Aspek umum Helminthologi

kedokteran
• Helminth-> Yunani, helmins : Cacing
• Helminth mrpkn hewan banyak sel
yang membangun suatu jaringan
tubuh dan organ yang kompleks
• Helminthologi = ilmu tentang cacing
yang menginfeksi manusia.
• Tidak semua cacing dipelajari, hanya
cacing yang menjadi parasit utama
bagi manusia.
Klasifikasi
• Helminthologi kedokteran akan
membicarakan 4 phylum dari Metazoa.
Namun yg dibahas secara mendalam hanya
2 phylum. Terutama yang hidup parasit
pada tubuh manusia
• Secara umum klasifikasi menurut Linnaeus
(1758), maka helminth yang penting
dalam dunia kedokteran dibagi dalam
kelmpok2 berikut:
Phylum Nematoda (Nemathelminthes)

• Class : Aphasmidia
Kalau ditinjau dari habitat cacing2 parasit di dalam tubuh
manusia maka cc tsb dikelompokkan sebagai berikut:

• Nematoda
– Cc dws hidup dlm saluran pencernaan
• Trichuris trichiura
• Capilaria philipinensis
• Strongyloides stercolaris
• Ancylostoma duodenale
• Necator americanus
• Trichostrongylus orientalis
• Enterobius vermicularis
• Ascaris lumbricoides
– Cc dws hidup dlm darah/sal.limfe/jaringan
subkutan
• Whucereria bancrofti
• Brugia malayi
• Brugia timori
• Mansonella perstans
• Onchocerca volvulus
• Loa-loa
• Mansonella ozzardi
• Mansonella streptocerca
• Drancunculus medinensis
– Stadium larva yg menyebabkan kelainan
pada banyak jaringan
• Trichinella spiralis
• Capillaria hepatica
• Ancylostoma caninum
• Ancylostoma brazileinse
• Angiostrongylus spp
• Toxocara canis
• Toxocara cati
• Gnathostoma spinigerum
• Dirofilaria immitis
• Plathyhelminthes
– Cacing dewasa dalam usus
• Taenia saginata
• Taenia solium
• Hymenolepis nana
• Hymenolepis diminuta
• Dipylidium caninum
• Diphyllobothrium latum
• Stadium larva yg menyebabkan kelainan
pada banyak jaringan
• Taenia solium
• Echinococcus granulosus
• Multiceps multiceps
• Diphyllobothrium latum
• Trematoda
– Hidup di sistem peredadran darah
• Schistosoma spp
– Hidup di saluran pencernaan
• Fasciolopsis buski
• Echinostoma spp
• Heterophyes heterophyes
• Metagonimus yokogawai
• Gastrodiscoides hominis
– Hidup di Hati
• Hidup di hati
– Fasciola spp
– Opistorchis spp
– Clonorchis sinensis
– Dicrocoelium spp
• Hidup di Paru
– Paragonimus spp
• Hidup di Kulit
– Schistosoma spp
Struktur Tubuh
• Cc tmsuk dlm Metazoa yg tubuhnya
dilengkapi dengan jaringan dan organ
tubuh yg secara embriologis berasal baik
dari lapisan ektoderm, mesoderm, dan
endoderm.
• Bagian tubuh yang berkembang baik
adalah yang berasal dari ektoderm :gigi
(cutting plate), spina, acetabulum (alat
gerak), dan kulit yang diperkeras sehingga
tahan teradap enzim pencernaan manusia.
• Walaupun demikian banyak organ
dari parasit ini yang mereduksi dan
tinggal sisa-sisanya saja. Seperti
misalnya pada cacing pita tidak
ditemukan lagi alat pencernaan,
sementara pada cacing lain, alat
pencernaan tersebut sederhana sekali
bentuknya. Organ tubuh yang
berkembang baik adlh alat reproduksi
Struktur tubuh Nematoda
• Nematoda : nema yang berarti
benang dan eidos yang berarti
bentuk.
• Nematoda: hewan yg berbentuk
seperti benang
• Kebanyakan cacing ini hidup bebas
dan sebagian saja yang merupakan
parasit bagi tumbuhan, hewan dan
manusia.
 Nematoda class Aphasmidia maupun
Phasmidia memiliki ciri khusus :

• Tubuhnya menyerupai cacing tanah namun • Ada kekhasan diantara

tidak bersegment
• Memiliki mulut, esofagus, usus dan anus spesies2 yang ada
• Secara umum dikenal jenis jantan dan • Hingga saat ini ada lebih
betina. Cc betina umumnya lebih besar
daripada cc jantan dari 500.000 spesies
• Bereproduksi secara oviporous nematoda yg umumnya
(menghasilkan telur) atau larviparous
(menghasilkan larva) parasit tumbuhan,hanya
• Menginfeksi manusia dengan cara sebagian kecil y
mengkontaminasi makanan dengan telur berhbungan dengan
dan larvanya, penetrasi larva melalui
permukaan tubuh manusia dan melalui kedokteran lainnya hidup
serangga sebagai vektor penularan bebas.
• 0.1 mm s/d 1m. Dan bentuk
tubuh bermacam-macam.
• Secara umum dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu
• Bentuk bulat panjang (gilik)
• Fusiformis
• cambuk
• Nematoda bentuk gilik, menyerupai cacing
tanah, berbentuk silinder, dan pada
penampangnya berbentuk bulat. Oleh
karena itu nematoda ini dinamakan pula
Roundworm.
• Walaupun bentuknya seperti cacing tanah,
cacing ini tidak bersegment seperti cc
tanah
• Bagian luar dari cc ini ditutupi oleh lapisan
yg dinamakan cuticula yg menyebabkan cc
ini tahan hidup di saluran pencernaan host.
• Cuticula nematoda dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk, seperti bergaris-garis (striation), memiliki
tonjolan-tonjolan seperti kutil (warts), yg memiliki
papilla dan yan berbentuk seperti sikat (bristle).
• Ada bagian2 tubuh yg berbentuk tonjolan-tonjolan
dan penebalan cuticula yg digunakan untuk
identifikasi berbagai spesies seperti tonjolan yg
dinamakan cervical alae, caudal alae, labial pipilla,
bursa dsb.
• Kebanyakan nematoda memiliki kepala
tetapi ada juga yg tidak memiliki kepala
seperti mis: Gnatostoma spp.
• Pada kepala ditemukan struktur tubuh yg
digunakan untuk identifikasi, mis: mulut,
bibir, alae dan cephalic papilla.
• Selain itu struktur tubuh lain yg
digunakan sebagai bahan identifikasi
adalah esofagus, caudal papilla, bursa,
spicule dan alat reproduksi.
Tugas
• Jelaskan struktur tubuh secara detail
– Nematoda
– Cestoda
– Trematoda
• Jelaskan siklus hidup dari ke 3 kelompok
cacing diatas
• Tugas ini dapat anda dapatkan dari
berbagai sumber buku salah satunya .
Helminthologi kedokteran Bernardus
sandjaja. Tampilkan dengan gambar
berwarna
Trichinella spirales
 1985 James Pagent menemukan larva dalam otot seorang italia yg
meninggal karenaTBC di RS london.
 Cacong pemilik larva diberi nama Trichina spiralis oleh Owen. Lalu
diubah→ Trichinella spiralis
 Zenker (1860) menemukan ada hubungan denga kebiasaan makan
sosis daging mentah.
 Nama penyakitnya Trichinosis/trichianisis/trichinelliasis/trichinellosis
 Sebetulnya cacing ini merupakan parasit pada hewan pemakan
daging, namun manusia dapat mengidapnya setelah makan daging
mentah, khususnya daging mentah.
 Larva cacing ini dapat ditemukan pada otot manusia, walaupun cc
ini memiliki fase hidup di usus juga tetapi jarang terdiagnosa
 Distribusi geografis

 Hampir seluruh dunia pernah laporkan adanya

penyakit ini
 4 sub spesies -> Trichinella spiralis (babi sbgi
reservoir), Trichinella spiralis nativa (parasitik bagi
carnivora di daerah kutub:beruang kutub dan walrus),
trichinella spiralis nelsoni di eropoa dan afrika (babi
sebagai reservoir) danTrichinella spiralis
pseudospiralis (parasitik bagi burung pemakan
daging)
Siklus hidup
 Morfologi

