Anda di halaman 1dari 58

TREMATODA

Oleh
LISA HIDAYATI, SKM, MSi
PENDAHULUAN
• Trematoda termasuk dalam filum
Platyhelminthes
• Morfologi umum :
– Pipih seperti daun , tidak bersegmen
– Tidak mempunyai rongga badan
– Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut.
– Mempunyai saluran pencernaan yang menye-rupai
huruf Y terbalik dan buntu.
– Hermafrodit, kecuali Schistosoma.
• Mirasidium: berukuran ± 80 µ,
bentuk seperti daun dan
bersilia
• Sporokista: panjang, seperti
kantung, berisi redia/serkaria
• Redia : bentuk kantung,
memiliki faring atau batil isap
kepala, berisi serkaria
• Serkaria seperti daun berekor,
punya batil isap kepala, batil
isap perut, dan dua sekum
• Metaserkaria: ukuran ± 500 µ,
bulat berndinding tebal
Gb. Telur Trematoda
Daur hidup
• Hospes definitif : hewan dan manusia
• Menurut habitat cacing dewasa, dibagi
dalam:
1. Trematoda hati (liver flukes) :
– Clonorchis sinensis
– Opisthorchis felineus
– Opisthorchis viverrini
– Fasciola
2. Trematoda usus (intestinal flukes) :
- Fasciolopsis buski
- HETEROPHYIDAE
- ECHINOSTOMATIDAE
3. TREMATODA Paru (lung flukes)
- Paragonimus westermani
4. Trematoda darah (blood flukes :
- Schistosoma japonicum
- Schistosoma mansoni
- Schistosoma haematobium
• Telur
– Diletakkan dalam saluran hati, rongga usus,
paru, p. darah atau jaringan tempat hidup.
– Dikeluarkan bersama tinja, urin atau sputum.
– Umumnya berisi sel telur dan bbrp spesies
berisi mirasidium (M).
– Menetas dalam air atau menetas setelah
ditelan oleh keong (hospes perantara)
• Perkembangan dalam hospes perantara I
– M-S-R-Sk : Clonorchis dan Opisthorchis
– M-S1-S2-Sk : Schistosoma
– M-S-R1-R2-Sk: trematoda lainnya
• Cara infeksi :
– Makan hospes perantara II yg mengandung
metaserkaria
– Serkaria menembus kulit.
Patologi dan gejala klinis
• Tergantung :
– Lokalisasi cacing dalam tubuh hospes
– Rangsangan setempat
– Zat toksin yang dikeluarkan oleh cacing
Diagnosis
• Menemukan telur dalam tinja, urin, sputum
atau dalam jaringan biopsi
• Reaksi serologi
Pengobatan
• Prazikuantel (biltricide, Distocide)
Trematoda Paru
Paragonimus westermani
• Hospes definitif: Manusia dan binatang spt.
kucing, luak, harimau, anjing, serigala dll.
• Perantara: Keong: Thiara, Syncere &
Semisulcospira
• Penyakit : Paragonimiasis
• Penyebaran geografik : Timur jauh, Asia
Tenggara.
Di Indonesia :
- bin.autokhton
- ma.  impor.
• Kingdom : Animalia
• Filum : Platyhelminthes
• Kelas : Trematoda
• Ordo : Plagiorchilda
• Famili : Trogolotrematidae
• Genus : Paragonimus
• Spesies : Paragonimus westermani
Morfologi dan daur hidup
• Habitat : saluran pernapasan (paru-paru)
• Cacing dewasa :
– Seperti biji kopi, memiliki ventral sucker & oral sucker
– Warna coklat tua
– Ukuran 8-12 x 4-6 mm
• Telur: 80-118 μ
– Lonjong asimetris dgn
operkulum agak
tertekan ke dlm.
– Matang dlm air dlm 16
hari
Hospes Perantara
• Hospes perantara I :
keong air dari jenis
– Melania sp.,
– Semisulcospira, dan
– Thiara sp.
– Perkembangan dalam HP
1 : M-S-R1-R2-Sk
• Hospes Perantara II:
ketam air tawar
– Potamon sp.
– Eriocheir sp.
– Cambarus virilis
• Cara infeksi : makan ketam/udang mentah
atau kurang masak yang mengandung
metaserkaria.
• Eksistasi terjadi di usus halus
menembus dinding usus masuk rongga
abdomen cacing muda  menembus
diafragma  menjadi cacing dewasa di
paru-paru dalam 8-12 minggu.
• Telur dapat bertahan di suatu tempat
selama 3 minggu (27ºC)
• Radia I (siput/keong): 24-48 jam
• Radia II (13 minggu)  serkaria 
perantara II
Patologi dan Gejala Klinik
• Cacing muda tidak menimbulkan gejala
klinis
• Cacing dewasa membentuk kista di paru-
paru. Di dalam kista cacing terdapat dalam
bentuk diploid (berpasangan) maupun
triploid
• Gejala : batuk dengan sputum bergaris
merah (endemic hemoptysis) disertai nyeri
pleura dan sesak napas(dyspnea).
• Cacing dewasa dapat bermigrasi ke alat-
alat lain dan menimbulkan abses pada alat
tersebut (hati, limpa, otak, otot, dinding
usus).
• Di otak dapat menimbulkan gejala
epilepsi tipe Jackson
Diagnosis
• Menemukan telur dalam sputum, juga telur
dalam tinja.
• Tes serologis : ELISA dan Western blot
Pengobatan
• Praziquantel
• Bitionol.
• Triclabendazol
Epidemiologi dan Pencegahan
• Berhubungan erat dengan kebiasaan
makan ketam yang tidak dimasak dengan
baik.
TREMATODA USUS
LISA HIDAYATI SKM MSI
TREMATODA USUS
1. Fasciolopsis buski
2. ECHINOSTOMATIDAE
3. HETEROPHYIDAE
Fasciolopsis buski
• Hospes : Manusia dan babi, juga anjing
serta kelinci.
• Ditemukan pertama kali pada autopsi
seorang pelaut dari London oleh Busk
(1843)
• Penyakit : fasiolopsiasis
• Penyebaran Geografik : Taiwan, Thailand,
Vietnam, India dan Indonesia.
Morfologi dan Siklus Hidup
• Trematoda terbesar yang didapatkan pada
manusia, yaitu - 7,5 cm x 0,8 – 2 c,0 cm.
• Bentuknya seperti daun agak lonjong dan
lebar.
• Kutikulum ditutupi duri-duri kecil yang
letaknya melintang.
• Batil isap kepala ¼ batil isap perut.
• Habitat : melekat pada dinding usus halus
• Telur : menyerupai telur Fasciola hepatica
• Hospes perantara I : genus Segmentina,
Hippeutis, dan Gyraulus.
– Perkembangan dalam keong : M-S-R1-R2-C
• Hospes perantara II : Trapa, Eliocharis,
Eichornia , Zizania, Nymphoea dan
Ipomoea.
• Hospes perantara I :

