
Aktivitas Antioksi dan Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Hidrilla (Hydrilla
Verticillata (L.F.) Royle. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Juwilda. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.
Kurniawan, M., Munifatul, I., dan Yulita, N. 2010. Kandungan Klorofil,
Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 18(1): 29, 33-35.
Nurzaman, J. 2013. Laporan Tetap Praktikumekologi Pertanian Daur Karbon.
Indralaya: Universitas Sriwijaya.
Rianawaty, 2009. Fotosintesis. Bandung: Universitas Padjajaran.
Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman
Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. [Tesis]. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Solomon, E, dkk. 2004. Biology Edisi ke-7. Brooks/Cole, Belmont, CA.
Suyitno. 2010. Fotosintesis I. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Suyitno. 2013. Fotosintesis II. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tanor MN. 2004. Hydrilla Verticillata sebagai Sumber Hara pada sistem budidaya
Kacang Tanah. Eugenia 10 (1): 92-101.
Utomo. 2007. Proses Fotosintesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

EKOSISTEM

44
I Gede Agus Novanda

1813511017

Kelompok 02

Kelas A

Gusti Ayu Made Indrayanti

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas Udayana

2018

I. Tujuan
Adpaun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui ekositem yang ada di Pntai Samuh
2. Untuk mengetahui biota penghuni ekosistem di Pantai Samuh
II. Dasar Teori
2.1. Ekosostem

45
Hubungan timbal balik dan saling membutuhkan antara unsur biotik dan
abiotic dengan lingkungan disebut dengan ekosistem. Ekosistem perairan laut
tropis seperti terumbu karang, padangn lamun dan mangrove secara alami
mengelilingi sebagian besar wilayah pesisir yang ada di Indonesia (Aryulina, D,
et al. 2004).
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut dari
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang
surut (Leksono. 2007). Sebagai wilayah peralihan, ekosistem pesisir memiliki
komunitas dan tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainnya. Beragam
ekosistem yang terdapat diwilayah pesisir secara fungsional saling terkait dan
berinteraksi satu sama lain sehingga akan membentuk suatu sistem ekologi yang
unik (Tuwo.2011).
2.2. Ekosistem Lamun
Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Magnoliophyta) yang dapat
menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal. Faktor utama yang dapat
membedakan lamun dengan jenis tumbuhan lainnya, seperti rumput laut
(seaweed) yaitu keberadaan bunga dan buahnya yang tampak sangat jelas
sehingga antara lamun dan rumput laut bisa dibedakan dengan mudah
(Nainggolan, 2011).
Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terdapat
di daerah pesisir. Padang lamun merupakan ekosistem yang terdiri dari satu atau
lebih spesies lamun yang berinteraksi dengan faktor biotik dan abiotik di
lingkungannya. Lamun berperan sebagai penghubung ekosistem mangrove
dengan ekosistem terumbu karang (McKenzie 2008).
Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi yang sangat
penting dalam ekosistem wilayah pesisir serta untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman biota pesisir. Fungsi padang lamun secara ekologis adalah
sebagai tempat pemijahan, asuhan dan tempat untuk mencari makan berbagai
jenis organisme laut. Selain itu padang lamun berfungsi untuk menjaga stabilitas
daerah pesisir dengan sistem perakarannya yang saling menyilang di dasar
perairan berfungsi sebagai perangkap dan membuat sedimen menjadi stabil
(Harborne et al., 2006), sehingga daerah padang lamun menjadi habitat penting

46
bagi berbagai biota laut dan dapat berfungsi sebagai sumber makanan langsung
berbagai biota laut herbivora dan lainnya (Short, et al. 2007).

