Anda di halaman 1dari 69

Cacing dan Serangga

Penyebab Kelainan pada


Sistem Saraf
dr. Ryan Halleyantoro, M.Biomed
Tujuan Instruksional

Apabila diberi kasus pasien dengan gejala dan tanada kelainan


pada system saraf maka mahasiswa yang telah menyelesaikan
modul 5.1 dapat:

 Menggunakan patobiologi infeksi parasite untuk menjelaskan


mekanisme terjadinya gejala dan tanda pada pasien
menyebabkan penyakit pada sistem saraf

 Menjelaskan cara menegakkan diagnosis padarasit penyebab


infeksinya
 Menggunakan siklus hidup parasite untuk menjelaskan cara
penularan dan pencegahan infeksi
 Menjelaskan cara pengelolaan pada layanan primer
Angiostrongylus sp

• Ada dua macam species Angiostrongylus,


• 1. Angiostrongylus cantonensis, cacing paru tikus (rat lungworm) pada
umumnya menyebabkan meningitis eosinofilia pada manusia.

• 2.Angiostrongylus (Parastrongylus) costaricensis penyebab perut atau


angiostrongyliasis usus.
Distribusi Geografik

• Asia Selatan, Afrika dan Caribia


• Di Costa Rica  angiostrongyliasis abdomen pada anak-anak.
Daur hidup

Cacing dewasa A. cantonensis  pembuluh darah arteri paru tikus besar


(Rattus rattus, Rattus norvegicus). Cacing dewasa  telur  menetas 
L1 di cabang arteri pulmonari.

L1  farings, tertelan  dikeluarkan tinja . L1 dimakan  hospes


perantara keong  L3 (infektif). Keong (L3)  dimakan hospes
definitif, L3  otak  cacing muda  kembali ke sistem vena  arteri
pulmonari  Dewasa
Daur hidup
Daur hidup
Berbagai macam hewan karnivora berperan sebagai Hospes Paratenik (Hospes
pembawa): setelah memakan keong yang terinfeksi, hospes tersebut membawa L3 yang
dapat mempertahankan perkembangannya ketika hospes paratenik dimakan oleh
hospes definitif.

Manusia dapat memperoleh infeksi karena memakan keong mentah yang terinfeksi
(ada L3).

Angiostrongiliasis dapat juga diperoleh karena memakan hospes paratenik yang


terinfeksi seperti kepiting, udang air tawar.

Pada manusia, cacing muda (juvenile) otak cacing mati. Cacing muda jarang ke
paru.
Daur hidup

Daur hidup Angiostrongylus (Parastrongylus) costaricensis sama, kecuali cacing dewasa


hidup di arterioles daerah ileocecal (usus halus) hospes definitif.

Pada manusia A. costaricensis sering mencapai sexual maturity dan melepaskan telur
ke dalam jaringan usus. Telur dan larva berdegeresai (mengalami kemunduruan) dan
menyebabkan reaksi inflamasi setempat yang berat dan parasit tidak tampak
dikeluarkan bersama tinja (-).
Gejala klinis

• Meningitis eosinofilia karena keberadaan larva dan reaksi hospes.


• Gejala meliputi sakit kepala berat, mual, muntah, otot tegang di
leher (neck stiffness), kejang-kejang dan kelainan neurologik
(neurologic abnormalities).
• Kadang-kadang, terjadi penyerangan saraf mata. Eosinofilia ada
di semua kasus. Angiostrongiliasis abdomen mirip dengan
apendisitis dengan eosinofilia.
Diagnosis

• Diagnosis A. cantonensis berdasarkan


* Gejala klinis
* Riwayat epidemiologi; keberadaan tikus
yang terinfeksi, makan keong, kodok, ikan
* Penemuan/deteksi eosinofilia di dalam sitem
saraf pusat.
Alto W, 2001, Pacific Health Dialog 2001; 8:
Diagnosis

Meningitis eosinofilia :
Cairan serebrospinal tidak normal (tekanan, protein, leukosit dan
eoisnofil meningkat).
Jarang ditemukan larva di cairan serospinal.