• Hospes perantara II :
Morfologi dan Daur hidup
F.buski
• Cara infeksi : makan tumbuhan air mentah
yang mengandung metaserkaria.
• Metaserkaria tumbuh menjadi cacing
dewasa dalam waktu 25-30 hari.
• Telur ditemukan dalam tinja setelah 3
bulan.
Patologi & Gejala Klinis
• Cacing melekatkan diri ke mukosa usus
halus proksimal melalui batil isap
perutnya.
• Cacing memakan isi usus dan mungkin
mukosa superfisial sehingga terjadi
daerah-daerah peradangan, ulserasi dan
abses.
• Gejala nyeri epigastrium, nausea dan
diare, terutama waktu pagi.
Patologi & Gejala klinis
• Pada infeksi berat terjadi intoksikasi dan
sensitisasi  edema pada muka
(halzoun), dinding perut (asistes) dan
tungkai bawah
• Kematian terjadi karena merana
(exhaustion) atau intoksikasi.
• Gejala klinis dini pada akhir masa inkubasi
: diare diselingi konstipasi dan nyeri
epigastrium.
Diagnosis
• Di daerah endemik  gejala klinis
• Menemukan telur dalam tinja
Pengobatan
• Diklorofen
• Niklosamid
• Praziquantel
Prognosis , Epidemiologi
• Prognosis : infeksi berat †
• Epidemiologi :
– Kebiasaan makan tumbuhan mentah
– Pembudidayaan ttumbuhan air di daerah
yang tercemar dengan kotoran manusia/ babi
• Di Indonesia endemis di desa Sei Papuyu,
Kalsel. Prevalensinya 27 %.
HETEROPHYIDAE
• Heterophyes heterophyes
• Metagonimus yokogawai
• Haplorchis yokogawai
• Haplorchis taechui
• Penyakit : Heterophyiasis
• Hospes : manusia, kucing, anjing, rubah
dan berbagai jenis burung.
• Hospes I : Keong air tawar
• Hospes II: ikan
• Penyebaran geografis: Mesir, Turki,
Jepang, Korea, RRC, Taiwan, Filipina dan
Indonesia.
Morfologi dan daur Hidup
• Habitat cacing dewasa bagian
tengah usus halus
• Bentuk piriformis, warna keabu-
abuan.
• Ukuran 1,3 x 0,5 mm.
• Permukaan ditutupi duri-duri seperti
sisik
• Batil isap perut besar terletak 1/3
anterior.
• Mempunyai batil isap genital pada
tepi posterior kiri batil isap perut.
• Dua testis oval terletak di lateral 1/5
posterior badan
• Telur : berwarna coklat muda, mempunyai
operkulum, ukuran 26,5-30 x 15-17 µ
• Habitat cacing dewasa, berisi mirasidium.
• Hospes perantara I : Keong Pirenella,
Cerithidia, Semisulcospira
• Hospes perantara II : ikan Mugil, Tilapia,
Aphanius, Acanthogobius, Clarias, dll.
• Biasanya menyebabkan iritasi ringan pada usus
halus.
• Pada infeksi berat terjadi diare kronis berlendir
disertai nyeri kolik dan rasa tidak enak pada
abdomen dan nyeri tekan.
• Kadang-kadang cacing menembus dinding
usus, sehingga telurnya dapat masuk aliran
limfe dan menyangkut di katup-katup jantung.
Hal ini dilaporkan pada infeksi cacing
Metagonimus dan Haplorchis yokogawai.
• Telur dan cacing dws dapat bersarang di otak.
Diagnosis : menemukan telur dalam tinja
Pengobatan : Prazikuantel atau tetraklor etilen
Epidemiologi: Yang merupakan sumber infeksi :
• Manusia, terutama pedagang ikan dan hewan
seperti kucing, anjing bila menderita infeksi.
• Ikan yang diproses kurang sempurna .
ECHINOSTOMATIDAE