 Cc jantan dewasa (1,4-1,6mmx0,06mm), betina 3-

4mmx0,06mm.
 Memiliki esofagus sepanjang 1/3 sampai ½ pajang badan
dan terdiri dari stichocyte untuk membentuk esofagus tipe
stichosome
 Cc jantan tidak memiliki spicule tetapi mempunyai
copulatory appendages yg berbentuk lobuler.
 Cacing betina memiliki uterus di selbelah anterior ovarium
yang terkadang nampak berisi banyak sekali larva yang siap
dilahirkan. Bagan berikut menunjukkan susunan tubuh baik
cacing dewasa maupun larva nya
 Manifestasi klinis
 Masa inkubasi trichinosis : 10-14 hari setelah memakan daging yg terinfeksi , ada juga
bervariasi 5-45 hari -> berhubungan dengan ↑ larva yang dikonsumsi (gejala dan
tanda-tanda penyakit baru nampak jelas bila terjadi infeksi dengan 10 larva per
gram daging)
 Tanda utama infeksi :eosinophilia disertai gjala pembengkakan di daerah wajah dan
sekitar mata. Bengkak di kelopak mata ← larva menembus kapiler( pendarahan dan
darah tertimbun di jaringan)
 Infeksi berat : sakit perut disertai diare atau obstipasi, anokresia, dan kelemahan
 Dari seluruh gejala tadi yang khas : demam yang dpt dikatakan tidak pernah terjadi
pada infeksi cacing lainnya.
 Pada saat larva masuk ke otot (biasanya disukai oleh larva adalah otot serta
melintang) ia akan merusak sarcolemma otot -> Myositis (rasa nyeri hebat,
eosinofilia, bengkak kelopak mata)
 Bila larva masuk ke otot jantung -> myocarditis ; bila ikut aliran darah ke otak dan
paru-> enchephalitis dan brochopneumonia.
 Semua gejala ini mulai mereda setelah minggu ke 5 infeksi.
 Pada infeksi yg sangat berat sering dijumpai gagal jantung yang diakhiri kematian.
namun yang menarik : tidak ditemukannya Eosinofilia pada infeksi berat.
Manifestasi klinis…

 Secara histologis pada fase cacing dewasa ditemukan

adanya pembengkakan dan infiltrasi di daerah usus
disamping tanda-tanda radang dan sekresi usus yg
berlebihan.
 Pada fase larva yg sedang bermigrasi sering dijumpai
inflamasi pembuluh darah sampai Hemorrhagi, dan
pada fase larva sudah berada di otot, ditemukan
peradangan otot, dan degenerasi sel otot sampai
kalsifikasi cyste
 Diagnosa laboratoris

 Ditegakkan-> biopsi di otot deltoid atau gastrocnemius.

 Biasanya sebagian spesimen difiksasi dan diwarnai untuk
melihat adanya larva, dan sebagian lagi diperiksa sebagai
preparat segar melalui teknik digesti
 Pemeriksaan serologis->teknik Bentonite Flocculation (BFT)
dan ELISA. Titer BFT yang lebih tinggi atau = 1:5
menunjukkan telah terjadi infeksi baru dengan larva
Trichinella spiralis.
 Tes ELISA lebih menunjukkan adanya infeksi kronis sebab
ELISA baru positif setelah 38 hari infeksi dan akan tetap
positif sampai 10 tahun setelah infeksi
 Pengobatan

 Thiabendazole, Mebendazole dan Pyrantel Pamoat

merupakan obat yang efektif bagi penderita dalam
fase Intestinal, tetapi fase ini sulit didiagnosa
 Epidemiologi

 Infeksi Trihinella spiralis pada manusia sering dilaporkan

bahkan pernah terjadi beberapa kali outbreak di beberapa
negara.
 Daging babi terinfeksi dianggap sebagai sumber penularan
utama bg manusia.
 Sekarang daging buruan yg menjadi penular utama (40
spesies carnivora,20 sp tikus, 6 sp Insectivora dan 2 spesies
ikan paus, walrus dan burung). Ini mrpkn reservoir utama
dan tidak dikenal penularan dari orang ke orang.
 Pencegahan

 Pengawasan penularan dan promosi kesehatan

 Pemanasan makanan dengan suhu diatas 65,60C
 Larva pada daging tebal 15 cm dpt dibunuh dgn
membekukan pada -250c selama 10 hari. Untuk
daging yg lebih tebal dr 15 cm diperlukan waktu
pembekuan 20 hari
Strongyloides stercolaris
• Merupakan nematoda usus, juga dikenal
sebagai threadworm yang tinggal di
mukosa usus halus.
• Genus strongiloides ada 53 spesies tetapi
yang menjadi patogen pada manusia
adalah spesies Strongiloides stercolaris
 Klasifikasi ilmiah
• Kerajaan : Animalia
• Filum : Nematoda
• Kelas : Secernentea
• Ordo : Rhabditida
• Familia : Strongyloididae
• Genus : Strongyloides
• Spesies : S. stercolaris
Bavay, 1876
• Strongyloides stercoralis.

Spoiler for Strongyloides stercoralis:

 Hospes dan nama penyakit
• Manusia merupakan hospes utama
• Parasit ini dapat menyebabkan penyakit
strongyloidiasis / strongyloidosis / diare
Cochin-China
 Distribusi geografis
• Prevalensi sangat rendah di daerah maju /
daerah perkotaan pada negara
berkembang
• Nematoda ini terutama terdapat di daerah
tropik dan subtropik
• Daerah dingin jarang ditemukan
 Morfologi dan daur hidup
• Cacing Strongyloides stercolaris selain
hidup sebagai parasit juga ada yang hidup
bebas di tanah.
• Cacing dewasa bentuk bebas mempunyai
type rhabditiform, gemuk dengan ukuran
jantan(0,7mmx45 μm). Ujung ekor runcing
membelok ke ventral. Cacing betina type
rhabditiform, gemuk ukuran 1 mm lebar
50-75 μm
• Cacing dewasa bentuk parasit
jantan belum pernah ditemukan. Betina bentuk
filariform panjang 2,2mm dan lebar 30-74 μm.
Cacing betina yang matur akan mengadakan
penetrasi ke dalam mukosa usus untuk bertelur.
Waktu keluar dari uterus telur sudah
mengandung embrio, dan terbentuknya telur ini
diduga secara Partenogenesis( tanpa fertilisasi
cacing jantan)
Parasit ini mempunyai 2 macam daur hidup
• Siklus langsung
larva rabditiform(2-3hari di tanah)-larva
filariform(bentuk infektif)menembus kulit
manusialarva tumbuh dan masuk ke
peredaran darah venake jantung kanan
sampai ke paru-paru. dari paru, parasit
(dewasa)menembus alveolusmasuk ke trakea
dan laring terjadi refleks batuk sehingga
parasit tertelan kemudian sampai ke usus
halus bagian atas dan menjadi dewasa.cacing
betina yang dapat bertelur ditemukan 28 hari
sesudah infeksi
• Siklus tidak langsung
larva rabditiform di tanah berubah
cacing jantan dan betina bentuk
bebassesudah pembuahan cacing
betina menghasilkan telur yang menetas
menjadi larva rabditiform larva
filariform(infektif)dapat masuk ke hospes
baru atau larva rabditiform tersebut
mengulangi fase hidup bebas.
siklus tidak langsung ini terjadi bilamana
keadaan lingkungan sekitarnya optimum
 autoinfeksi
• Larva rabditiform kadang-kadang menjadi
larva filariform di usus atau di daerah
sekitar anus(perianal). Bila larva filariform
menembus mukosa usus atau kulit
perianal maka terjadi daur perkembangan
di dalam hospes.
• Autoinfeksi dapat menyebabkan
strongiloidiasis menahun pada penderita
yang hidup di daerah nonendemik
 Patologi dan gejala klinis
• larva filariform(banyak)menembus
kulitkelainan (creeping eruption) yang sering
disertai rasa gatal yang hebat
• Cacing dewasa  kelainan pada mucosa usus
haus.
• Infeksi sedang rasa sakit seperti tertusuk-
tusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak
menjalar.---mungkin rasa mual dan muntah;
diare dan konstipasi bergantian
• Pada hiperinfeksi cacing dewasa yang
hidup sebagai parasit dapat ditemukan di
seluruh traktus digestivus dan larvanya
dapat ditemukan di berbagai alat dalam
(paru, hati dan kandung empedu)
• Pada pemeriksaan darah ditemukan
eosinofilia atau hipereusofilia
 Diagnosis

