Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sitohistoteknologi yang Dibimbing
oleh Yadi, S.Si

Disusun oleh :

Cahyani Amalia (KHGE18067)

Maelan Haq An Najiah (KHGE18076)

Muhiba Hamidata Marhamah (KHGE18079)

Risma Rosdiani (KHGE18084)

Riza Ayu Ningrat (KHGE18086)

Syintia Nuriyah (KHGE18090)

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKes Karsa Husada Garut

T.A 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sitohistoteknologi II.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Yadi S.Si selaku dosen mata kuliah
Sitohistoteknologi II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Garut, 5 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................
1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................
2

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN

D. Proses jaringan ................................................................................................................3

a. Fiksasi .................................................................................................................3
b. Dehidrasi..............................................................................................................3
c. Penjernihan (Clearing).........................................................................................3
.............................................................................................................................
d. Penanaman (Embedding).....................................................................................4
e. Pembuatan (Blocking).........................................................................................4
f. Pemotongan.........................................................................................................4

E. Pewarnaan HE .................................................................................................................4

g. Hematoxylin.........................................................................................................5

ii
h. Eosin....................................................................................................................5
i. Prosedur Pewarnaan Hematoxylin eosin.............................................................6

F. Pewarnaan papanicolau....................................................................................................6

BAB III PENUTUPAN

G. Kesimpulan .....................................................................................................................9

H. Daftar Pustaka
.........................................................................................................................................
10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Patologi Anatomi berasal dari kata “Pato“yang artinya kelainan,“Logi” artinya ilmu
dan “Anatomi” artinya susunan atau bagian dari organ- organ tubuh. Sehingga Patologi
Anatomi dapat di artikan ilmu yang mempelajari tentang kelainan pada susunan atau bagian
organ-organ tubuh.Patologi Anatomi merupakan ilmu kedokteran dimana bidang ini sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis(termasuk stadium)dan penentuanpengobatan yang
tepat bagi kanker.Dalam bidang Patologi Anatomi, tumor atau kanker dapat diketahui dengan
melihat penampakan suatu sel jaringan dibawah mikroskop. Kanker adalah pertumbuhan sel-
sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-
tempat yang jauh.Dalam penunjang menentukan membebaskan masyarakat dari penyakit
yang membahayakan maka perlu adanya ahli Patologi Anatomi yang membantu proses
pengobatan bagi pasien yang terponis kanker atau tumor yang menentukan ganas tidaknya
adalah dokter patologi dan yang mengerjakan prosessing adalah analisnya.

Proses pembuatan sediaan/preparat jaringan meliputi prosessing


jaringan,pengeblokan/embedding, dan pemotongan jaringan menggunakan mikrotom. Dalam
prosesing jaringan meliputi proses fiksasi, dehidrasi, clearing dan infiltrasi paraffin, dan
Pewarnaan jaringan sangat diperlukan untuk mewarnai komponen-komponen jaringan yang
transparan setelah melalui proses pematangan jaringan. Pewarnaan dapat memperlihatkan
struktur dan morfologi jaringan, keberadaan dan prevalensi sel-sel jaringan tertentu.
Pewarnaan rutin yang biasanya digunakan untuk histopatologi adalah pewarnaan
Hematoxylin Eosin (H&E). Pewarnaan Papanicolaou adalah salah satu pewarnaan yang
paling banyak digunakan dalam sitologi di mana ini digunakan untuk membantu ahli patologi
dalam membuat diagnosis.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja tahap processing jaringan?


2. Apa yang dimaksud dengan pewarnaan hematoxylin eosin?
3. Apa saja tahapan pewarnaan Hematoxylin eosin?
4. Apa yang dimaksud dengan pewarnaan papanicolau?
5. Apa lima langkah utama dalam metode pewarnaan Papanicolaou?
6. Apa saja prosedur pewarnaan Papanicolaou?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengatahui apa saja tahap processing jaringan.


2. Untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan pewarnaan hrmatoxylin eosin.
3. Untuk mengatahui apa saja tahapan pewarnaan Hematoxylin eosin.
4. Untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan pewarnaan papanicolau.
5. Untuk mengatahui apa lima langkah utama dalam metode pewarnaan Papanicolaou.
6. Untuk mengatahui apa saja prosedur pewarnaan Papanicolaou.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PROSESING JARINGAN

1. Fiksasi

Tahapan fiksasi merupakan bagian terpenting dari semua teknik histologi dan sitologi
dengan tetap memberikan warna yang alami, untuk mencegah terjadinya denaturasi protein
yang berlanjut terdapat tiga metode, yaitu dengan koagulasi,membentuk senyawa aditif, atau
gabungan dari koagulasi dan senyawa aditif(Jamie, 2010).

