NIM PO530333310732
Kelas 2B
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa
karena telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Teknik atau Proses Pembuatan
Sediaan Sitologi . Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Sitohistoteknologi, Program Studi D-III Teknologi
Laboratorium Medis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
Latar Belakang................................................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................................2
Tujuan Penulisan............................................................................................................2
Manfaat Penulisan.........................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
Fiksasi Sediaan Sitologik...........................................................................................4
Proses Pematanga Jaringan........................................................................................6
Teknik Penanaman Jaringan.......................................................................................7
Pembuatan Sediaan Sitologik.....................................................................................8
Pewarnaan.................................................................................................................9
Hasil..........................................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
(1).....................................................................................................................................13
References.......................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sediaan sitologik merupakan sediaan yang berisi sel-sel yang dapat
menunjukkan morfologi normal atau morfologi patologis baik oleh
mekanisme tumor hingga kanker bahkan oleh mikroorganisme atau jejas
tertentu. Hasil yang baik yang dapat dijadikan diagnosis suatu penyakit tentu
sangatlah diharapkan.
Menurut PERMENKES RI Nomor 411/MENKES/PER/III/2010
menyebutkan bahwa laboratorium menyebutkan bahwa Laboratorium patologi
anatomik merupakan laboratorium yang melaksananakan preparat
histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologik, dan
pembuatan preparat dengan teknik potong beku. Pelayanan laboratorium
patologi anatomi berperan sebagai baku emas dalam penegakkan diagnosis
yang berbasis perubahan morfologi sel dan jaringan sampai pemeriksaan
imunologik dan molekuler khusus yang bersumber dari sel maupun jaringan.
Didalam Laboratorium patologi anatomik kita mengenal dua
komponen besar dalam pelayanan laboratorium. Dua komponen besar tersebut
adalah laboratorium histopatologi dan laboratorium sitopatologi.
Laboratorium histopatologi merupakan laboratorium yang menangani
spesimen berupa jaringan sedangkan laboratorium sitopatologi menangani
spesimen berupa cairan atau bentukan lain yang mengandung sel-sel untuk
dilakukan diagnosis.
Spesimen yang diterima oleh laboratorium sitologi maupun histologi
memiliki alur yang sedikit berbeda. Adapun alur kerja di laboratorium sitologi
pada umumnya dilihat Gambar 1.1
1
Dalam teknik atau proses pembuatan sediaan Sitologi ada beberapa hal
yang harus di jelaskan : Teknik fiksasi sediaan Sitologik , pematangan
jaringan, tahap-tahap pematangan jaringan teknik penanaman jaringan ,
pembuatan sediaan sitologik , dan pewarnaan.
2
5. Untuk mengetahui proses pewarnaan sitologik
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan penulis dan kalangan mahasiswa
terkait Teknik atau proses pembuatan sediaan sitologi
b. Sebagai sumber informasi maupun refferensi dalam
penulisan makalah terkait Teknik atau proses pembuatan
sediaan sitologi
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menambah pengetahuan tentang Teknik Fiksasi
sediaan Sitologik
b. Dapat mengetahui proses Pematangan jaringan Dapat
mengetahui proses pembuatan sediaan histologi
c. Dapat mengetahui Teknik penanaman Jaringan
d. Dapat Mengetahui proses pembuatan sedian sitologik
e. Dapat mengetahui proses pewarnaan sitologik
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
d. Propanol dan isopropanol 80%
e. Denaturasi alkohol
f. Formalin based
2. Fiksasi “ Coating”
Fiksasi coating merupakan fiksasi yang dilakukan untuk
pengganti fiksasi basah. Fiksasi ini dilakukan dengan memberikan
aerosol ( penyemprotan ) pada spesimen sitologi yang dibuat secara
konvensional maupun metode berbasis cairan. Fiksasi coating ini tidak
di anjurkan untuk seiaan sitologik yang banyak mengandung darah ,
hal ini dikarnakan akan terjadi penggumpalan eritrosit.
3. Fiksasi Kering
Fiksasi kering merupakan fiksasi yang dilakukan pada sediaan
sitologik yang dilakukan dengan mengeringkan sediaan tersebut di
udara terbuka , atau dengan bantuan pemanas hingga kering. Salah satu
keuntungan dari fiksasi ini adalah pembuatan dan pewarnaan yang
cepat ( 2-3 menit )
4. Fiksasi Khusus
a. Fiksasi Carnoy
Fiksasi ini adalah fiksasi yang khususnya untuk spesimen
hemoragik. Ketika fiksasi ini digunakan , sediaan yang dibuat
harus dalam kondisi segar.
b. Fiksasi Cair ( FAA )
Fiksasi ini merupakan fiksasi yang baik ketika akan membuat “
cell block” ataupun dalam pengamatan sel dalam kondisi segar
( Penggunaan di parasiit , mikologi , dan lain sebagainya )
5
Adapun perbedaan dari fiksasi basah dan kering adalah sebegai berikut :
6
e.Jenis Jaringan , dapat mempengaruhi proses pematangan
jaringan. Dimana jenis jaringan didtentukan juga oleh jenis
sel yang menyusunnya.
f. Ukuran Jaringan , kerapatan , dan ketebalana jaringan
menetukan kecepatan penetrasi larutan pada proses
pematangan jaringan .