• Strongiloidiasis tidak memberikan gejala

klinis yang nyata.
• Diagnosis pasti ialah dengan menemukan
larva rabditiform dalam tinja
 pengobatan
• Albendazol 400mg 1 atau 2 kali sehari
selama 3 hari berturut-turut.
• Mebendazol 100 mg 3 x sehari selama 2
sampai 4 minggu
 Epidemiologi
• Daerah yang panas, kelembaban tinggi
dan sanitasi yang kurang sangat
menguntungkan cacing untuk daur hidup
tak langsung
• Tanah yang baik untuk perkembangbiakan
larva adalah tanah gembur, berpasir, dan
humus.
Parasitologi
Klinik di
Indonesia
• Hingga kini penyakit karena infeksi parasit masih
tertinggi di Indonesia
• Telah banyak upaya pemberantasan namun penyakit
ini masih sering ditemukan dimana2
• Banyak faktor yang menunjang terjadinya penularan
parasit
• Faktor manusia berperan penting ( ekonomi,
pendidikan , pengetahuan dan sikap serta prilakunya)
• Penyakit oleh parasit tidak akut bahkan tidak
dirasakan oleh manusia...gejalan klinis ringan atau
tidak ada
• Protozoa parasitik yang masih banyak
terdapat dimasyarakat kita yaitu
amebiasis yang disebabkan oleh
protozoa usus entamoeba histolytica
• Umumnya tidak merasakan gejala klinis
namun bisa berbahaya jika kondisi
tubuh menurun dan kuman nya
merajalela
Nematoda
Berdasarkan habitat dapat dibagi 2:
– Nematoda darah
– Nematoda usus
– Nematoda jaringan
• Nematoda usus dibagi 2
– STH (soil transmitted helminths) : nematoda usus
yang ditularkan melalui tanah dalam siklus
hidupnya, tanah dibutuhkan untuk proses
pematangan dari bentuk non infektif menajdi infektif
– Non STH
Trematoda
• Menurut habitatnya ada 4 kel:
1. Trematoda usus
2. Trematoda hati
3. Trematoda paru-paru
4. Trematoda darah
Kelas cestoida
• Bagi manusia habitatnya pada usus sedangkan
larvanya bisa ditemukan ekstraintestinal secara klinis
trematoda dibagi dua kelompok
• Cestoda intestinal
gejala klinis gangguan intestinal
• Cestoda ekstraintestinal
• Gejala klinis tergantung organ ekstraintestinal yang
diserang (kulit, hati, mata, otak dll)
Protozoa
• Banyak protozoa parasitik di Indonesia
• Menurut habitatnya protozoa : protozoa
usus dan rongga tubuh serta protozoa
darah dan jaringan
• Protozoa usus dan rongga tubuh ada 4
kelompok:
• Amoebida
• Ciliata
• Flagelata
• Sporozoa
• Protozoa darah & jaringan:
• Flagelata
• Sporozoa
entomologi
• Artropoda (serangga) berperan terutama
sebagai vektor ataupun luka gigitan serta
racun yg dikeluarkan
• Hanya sedikit yg bersifat endoparasit
dan menimbulkan penyakit
 PARASITOLOGI
Ilmu yang mempelajari jasad-jasad
(organisme) yang hidup sementara atau
tetap, didalam atau pada permukaan jasad
hidup yang lain dengan maksud untuk
mengambil sebagian atau seluruh
makanannya.

PARASIT : jasad yang mengambil makanan

HOSPES : jasad yang diambil makanannya
atau yang ditempati
PARASITOLOGI
KEDOKTERAN

3 sesi
 LOKASI A . OTAK A B. R. MULUT
PROTOZOA -P.falciparum -T. tenax
-T.cruzi B - E. ginggivalis
DI DLM ORGAN -T. brucei
TBH MANUSIA -Naegleria C. OTOT JANTUNG
-Acanthamoeba - T. cruzi
C
E. USUS - T.gondii D D. PARU
- E. histolytica CS E
F. HEPAR - Pneumocystis
- G. lamblia F
- E.histolityca - E. histolytica
- B. coli G
- T. hominis - Plasmodium
- Cryptosporidium - Leishmania H J. SUMSUM TULANG
M
- I. belli & I. hominis - L. donovani
H. SALURAN I
- D. fragillis
UROGENITAL L K. DARAH
- T. vaginalis - Tripanosoma sp
G. LIMPA
J - Plasmodium sp
- L. donovani
I. SRE - Leismania sp
- Plasmodium K
- Toxoplasma - Babesia
- E. histolytica
- L. donovani
L. KULIT
M. KELENJAR LYMPE - L. donovani
- T. brucei - L. tropica
 LOKASI A . OTAK A
B. MATA
CACING - Paragonimus B - Loa-loa
DI DLM ORGAN - S.japonicum -Dirofilaria
- T.solium -Toxocara
TBH MANUSIA
- E.granulosus -Onchoserca
E. USUS - T.spiralis
- Hookworms C J
- Angiostrongylus M C.
C. OTOTOTOT JANTUNG
JANTUNG
- Enterobius - Gnathostoma -- T.spiralis
- Ascaris L T.spiralis
-- E.granulosus
E.granulosus
- Trichuris F. KULIT
E D -- Taenia
Taenia solium
solium
- Fasciolopsis - Dracunculus
- T. saginata - Onchocerca
- Cutaneous L M D. GINJAL
- T. solium dll K - S.haematobium
G. Sist VASCULER I. JAR SUBKUTAN I
H L. HATI
- Schistosoma sp - Loa-loa - Fasciola
- Hookworm - Onchocerca - Ascaris
- Ascaris - Dirofilaria - Taenia
- Strongyloides - Dracunculus - Vis L M
G
- Trichinella J. KEL LIMFE N
- Mikrofilaria F M. PARU
- Wuchereria
- Brugia - Paragonimus
H. OTOT - Filaria
- T.solium K. TESTIS N. TULANG - Ascaris
- Trichinella - Wuchereria - E.granulosus - Strongyloides dll
 Anopheles sp
VEKTOR
MALARIA
 Aedes sp BETINA

Aedes albopictus Aedes aegypti

 Culex sp
Mansonia sp

VEKTOR
FILARIASIS
 ENTEROBIASIS
 INFEKSI KARENA MENELAN TELUR ENTERO-
BIUS (0XYURIS) VERMICULARIS
 MORFOLOGI:
 CC.JANTAN: UJ.POST MELENGKUNG : 2-5 MM
 CC. BETINA :UJ.POST RUNCING :8-13MM
 MEMPUNYAI CEPHALIC ALAE
 BULBUS OESOFAGUS BESAR
 TELUR : DDNG 2 LAPIS, SATU SISI DATAR, YG
LAIN MELENGKUNG, BERISI LARVA
 DIKELUARKAN DI DAERAH PERI ANAL
 HABITAT : COECUM
DAUR HIDUP
Morfologi
 PATHOGENESIS
 MENYEBABKAN KERUSAKAN KECIL PD
MUKOSA COLON
 TDK MENIMBULKAN REAKSI SISTEMIK HOSPES
 PRURITUS KRN ALERGI THDP PROTEIN CACING
 DPT MENYEBABKAN APENDISITIS

ENTEROBIASIS EKSTRA INTESTINAL

MIGRASI ABNORMAL PD SAL. REPRODUKSI WANITA-
VULVOVAGINITIS PD ANAK-ANAK
DPT MASUK TRACT.URINARIUS LAKI2/WANITA
WANITA: INFEKSI SAL.KENCING---ENTEROBIUS +
 GEJALA KLINIS

 ASIMPTOMATIK
 PRURITUS ANI
 VULVOVAGINITIS -----DISCHARGE

DIAGNOSIS
 DNG ANAL SWAB
 TAK ADA SEROLOGI TEST
 TREATMENT
 PIRANTEL PAMOATE
 MEBENDAZOLE
 PIPERAZIN SITRAT

POLA TRANSMISI ENTEROBIASIS

1.TRANSFER LANGSUNG TELUR– TANGAN—
MULUT
2. RETROFEKSI
3. INHALASI
 EPIDEMIOLOGI & PENCEGAHAN
 PREVALENSI TINGGI PD ANAK SEKOLAH
 REINFEKSI TINGGI, TELUR TAHAN BBRP HR
DLM KELEMBABAN TINGGI, TEMP.RENDAH
 TDK ADA PERBEDAAN PD JENIS KELAMIN,
RAS DAN SOSIO-EKONOMI
 KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN
PERORANGAN PERLU DITINGKATKAN
 TRIKHINOSIS/TRIKHINELOSIS
 INVASI LARVA TRICHINELLA SPIRALIS
DLM JAR. TUBUH MANUSIA/HEWAN

T. NATIVA : CANADIAN ARCTIC-hp.RES:

BERUANG KUTUB, WALRUS

T.NELSONI: EQUATORIAL AFRIKA .

HYENA, KUCING
 MORFOLOGI & DAUR HIDUP
 CC. BETINA 3 MM, JANTAN : 1,5MM
 LARVA :0,08 MM
 HABITAT DEWASA : USUS HALUS
 CC BETINA VIVIPAR LARVA (5-10 HR, 1000 )
 DLM USUSMIGRASI LAM.PROPIALIM
FA MESENTALIRAN DRHINVASI KE
JAR/SELRUSAK
 JAR.OTOTTUMBUH, MENGKISTA
KALSIFIKASI
 DI USUS: BERAKHIR 2-3 MGKELUAR
KRN RESPON IMUN TUBUH (PROSES ?)

 LARVA DLM DAGING TERMAKAN 

BEBAS  BERGERAK PASIF 2/3 BAG

ATAS USUS  MENEMBUS EPITEL 

MOLTING 4X DLM 30 JAM  DEWASA

 PATHOGENESIS
 FASE USUS :
 LARVA I-IV (SP DEWASA)KERUSAKAN
USUS
 LARVA DLM EPITEL ENTERITIS
 CC.BETINA LARVA (5-21 HR) :INFLAMASI
(INFIL.EOSINOFIL, NETROFIL & LIMFOSIT)
 LARVA MENEMBUS KAPILER
BAKTEREMIA (Flora usus)
 KEMATIAN KRN SEPSIS
 FASE PARENTERAL:
 LARVA MENEMBUS SELKERUSAKAN
 MASUK JANTUNG : MYOCARDITIS
 SIST.SYARAF: RUSAK KARENA
LARVA MENINGGALKAN JAR.
LARVA MATI KRN GRANULOMA
 INFLAMASI DI OTAK
 JAR.OTOT: INDUKSI SEL INFILTRAT
INFLAMASI, OEDEMA ,
MYOSITIS (14 HR POST INF, JUM. LAR)
 GEJALA KLINIS
TRIKHINOSIS KLASIK DIBAGI FASE :
 1. AWAL (USUS) : GASTROENTERITIS

DIARHE, ABDOMINAL PAIN, VOMIT

 2. LANJUT (MYOPHATIC):

MYALGIA, DEMAM, PRE ORBITAL

EDEMA
PETECHIAL HEMORRHGI :PD
KULIT SUBUNGUAL, KONJUNGTIVA,
MUKOSA
KETEGANGAN OTOT
 LEUKOSIT :12000-15000 SEL/MM KUBIK
 EOSINOFILIA :5-50%
 ANAMNESIS: MAKAN DAGING BABI TDK DI
MASAK DNG BAIK :2MG LALU,
GASTROENTERITIS, SAKIT SPT
FLU
 OTOT JANTUNG: MYOCARDITIS
 OTOT DIAFRAGMA & SAL.NAFAS: DYSPNEA
 SUS.SY.PUSAT : NEURO TRIKHINELOSIS 
ENSEFALITIS
3. FASE CONVALESCENT: BERAKHIR BL-TH
LARVA DLM OTOTKALSIFIKASI
DIAGNOSIS:
1. ANAMNESIS : DAGING YG DIMAKAN 1-5 MG
2. INF.SEDANG &BERAT :
EOSINOFILIA (5-10%): 12 HR POS.INF
30-50% DLM 2 MG (CACING DLM USUS)
3. SERUM: KREATININ FOSFOKINASE & LAKTAT
DEHIDROGENASE MENINGKAT
4. SEROLOGIK : ELISA & CIE : Ab + 12 HR POS.INF
BENTONITE FLOCC.TES: Ab + 3MG POS.INF
5. LARVA DLM JAR.OTOT : BIOPSI
 TREATMENT
 CC DLM USUS : MEBENDAZOLE,
PYRANTEL PAMOATE
 (DPT MENGURANGI JUM.LARVA YG KE JAR.OTOT)

 LARVA DLM OTOT SULIT DIOBATI, SEBAB:

1. EKSTRA INTESTINAL : OBAT CC TAK DISERAP
2. INTRA SELULER :TAK ADA OBAT CC
3. DOSIS TINGGI DR MEBENDAZOLE/ALBENDAZOLE
DPT DIBERIKAN BERSAMA PREDNISOLON
4. FASE MYOPHATIC: ANTIPIRETIK & ANALGETIK
(ASPIRIN ,ACETAMINOPHEN) SP ALERGI REDA
5. OBAT-OBAT STEROID
 CACING KAIT/TAMBANG
( HOOKWORMS )
• NEKATORIASIS
* Necator americanus MAN

• ANKILOSTOMIASIS
* Ancylostoma duodenale MAN

• CUTANEOUS LARVA MIGRANS

* Ancylostoma ceylanicum MAN/HW
* Ancylostoma braziliense Hewan
* Ancylostoma caninum Hewan
MORFOLOGI
• Cacing dewasa :
 SILINDRIS KECIL PANJANG  1Cm
 BADAN MELENGKUNG  C / S
 WARNA PUTIH KEKUNINGAN
 MULUT (KAPSULA BUKALIS) PUNYA
GIGI/LEMPENG PEMOTONG DR
CHITIN, TIAP SP. BEDA

jantan :
- LEBIH KECIL DARI BETINA
- UJUNG POSTERIOR  BURSA
KOPULATRIKS

betina :- EKOR RUNCING

MORFOLOGI
TELUR
- OVAL / LONJONG
- UKURAN : ± 60 x 40 m
- DINDING : TIPIS JERNIH
- ISI : 4 – 8 SEL
• TELUR Necator sp.
& Ancylostoma sp.
SULIT DIBEDAKAN
N.americ :10.000/hr/C.
A.duoden : 20.000/hr/C.
• IDENTIFIKASI SP 
LARVA FILARIFORM
 DAUR HIDUP CACING KAIT
• Inang definitif : MAN / HEWAN
KULIT INANG
TELUR  L. RHAB  L. FIL 
ALIRAN DRH VENA
TANAH: LEMBAB, TEDUH, HANGAT

JANTUNG KANAN

PARU – PARU

NEMBUS ALVEOLI
TINJA 
P.PREPATEN
INANG 6 – 10 bl BRONKHI
DEFINITIF 
TRAKHEA

FARING
USUS HALUS 
CACING DEWASA TERTELAN
CC DEWASA HIDUP MELEKAT DI MUKOSA
USUS HALUS

• IDENTIFIKASI SPESIES BERDASARKAN BAG.MULUT

(BETINA) ; BURSA KOPULATRIKS (JANTAN)
• A.DUODENALE : LEBIH VIRULEN, UKURAN >; LBH
BANYAK DARAH, LBH BANYAK TELUR, TRANSMISI
TDK HANYA LARVA MENEMBUS KULIT
• DI JEPANG: WAKANA DISEASE :LARVA MENEMBUS
MUKOSA MULUT
• KASUS A.DUODENALE: TRANSMISI TRANSLAKSIONAL
INFEKSI HW DPT MENYEBABKAN ANEMIA
(KEHILANGAN FE DAN PROTEIN)