Angiostrongyliasis abdomen:
telur dan larva dapat diidentifikasi pada jaringan yang diambil
pada saat pembedahan.
Pengobatan

• Tidak ada obat yang efektif untuk pengobatan infeksi A. cantonensis atau A.
costaricensis.
• Keringanan gejala dari infeksi A. cantonensis dapat dicapai dengan
menggunakan analgesik, kortikosteroid dan pengeluaran cairan
serobrospinal dengan hati-hati pada jangka waktu tertentu.
Epidemiologi

• Di Taiwan  HP African giant land snails (Achatina fulica) and golden apple
snails (Ampullarium canaliculatus). Eosinophilic meningitis  karena
memakan keong tsb tanpa dimasak matang (mentah).
• Thailand  makan keong air mentah (Pila sp).
• Planaria, crabs, shrimp, fish, frogs, dan toads  hospes paratenik atau
transport
• Otot dan tulang kodok  obat cina  infeksi A. cantonensis.
Gnathosoma sp
Gnathosomiasis

• Spesies
Gnathostoma spinigerum
(Hospes definitif (HD): anjing dan kucing liar dan dipelihara)
Gnathostoma hispidum,
(HD; babi liar dan dipelihara)

Daur hidup
Daur hidup

• Hospes definitif ( babi, kucing, anjing dan hewan liar)


• Cacing dewasa mengeluarkan telur yang tidak berembrio ketika
dikeluarkan bersama tinja.
• Telur menjadi berembrio di air, dan telur mengeluarkan larva
stadium pertama (L1)
• Jika crustacea kecil (Cyclops, HP 1), L1 berkembang menjadi L2.
• Selanjutnya, Cyclops dimakan oleh ikan, katak, ular (HP 2), L2
berkembang menjadi L3.
Daur hidup
• Ketika HP 2 dimakan oleh hospes definitif, L3 tersebut menjadi dewasa di
dalam dinding lambung.

• Alternatif, HP 2 dimakan oleh hospes paratenik (animals such as birds,


snakes, and frogs) dimana L3 tidak berkembang tetapi masih infektif untuk
predator berikutnya.

• Manusia akan terinfeksi Gnathosoma sp jika makan ikan (HP2) yang tidak
dimasak (mentah) atau unggas yang mengandung L3 atau meminum air yang
mengandung Cyclops (mengandung L2)
Distribusi geografik

• Empat species G. spinigerum, G. doloresi, G. hispidum, dan G. malaysiae


tersebar di Asia,
• Satu species G. binucleatum terdapat di Amerika Tengah dan Selatan
Gejala klinis

* Gejala klinis disebabkan oleh migrasi larva 3.


* Migrasi di dalam jaringan subkutan menyebabkan rasa sakit,
intermittent, pruritic swellings (cutaneous larva migrans).
* Migrasi ke jaringan lain (visceral larva migrans), dapat
menyebabkan batuk, hematuria, dan gangguan penglihatan,
meningitis eosinofil yang serius disertai myeloencephalitis.
* Ditemukan eosinofilia tinggi (>500/mm3).
Gejala klinis

FIGURE 3. Creeping eruption that FIGURE 5. Erythematous plaque on the


developed in a patient with right side of the mid-back
gnathostomiasis after receiving a second of a patient with gnathosotomiasis.
treatment with ivermectin
Gejala Klinis

• Pada awal  infeksi G. spinigerum  gejala yang tidak spesifik  kutaneus


 visceral larva migrans (VLM)  mortalitas dan morbiditas tinggi 
Sistim syaraf pusat atao organ lain  mematikan
Diagnosis

1) Serologi dengan ELISA, Immunoblot, PCR (deteksi Ab atau Ag


24 kD G spinigerum) dan indirect immunofluorescence
2) Biopsi
3) Skin test  ektrak somatik yang Crude dari G. spinigerum
Pengobatan

• Pembedahan  menghilangkan L3 pada gnathosomiasis kutaneus.


• Pengobatan dengan albendazol (400 mg 2 kali selama 21 hari) atau
ivermectin (200 μg/kg dosis tunggal)
Kraivichian et al 2004, Am J Trop Med Hyg 2004; 71:623-28
Epidemiologi

• gnathostomiasis pada manusia karena migrasi cacing immature (stadium L3)


• Zoonosis food-borne
• Masalah kesehatan masyarakat yang penting:
Negara  penduduk makan ikan air tawar mentah (makanan yang paling
disukai)
contoh makanan koipla di Thailand, koi ga in Vietnam, sashimi dan sushi di
Japan, cebiche dan callos di Amerika Tengah dan Selatan
Epidemiologi
• Baru-baru ini  gnathostomiasis merupakan infeksi parasit yang muncul
(emerging) untuk turis  berpergian ke Amerika (Tengah dan Selatan) dan
Asia Tenggra.
• Turis yang kembali dari negara tsb  migratory swelling in skin of limbs and
other organs.
• Prevalensi gnathostomiasis yang tinggiMexico, Japan, Thailand, dan
Vietnam.
• ± 9000 orang terinfeksi di Mexico dan Thailand
• > 4000 kasus dilaporkan di Japan.
Cestoda golongan Cyclophyllidea
• Stadium Larva pada manusia
•Hydatid cyst of Echinococcus granulosus and
Echinococcus multilocularis
•Cysticercus cellulosa of Taenia solium
•Coenurus cerebralis of Multiceps multiceps
•Coenurus glomeratus of Multiceps glomeratus
Neurocycticercosis
Taeniasis & Cysticercosis Cellulose