2.2.1. Jenis Lamun


Menurut El Shaffai (2011) terdapat sekitar 60 spesies lamun di
seluruh dunia. Lamun dapat ditemukan di perairan tropis dan subtropis.
Lamun yang terdapat di perairan tropis didominasi oleh spesies Thalassia
sp. Di Indonesia, hingga saat ini diketahui terdapat 13 spesies lamun dari
tujuh marga, tiga di antaranya (Enhalus, Thalassia, Halophila) termasuk
suku Hydrocaritaceae, sedangkan empat lainnya (Halodule, Cymodocea,
Syringodium dan Thallasodendron) termasuk suku Cymodoceae (Kuo.
2007). Berikut beberapa jenis lamun yaitu:
2.2.1.1. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat,
memiliki daun yang panjang dengan permukaan yang halus dan
memiliki rhizome tebal. Terdapat bunga yang besar dari bawah
daun. Lamun jenis ini ditemukan disepanjang Indi-Pasifik di
daerah tropis (Waycott, et al. 2004)
Kalsifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Hydrocharitales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides.

2.2.1.2. Halophila ovalis


Lamun jenis ini memiliki daun yang berbentuk seperti
dayung dengan pembagian yang berfariasi. Pada pinggiran daun
halus. Terdapat sepasang daun pada petiole yang muncul secara
langsung dari rhizoma. Daun kadang memiliki titik merah di
tengah vein. Lamun jenis ini ditemukan di bagian Indo-Pasifik
barat sampai Australia (Waycott, et al. 2004).

47
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Spesies : Halophila ovalis.

2.2.1.3. Thallasia hemprichii


Lamun ini memiliki daun seperti selendang (stap-like)
yang mnuncul dari stem yang tegak lurus dan menutupi sarung
daun. Ujung daun tumpul dan bergerigi. Rhizome tebal dengan
node scar yang jelas, biasanya berbentuk segitiga dengan leaf
sheath yang keras (Waycott, et al. 2004)

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia .
Spesies : Thalassia hemprichii.

2.2.1.4. Cymodocea rotundata


Lamun jenis ini memiliki kantong daun yang tertutup penuh
dengan daun muda, kadang berwarna gelap, biasanya daun mencul
dari vertikal stem, ujung daun halus dan bulat. Bijinya berwarna
gelap dengan punggung yang menonjol (Waycott, et al. 2004).

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea rotundata.

48
2.2.1.5. Cymodocea serrulata.
Lamun jenis ini memiliki rizhoma yang halus, tiap-tiap
tunas terdiri dari dua sampai lima helaian daun, daunnya
membentuk segitiga yang lebar, dan menyempit pada bagian
pangkalnya, daunnya berwarna ungu pada tumbuhan yang masih
hidup, tepi daunnya tampak jelas (Waycott, et al. 2004)

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea serrulata.

2.2.1.6. Halodule pinifalia


Lamun jenis ini memiliki daun lurus dan tipis, tulang
daunnya tidak lebih dari tiga, biasanya pada bagian tengah dari
tulang-tulang daun mudah robek menjadi dua pada ujungnya, pada
ujung daun terdapat tiga titik yang jelas (Waycott, et al. 2004).

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifalia.

2.2.1.7. Thalassodendron ciliatum


Rhizomanya sangat keras dan berkayu, daun-daunnya
berbentuk sabit dimana agak menyempit pada bagian pangkalnya,
ujung daun membulat seperti gigi, tulang daun lebih dari tiga.

49
Ditemukan di Indi-Pasifik Barat diseluruh daerah tropis (Waycott,
et al. 2004).

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatales
Family : Cymodoceaceae
Genus : Thalassodendron
Spesies : Thalassodendron ciliatum.

2.2.2. Algae
Algae memiliki habitat mulai dari perairan, baik air tawar maupun
air laut, sampai dengan daratan yang lembab atau basah, Algae yang
hidup di air ada yang bergerak aktif ada yang tidak (Tjitrosoepomo, 2003.
Kebutuhan kandungan dan jenis nutrien Algae sangat tergantung pada
kelas atau jenisnya pada habitat tersebut. Nutrien yang paling penting
untuk pertumbuhan Algae antara lain adalah nitrogen dan fosfor
(Tubalawony, 2007).

