PEMBEKALAN PKL
SITOHISTOTEKNOLOGI
STIKES KARSA HUSADA GARUT
Yadi Apriyadi , S.Si
ANALITIK
HISTOTEKNIK – SITOTEKNIK
•Prosedur Manual
Siapkan 2 buah wadah dan isi masing masing
A wadah dengan Xylen I dan Xylen II
N Masukan sampel kedalam wadah tersebut,
A lalu simpan di dalam oven suhu 65°C selama
L 45 menit
I
T
I
K
IMPREGNATION (Infiltrasi ) - Histoteknik
•Prosedur Manual
Siapkan 2 buah wadah dan isi masing masing wadah
dengan parafin cair I dan parafin cair II
A
Masukan sampel kedalam wadah I tersebut, lalu
N
A simpan di dalam oven suhu 65°C selama 45 menit
L Lalu masukan sampel ke wadah II simpan di dalam
I oven suhu 65°C selama 1 hari
T .
I
K
INFILTRASI - Histoteknik
A
N
A
L
I
T •Infiltrsi II ( Parafin cair II ), selama 1 hari
I
K
Gambar Automated Tissue Processor
A
N
A
L
I
T
I
K
BLOCKING- Embeding ( Teknik Penanaman ) –
Histoteknik
.
BLOCKING – Embeding ( Teknik Penanaman )
- Histoteknik
•Prosedur ( tanpa Base mold – cara manual )
Siapkan cetakan ( Bekas Tutup cover glass) kosong
Tuangkan sedikit demi sedikit parafin cair dibagian
A pinggir sampai menutupi bagian atas cetakan
N Secepatnya masukan sampel ke dalam cetakan
A tersebut ( Posisikan sampel sesuai yg diharapkan)
L Beri label identitas sampel ( Simpan didalam kulkas)
I •. Prosedur ( dengan Base mold – cara manual )
T Tuangkan parafin cair pd base mold
I Secepatnya masukan sampel ke dalam basemold
K ( Posisikan sampel sesuai yg diharapkan)
Dinginkan dasar base mold shg posisi tidak terjadi
Perubahan
Tutup dengan kaset jaringan
Tuangkan kembali parafin cair sampai batas maksimal
Dinginkan
Gambar ..Alat Cetak manual
A
N
A Gambar ..Alat Cetak automatic
L
I
T
I
K
SECTIONING ( Pemotongan )- Histoteknik
• Teknik Pemotongan
Pemotongan Triming, Atur ketebalan microtome 25 mikrometer.
Gerakan blok parafin secara teratur dan ritmis , sampai
A mendapatkan potongan yang mengandung preparat jaringan.
Pemotongan Mikros, atur ketebalan microtome antara
N
2 – 5 mikrometer
A Gerakan blok parafin secara teratur dan ritmis, sampai
L mendapatkan potongan pita parafin
I Pita parafin yang mengandung jaringan lalu pindahkan secara
T hati hati ke dalam cairan berisi albumin
I Angkat dan pindahklan secara hati hati ke dalam waterbath
K dan biarkan beberapa saat sampai pita parafin mengembang.
Setelah pita parafin terkembang tempelkan pada objek glass,
lalu gerakan ke luar secara hati hati agar pita parafin tidak
melipat.
Objek glass diletakan pada hot plate
SECTIONING ( Pemotongan )- Histoteknik
A
N
A
L
I
T
Pita paraffin dlm water bath Pemotongan mikrotom Blok parafin
I
K
K / Direct smear
Cytology (LBC)
SITOTEKNIK
N Seluler di pertahankan
A Preparasi sangat baik karena sample yang disimpan didalam cairan
L
I 4, Cell Blok / Sito Blok
T Prinsip kerja sito blok adalah pengambilan fragmen jaringan dari spesimen
sitologi untuk dibentuk ke dalam blok parafin yang meliputi proses fiksasi,
I
Penjernihan (clearing), impregnasi, Pengeblokan (embedding), pemotongan,
K pengecatan, dan diperiksa dibawah mikroskop.
SITOTEKNIK
Pewarnaan Papanicoalu
• Prinsip pengecatan papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi,
dan dehidrasi sel.
A • Pengecatan papanicolaou menggunakan zat-zat warna yaitu Haris
N hematoxyllin (HE) untuk mewarnai kromatin dan membran inti (biru-ungu)
dan anak inti (merah, merah muda, atau orange), Orange G untuk memberi
A
warna cerah pada sitoplasma (kuning-orange), dan Polychrome (EA-50).
L
I
T
I
K
Cara Kerja Papanicolau
1. Alkohol 70 %, kocok 1 menit
2. Air mengair , rendam 1 menit
3. Haris Hematoksilin , masukan rendam 3 menit
4. Air mengair , Cuci rendam 3-5 menit
5. Masukan HCL 0,05 % , 2 - 4 celup
L 10.