• MENYEBABKAN MORBIDITAS MATERNAL &

PERINATAL DI NEG.BERKEMBANG DAERAH TROPIS
& SUB TROPIS
• INTRAUTERINE GROWTH RETARDATION,
PREMATURITY & LOW BIRTH-WEIGHT PD BAYI DR
IBU YG TERINFEKSI
• JARANG BERAKIBAT FATAL
 PREVALENSI TINGGI PD DEWASA
(LAKI2) BERHUB DGN PEKERJAAN
• ENDEMIK AREA: WANITA > PARAH KRN
ANEMIA (MENSTRUASI, KEHAMILAN
BERULANG, MAKAN KURANG GIZI)
• BBRP KOMUNITAS WANITA LEBIH
TEREKSPOS KRN PEKERJAANNYA (KEBUN
KARET, PENYADAP TANPA ALAS KAKI, TAK
ADA LATRIN)
• LARVA YG MENEMBUS KULIT TDK SEMUA KE USUS
&PARU, ADA YG TERSEBAR KE SELURUH TUBUH
LEWAT SIRKULASI DARAH, MENJADI DORMAN DI
OTOT.
• PD WANITA HAMIL. SETELAH MELAHIRKAN, LARVA
TERPACU KE SIRKULASI MUNGKIN KRN HORMONAL
DAN KE KEL.MAMAE (bisa ditularkan pada bayi)
• BAYI LAHIR BS LANGSUNG TERINFEKSI LEWAT ASI
• KASUS DI INDIA, CINA DAN AUSTRALIA UTARA PD
BAYI 1 BULAN
• SPT YG TERJADI PD ANJING DG INFEKSI A.CANINUM
 PATHOLOGI & GEJALA KLINIS
• LARVA MENEMBUS KULIT  FOL RAMBUT, PORI,
KULIT UTUH
MAKULO PAPULA & ERITEM
GATAL  GROUND ITCH
MIGRASI KE PARU – PARU, JML BANYAK
INDIVIDU PEKA  BRONKHITIS / PNEUMONITIS

• INF. KRONIS  TAK ADA GEJALA AKUT

 ANEMIA : MIKROSITIK HIPOKROMIK
• INF. ANKILOSTOMIASIS LBH BRT INF. NEKATORIASIS
(0,15ml/HR/1CACING) (0,03ml/HR/1CACING)
DIAGNOSIS

• EOSINOFILIA: FASE MIGRASI DLM JAR

• MENEMUKAN TELUR DLM FECES UNTUK
MEMBEDAKAN SPESIES DG KULTUR
FECES (HARADA MORI)
• TELUR DLM FECES TDK DPT DIBEDAKAN
DG TELUR STONGYLOIDES STERCORALIS
 TREATMENT

MEBENDAZOLE : 100MG, 2X1HR, SELAMA 3 HR

ALBENDAZOLE: 400 MG SINGLE DOSE

PYRANTEL PAMOATE: 11MG/KG BB

BILA ANEMISA + ORAL IRON(SULFAS FEROSUS)

EPIDEMIOLOGI & PENCEGAHAN

• MENINGKATKAN HYGIENE SANITASI

• MEMAKAI ALAS KAKI
• WHO: KHEMOTERAPI MASAL PD ANAK
SEKOLAH & IBU DG ANAK KECIL UTK
MENGURANGI SUMBER INFEKSI
 Necator americanus
• CACING DEWASA :
- BADAN MELENGKUNG BTK.
HURUF S
- MULUT : PUNYA SEPASANG
LEMPENG PEMOTONG CHITIN
- C. BETINA :  9-11 mm  0,4 mm
- C. JANTAN :  7-9 mm  0,3 mm
- BURSA KOPULATRIKS:
RUSUK EKSTERNOLATERAL
TERPISAH DARI RSK.
MEDIOLATERAL
YG. JADI SATU DNG. RSK POSTERO-
LATERAL.
- SPIKULA C.JTN : 2BH, UJUNG
BERSATU
Ancylostoma duodenale
• CACING DEWASA :
- BADAN MELENGKUNG, BTK. C
BETINA : 10 - 13 mm  0,6 mm
JANTAN : 8 - 11 mm  0,5 mm
- MULUT : 2 PASANG GIGI
SAMA BESAR
- BURSA KOPULATRIK :
RUSUK EKSTERNOLATERAL,
MEDIOLATERAL DAN
POSTEROLATERAL SALING
TERPISAH
- SPIKULA C.JTN: 2BH,
SEJAJAR
LARVA FILARIFORM HOOKWORM
CUTANEOUS LARVA
MIGRANS/CREEPING ERUPTION
• INFEKSI LARVA HOOKWORM DR
ANJING/KUCING KE DALAM TUBUH
MANUSIA
• ANCYLOSTOMA CEYLANICUM
• ANCYLOSTOMA BRAZILIENSE
• ANCYLOSTOMA CANINUM
 Ancylostoma ceylanicum
• CACING DEWASA :
- BADAN : MELENGKUNG , BTK C
C. BETINA :  7 mm
C. JANTAN :  5 mm
- MULUT : LUBANG BULAT,
2 PASANG GIGI VENTRAL,
1 PS. GIGI DALAM KECIL
1 PS. GIGI LUAR BESAR.
- BURSA KOPULATRIKS :
RUSUK EKTERNO LATERAL
TERPISAH DARI 2 RUSUK
LATERAL LAINNYA YG BER-
DAMPINGAN.
Ancylostoma braziliense
• CACING DEWASA :
- BADAN MELENGKUNG, BTK C
C.JANTAN : 7,8-8,5 mm  0,35 mm
C.BETINA : 9-10,5 mm  0,375 mm
- LUBANG MULUT KECIL, OVAL
- MULUT : 2 PASANG GIGI,
1 PS. GIGI MEDIAL KECIL
1 PS GIGI LATERAL BESAR
- BURSA KOPULATRIKS :
RUSUK EKSTERNOLATERAL KECIL
TERPISAH DARI 2 RUSUK LATERAL
YANG BERDAMPINGAN.
 Ancylostoma caninum
• CACING DEWASA :
- BADAN MELENGKUNG, BTK C
- BETINA : 14 mm  0,6 mm
- JANTAN : 10 mm  0,4 mm
- MULUT : 3 PASANG GIGI, KUAT
- BURSA KOPULATRIKS :
KETIGA RUSUK LATERAL
PANJANG, TERSEBAR DAN
TERPISAH.
DAUR HIDUP ANCYLOSTOMA SPP
 CREEPING ERUPTION
• LARVA FILARIFORM MENEMBUS KULIT : BBRP MM /HR
(LARVA S.STERCORALIS LEBIH CEPAT)
• BIASANYA DI KAKI, TUMIT, BAG.TBH LAIN YG KONTAK DG
TANAH
• HOOKWORM FOLLICULITIS : TDK BIASA TERJADI , CIRI
KHAS PUSTULAR FOLLICULITIS PD PANTAT

LESI DI KULIT :
- ERYTEMA
- VESICULA
- GATAL  INF. SEKUNDERPUSTULA
GAMBARAN KLINIS CREEPING ERUPTION
TREATMENT

• LOCAL FREEZING PD UJUNG JALUR

LARVA DG ETI-KLORIDE SPRAY
• APLIKASI 10% EMULSI TIABENDAZOLE
• ORAL TREATMENT:
ALBENDAZOLE: SINGLE DOSE 400MG
IVERMECTIN : SINGLE DOSE 12 MG/DWS
PENCEGAHAN:

• KONTAMINASI TANAH DAN PASIR DNG

FECES ANJING/KUCING YG TERINFEKSI
• DAERAH PANTAI DG BANYAK
ANJING/KUCING LIAR
• DE-WORMING ANJING/KUCING PIARAAN
• MEMAKAI ALAS KAKI
• DUDUK DI PASIR/TANAH (PANTAI)
HARUS DNG ALAS
 infeksi oleh Strongyloides stercoralis
- PENYAKIT : * STRONGILOIDIASIS
* STRONGILOIDOSIS
* DIARE COCHIN - CHINA
- DISTRIBUSI GEOGRAFIS :
KOSMOPOLITAN TROPIS & SEDANG
PREV. RENDAH 25 %
PREV. TINGGI : AFRIKA TROP & AMERIKA SEL
- INANG DEFINITIF : MANUSIA, ANJING, KUCING
- HABITAT CACING DEWASA:
INTESTINUM TENUE
C. DEWASA C. DEWASA C. DEWASA
JANTAN, BETINA, BETINA,
BTK BEBAS BTK BEBAS PARASIT
 DAUR HIDUP
ADA 3 MACAM
1. DAUR HIDUP LANGSUNG
MENEMBUS KULIT , SIRKULASI DARAH ,
PARU,MENEMBUS ALVEOLUS EPIGLOT
TERTELAN DEWASA Di USUS
MATUR DI MUKOSA USUS TELUR L.RHAB

L.FIL
DITANAH JADI L.FIL DI USUS L.RHAB DLM
AUTOINFEKSI TINJA

KADANG :
LARVA DI PARU , PERED.DARAH ARTERI
BERBAGAI ALAT TUBUH
 DAUR HIDUP

2. DAUR HIDUP TIDAK LANGSUNG :

L.RHAB DITANAH

DWS JTN & BTN


PEMBUAHAN  TELUR

KULIT L.FIL/  L.RHABDITIFORM
INANG INFEKTIF 
DWS DI TANAH
DEWASA DI USUS
 DAUR HIDUP

3. AUTOINFEKSI

REINFEKSI / HIPERINFEKSI :
L.FIL MENEMBUS MUKOSA USUS
( ILEUM/KOLON ) ALIRAN DRH
JANTUNG PARU EPIGLOTIS
TERTELAN USUS
L.FILARIFORM
DLM USUS

L.FIL BERSAMA TINJA ADA YG

KONTAK DNG KULIT SEKITAR ANUS
REINFEKSI
 PATOGENESIS
• MIGRASI LARVA MELALUI PARU – PARU :
SIMTOM PULMONER PD INF BERAT
PNEMONITIS LARVA ADA DI SPUTUM
• INVASI LARVA KE DLM MUKOSA USUS :
SIMTOM ABDOMINAL
- SALURAN BERKELOK , SEKITAR TERJADI
INFLAMASI
- INF. BERAT ULSERASI GRANULOMA
• PD PENDERITA IMUNOSUPRESI
PENYEBARAN INFEKSI KOMPILKASI
SEPSIS
PERDARAHAN USUS MELENA ANEMIA
HIPERINFEKSI TERUS TERJADI FATAL
• LARVA MIGRASI DI SISTEM NERVORUM SENTRAL
MIKROHEMORHAGI
 GEJALA KLINIS
• LESI PATOLOGIS PENTING
• KEBANYAKAN PENDERITA ASIMTOMATIK

1. Infeksi strongyloides akut

MIGRASI LARVA LEWAT PARU-PARU :
• BATUK , SESAK NAFAS, NAFAS BERSUARA NYARING
/ WHEEZING
• DEMAM, EOSINOFILIS (LOEFFLER’S SINDROM)

MIGRASI LARVA + INVASI DLM MUKOSA USUS:

• DIARE, SAKIT PERUT
• NAUSEA, VOMITUS

INFEKSI BERAT :
• MALABSORBSI, STEATOROE, BB. TURUN, OEDEM
2. Infeksi Strongyloides khronis
– ASIMTOMATIS
– SIMTOMATIS
Gastro intestinal
– INDIGESTI, MALABSORBSI, ENTEROPATI
(KEHILANGAN PROTEIN)
– SAKIT PERUT,DIARE INTERMITEN/ PERSISTEN
– PRURITUS ANI, URTIKARIA
Kulit 30 – 84 %
– URTIKARIA
– RUAM / RASHUAM
– MIGRASI LARVA DI KULIT/ LARVA CURRENS
GARIS MERAH SERPIGINOUS BERGERAK
1 - 2 cm 48 jam
3. Infeksi Strongyloides yang tersebar/ disseminated
(strongyloidiasis yg menumpang/ overwhelming ;
hiperinfeksi ; infeksi masif)

• Ditemukan pada penderita yg mengalami

imunosupresi oleh :
– Penyakit primer : HIV, limfoma
– Terapi : kortikosteroid ; kemoterapi
/cyclosporidin
– Penyakit + terapi
– Kondisi yang memberikan predisposisi
• PROTEIN KALORI MALNUTRISI
• KEBAKARAN
• TBC ; SIFILIS ; TERAPI RADIASI
 GEJALA KLINIS
1. Gastro intestinal
• SAKIT PERUT YG SANGAT + DISTENSI, DEMAM
• TANDA-TANDA SHOCK SEPTIK
• ODEMA INTESTINAL
• ILEUS / OBSTRUKSI
• JEJUNITIS DNG NEKROTISASI
• STEATORHOEA ; ENTEROPATI KEHILANGAN PROTEIN
• HIPOALBUMINEMIA
• ULSERASI KOLON
• HEMORAGI GASTROINTESTINAL BAWAH

2. Paru-paru
• BATUK IRITATIF, PRODUKTIF
• NAFAS PENDEK / DISPNEU
• SINDROMA RESPIRATORY DISTRESS FATAL
3. PUSAT SUSUNAN SYARAF
– MENINGITIS ; ABSES OTAK
– MENINGOENSEFALITIS
– PENURUNAN STATUS MENTAL
– KOMA FATAL

• DISEMINASI / DISSEMINATED SERING

DISERTAI KOMPLIKASI BAKTERI /
SEPSIS FATAL
– BAKTERI GRAM NEG USUS YG DISEBABKAN
RUSAKNYA / PECAHNYA MUKOSA USUS
MASUK SIRKULASI DARAH
– BAKTERI TERBAWA OLEH LARVA CACING
MASUK SIRKULASI DARAH
 DIAGNOSIS & PENGOBATAN
DIAGNOSIS :
* LARVA RHAB / LAVA FIL DALAM :
• TINJA
• SPUTUM
• ASPIRASI DUODENAL

PENGOBATAN :
• ALBENDAZOL , 400 mg / kg BB , 2x /hr (3 hr)
• TIABENDAZOL, 25 mg / kg BB, 2x /hr (2 hr)
• MEBENDAZOL , 100 mg / kg BB, 3x /hr (7 hr)
NEMATODA USUS DAN CARA
DIAGNOSIS
 Ascaris lumbricoides

DEWASA : JANTAN : 15-31 cm, UJUNG POSTERIOR MELENGKUNG

BETINA : 20-35 cm, UJUNG POSTERIOR LURUS
 TELUR FERTIL Ascaris lumbricoides

BENTUK OVAL : 60 X 45 µm
DINDING : TEBAL, 3 LAPIS
LUAR ALBUMINOID, TENGAH HIALIN ,DALAM VITELINA
ISI : EMBRIO YANG BELUM MEMBELAH
 TELUR INFERTIL
Ascaris lumbricoides

BENTUK LONJONG
DINDING / LAP ALBUMINOID TIPIS
ISI GRANULA
TELUR DECORTICATED
Ascaris lumbricoides

TELUR TANPA
LAPISAN ALBUMINOID
 TELUR EMBRYONATED
Ascaris lumbricoides

TELUR MENGANDUNG LARVA INFEKTIF

SETELAH + 3 MINGGU DI DALAM TANAH
DINDING : 3 LAPIS
Ascaris lumbricoides
DAUR HIDUP Ascaris lumbricoides
 Trichuris trichiura
 PENYAKIT : TRICHURIASIS
TRICHOCEPHALIASIS
INFEKSI CACING CAMBUK
 INANG DEFINITIF : MANUSIA
 HABITAT CACING DWS : MENEMPEL PD
MUKOSA COECUM
 MORFOLOGI YG PENTING :
- CACING DEWASA JANTAN & BETINA
- TELUR
Trichuris trichiura
MORFOLOGI :
 CACING DEWASA
SEPERTI CAMBUK
UJUNG ANT RUNCING
• C.JANTAN : 30- 45MM
UJ. POST MELENGKUNG
• C.BETINA : 35-50 MM
UJ. POST TUMPUL
 JANTAN