• Etiologi : Taenia solium dan larva Taenia solium (cysticercus cellulose)


• Epidemiolgi
Sering ditemukan di papua
• HD : manusia sebagai hospes definitif tunggal
• HP : babi, babi hutan, beruang
• Dalam HP ditemukan dalam bentuk larva cysticercus cellulose
• Habitat : yeyenum bagian atas
MORFOLOGI
TELUR
• Bentuk bulat
• Diameter 30-40 µ
• Dinding tengah bergaris radier
• Isi onchosphere dengan 3 pasang kait
Morfologi (lanjutan)
• Dewasa
Panjang 5-10 meter
• Proglotid : jumlah 1000-3000
• Scolex
Bentuk bulat diameter 1mm memiliki 4 batil isap bentuk seperti mangkuk
Rostellum 2 baris kait-kait jumlah sekitar 25-30
• Proglotid gravid
Ukuran panjang segmen 1,5 x lebar segmen
Uterus bercabang-cabang 7-12 pasang
Cysticercus cellulose

• Numerous cysticerci seen in human brain. (Courtesy of Dr. N. H. Wadia


Siklus Hidup
Gejala Klinik
• Infeksi ringan biasanya asimptomatik
• Infeksi berat rasa tidak enak di perut, nyeri pada epigastrik akibat iritasi
mukosa usus oleh cacing dewasa, diare atau sembelit.
Cysticercosis Celulose
Tergantung jumlah dan lokasi larva
Kecuali pada mata dan otak cysticercus akan ditutupi jaringan fibrosis
Pada cortex cerebri, meningen atau ventrikel gejala seperti epilepsi, gangguan
sensori dan mental, pada saraf spinal terjadi hyperesthesia, ggn reflex
Diagnosa Laboratoris
• Tinja ditemukan telur atau proglotid gravid

• Pada cysticercus dengan menemukan larva pada biopsi

• Bisa di bantu dengan sinar rontgen untuk melihat daerah perkapuran atau
dengan scanning untuk melihat lesi pada tulang
Terapi
• Prazikuantel 25 mg/kg BB per hari selama 3-4 hari
• Mebendazol 300 mg 2x per hari selama 3 hari
• Bila obat tidak berhasil dipertimbangkan pembedahan kecuali cysticercus
multiple

Dikatakan sembuh bila:


Ditemukan scolex pada tinja
Hydatidosis pada Sistem Saraf Pusat
Echinococcosis

• Echinococcosis atau hydatidosis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh


cestode milik genus Echinococcus . Ini adalah cacing pita terkecil dalam
keluarga Taeniidae hanya mencapai 3-6 mm .
• Ada dua spesies penting bagi medis dan kesehatan masyarakat ;
• Echinococcus granulosus menyebabkan Cystic echinococcosis ( CE ) , dan
• Echinococcus multilocularis menyebabkan alveolar echinococcosis ( AE ) .
• Ada juga spesies ketiga , Echinococcus Vogeli , tetapi sering dianggap
sebagai subspesies E. granulosus .
• Echinococcosis adalah zoonosis, menginfeksi manusia dan hewan . Manusia
biasanya dianggap sebagai jalan buntu , terinfeksi karena faktor
ketidaksengajaan
• Host perantara : domba , kambing , kuda , sapi , babi , kelinci , tikus dan unta
• Host definitif : anjing , serigala , rubah dan kucing
Geographical Distribution
• E. granulosus memiliki distribusi geografis di seluruh dunia, ditemukan di
banyak daerah di Afrika, China, Amerika Selatan, Australia, New Zeeland,
Mediterania, Eropa Timur .
• Di bagian barat Amerika Serikat, lebih sering di daerah pedesaan di mana
anjing digunakan untuk menggembalakan domba.
Life Cycle of Echinococcus