Langkah-langkah utama dalam pematangan jaringan adalah sebagai
berikut :
7
6. Dingin dengan kondisi alas base mold dingin.
7.
2.4. Pembuatan Sediaan Sitologik
Sediaan sitologik merupakan suatu sediaan berbentuk kaca objek
yang digunakan untuk melakukan pengamatan secara mikroskopik. Sediaan
sitologik dapat diambil dari spesimen serviks, urin, dahak .
Dalam pembuatan sediaan sitologik , salah satu yang menjadi
pertimbangan adalah prediksi jumlah sel didalam spesimen. Ketika Jumlah
sel di prediksi banyak maka jumlah atau metode yang akan dipakai
selanjutnya menjadi suatu pertimbangan Spesimen yang miliki jumlah sel
lebih banyak dari normal terlihat dari gejala atau prediksi diagnosis dari
pasien.
Spesimen yang telah diidentifikasi sumber, tingkat kekeruhan dan
gejala awal serta diagnosis awal pasien kemudia dilakukan pembuatan
sediaan sitologik :
a. Metode Smear / oles , suatu metode pembuatan sediaan
sitologi dengan jalan mengoles atau membuat lapisan tipis
dari spesimen berbentuk cairan diatas objek glass. Adapun
langkah-langka yang dilakukan untuk membuat sediaan
sitologik dengan teknik oles adalah sebagai Berikut ;
a) Perhatikan tampilan dari spesimen cair dan
deskripsikan dalam formulir permintaan
b) Tuangkan spesimen kedalam 15-50 ml ( tergantung
dari perkiraan jumlah sel berdasarkan kekeruhan ) .
Tabung sentrifuge diputar selama 10 menit dengan
kecepatan berkisar 1.800-2.500 rpm.
c) Saat melakukan sentrifugasi , siapkan dua slide
yang telah diberi label
d) Tuangkan cairan supernatan ( Posisi yang diatas )
kembali kewadah spesimen asal. Ketika spesimen
memiiliki endapan yang tebal sisakan supernatan
8
kurang lebih 1/3 bagian dari sedimen atau ketika
sedimen sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat
maka supernatan diusahakan terbuang hingga tidak
ada tetesan kurang lebih 2-3 detik
e) Homogenkan kembali hasil no 4 dengan
mengetukkan tabung atau dapat menggunkan
vortex hingga terlihat lagi larutan yang bercampur
f) Ambil larutan pada tabung no 5 dan teteskan satu
atau dua tetes pada sisi objek gelas ( kurang lebih 2
cm dari tepi luar )
g) Lakukan metode pull-appart ( tarik dan dorong )
hingga sedimen menyebar merata pada permukaan
h) Simpan sisa sedimen di tabung sentrifugal hingga
diagnosisnya terlaporkan.
i) Lanjutkan dengan tahap fiksasi ( kering atau
basah ) tergantung dari formulir permintaan.
2.5. Pewarnaan
Pewarnaan yang paling sering digunakan oada pemeriksaan sitologik
adalah pewarnaan Hematoxylin dan eosin . Prinsip dasar hemtoxylin akan
mengikat inti sel secara lemah , kecuali bila ditambahkan senyawa lain
seperti amuniom , besi , krom dan teembaga .sedangkan pewarnaan Eosin
adalah pewarna sintesis yang termasuk golongan xantehene. Eosin bersifat
asam dan akan mengikat molekul protein yang bermuatan positif di
sitoplasma dan jaringan ikat.
Prosedure pewarnaan Hematoxylin Eosin Prosedur pewarnaan
menggunakan hemotxylin eosin pada dasarnya tidak terpaut pada waktu yang
ditentukan . Penetuan waktu tergantung dari lauratan yang digunakan ,
apakah masih baru dibuat atau sudah digunakan sebelumnya .
9
Hasil
Nukleus berwarna biru / hitam , sitoplasma berwarna nuansa pink , serat
otot berwarna pink lebih gelap , sel darah merah orange / merah , fibrin berwarna
pink gelap. Struktur dan substansi selain nukleus mungkin akan terwarnai oleh
hematoxylin , seperti hifa jamur , dana endapan kalsium yang seringkali berwarna
hitam/ biru.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fiksasi pada sediaan sitologik terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Fiksasi kering , fiksasi lembab dan fiksasi basah. Idealnya fiksasi yang dilakukan
pada sediaan sitologik hampir sama kriteria dengan fiksasi yang dilakukan pada
sediaan jaringan. Fiksasi “ Coating” Fiksasi coating merupakan fiksasi yang
dilakukan untuk pengganti fiksasi basah. Fiksasi Kering Fiksasi kering merupakan
fiksasi yang dilakukan pada sediaan sitologik yang dilakukan dengan
mengeringkan sediaan tersebut di udara terbuka , atau dengan bantuan pemanas
hingga kering.
Proses Pematangan Jaringan Pematangan Jaringan adalah proses
pengeluaran air dan larutan fiksasi yang ada didalam jaringan , kemudian
digantikan dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku sehingga bisa
dilakukan pemotongan terhadap jarigan dengan ketebalan yang sangat tipis.
Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pematangan jaringan : a.
Agitasi , di dalam dunia histoteknisi merupakan suatu dorongan yang terjadi
ketika dua buha larutan yang berbeda jenis maupun konsentrasi dijadikan satu.
Jaringan di ambik dari kaset dan diletakan pada base mold , kemudian dituangkan
parafin cair yang sejenis dengan parafin yang digunakan pada proses infiltrasi.
Ketika Jumlah sel di prediksi banyak maka jumlah atau metode yang akan dipakai
selanjutnya menjadi suatu pertimbangan Spesimen yang miliki jumlah sel lebih
banyak dari normal terlihat dari gejala atau prediksi diagnosis dari pasien.
Spesimen yang telah diidentifikasi sumber, tingkat kekeruhan dan gejala
awal serta diagnosis awal pasien kemudia dilakukan pembuatan sediaan sitologik :
a.Metode Smear / oles , suatu metode pembuatan sediaan sitologi dengan jalan
mengoles atau membuat lapisan tipis dari spesimen berbentuk cairan diatas objek
glass. Adapun langkah-langka yang dilakukan untuk membuat sediaan sitologik
dengan teknik oles adalah sebagai Berikut ; a)Perhatikan tampilan dari spesimen
cair dan deskripsikan dalam formulir permintaan b) Tuangkan spesimen kedalam
15-50 ml ( tergantung dari perkiraan jumlah sel berdasarkan kekeruhan ) .
11
Ketika spesimen memiiliki endapan yang tebal sisakan supernatan kurang
lebih 1/3 bagian dari sedimen atau ketika sedimen sangat tipis bahkan hampir
tidak terlihat maka supernatan diusahakan terbuang hingga tidak ada tetesan
kurang lebih 2-3 detik e)Homogenkan kembali hasil no 4 dengan mengetukkan
tabung atau dapat menggunkan vortex hingga terlihat lagi larutan yang bercampur
f)Ambil larutan pada tabung no 5 dan teteskan satu atau dua tetes pada sisi objek
gelas ( kurang lebih 2 cm dari tepi luar ) g) Lakukan metode pull-appart ( tarik
dan dorong ) hingga sedimen menyebar merata pada permukaan h) Simpan sisa
sedimen di tabung sentrifugal hingga diagnosisnya terlaporkan.
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan banyak
pengetahuan yang sangat berharga mengenai Teknik atau proses pembuatan
sediaan Sitologi . Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini tak terlepas
dari kesalahan. Oleh karnanya, pembuka sangat membuka apabila ada yang
ingin menyampaikan saran demi memperbaiki penulisan makalah ini
kedepannya
12
DAFTAR PUSTAKA
(1)
References
1. Rupinder, Shubra and Kanwal. Rehydration of Air-direc Smears versus Wet Fixation. A
Crossectional Study . : acta Cytol, 2013.
4. Gill., Gary W. H&E Staining : Oversight and Insight. DAKO : s.n., 2010.
5. A., Henwood. Microscopic Quality Control of Hematoxylin and Eosin - Know your
Histology. s.l. : DAKO, 2010.
6. Treuting P.M, Dintzis S.M. Comperative anaytomy and Histology. . United States of
America : Elsivier, 2012.
9. Zioga, Christina and chariklia Destouni. Citology ABCD :A pratical ABCDE Algorithm
for Cytology Diagnosis. s.l. : The Diagnostic Journal,1:11, 2015.
11. Scientia. 101 Steps to better Histology. Leica Microsystem : Education Series.
12. Treuting P.M, Dintzis S.M. Comperative Anatomy and Histology . United Sattes of
America : Elsivier, 2012.
13. W.Gill, Gary. H&E Staining . Oversight and Insights : DAKO, 2010.
14. A., Henwood. Microscopic Quality Control Of Hematoxylin and Eosin. Know Your
Histology : DAKO, 2010.
15. Erick Khirstian, M.Si. Sitohisoteknologi. s.l. : Kementrian Kesehatan- TLM, 2017.
13