Prinsip kerja dari fiksasi adalah mengawetkan bentuk sel dan organel sehingga
mendekati bentuk fisiologinya. Cairan fiksatif mengubah komposisi jaringan secara kimiawi
dan fisik. Secara kimiawi, protein sel diubah secarafungsional dan struktural dengan cara
koagulasi dan membentuk senyawa aditifbaru. Senyawa tersebut terbentuk dengan cara
ikatan silang dari dua makromolekul yang berbeda, yakni cairan fiksatif dan protein sel.Hal
ini menyebabkan sel resisten terhadap gerakan air dan cairan-cairan lainnya. Akibatnya,
struktur sel menjadi stabil, baik didalam maupun dianatara sel-sel.Selain itu, kebanyakan
enzim didalam sel menjadi terinaktivasi, sehingga proses metabolisme sel tidak terjadi, dan
mencegah adanya autolisis sel. Secara fisik membran sel awalnya hidrofilik, dilarutkan
dengan cairan fiksatif, khususnya pada proses parafinisasi dan pewarnaan dimana zat-zat
tersebut akan dapat masuk kedalam sel dan menempel dengan mudah (Waheed, 2012).

2. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan metode yang digunakan untuk mengeluarkan seluruh cairan


yang terdapat dalam jaringan setelah dilakukan proses fiksasi sehingga nantinya dapat diisi
dengan parafin untuk membuat blok preparat (Rina, 2013).

3. Penjernihan (Clearing)

Penjernihan adalah metode yang digunakan mengeluarkan alkohol dari jaringan dan
menggantikannya dengan suatu larutan yang berikatan dengan parafin. Pada proses clearing
ini sangat penting karena apabila di jaringan masih tersisa alkohol walaupun sedikit, parafin

3
tidak akan bisa masuk ke dalam jaringan. Sehingga jaringan nantinya tidak akan sempurna
dalam pembuatan blocking, pemotongan dan pewarnaan. Proses clearing ini menggunakan
bermacam-macam zat penjernih yaitu xylol atau xylene dan toluol atau toluene (Waheed,
2012).

4. Penanaman (Embedding)

Penanaman (Embedding) merupakan proses untuk mengeluarkan cairan pembening


dari jaringan dan digantikan dengan parafin. Jaringan ini harus terbebas dari cairan
pembening karena nantinya akan mengkristal dan sewaktu dipotong jaringan akan mudah
robek. Berdasarkan metode prosesnya yaitu jaringan akan dibenamkan di larutan parafin
selama 3x dan dalam jangka waktu tertentu sambil dipanaskan agar parafinnya tidak
membeku (Rina, 2013).

5. Pembuatan (Blocking)

Pembuatan (Blocking) merupakan proses pengisian parafin padat yang dicairkan agar
dapat dipotong menggunakan mikrotom. Proses ini menggunakan parafin sebagai media
pengisian jaringannya agar memadat dan mudah dipotong. Prosesnya yaitu dengan
menyiapkan tempat blocking, dan menuangkan parafin, dilanjutkan dengan memasukan
organ kedalam parafin yang sudah disediakan. Selanjutnya setelah blok parafin kering dan
sudah beku dapat dikeluarkan dari tempat blocking dan dapat dilanjutkan ke proses
selanjutnya (Rina, 2013).

6. Pemotongan

Pemotongan dilakukan menggunakan pisau khusus yang biasa disebut mikrotom.


Mikrotom adalah alat yang dilengkapi dengan pisau yang tajam dan dapat mengiris potongan
block dengan sangat tipis dan sesuai dengan ukuran ketebalan yang kita inginkan (Rina,
2013)

B. PEWARNAAN HE

Pewarnaan jaringan sangat diperlukan untuk mewarnai komponen- komponen


jaringan yang transparan setelah melalui proses pematangan jaringan. Pewarnaan dapat
memperlihatkan struktur dan morfologi jaringan, keberadaan dan prevalensi sel-sel jaringan
tertentu. Pewarnaan rutin yang biasanya digunakan untuk histopatologi adalah pewarnaan
Hematoxylin Eosin (H&E). Namun, sebelum melakukan pewarnaan, jaringan yang telah

4
melewati proses pematangan jaringan masih mengandung parafin, sedangkan proses
pewarnaan adalah proses yang banyak melibatkan air, sehingga sebelum proses pewarnaan,
parafin harus dilunturkan terlebih dahulu.Proses pelunturan parafin dari jaringan dinamakan
deparafinisasi. Selanjutnya adalah proses penarikan air yang disebut sebagai rehidrasi.

Pewarnaan H&E ini didasarkan pada prinsip sederhana, yaitu sifat asam basa dari
larutan yang kemudian akan berikatan dengan komponen jaringan yang mempunyai
kecenderungan terhadap sifat asam ataupun basa tersebut sehingga terjadilah ikatan antara
molekul zat warna dengan komponen jaringan. H&E diminati karena pewarnaan ini
sederhana dan kemampuannya untuk membedakan komponen-komponen yang ada di dalam
jaringan. H&E dapat diterapkan pada banyak pemeriksaan dalam histologpatologi.

a) Hematoxylin

Hematoxylin diekstrak dari kayu bulat Amerika yaitu Haematoxylon campechianum.


Hematoxylin berasal dari bahasa Yunani, yaitu haimatodec (darah) dan xylon (kayu).
Hematoxylin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan
senyawaanlainnya seperti alumunium, besi, krom dan tembaga.Secara sederhana, dapat
dijelaskan bahwa kromatin pada inti sel mempunyai sifat asam dan akan menarik zat warna
yang bersifat basa.Untuk pewarnaan Hematoxylin jaringan secara rutin, yang paling banyak
digunakan adalah Ehrlich, Mayer, Harris, Gill, Cole, dan Delafield. Hematoxylin Carazzi
kadang-kadang digunakan, terutama untuk potong beku.

b) Eosin

Eosin adalah pewarna sintetis yang termasuk golongan xanthene. Eosin bersifat asam
dan akan mengikat molekul protein yang bermuatan positif di sitoplasma dan jaringan ikat.
Eosin adalah counterstain yang dapat mewarnai sitoplasma dan jaringan ikat menjadi
bernuansa merah dan oranye. Eosin juga mewarnai inti sel yang telah terwarnai hematoxylin
dari biru menjadi berwarna ungu. Eosin yang tersedia dalam bentuk komersial diantaranya
adalah Eosin Y (Eosin berwarna kekuningan dan larut di dalam air) C.I. No. 45380, Etil
Eosin (Eosin S, larut dalam alkohol) C.I. No. 45386 dan Eosin B (Eosin kebiruan, eritrosin B)
C.I. No. 45400. Namun yang paling banyak digunakan dan digabungkan dengan
Hematoxylin adalah Eosin Y.

5
c) Prosedur pewarnaan hematoxylin eosin

Prosedur pewarnaan menggunakan hematoxylin eosin pada dasarnya tidak terpaut


pada waktu yang ditentukan. Penentuan waktu tergantung dari larutan yang digunakan,
apakah masih baru dibuat atau sudah digunakan sebelumnya.

1. Defarafinisasi (menghilangkan parafin) dengan Xilol I (selama 10 menit) atau Xilol II


(15 menit)
2. Rehidrasi (memasukan air) memggunakan Alkohol dengan penurunan konsentasi
Aquadest (Absolut-70%) Etanol Absolut – Alkohol 95% - Alkohol 70% -Aquades (3
menit)
3. Pewarnaan hematoksilin Hematoxylin Alum (15 menit)
4. Pencucian Pencucian pada air mengalir sampai berwarna biru (5 menit)
5. Diferensiasi (proses dekolorisasi pada sitoplasma) dengan Asam alkohol 1% (1% HCl
dalam 70% Alkohol) dalam waktu 5-10 detik (3 celup)
6. Pencucian Air mengalir selama 1 menit
7. Blueing (proses memperjelas warna biru pada inti sel) diikuti dengan pencucian
dengan air mengalir Lithium Carbonat 3 celup.
8. Pewarnaan eosin Eosin 1% dalam waktu 10 menit
9. Dehidrasi (menghilangkan air) Alkohol dengan kenaikan konsentrasi (70%-Absolut)
Alkohol 70% - alkohol 95% - alkohol 95% -Etanol absolut – Etanol Absolut selama
1-3 menit
10. Clearing Xylol : Xilol 1 – Xilol 2 ( 3-5 menit)
11. Mounting (proses penutupan jaringan diantara cover glass dengan objek glass oleh
entelan) dengan Entelan