CACING
DEWASA

BETINA
TELUR Trichuris trichiura

BENTUK : SEPERTI TONG / GENTONG

ADA TUTUP PD KEDUA
UJUNGNYA
UKURAN : 50 - 54 µ X 23 µ
DAUR HIDUP Trichuris trichiura
 Necator americanus
CACING DEWASA:

- BILA MATI MELENGKUNG SPT 

S
-MULUT:SEPASANG ALAT
PEMOTONG DR
KHITIN
- BETINA: L: 9-11 mm ,:0,4 mm
- JANTAN: L: 7-9 mm, : 0,3 mm
- BURSA KOPULATRIKS (RAYS)
RUSUK EXTERNOLATERAL
TERPISAH DR RUSUK
MEDIOLATERAL YANG MELEKAT
PD RUSUK POSTERO- LATERAL
-SPIKULUM SEPASANG UJUNG
- BERSATU
Ancylostoma duodenale
CACING DEWASA
- CURVED BODY  LETTER C
BETINA : 10 - 13 mm , : 0,6
mm
JANTAN : 8 - 11 mm, : 0,5 mm
- MULUT : 2PS GIGI SAMA BESAR
- BURSA KOPULATRIKS:
RUSUK EXTERNOLATERAL
MEDIOLATERAL DAN
POSTEROLATERAL TERPISAH
SATU SAMA LAIN
- SPIKULA SEPASANG, PARALEL
FILARIFORM LARVAE
SIZE : 600um
SHAPE : CYLINDRIS,
ELONGATED
ESOPHAGEAL : 1/3 BODY
LENGTH
MOUTH : CLOSE
TAIL : POINTED
Larva hookworm
MALE WORM, FEMALE, ADULT WORM,
FREE LIVING FREE LIVING PARASITIC

STRONGYLOIDES STERCORALIS
 Enterobius vermicularis

CACING DEWASA :
• CACING JANTAN : 2 - 5 MM,
CEPHALIC UJUNG EKOR MELINGKAR
ALAE
KE VENTRAL, DAN DILENG-
KAPI SPIKULUM
JANTAN
• CACING BETINA : + 10 MM,
UJUNG EKOR RUNCING
SEPERTI JARUM
• KEPALA PUNYA
CEPHALIC ALAE
BETINA
• BULBUS ESOFAGUS BESAR
 MORFOLOGI CACING DEWASA

JANTAN
BETINA UJUNG EKOR
UJUNG MELENGKUNG
EKOR
LURUS
TELUR Enterobius vermicularis

• UKURAN : 50 X 25 µm
• BENTUK LONJONG, SALAH SATU SISI
DATAR, SISI LAINNYA MELENGKUNG
• DINDING 2 LAPIS, WARNA BENING
• TELUR BERISI LARVA / EMBRIO
• TELUR DILETAKKAN DISEKITAR PERI
ANAL
DAUR HIDUP Enterobius vermicularis
B.CUTANEOUS LARVA MIGRANS
SPESIES CACING KAIT YG MENYEBABKAN :
1. Ancylostoma caninum
2. Ancylostoma braziliense
* ANCYLOSTOMA CEYLANICUM (sering
ditemukan bersama-sama dlm feces
anjing)
 Ancylostoma braziliense &
A. caninum

• A. braziliense has 2
ventral pairs of teeth, &
A. caninum has 3 ventral
pairs of teeth.
• Bursa copulatrix:
A braziliense is small &
almost as broad as long
with short stubby rays,
A caninum is large &
Ancylostoma Ancylostoma flaring with long slender
braziliense caninum
rays.
Ancylostoma caninum
Ancylostoma spp.
(a) Mature larva.
(b) Rhabditiform larva.
(c) Head of larva
CREEPING ERUPTION /
CUTANEOUS LARVA MIGRANS
CARA DIAGNOSIS INFEKSI
CACING NEMATODA USUS
 FECAL EXAMINATION
I. MAKROSKOPIS:
MENEMUKAN CACING DEWASA
II. CARA MIKROSKOPIS
1. CARA LANGSUNG
2. CARA TIDAK LANGSUNG - CARA WILLY’S MALLORY
- CARA KUANTITATIF

1. CARA LANGSUNG  DENGAN PIPET, 1 TETES

IODIN / LUGOL
 DNG LIDI, TINJA DIAMBIL
(1-2MG) PD GLS BENDA
DIHANCURKAN DI
ATAS LAR IODIN.
 DITUTUP DNG GELAS
PENUTUP
 DIPERIKSA DI BAWAH
LARUTAN MIKROSKOP PERBESARAN
IODIN 40 X
 PEMERIKSAAN DIULANG
SEDIKITNYA 3X
 2.TDK LANGSUNG
3 DITUANG DLM TABUNG
REAKSI SAMPAI PENUH
POSISI TEGAK &
I. WILLY’S DITUTUP GELAS
PENUTUP, DIDIAMKAN
MALORY 30 – 45 MNT.
FLOATATION 4 DNG PINSET
GLS PENUTUP
DIAMBIL,DILETAK
KAN DIATAS
GELAS BENDA

1
TINJA SEGAR DI
NaCL
AMBIL DNG LIDI
+ 2 – 5 GRAM 5
2

DILARUTKAN DLM
NaCL JENUH DIPERIKSA DIBAWAH MIKROSKOP PERBESARAN 10 X
SAMPAI HOMOGEN
II. CARA KUANTITATIF : KATO -KATZ

ALAT & BAHAN :

1. GELAS BENDA
2. PITA SELOPAN (SELOTEP),TEBAL + 40µM, 7 X 2,5 CM
3. KAWAT KASA, LUBANG HALUS, 3X3 CM
4. KARTON TEBAL BERLUBANG, UNTUK CETAK TINJA
DENGAN VOLUME + 30 mg.
5. LIDI & KERTAS MINYAK
6. LARUTAN MALACHITE GREEN- GLISERIN
(100ml GLISERIN + 100 ml AKUADES + 1ml
3% MALACHITE- GREEN)
II
CARA
KATO-KATZ TINJA PD GLS BENDA DI TUTUP PITA SELOPAN ,
4 DIRATAKAN DNG BANTUAN TEPI GLS BENDA

KARTON
BERLUBANG

3 DICETAK PD LUBANG

1 PITA SELOPAN DIRENDAM

DLM LAR MALACHITE-GREEN-
GLISERIN + 24 JAM

DIDIAMKAN 30 MNT, LALU

5 DIPERIKSA DIBAWAH MIK,
PERBE SARAN 40X, TELUR
TINJA DISARING KAWAT KASA SHG DIHITUNG
2 TINJA HALUS DIATAS KAWAT KASA ( GESER ATAS BAWAH /
KIRI KANAN )
 CARA MENGHITUNG TELUR
CACING USUS

1. Ascaris lumbricoides
2. Trichuris trichiura
3. Hookworms

BILA JML TELUR PD SEDIAAN KATO = N, DARI TINJA 30 mg,

MAKA JML TELUR PER GRAM TINJA = (1000/30) X N.