• Echinostoma ilocanum
• Echinostoma malayanum
• Echinostoma revolutum
• Echinostoma lindoense.
• Penyakit : ekinostomiasis
• Hospes : Manusia, tikus, anjing, burung,
ikan dan lain-lain.
• Penyebaran Geografis : Filipina, Cina,
Indonesia dan India.
Morfologi dan Daur Hidup
• Habitat : usus halus
• Ciri-ciri khas :
– Duri-duri leher (collar sines) 37-51 buah
letaknya dua baris berupa tapal kuda
melingkari bagian belakang dan samping batil
isap mulut.
– Bentuk lonjong dg ukuran 2,5 mm – 15 mm x
0,4 – 3,5 mm.Warna agak merah ke abu-
abuan.
– Testis berlobus tersusun tandem di bagian
posterior.
• Telur :
– 103-137 x 59-75 µ
– Mempunyai operkulum
– Isi sel-sel telur.
• Hospes Parantara I : keong Anisus,
Gyraulus, Lymnaea, dsb.
• Hospes Perantara II : keong Viviparus,
Bellamya, Pila atau Corbicula.
Patologi dan Gejala Klinis
• Keruskan ringan pada mukosa
usustidak menimbulkan gejala
• Pada infeksi berat : radang kataral pada
dinding usus, atau ulserasi
• Pada anak-anak diare, sakit perut,
anemia dan edema.
• Diagnosis : menemukan telur dalam tinja.
• Pengobatan :
– Tetrakloretilen
– Prazikuantel
• Epidemiologi :
– Keong sawah merupakan sumber infeksi bila
tidak dimasak sampai matang.

Anda mungkin juga menyukai