Rumput laut merupakan tumbuhan yang tidak bisa dibedakan


antara bagian akar, batang, dan daun. Semua bagian dari tumbuhan
rumput laut disebut thallus. Rumput laut dikenal dengan nama algae dan
berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi dua golongan yaitu mikro
alga dan makro alga. Mikro alga berukuran kecil tidak dapat dilihat oleh
mata secara langsung dan sebagian besar hidup di laut dan ada yang
melekat di dasar laut atau melayang-layang mengikuti gerakan arus laut
(Suantika dkk, 2007).
Makroalga yang berukuran besar dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat)
dan Rhodophyceae (alga merah). Makroalga ini berfungsi sebagai
produsen primer pada suatu perairan, selain hal tersebut makroalga
memiliki peran untuk menfiksasi bahan organik dari bahan anorganik

50
dengan bantuan cahaya matahari yang dimanfaatkan langsung oleh
herbivora (Asriyana dan Yuliana. 2012).
2.3. Invertebrata
Invertebrata adalah jenis hewan yang tidak memiliki tulang belakang
atau tulang punggung dan paling beragam hampir 95% dari populasi hewan di
laut. Lebih dari 1,3 juta invertebrata telah diidentifikasi dan yang paling umum
ditemukan adalah spons, echinodhermata, mollusca, dan arthropoda (Castello,
M. 2010).
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri dan
derma artinya kulit. Echinodermata merupakan sekelompok hewan dengan ciri-
ciri yang menonjol berupa kulit yang berduri dan simetris radial (Lariman,
2011). Filum Echinodermata terdiri atas lebih kurang 6.000 spesies dan
semuanya hidup di air laut. Echinodermata terbagi menjadi lima kelas yaitu
Asteroidae, Echinodae, Ophiuroidae, Holothuroidae, dan Crinoidae (Katili,
2011).
Bintang Laut merupakan anggota dari kelas Asteroidea (filum
Echinodermata) secara ekologis berperan sangat penting bagi ekosistem laut.
Kelas Asteroidea ini mempunyai species yang paling tinggi pada filum
echinodermata, yaitu hampir 1900 species yang masuk dalam 36 famili dan 370
genus di dunia (Mah. 2012).
III. Metodologi
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, November 2018,
pukul 15:00-selesai. Bertempat di Pantai Samuh.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah

Table 1. Alat praktikum


No Nama alat Jumlah Kegunaan

51
1 Alat selam 1 set Alat bantu menyelam
dasar
2 Alat tulis secukupnya Mencatat hasil pengamatan
3 Buku tulis secukupnya Media mencatat
4 Kamera Hp 1 buah Dokumentasi

3.2.2. Bahan
Pada praktikum ini tidak ada bahan yang digunakan.
3.3. Cara kerja
3.3.1. Pengamatan Langsung
Adapun cara kerja yang digunakan pada praktikum ini
adalah:
1. Disiapkan alat selam dasar
2. Dipakai alat selam dasar yang telah disiapkan
3. Diamati ekositeam yang ada di Pantai Samuh
4. Diambil sampel biota laut penghuni ekosistem lalu
didokumentasikan
5. Dicatat keterangan (nama, ciri-ciri,dll) dari biota tersebut
6. Setelah selesai mengamati, kembali ke daratan lalu dilepas alat
selamnya
7. Dirapikan alat yang telah digunakan.