C. PEWARNAAN PAPANICOLAU

Pewarnaan Papanicolaou (juga pewarnaan Papanicolaou dan pewarnaan Pap) adalah


teknik pewarnaan multikromatik (beraneka warna) yang dikembangkan oleh George
Papanicolaou pada tahun 1942. Pewarnaan Papanicolaou adalah salah satu pewarnaan yang
paling banyak digunakan dalam sitologi di mana ini digunakan untuk membantu ahli patologi
dalam membuat diagnosis.

6
Pewarnaan pada sediaan apus/smear untuk pemeriksaan sitologi bertujuan untuk
identifikasi morfologi sel, inti sel maupun sitoplasma sel, sehingga bisa memberikan
gambaran menyeluruh kondisi morfologi sel yang diperiksa.
Terdapat lima langkah utama dalam metode pewarnaan Papanicolaou, yaitu:

1. Fiksasi
2. Pewarnaan Inti
3. Pewarnaan sitoplasma
4. Penjernihan (Clearing)
5. Mounting.

Prosedur pewarnaan Papanicolaou:

1. Sediaan apusan difiksasi dengan alkohol 95 % 15 menit (minimal)


2. Alkohol 80 % 10 celup
3. Alkohol 70 % 10 celup
4. Alkohol 50 % 10 celup
5. Aquadest 10 celup
6. Harris Haematoxylin 3-5 menit
7. Cuci dengan air mengalir
8. HCL 0,25 % 3-4 celup
9. Cuci dengan air mengair
10. Lithium 0,5 % 10 celup
11. Cuci dengan air mengalir
12. Alkohol 50 % 10 celup
13. Alkohol 70 % 10 celup
14. Alkohol 80 % 10 celup
15. Alkohol 95 % 10 celup
16. OG 6 3-5 menit
17. Alkohol 95 % 10 celup
18. Alkohol 95 % 10 celup
19. Alkohol 95 % 10 celup
20. EA 50 3-5 menit

7
21. Alkohol 95 % 10 celup
22. Alkohol 95 % 10 celup
23. Alkohol 95 % 10 celup
24. Keringkan di udara
25. Xylol 3 menit
26. Tutup dengan Entelan

Keutungan yang diperoleh dari metode pewarnaan Papanicolaou ini menurut Mukawi (1989)
adalah:

1. Mewarnai inti sel dengan jelas, sehingga dapat dipergunakn untuk melihat intiapabila
terdapat kemungkinan keganasan.
2. Menggunakan pewarna banding yang berbeda dengan pewarna utama untukmewarnai
sitoplasma, sehingga warna inti tampak lebih kontras.
3. Warna yang cerah dari sitoplasma memungkinkan dapat dilihatnya sel-sel lain
dibagian bawah yang saling bertumpuk.

8
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Proses jaringan terdiri dari beberapa prosedur, yaitu:

1. Fiksasi, yaitu proses mengawetkan bentuk sel dan organel sehingga mendekati bentuk
fisiologinya

2. Dehidrasi, yaitu poses mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan setelah
dilakukan proses fiksasi

3. Penjernihan (Clearing),yaitu metode yang digunakan mengeluarkan alkohol dari jaringan


dan menggantikannya dengan suatu larutan yang berikatan dengan parafin.

4. Penanaman (Embedding), yaitu proses untuk mengeluarkan cairan pembening dari jaringan
dan digantikan dengan parafin.

5. Pembuatan (Blocking), yaitu proses pengisian parafin padat yang dicairkan agar dapat
dipotong menggunakan mikrotom.

6. Pemotongan

Pewarnaan jaringan ada 2, yaitu:

1. Pewarnaanaan HE

2. Pewarnaan papanicolau

9
DAFTAR PUSTAKA

Khristian, Erick dan Inderiati Dewi. 2017. Sitohistoteknologi. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia

Hernowo, Bethy. S. 2011. Pengantar Praktek Preparasi dan Pewarnaan Sitologi. Bandung:
FK UNPAD/RSUP DR. Hasan Sadikin

10

Anda mungkin juga menyukai