11.
Alkohol 96%, masukan 1 menit
OG 6 , masukan rendam selama 3 menit
I 12. Alkohol 96 %, masukan 1 menit
Clearing - xylene
A
N Thin glass coverslips
A to protect the section
L Using
I
mounting
T media (Eg. DPX,
I Resins, Canada
K balsam etc.)
TAMBAHAN
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
1) Payudara Biopsi
2) Payudara Mastectomy
3) Tuba Palopi
4) Ovarium
5) Biopsi serviks
6) Uterus – Conisasi Cerviks
7) Uterus – Histeroktomi
8) Prostat
9) Buli buli
10) Appendiks
11) Tumor usus
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
1. Payudara ( Biopsi /eksisi massa teraba )
Prosedur :
1. Ukur jaringan sebelum dipotong dan timbang , berat jaringan jika berukuran
signifikan (lebih dari 50 gram)
2. keringkan, Tandai dengan tinta india pada permukaan, lalu keringkan kembali.
3. Bila specimen 3 cm atau lebih kecil, buat potongan setebal 3-4 mm.
4. Bila besar, belah spesimen secara melintang , letakkan permukaan terbelah di sisi
bawah, lalu ambil potongan pada sisi superior dan inferior
Deskripsi
1. Dimensi dan konsistensi dari spesimen.
2. Gambaran pada potongan : fibrosis, kista (ukuran, jumlah, isi), kalsifikasi, massa
tumor (ukuran tiga dimensi, warna, konsistensi, nekrosis, batas sayatan)
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
1. Payudara ( Biopsi /eksisi massa teraba ) – Lanjutan
Potongan untuk histology
1. Jika jaringan kecil, cetak seluruhnya (hingga 5 kaset)
2. Jika jaringan besar. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Setidaknya
2/3 bagian jaringan payudara (tidak meliputi lemak) harus di
proses. Termasuk lesi yang tampak dan batas sayatan yang
terwarnai.
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
1. Payudara ( Biopsi /eksisi massa teraba ) – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
1. Payudara ( Biopsi /eksisi massa teraba ) – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
1. Payudara ( Biopsi /eksisi massa teraba ) – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2. Payudara ( Mastectomy )
Variasi mastektomi
1. Simpel mastektomi mengangkat seluruh jaringan payudara disertai puting
dan kulit sekitarnya.
2. Pada radikal mastektomi, merupakan simple mastectomy dengan jaringan
lemak axilla disertai jaringan KGB pada axilla inferior
Prosedur
1. Timbang spesimen.
2. Pada kasus radikal mastektomi gunakan jaringan lemak axillary sebagai
petunjuk untuk bagian lateral dan bagian otot sebagai petunjuk untuk
bagian sisi atas. Kemudian tempatkan jaringan pada papan dengan bagian
bawah ke atas dan bagian atas ke bawah
3. Potong kelenjar getah bening sbb:
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2. Payudara ( Mastectomy ) – Lanjutan
Radikal mastektomi:
a. tempatkankah otot-otot pectoralis & lipat ketiak menurut posisi
anatomi. Gunakan potongan otot pectoralis sebagai panduan. Lipat
ketiak kadang-kadang terpisah selama operasi, apabila ditata dengan
benar akan membentuk massa lemak luas memanjang pada atas dan sisi
lateral, melintasi permukaan posterior pectoralis minor otot
b. Gunakan otot pectoralis minor sebagai petunjuk; lalu lipat ketiak dibagi 3
bagian:
1. Level 1: (low)--> bagian bawah batas otot.
2. Level 2: (middle)-->antara batas atas dan bawah batas bawah otot
3. Level 3: (high)--> bagian atas ,batas atas otot.
Lalu angkat masing-masing & fiksasi
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2, Payudara ( Mastectomy ) – Lanjutan
c. Sisihkan otot pectoralis minor dan cari KGB interpectoralis. Biasanya
ditemukan dekat ujung lateral dari permukaan bawah pectoralis mayor.
Jika tidak ditemukan KGB, ambil bagian lemak dari bagian ini untuk
pemeriksaan histopatologis.
d. Sisihkan otot pectoralis mayor & cari perluasan tumor
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2. Payudara ( Mastectomy ) – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2. Payudara ( Mastectomy ) – Lanjutan
Prosedur ( Lanjutan )
4. Angkat puting susu & areola mammae lalu fiksasi satu malam
5. Dengan pisau tajam & panjang lakukan lamelasi seluruh jaringan mammae
setebal 2cm
Sayat jaringan lipat ketiak & potong semua KGB yg sama berwarna putih &
biasanya ditemukan kira-kira 20 buah
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2. Payudara ( Mastectomy ) – Lanjutan
Deskripsi:
Buat catatan singkat pada waktu sediaan
diperiksa yang mencakup:
1. Bagian (kanan/kiri) & jenis mastektomi: radikal, modifikasi, simpel,
subkutan
2. Sebutkan seluruh jaringan meliputi: kulit, puting susu, mammae, otot
pectoralis mayor & minor, fascia, jar. Lipat ketiak, dinding dada
3. Ukur berat & garis tengah (kulit terpanjang & garis tegak lurusnya)
4. Bentuk & warna kulit, bentuk puting susu & aerola mammae
Jika ditemukan KGB periksa seluruhnya.