DARI BERAT TINJA YG DIKELUARKAN PER ORANG PER HARI,

MK DPT DIPERHITUNGKAN JML TELUR CACING YG
DIKELUARKAN PER HARI, SHG JML CACING YG ADA DLM USUS
DPT DIKET, & INTENSITAS INFEKSI CACING USUS DPT
DITENTUKAN.
 HARADA MORI cultivation method

UNTUK IDENTIFIKASI LARVA

HOOKWORM/S.STERCORALIS
Materials:
 Bamboo sticks/spatula

 Plastic bag / test-tube :15x20 cm

 Aquadest 5 cc

 Filter paper :3x15 cm

 4-5 cm clean
HARADA MORI METHOD

Aquadest 5-7 days

2.5 -3 cm Room temp.
Filter paper Plastic bag

Iodine solution

Larvae identification
 DIAGNOSIS
ENTEROBIASIS
 ANAL SWAB

BAHAN :
 PITA SELOPAN
 TONGUE SPATLE
 MIKROSKOP

DILAKUKAN
PAGI
SEBELUM
BAB & MANDI
TELUR NEMATODA USUS
Capillaria hepatica
• Ditemukan oleh Bancroft 1893-> Hepaticola
hepatica/ Calodium hepaticum
• Relatif sering ditemukan pada tikus,tupai, anjing
dan kera
• Secara aksidentil dapat menginfeksi manusia
• Bentuk cacing dewasa menyerupai Trichuris
trichiura
• Telurnya berbentuk buah lemon dengan ukuran
51x30µm sampai 68x35µm dan mempunyai
sumbat di kedua ujungnya. Dinding telurnya
berlekuk-lekuk menyerupai bol golf
• Cacing betina hidup dalam jaringan hati dan bertelur disitu
• Apabila hati termakan oleh hewan lain maka telur
dijaringan hati tersebut akan dikeluarkan bersama tinja.
• Di tanah telur menjadi matang dan infeksius
• Manusia dan hewan lain dpt terinfeksi melalui makanan yg
terkontaminasi tanah yg mengandung telur ini
• Di dalam usus telur ini menetas dan larvanya menembus
dinding usus dan selanjutnya masuk ke vena porta dan
menetap di jaringan hati sampai dewasa
 Manifestasi klinis
• Hepatitis sub-akut disertai eosinofilia
• Pada infeksi berat dapat pula terjadi kerusakan
yang parah pada jaringan hati sampai terjadi
Cirrhosis hepatis.
• Dapat juga menyerang ke organ lain dan dapat
menimbulkan kematian
 Diagnosa
• Hanya dapat ditegakkan melalalui biopsi hati
dengan menemukan cacing dewasa dan telur
cacing ini dalam jaringan hati.
• Sangat jarang dilaporkan ditemkannya telur
dalam tinja penderita
• Pengobatan : Mebendazole / albendazole
dianggap cukup efektif
• Pencegahan : mencegah kontaminasi
makanan, air dan tangan dari tanah yg mgdg
telur Capillaria hepatica. Melindungi mata air
dan makanan dari tanah yang terkontaminasi
 Capillaria philippinensis
• Infeksi dengan cacing ini disebut Intestinal
capillriasis.
Project Status Report

Nematoda-Aphasmidia-
Trichuroidea
Pada phylum Nematoda ada 2 class berdasarkan
ada tidaknya phasmid yakni Aphasmidia dan
Phasmidia. Pada class Aphasmidia terdapat
spesies yg menginfeksi manusia :
Trichuris trichiura, Trichinella spiralis,
Capillaria hepatica, dan Capillaria
philipinensis.
Trichuris trichiura

• Dlam bahasa indonesia cacing ini dinamakan Cacing Cambuk.

Karena secara menyeluruh bentuknya sepserti cambuk
• Ada 20 spesies Trichuris spp, namun yang menginfeksi manusia
hanya Trichuris trichiura dan T. vulvis.
• Penyakit yg disebabkan oleh cacing ini dinamakan trichuriasis atau
trichocephaliasis. Habitat cacing ini adalah coecum terkadang pula
di appendix dan colon
Distribusi geografis..

• Tersebar luas di seluruh dunia, tetapi daerah yang berprevalensi

tinggi adalah daerah tropis dan subtropis.
• Di daerah yang beriklim sedang, paling sering diinfeksi adalah yang
tinggal di lembaga-lembaga pantai asuhan, lembaga
pemasyarakatan dan RS jiwa. Trichuris vulpis juga tersebar di
seluruh dunia, terutama menginfeksi anjing dan serigala. Manusia
jarang terinfeksi ini.
Siklus hidup

• Manusia terinfeksi cacing ini melalui makanan yang

terkontaminasi telur cc yang berembrio. Telur yang tertelan
akan menetas di duodenum dan larva yang keluar akan melekat di
villi usus. Larva ini akan tetap tinggal di villi selama 20-30 hari
untuk kemudian bergerak ke Coecum dan colon bagian proximal.
• Pada infeksi yg berat, cacing dewasa membenamkan bagian
anteriornya di mukosa usus dan mulai memproduksi telur
sebanyak 2000-7000 butir perhari
• Telur yang dihasilkan cc ii akan keluar dari tubuh bersama tinja.
• Diluar tubuh, di tempat yang lembab dan hangat, telur ini akan
mengalami pematangan dalam waktu 2-4 minggu dan siap
menginfeksi host lain.
• Demikian siklus ini berulanga kembali. Diperikirakan siklus dari
telur sampai menjadi dewasa yang siap menghasilkan telur
berlangsung dalam waktu 3 bulan.
Morfologi Telur..
• Telur Trichuris trichiura berbentuk bulat panjang dan memiliki
“sumbat” yang menonjol di kedua ujungnya. Telur ini berukuran 44-
50x22µm dan berwarna kuning kecoklatan.
• Telur yg belum matang dikeluarkan dari tubuh manusia bersama
tinja dan merupkan petanda diagnostik untuk trichuriasis. Di luar
tubuh manusia telur ini akan berkembang lebih lanjut sampai
akhirnya mengandung embrio. Pada saat inilah telur tersebut
menjadi infeksius
Morfologi cacing dewasa

• Cc dewasa berbentuk sprti rambut di 3/5 bagian anteriornya dan

membesar seta nampak berotot di bagian posteriornya sehingga
secara keseluruhannya cacing ini menyerupai cambuk.
• Cacing jantan berukuran 30-45 mm, betina 35-50 mm. bagian
posterior cacing jantan melingkar ke dalam dan mengandung
sebuah spicule. Pada cacing betina vulva terdapat di bagian tubuh
yang mulai membesar, sedangkan anusnya terletak di bagian
posterior tubuh
Ujung dgn 2
seperti TONG Ujung
posterior
melengkung
Jantan
dewasa

Anterior
RUNCIN
Betina Ujung posterior
dewasa TUMPUL
Manisfestasi klinis

• Infeksi yg tidak berat biasanya tidak menimbulkan gejala apa-apa, tetapi infeksi
berat (100 ekor cacing) akan menimbulkan sakit perut, mual, tidak suka makan,
diare, anemia, penurunan berat badan dan eosinophilia (eosinofilia). Karena
menurut cara makannya cacing ini tergolong liquifier, maka ia memeroleh
makanan dengan jalan mencairkan sel usus dan menghisap isinya.
• Oleh karena itu kelainan patologis tentu saja sangat tergantung dari jumlah
cacing yg ada dalam usus. Mukosa usus yang dipenetrasi oleh cacing, cryptenya
menipis dan berisi mucus, fibrin serta PMN
• Infeksi sekunder dengan bakteri sering terjadiyang akhirnya menyebabkan
peradangan kronis dan penebalan dinding usus.
• Perlu diperhatikan bahwa infeksi serius pada anak-anak selalu berakhir dengan
malnutrisi
 DIAGNOSIS

MENEMUKAN TELUR DALAM TINJA: LANGSUNG

& TDK LANGSUNG (KONSENTRASI: KATO-KATZ):
UNTUK MENGETAHUI INTENSITAS INFEKSI
BILA TDK MENEMUKAN TELUR
EOSINOFILIA ++
Pemeriksaan yang baik: metode konsentrasi ZnSO4
Atau Formol Ether. Selain dengan pemeriksaan
tinja, penengakkan diagnosa :
Sigmodoscopy/colonoscopy.
TREATMENT
• MEBENDAZOLE
• ALBENDAZOLE
• PIRANTEL PAMOATE & PIPERAZIN KURANG EFEKTIF
EPIDEMIOLOGI:
• DAERAH TROPIS: INFEKSI TINGGI
• INFEKSI SERING BERSAMA-SAMA DNG
ASCARIS
PENCEGAHAN:

• PENGOBATAN MASAL
• PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN
• KEBERSIHAN PERORANGAN
epidemiologi

• WHO  350-500 juta org terinfeksi cacing ini.

• Tanah tercemar dengan tinja penderita merupakan faktor utama yg
menyebabkan tingginya prevalensi trichuriasis.
• Prevalensi yg tinggi terjadi pada mereka yang berusia 5-15 thn
• Tanah liat mrpkn sumber transmisi utama, sebab telur mudah
sekali tumbuh dan berkembang di tanah jenis ini.
• Oleh karena itu bersama hookworm dan ascaris lumbricoides
dimasukkan ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths (STH)