IV. Hasil Pengamatan


4.1. Lamun

52
1

Gambar 1. Enhalus acoroides


Keterangan:
1. Daun
2. Rhizome
3. Akar
4. Serabut

53
1

Gambar 2. Halophile ovalis


Keterangan:
1. Daun 3. akar
2. Batang (rhizoma)
4.2. Bitang laut

Gambar 3. Protoreaster nodosus


Keterangan:
1. Duri
2. Lengan

54
V. Pembahasan
5.1. Lamun
Menurut Nainggolan (2011), lamun merupakan tumbuhan tinggkat tinggi
yang dapat hidup dan beradaptasi di air laut dangkal. Factor utama yang menjadi
pembeda Antara almun dan tumbuhan laut lainnya seperti rumput laut adalah
adanya akar, batang, daun, bunga dan buah yang jelas pada lamun. Pada
pengamatan yang saya lakukan di Pantai Samuh, dapat ditemukan dua jenis
lamun yaitu yang pertama adalah dari spesies Enhalus acoroides yang
merupakan lamun yang memiliki ukuran tumbuh maksimal paling besar dari
jenis lamun lainnya. Jenis ini memiliki pinggiran daun yang timbul, rhizoma
yang berserabut dan tertanam didalam pasir, bunga dan buah yang dihasilkan
merupakan yang paling besar diantara jenisnya. Klasifikasi Enhalus acoroides
adalah sebagai berikut;
Kingdom: Plantae
Divisi: Angiospermae
Klas: Liliosida
Famili: Hydrocharitaceae
Ordo:
Genus: Enhalus
Spesies: Enhalus acoroides.
Yang kedua ada lamun dari genus Halophila yaitu Halophila ovalis.
Lamun jenis ini memiliki daun yang berbentuk seperti dayung, pinggiran daun
halus, terdapat sepasang daun pada petiole yang muncul langsung dari rhizome.
Klasifikasi lamun jenis ini adalah;
Kingdom: Plantae
Divisi: Angiospermae
Klass: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Spesies: Halophila ovalis.

55
5.2. Bintang Laut
Menurut Lariman (2011) bintang laut merupakan hewan yang berasal
dari kelas steroidean yang berasal dari filum Echinodermata dan memiliki ciri
khas yaitu memiliki duri pada bagian kulitnya dan berbentuk simetris radial.
Pada pengamatan yang dilakukan di Pantai Samuh, ditemukan bintang laut yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut; warna kulit merah muda dan semakin tua pada
bagian atas disekitar durinya, memiliki duri tumpul berwarna hitam an menyedar
mengikuti pola tubuh bintang laut yang seperti bintang, memiliki lima lengan
dan pada bagian ujung setiap lengan memiliki duri. Bintang laut tersebut, setelah
dicocokkan dengan ciri-cirinya tersebut ternyata termasuk dalam jenis
Protoreaster nodosus, dengan klasifikasi sebagai berikut;
Kingdom: Animalia
Filum: Achinodermata
Kelas: Asteroidea
Ordo: Valuatida
Famili: Oreasteridae
Genus: Protoreaster
Spesies: Protoreaster nodosus.
VI. Kesimpulan
Apadun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah;
1. Ekosistem yang ada di Pantai Samuh adalah ekosistem padang lamun yang
memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelestarian biota laut
lainnya.
2. Biota laut yang ada pada ekosistem padang lamun di Pantai Samuh adalah
tumbuhan lamun, bintang laut, ikan buntal, kepiting, bulu babi dan lain-
lain.

56
Daftar Pustaka
Aryulina, D, et al. 2004. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Esis

Asriyana dan Yulia. 2012. Produktifitas Perairan. Jakarta: Bumi Akasa.

Castello, M, et al. 2010. A Cencus of Marine Biodiversity Knowledge, Resource and


Future Challenges. Flos One.

Katili, As. 2011. Struktur Komunitas Echinodermata Pada Zona Interdital di


Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Kuo. 2007. New Monoecious Seagrass of Halophila Sulawesi (Hydrocharitaceae)


From Indonesia. Aquat. Bot 87: 171-175.

Lariman. 2011. Keanekaragaman Fylum Echinodermata di Pulau Beras Basah


Kota Bontang Kalimantan Timur: Mulawarman Scientific.

Leksono, As. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang: Bayu
Media.

Mah, CL dan Blake, DB. 2012. Global Diversity and Phylogeny of the Asteroidea
(Echinodermata). Plos One.

Mc Kenzie, L. 2008. Seagrass Educator Handbook.

Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) di


Teluk Bakau Kepulauan Riau. Bogor: IPB.

Short, et al. 2007. Global Seagrass Distribution and Diversity. Journal of


Exsperimental Marine Biology and Ekologi 350: 3-20.

Suastika, Gede. 2007. Biologi Kelautan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Towo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Sidiardjo: Brilian


Internasional.

Tubalawany, S. 2007. Kajian Klorofil-a dan Nutrien Serta Interelasi dengan


Dinamika Massa Air di Perairan Barat Sumatra dan Selatan Jawa-
Sumbawa. Bogor: IPB.

Waycott, M, et al. 2004. A Guide to Tropical Seagrass of the Indo-West Pacific.


Australia: James Cook University.

57

Anda mungkin juga menyukai