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2. Payudara ( Mastectomy ) – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
2. Payudara ( Mastectomy ) – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
3. Tuba Palopi
Prosedur:
1. Jika tuba melekat pada uterus sebaiknya fiksasi dalam posisi tsb. Ukur panjang
dan garis tengah yang terbesar
2. Jika besar tuba hampir serupa dengan ukuran normal, lameasi 5 mm. Lakukan
secara parsial sehingga tuba masih menyatu di serosa.
3. Jika tuba jelas membesar maka buat satu potongan longitudinal diikuti
potongan pararel jika perlu.
Deskripsi:
1. Ukur panjang & garis tengah terpanjang
2. Periksa serosa adakah perdarahan, perlekatan ke ovarium atau jaringan lainnya
3. Periksa mukosa apakah ada atrofi atau hyperplasia.
4. Periksa lumen apakah utuh atau melebar.
5. Jika ada massa, ukur dan lihat perluasannya. Bila ada kista pada para ovarium
ukur garis tengah, tebal dinding, isi, dan bertangkai / tidak
6. Pada kasus-kasus yg disangka ada kehamilan ektopik, periksa apakah terdapat
plasenta, jumlah perdarahan, dan embrio.
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
3. Tuba Palopi – Lanjutan
Prosedur
Sediaan untuk pemeriksaan Histopatologis:
1. Jika tuba tidak ada kelainan ambil maksimal 3 potong dari masing-masing tuba
yaitu proximal, tengah dan bagian distal
2. Untuk tuba dengan disangka kehamilan ektopik: dibuat sediaan dari beberapa
jaringan yang merupakan hasil konsepsi.
3. Untuk tuba dengan ada tumor buat sekurang-kurangnya 3 potong
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
3. Ovarium
Prosedur:
1. Ukur, jika tampak abnormal,timbang berat spesimen.
2. Jika jaringan diterima dalam keadaan segar
3. Lakukan potongan penampang dan fiksasi.
4. Bila membesar, lakukan lamelasi dan fiksasi
Deskripsi:
5. Ukur dan bentuk. Timbang berat jika membesar. Kemudian periksa
apakah kapsul menebal, perlekatan, ruptur, dan permukaan luar licin
atau irreguler.
6. Setelah lamelasi, deskripsi korteks, medulla, dan hilum. Adakah kista
dengan ukuran dan isinya. Tampak korpus luteum, kalsifikasi, dan
perdarahan.
7. Bila ada tumor periksa permukaaan massa, solid atau kistik, dan
kandungan massa.
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
4. Ovarium – Lanjutan
Potongan Untuk Histologis:
1. Untuk oopherectomy: ambil 1 potong sagital dari masing-masing
ovarium
2. Untuk kista: ambil maksimal 3 potong dari dinding kista terutama dari
daerah dengan pertumbuhan papilifer
3. Untuk tumor: buat setidaknya 3 potong (1 untuk setiap sentimeter
massa) dengan 1 potong untuk ovari normal jika memungkinkan.
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
4. Ovarium – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
5. Biopsi serviks
Prosedur:
1. Jaringan biopsi cervix harus dicetak seluruhnya.
2. Pemotongan dilakukan pada jaringan berdiameter 4 mm atau lebih.
3. Periksa wadah jaringan secara menyeluruh termasuk tutup dari wadah
Deskripsi:
4. Hitunglah jumlah potongan yang diterima, periksa bentuk, warnanya.
5. Ukuran kombinasi seluruh jaringan
6. Periksa ada tidaknya epitel. Erosi, ulkus, dan irregularitas ketebalan
epithel.
Prosedur:
1. Ukur dan timbang jaringan.
2. Jika uterus yg diterima utuh dan segar:
a. Buka & potong dgn gunting melalui kedua dinding lateral dari cervix
ke kornuat uterus
b. Tandai bagian anterior.
c. Lakukan lamelasi tambahan jika menemukan massa.
d. Lakukan lamelasi transversal dimulai dari endocervical.
e. Buat beberapa potongan dari cervix melalui canal cervix.
f. Buat setidaknya satu potongan dari setiap myoma yang ditemukan.
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
7. Uterus –Histeroktomi - lanjutan
Deskripsi:
1. Harus diterangkan jenis histerektomy: apakah total, radikal
atau dengan salpingoopherectomy
2. Periksa bentuk uterus, apakah ada penebalan atau benjolan.
Periksa serosa termasuk perlengketan.
3. Periksa endometrium: apakah menebal, adakah polip atau
kista.
4. Periksa bentuk cervix: ektocervix, squamo-columner juntion,
endocervix, adakah erosio, polip atau kista
5. Periksa apakah ada myoma, jumlah myoma, lokalisasinya
(subserosa, intramural, submukosa). Ukuran myoma, adakah
bertangkai atau tidak
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
7. Uterus –Histeroktomi - lanjutan
Uraian:
1. Timbang berat dan ukur jaringan
2. Jika ada tumor, ukur dan tentukan lokalisasi, warna, dan
perluasan tumor ke prostat
3. Kemudian periksa urethra apakah masih intak atau adakah
infiltrasi tumor. Juga vesica seminalis diperiksa apakah dikenai
tumor.
Sediaan untuk pemeriksaan Histopatologis:
4. Untuk tumor ambil 3 potong meliputi simpai & urethra
5. Jika tidak ada tumor ambil potongan dari masing-masing lobus
6. Ambil juga potongan dari vesica seminalis dan pinggir sayatan
uretra
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
8. Prostat – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
9. Buli Buli
Cara pemotongan:
Ada 2 cara tergantung pada jenis lesi yg ada & keadaan organ
ketika diterima di lab:
1. Buka dengan gunting dalam bentuk Y melalui dinding anterior,
tahan pada papan dan fiksasi selama 1 malam dalam formalin.
2. Isi dengan formalin kemudian fiksasi selama 1 malam. Potong
hingga sisi anterior dan posterior terpisah dengan memotong
dinding lateral buli-buli. Kemudian belah bagian prostat yaitu
melalui leher buli-buli melalui uretra.
Uraian:
3. ukur buli-buli, panjang ureter & organ lain yang ada
4. Periksa tumor: ukur tebalnya,lokasi, luas dari perluasan,
bentuk papiler/ulkus
5. Kemudian periksa mukosa yang tidak dikenai tumor: tebal dari
mukosa yg jauh dari tumor
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
9. Buli Buli – Lanjutan
Sediaan untuk pemeriksaan histopatologis:
1) Ambil dari tumor maksimal 3 potong yaitu melalui dinding buli-buli
2) Ambil satu potong dari masing-masing leher buli-buli
3) Ambil dari kedua ureter masing-masing maksimal 3 ptg
4) Pada pria ambil prostat & vesika seminalis & jika ada KGB perivesical
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
9. Buli Buli – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
9. Buli Buli – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
9. Buli Buli – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
10. Apendiks –
Prosedur :
1.Ukur specimen (panjang dan diameter terkecil dan terbesar)
2.Lakukan pemotongan mengikuti penampang 2 cm dari tepi di bagian distal
3.Lakukan lamelasi dengan interval 5 mm pada bagian proximal.
Deskripsi
1. Panjang dan diameter terbesar
2. Permukaan : fibrin, pus, perdarahan, perforasi ?
3. Ada lesi pada dinding ?
4. Mukosa ulseratif , hiperemis ?
5. Lumen berdilatasi ? Fecalith atau batu?
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
10. Apendiks – Lanjutan
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
11. Usus –
Prosedur
1. Sisihkan kelenjar getah bening dan mesenteri selama spesimen masih segar.
2. Buka sepanjang usus secara longitudinal tanpa memotong melintasi tumor. Tahan
jaringan dan lakukan fiksasi.
3. Ambil foto dan identifikasi lokasi jaringan yang diambil.
4. Jika tumor menembus cukup dalam, lakukan diseksi vena untuk melihat adanya invasi
tumor.
5. Potong jaringan tegak lurus terhadap arah dari lipatan mukosa
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
11. Usus – Lanjutan
Deskripsi
1. Bagian dari usus besar yang dikeluarkan, panjang dari spesimen, dan jumlah dari
mesenterium
2. Karakteristik dari tumor: ukuran (termasuk ketebalan), capaian tumor, bentuk
(fungating, datar, ulseratif), adanya nekrosis atau perdarahan, penetrasi dinding usus,
keterlibatan serosa, nodul satelit, invasi pembuluh darah, atau organ sekitarnya.
3. Jarak tumor dari masing-masing batas potongan.
4. Lesi lain di usus dan bentuk dari mukosa yang sehat. Jika tidak ditemukan polip lain,
dilaporkan.
5. Jumlah dari Kelenjar getah bening yang ditemukan termasuk dimensi dari kelenjar
getah bening
TATA CARA PEMOTONGAN GROSS
11. Usus – Lanjutan