• Cacing dewasa E. Granulosus sangat kecil , dan hanya terdiri dari tiga
proglottids , immature, mature dan gravid yang mengandung telur .
Proglottids gravid melepaskan diri dari akhir cacing dan membebaskan telur
ke dalam lumen
usus .
• Telur dilepaskan dalam feces dan tertelan misalnya melalui rumput yang
terkontaminasi oleh hospes perantara , atau secara tidak sengaja oleh
manusia. Telur sangat tahan terhadap kekeringan atau pembekuan , mampu
bertahan hidup di tanah hingga 12 tahun .
• Ketika mencapai usus kecil mereka menetas dan melepaskan oncospheres
yang menembus mukosa . Mereka bermigrasi pasif melalui darah atau
sistem limfatik hingga mencapai organ yang cocok untuk menetap ( di
sekitar 65 % ini adalah hati ).
• Cystic echinococcosis biasanya ditemukan di hati (65%) dan paru (25%),
sedikit ditemukan di organ ginjal, jantung, tulang, limpa, dan sistem saraf
pusat
• Oncosphere berkembang menjadi kista hidatidosa ( metacestode ) secara
bertahap membesar Sampai menjadi matang dan terisi cairan dan menjadi
protoscolices yang infektif.
• Setelah menelan organ yang mengandung kista protoscolices evaginate
dan melampirkan mukosa , berkembang menjadi tahap matang secara
seksual pada 7 sampai 9 minggu
Kista Hidatid

• Kista berkembang menjadi kantung yang berisi cairan unilocular, terdiri dari
tiga lapis kapsul.
• Lapisan luar yang fibrous yang diproduksi host , membantu parasit untuk
menghindari sistem kekebalan tubuh .
• Dua lapisan lainnya adalah berasal dari parasit itu sendiri 1 lapisan yang
aselular dan 1 lapisan dalam yang bernukleus
• Pada lapisan germinal yang bernukleus mengandung protoscolices (
hidatidosa pasir ) dan terbentuk kista kembarannya yang akan mengisi
bagian dalam
• Diperlukan waktu sekitar 1 sampai 2 tahun untuk kista untuk menghasilkan
protoscolices infektif
• Setiap protoscolix memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi cacing
dewasa ,dan mungkin berisi ribuan kista
• Ukuran kista menunjukkan variabilitas yang tinggi , sebagian besar
tergantung pada organ yang terinfeksi
Layers of hydatid cyst

• Pericyst or adventitia
• The endocyst or laminated layer
• Germinal layer
The germinal layer produces clear fluid which attains a
pressure of up to 300 mm of water, keeping the endocyst in
intimate contact with the pericyst. The endocyst receives its
sustenance from the pericyst.
Cyst layers and contents
Tanda dan gejala

• Gejala timbul sesuai organ yang diserang


• Gejala baru timbul jika terjadi pendesakkan pada organ tubuh. Pada otak
terjadi Space Occupying Lesion
• Jika kista pecah isi kista dapat masuk ke aliran darah dan dapat
menimbulkan syok anafilaktik bahkan kematian
Diagnosis

• Dengan menemukan kista serta protoscolex pada cairan dari pungsi kista
• Eosinofil meningkat
• Dapat dibantu CT Scan dan MRI
Terapi & Pencegahan

• Tanpa operasi sering tidak membantu.


• Pembedahan dapat menolong penderita dengan kista tunggal dan operable
• Obat-obatan gol benzimidazole (mebendazol dan albendazol) belum dapat
memberantas seluruh infeksi
• Pencegahan mengobati anjing yang terinfeksi dan menghindari makanan
yang terrkontaminasi tinja anjing.
Gangguan Sistem Saraf oleh Serangga
Parasiter
• Serangga menimbulkan gangguan pada manusia tidak disebabkan oleh
karena gigitannya melainkan karena perananya sebagai vektor
• Tetapi beberapa diantaranya bisa menimbulkan penyakit akibat gigitannya
anatara lain menyebabkan tick paralysis
Paralisis Sengkenit
• Paralisis Sengkenit (Tick Paralysis) diakibatkan oleh gigitan serangga
sengkenit
• Serangga ini melepaskan sejenis racun saraf yang melumpuhkan system
saraf dengan cara memblokade synaps neuromuscular junction
• Gejala yang ditimbulkan adalah paralisis akut menjalar ke otot-otot lain
akibat penyebaran melalui darah
• Paralisis terjadi secara ascendens mulai dari bagian ekstrimitas menuju ke
atas hingga kepala dapat menyebabkan gagal napas bahkan kematian
Etiologi

• Dua jenis serangga yang sering menyebabkan gejala ini adalah sengeknit
kayu Rocky Mountain (Dermacentor andersoni) dan sengkenit anjing
(Dermacentor variabilis)
Dermacentor andersoni
Diagnosis

• Menemukan sengkenit yang melekat pada tubuh biasanya pada daerah kulit
kepala
• Bila tidak ditemukan salah satu diagnosi bandingnya Guillain-Barre
Syndrome
Terapi

• Melepaskan sengkenit yang melekat biasanya dapat menghialngkan gejala


dalam beberapa jam hingga beberapa hari
• Toxin dapat fatal dan dapat menyebabkan kematian jika terjadi paralisis
pernapasan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai