Anda di halaman 1dari 59

ALUR PELAYANAN

SENTRA DIAGNOSTIK
PATOLOGI ANATOMI

YADI APRIYADI, S.SI


Laboratorium Patologi Anatomi
RSUD dr. Slamet Garut
(08112429759)
KELENGKAPAN
IDENTITAS: NAMA, IDENTITAS &
P UMUR, JENIS KETERANGAN KLINIK
R KELAMIN, ALAMAT,
SUKU, AGAMA,
A PEKERJAAN; NO CM
- JANGAN LUPA ADMINISTRASI
A
KETERANGAN KLINIK
N KETERANGAN HASIL
• LOKASI DAN UKURAN LESI
A PEMERIKSAAN KLINIK
• DURASI DAN
L PROGRESIFITAS
•DIAGNOSIS KLINIS
I • KELUHAN YANG
•PEMERIKSAAN
T BERHUBUNGAN
PENUNJANG
I • HASIL PATOLOGI (LABORATORIUM
TERDAHULU BILA ADA DAN RADIOLOGIS)
K
• PENYAKIT LAIN YANG STATUS EKONOMI
MENULAR (AIDS, DLL)
• RIWAYAT PENYAKIT LAIN •ASURANSI
•KELAS RAWAT
P LOKASI
KETERANGAN  PEMERIKSAAN
KHUSUS RADIKALITAS
R BAHAN/OR SAMPLING OPERASI
A GAN
BATAS SAYATAN
-
A
N
A BENTUK
L KONDISI BENJOLAN
LESI
I UKURAN
T KONSISTENSI
I MOBILITAS

K WARNA
TAMPILAN
SAAT OPERASI
P
R
A
-
A
N
A
L
I
T
I
K
FIKSASI

P Prinsif dasar Fiksasi


R 1. Koagulasi
A Proses pengumpalan partikel koloid didalam
- sel shg partikel partikel tersebut bersifat netral dan
A membentuk endapan.
N Secara Kimiawi : Terjadinya ikatan silang
A ( Protein dan komponen dalam larutan fiksatif ) shg
L sel tahan terhadap gerakan air dan jg cairan
I lainya yang mempengruhi sel tersebut.
T Secara Fisik : ( Pori pori membran sel membesar
I ketika dimasukan ke larutan fiksatif).
K Memudahkan proses parafinisasi dan pewarnaan
2, Presipitasi
Presipitasi adalahPengendapan yang terjadi akibat
koagulasi yang terjadi sebelumya.
,
FIKSASI

P Faktor yg mempengaruhi Fiksasi


R 1. Suhu
A Peningkatan suhu berbanding lurus dng peningkatan
- kecepatan penetrasi larutan fiksatif ke jaringan.
A 2, Penetrasi larutan
N • Waktu penetrasi
A • Tingkat penetrasi
L Misalnya dalam penggunaan buffer formalin 10 %
I Maka lar fiksasi tersbut akan masuk kejaringan
T sedalam 1 mm, selama 1 jam, maka jika Ketebalan
I jaringan 25 cm, ( nilai Koefisien diffuse K = 0,79)
K Hasil : 1 jam ( 0,8 mm penetrasi ), 2 jam (1,2mm ),
4 jam ( 1,6 mm ),8 jam (2,2 mm).
FIKSASI

P Faktor yg mempengaruhi Fiksasi ( Lanjutan )


R 3, Dimesi Spesimen
A Semakin luas dimensi spesimen maka pematangan
- spesimen semakin cepat
A 4, Rasio Volume
N Semakin sedikit lar. Fiksasi yg digunakan maka
A mengurangi kecepatan penetrasi.
L Minimal perbandingan nya 1 : 20.
I 5, pH ( Keasaman )
T pH sel 6,8-7,2 ( Normal)
I Jika pH Asam : Terbentuk asam format bereaksi dng
K Hb membentuk artefak ( asam hematin formaldehid)
Jika pH Basa : maka yg terjadi sel akan mengalami
Pembengkakan
FIKSASI PADA SEDIAAN HISTOLOGI

P Jenis Jenis Lar Fiksasi


R 1, Formalin
A Yang umum digunakan yaitu buffer formalin 10%
- Cairan fiksasi  disiapkan  botol bermulut lebar/
A yang beretiket :
N Nama Pasien
A Tanggal Lahir / Usia
L No. Medrek
I Keterangan lokasi (jika lebih dari 1 lokasi)\
T 2, Lar. Bouin ( Paul Andre Bouin 1870-1962) pH 1,5-2
I Biasanya digunakan untuk melihat serat kolagen / struktur
K Atau pola dari kromatin sel refroduksi. Efeknya
menyebabkan jaringan menjadi kuning dan Pengerutan.
Tapi memiliki penetrasi yang tinggi dan merata dibanding
NBF 10%
FIKSASI PADA SEDIAAN HISTOLOGI

P 2, Lar. Bouin (lanjutan )


R Pembuatan :
A • Asam Pikrat 2,1% dalam aquadest ..........1500 mL
- • Formalin (37% formaldehide ).................. 500 mL
A • Asam Asetat Glasial .................................. 100 mL
N Penggunaan lar. bouin sangat cocok untuk sediaan yg
A Hendak dilakukan pewarnaan Trichrome.
L Sangat berbahaya bisa meledak dalam keadaan kering
I
T
I
K

Contoh sediaan dengan pengawetan Lar.Boin (Testis)


FIKSASI PADA SEDIAAN HISTOLOGI

P 3, Zenker Formol ( Cairan Helly)


R Mengandung Merkuri Klorida
A Daya Fiksasinya cepat dan kuat, tetapi kecepatan
- penetrasinya berkurang setelah meresap jauh beberapa
A millimeter pertama dan potongan jaringan yang melebihi 5
N mm pada umunya cenderung keras ( rapuh). Overfixed
A dibagian pinggir sementara dibagian tengah lunak karena
L underfixed.
I Fiksasi ini sangat cocok untuk fiksasi sumsum tulang dan
T limpa, mitocondria.
I
K
FIKSASI PADA SEDIAAN HISTOLOGI

P 3, Zenker Formol ( Cairan Helly)


R Mengandung Merkuri Klorida
A Daya Fiksasinya cepat dan kuat, tetapi kecepatan
- penetrasinya berkurang setelah meresap jauh beberapa
A millimeter pertama dan potongan jaringan yang melebihi 5
N mm pada umunya cenderung keras ( rapuh). Overfixed
A dibagian pinggir sementara dibagian tengah lunak karena
L underfixed.
I Fiksasi ini sangat cocok untuk fiksasi sumsum tulang dan
T limpa, mitocondria.
I
K
FIKSASI PADA SEDIAAN HISTOLOGI
KAPAN DILAKUKAN?

Secepat mungkin dimasukkan larutan fiksasi (<30 Menit)


P  
R
CARA MEMBUAT
A LARUTAN FIKSASI
BNF 10% VOLUME 5-

-
10X KONSENTRASI
JARINGAN MEMPENGARUHI
INFILTRASI

A SODIUM

N
DIHIDROGE
FO 0%

ST N FOSFAT
4
R M 10

A DE MONOHIDR
AL 0C

U C

A
DE C

AQ 0C AT 4 g
90
HI
D

L Disodium

I
hidrogen
fosfat
anhidrat 6,5

T
g

 Jaringan besar : dibuat sayatan sejajar


I •
TUJUAN :
MENCEGAH AUTOLISIS DAN KERUSAKAN JARINGAN
dengan pisau tajam berjarak 0,5-1cm
agar fiksatif merata pada seluruh
K •

MEMPERTAHANKAN BENTUK DAN ISI JARINGAN
MENJAGA PROSES JARINGAN SELANJUTNYA BAIK

bagian jaringan, luar dan dalam
Jaringan terfiksasi sempurna : keras
• MEMPERTAHANKAN KOMPONEN JARINGAN/SEL UTUH
• MEMADATKAN CDAN MENGERASKAN JARINGAN  konsistensinya , berwarna putih atau
MUDAH DIPOTONG coklat
   

   

FIKSASI TERSTANDAR KUNCI PROSES JARINGAN


SELANJUTNYA BERJALAN LANCAR
FIKSASI PADA SEDIAAN SITOLOGI
1. Fiksasi Basah
P Tindakan fiksasi yg dilakukan dimana sediaan masih dalam
R Keadaan basah / lembab.
A a. Alkohol 95-96% ( Etanol 95-96%)
- Paling sering digunakan karena memberikan karaktersitik
A inti yg ideal.
N b. Metanol Absolute
A Biasanya dilakukan untuk fiksasi sediaanyg berbasis
L cairan spt Thin Prep, sure prep dll.
I c. Eter : Alkohol 95% ( 1:1)
T Merupakan fiksasi awal yang digunakan untuk fiksasi
I sediaan pap smear. Karena campuran ini menghasilkan
K sediaan yg lebih baik dibandingkan alkohol 95-96%.
Namun eter memiliki sifat yg berbahaya
FIKSASI PADA SEDIAAN SITOLOGI
d. Propanol dan isopropanol 80%
P Menyebabkan penyusutan sel lebih sedikit daripada
R eter –alkohol 95% / metanol karena dengan
A menggunakan presentase yang lebih rendah alkohol
- ini penyusutan di imbangi dengan efek pembengkakan
A akibat air yang ada dalam larutan fiksatif
N Oleh karena itu sangat disarankan merupakan pengganti
A etanol 95-96%.
L 2, Fiksasi “ Coating” ( Alkohol dan polietilen glicol)
I Fiksasi ini dilakukan dengan memberikan aerosol
T ( Penyemprotan ) pada sediaan sitologi
I Fungsi ganda : menjaga sel dari kerusakan (Fiksasi ) dan
K pada saat kering membentuk lapisan tipis sebagai pelindung
diatas sediaan sitologi.
FIKSASI PADA SEDIAAN SITOLOGI
2, Fiksasi “ Coating” ( Lanjutan )
P Fiksasi ini sangat cocok untuk pengiriman sediaan dimana
R Laboraotium PA sangat jauh,.
A Jarak semprot ideal adalah 25-30 cm.
- Tidak bagus digunakan pada sediaan yg banyak mengandung
A Eritrosit. ( Menyebabkan pengumpalan eritrosit).
N Lilin dan Minyak ( Melapisi sediaan ) harus Dinetralkan
A dulu dengan menggunkan alkohol 95%. ( Semalam)
L 3, Fiksasi Kering
I Fiksasi yg dilakukan dengan mengeringkan sediaan tersebut
T di udara terbuka ( udara kering )/ menggunakan pemanasan
I sampai kering( hotplate/ suhu max 50 C ). Biasanya digunkan
K Untuk sediaan yg menargetkan koloid, mucin ( Pewarnaan
yang cepat 2-3 menit )
FIKSASI PADA SEDIAAN SITOLOGI
4, Fiksasi Khusus
P a. Fiksasi Carnoy ( untuk spesimen yg hemoragik)
R asam asetat dalam larutan ini akan melisiskan eritrosit.
A Disarankan untuk melihat inti serta pengawet glikogen.
- Daya penetrasi cepat, Fiksasi ini sering digunakan
A apabila suatu diagnosa perlu ditegakan dengan cepat.
N Namun menghasilkan penyusutan pada sel sehingga
A cenderung menghasilkan pewarnaan yg lebih dari
L hematoxilin( bisa menyebabkan kerusakan kromatin)
I
T
I
K
FIKSASI PADA SEDIAAN SITOLOGI

P b. Fiksasi Cair ( FAA)


R fiksasi ini merupakan yang baik digunakan untuk
A “ cell blok “
-
A
N
A
L
I
T
I
K
FIKSASI PADA SEDIAAN SITOLOGI
P
R
A
-
A
N
A
L
I
T
I
K
DECALSIFIKASI
Merupakan proses pengurangan garam mineral atau
P penghilangan garam kalsium dalam jaringan.
R Prinsif
A Penghilangan garam kation kalsium melaui mekanisme
- Anion. (Anion berasal dari larutan dekalsifikasi yang
A biasanya berasal dari larutan asam)
N Lar. Dekalsifikasi yg baik harus dapat menghilangkan
A Semua kalsium tanpa menimbulkan efek buruk pada
L sel atau jaringan
I Sebelum di dekalsifikasi , jaringan sebaiknya di fiksasi
T Terlebuh dulu
I
K
DECALSIFIKASI
Faktor faktor yg mempengaruhi Decalsifikasi
P 1, Ketebalan Tulang
Semakin tebal, maka dekalsifikasi semakin lama
R
2, Kerapatan Desitas tulang
A Tulang yg memiliki byk ion kalisum, tentu
- butuh waktu yg lama
A 3, Suhu
N Suhu yg tinggi mngurangi kualitas pewarnaan inti
( Pucat)
A
4, Agitasi
L Suatu kegiatan yang diberikan secara mekanik
I 5, Tekanan / Volume
T Pemberiaan tekanan vakum untuk mengilangkan
I Gelembung udara.
6, Volume Larutan
K
DECALSIFIKASI
Macam macam Lar. Decalsifikasi :
P 1, Asam mineral Kuat
• Asam Nitrit 5 %
R
• Parenyi’s ( 10% asam nitrat sebanyak 40mL, 0,5 % Asam
A Kromat sebanyak 30mL, Alkohol absolut 30mL)
- • Asam Klorida 5 – 10%
A • Lar. Von Ebner’s ( Natrium Klorisa jenuh sebanyak 50mL
N Aquadest sebanyak 42 mL, 8 mL asam Klorida)
Jika penggunaan dekalsifikasi berlebih akan menyebabkan
A
hilangnya pewarnaan inti dan jaringan menjadi lebih basah
L sehingga sulit untuk pematangan sel.
I 2, Asam Organik Lemah
T • Asam Format 10 %
I • Evans Krajian ( Asam format 25mL, Natrium Sitrat 10 gr,
Aquadest 75 mL)
K
• Kristensen ( Asam format 18mL, Natrium Format 3,5 gr,
Aquadest 82mL)
DECALSIFIKASI
3, Larutan Chelating ( EDTA )
P Bekerja menangkap ion kalsium dari permukaan apatit dan secara
perlahan lahan mengurangi ukuranya.
R
Proses ini sangat lambat tapi akan menghasilkan sediaan yg bagus
A
- Setelah dilakukan proses dekalsifikasi akan menyebabkan
A Tersimpanya sisa larutan dekalsifikasi pada jaringan. Untuk meng-
N hilangkan diperlukan metode menetralkan sisa asam.
Metode yg sering digunakan yaitu menggunakan air keran
A
mengalir atau pemberiaan larutan basa.
L Apabila tidak dilakukan akan menyebabkan pewarnaan menjadi
I tidak merata dan terdapat bercak hitam dalam jaringan sebagai
T Sisa kalsium.
I
K
P
R
A
-
A
N
A
L
I
T
I
K
ANALITIK
Histoteknik - Sitoteknik

A • Histoteknik : Proses pembuatan preparat histologi


• Sitoteknik : Proses pembuatan preparat sitologi
N
• Pengolahan jaringan terdiri dari beberapa tindakan yang saling
A
menentukan satu sama lain, dengan urutan yaitu;
L
1. Dehidrasi,
I
2. Clearing/penjernihan,
T
3. Impregnation
I
4. Blocking/embedding,
K
5. Pemotongan,
6. Pewarnaan.
7. Mounting dan labeling
DEHIDRASI – Histoteknik
•Proses Penarikan / pengeluaran air dari jaringan dengan
menggunkan alkohol dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi .
A
•Jika gradien konsentrasi reagen terlalu berlebih, maka arus
N
A difuse yg melewati membran sel akan meningkat kemung-
L kinan terjadi kerusakan pada sel
I • Dehidrasi berlebih menyebabkan jaringan keras, rapuh.
T • Dehidrasi yg tidak sempurna akan mengganggu penetrasi
I
Reagen pembening ( Xylol) masuk kejaringan.
K
DEHIDRASI – Histoteknik
•Macam macam Cairan Dehidrasi
 Etanol ( Paling sering dipakai )
 Aseton ( penetrasi kurang shg jaringan rapuh jika lama )
A
 Metanol ( Lebih toksik dari etanol)
N
A  Isoporpil Alkohol ( Bagus, karena tidak menimbulkan
L Penyusutan pada jaringan )
I  Butil Alkohol ( Butanol ) ( Penetrasi lambat )
T •Prosedur
I
• Siapkan 5 buah wadah dan isi masing masing wadah
K
dengan alkohol 70%, 80%, 95 %, 95% dan Etanol
• Masukan sampel kedalam wadah tersebut,
lalu simpan di dalam oven suhu 65°C selama 45 menit
DEHIDRASI - Histoteknik
•Ciri Dehidrasi berhasil adalah
 Tidak terlihat lagi aliran perpindahan larutan
( Ketika dimasukan kedalam lar. Dehidrasi terakhir )
A
 Warna yg dihasilkan jaringan abu abu pucat
N
A  Tekstur lunak dan rapuh
L
I
T
I
K
CLEARING ( Pembeningan )- Histoteknik
•Suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan dan
menggantinya dengan larutan yang dapat berikatan dengan
parafin
A
•Macam macam larutan clearing :
N
A Cedarwood oil ( Paling bagus, tidak mengeraskan jaringan,
L mahal ),Choloform (hampir sama dengan Cedarwood oil,
I titik ahir tidak bisa dilihat oleh mata ), Xylen/benzena
T ( Paling sering digunakan, hati hati karsinogenik ),
I
Benzil benzoat ( Penetrasi waktu yang lama).
K
•Ciri Clearing berhasil adalah Jaringan menjadi bening,
Tembus cahaya.
CLEARING ( Pembeningan )- Histoteknik
•Prosedur
 Siapkan 2 buah wadah dan isi masing masing
A wadah dengan Xylen I dan Xylen II
N  Masukan sampel kedalam wadah tersebut,
A lalu simpan di dalam oven suhu 65°C selama
L 45 menit
I
T
I
K
INFILTRASI - Histoteknik
•Pembenaman atau proses pengeluaran cairan pembening
( Clearing agent ) dengan menggantikanya dengan parafin.
•Lilin Parapin yg mempunyai titik leleh tinggi, baik digunakan
A
N Untuk jaringan keras ( Tulang ), dapat memungkinkan
A Pemotongan yg tipis, namun kesulitan dalam proses
L Pembuatan pita.
I • Lilin parapin yg mempunyai titik leleh rendah akan lembut
T namun tidak dapat mendukung untuk jaringan yg keras
I
( Lebih sulit mendapatkan pemotongan yg tipis namun
K
mudah membuat pita .
INFILTRASI - Histoteknik
•Prosedur
 Siapkan 2 buah wadah dan isi masing masing wadah
dengan parafin cair I dan parafin cair II
A
 Masukan sampel kedalam wadah I tersebut, lalu
N
A simpan di dalam oven suhu 65°C selama 45 menit
L  Lalu masukan sampel ke wadah II simpan di dalam
I oven suhu 65°C selama 1 hari
T .
I
K
INFILTRASI - Histoteknik
•Infiltrasi I ( Parafin cair I ), selama 45 menit

A
N
A
L
I
T •Infiltrsi II ( Parafin cair II ), selama 1 hari
I
K
Gambar . Automated Tissue Processor
BLOCKING ( Teknik Penanaman ) - Histoteknik
•Proses pembuatan blok preparat, menggunakan bahan
dari parafin .
• Hal yg perlu diperhatikan yaitu mengorientasikan jaringan
A
N secara tepat . Jaringan dapat diorientasikan ditepi, diujung
A atau dipermukaan , tergantung dari jenis jaringan yang
L ditanam.
I • Kesalahan yg terjadi pada tahap penanaman adalah
T Kesalahan diagnosis. Utuk memperbaikinya dapat
I
dilakukan potong dalam atau tanam ulang.
K

.
BLOCKING ( Teknik Penanaman ) - Histoteknik
•Prosedur ( tanpa Base mold – cara manual )
 Siapkan cetakan ( Bekas Tutup cover glass) kosong
 Tuangkan sedikit demi sedikit parafin cair dibagian
A pinggir sampai menutupi bagian atas cetakan
N  Secepatnya masukan sampel ke dalam cetakan
A tersebut ( Posisikan sampel sesuai yg diharapkan)
L  Beri label identitas sampel ( Simpan didalam kulkas)
I •. Prosedur ( dengan Base mold – cara manual )
T  Tuangkan parafin cair pd base mold
I  Secepatnya masukan sampel ke dalam basemold
K ( Posisikan sampel sesuai yg diharapkan)
 Dinginkan dasar base mold shg posisi tidak terjadi
Perubahan
 Tutup dengan kaset jaringan
 Tuangkan kembali parafin cair sampai batas maksimal
 Dinginkan
SECTIONING ( Pemotongan )- Histoteknik
• Pengirisan blok parafin dengan microtome
• Prosedur “ Persiapan “
 Persiapkan pisau microtome ( harus tajam ), dan
A
N lekatkan pada microtome ( dengan sudut kemiringan
A 20 – 30 derajat ) dan kunci dengan kuat.
L  Retakan blok parafin di holder microtome , kunci
I dengan kuat
T  Persiapkan objek glass dan sudah diberi label identitas
I  Persiapkan warterbath ( suhu 37-40 C )
K
 Persipan cairan berisi albumin ( untuk menempelkan
pitaparapin pada objek glass )
SECTIONING ( Pemotongan )- Histoteknik
• Teknik Pemotongan
 Pemotongan Triming, Atur ketebalan microtome 25 mikrometer.
 Gerakan blok parafin secara teratur dan ritmis , sampai
A mendapatkan potongan yang mengandung preparat jaringan.
 Pemotongan Mikros, atur ketebalan microtome antara
N
2 – 5 mikrometer
A  Gerakan blok parafin secara teratur dan ritmis, sampai
L mendapatkan potongan pita parafin
I  Pita parafin yang mengandung jaringan lalu pindahkan secara
T hati hati ke dalam cairan berisi albumin
I  Angkat dan pindahklan secara hati hati ke dalam waterbath
K dan biarkan beberapa saat sampai pita parafin mengembang.
 Setelah pita parafin terkembang tempelkan pada objek glass,
lalu gerakan ke luar secara hati hati agar pita parafin tidak
melipat.
 Objek glass diletakan pada hot plate
SECTIONING ( Pemotongan )- Histoteknik
• Pemotongan jaringan yg keras seringkali sulit dilakukan
Penyebanya adalah proses fiksasi yg kurang baik ( terlalu
lama ), bisa diatasi dengan menggani pisau microtome,
A
N merendam blok parafin pada air mengalir selama 30 menit
A dan rubah sudut pisau.
L • Ketika sudah dapat pita jaringan dimasukan kedalam lar.
I Albumin ( Untuk menempelkan di objek glass), kemudiaan
T masukan kedalam waterbat ( air hangat) untuk membantu
I
mengurangi lipatan pada pita jaringan.
K
• Setelah pita jaringan menempel pada objek glass ,
kemudiaan keringkan pada hotplate untuk menghilangkan
sisa air yg terperangkap dibawah pita jaringan.
STAINING ( Pewarnaan ) - Histoteknik
• Pewarnaan adalah proses pemberiaan warna pada jaringan
yang telah dipotong .
• Pewarnaan Hematoksilin Eosin
A • Hematoksilin ( Bersifat Basa ) mewarnai komponen sel yang
N bersifat asam ( Inti sel ), jadi inti sel warna biru.
A • Eosin ( Bersifat asam ) akan mewarnai komponen sel yang
L bersifat basa ( sitplasma) , jadi sitoplasma berwarna merah muda
I
T
I
K
Cara Kerja
1. Xylol 1 ,kocok simpan selama 10 menit
2. Xylol 2 , kocok simpan selama 10 menit
3. Alkohol Absolute , kocok sebanyak 20 celup
4. Alkohol 95 %, kocok sebanyak 20 celup
5. Alkohol 80 %, kocok sebanyak 20 celup
A 6. Alkohol 70 %, kocok sebanyak 20 celup
N 7. Cuci di air mengalir,sambil dikocok
A 8. Hematoxyllin selama 10 menit
Cuci di air mengalir, sambil dikocok
L 9.
10. Lithium, kocok 20x celup
I 11. Cuci air mengalir,sambil dikocok
T 12. Alkohol 70 %, kocok 20 x celup
I 13. Eosin selama 2 menit
14. Cuci di air mengalir,sambil dikocok
K 15. Alkohol 70 %, kocok 20 x celup
16. Alkohol 80 %, kocok 20 x celup
17. Alkohol 95 %, kocok 20 x celup
18. Alkohol Absolurte, kocok 20 x celup
19. Setelah alkohol absolute tiriskan dahulu sampai kering.
Pemotongan Gros Prosesing Pemuatan blok Parafin  Embeding

A
N
A
L
I
T
Pita paraffin dlm water bath Pemotongan mikrotom Blok parafin
I
K

Pewarnaan Labeling Diagnosis KUALITAS SEDIAAN


PROCESSING DAN
SITOTEKNIK
A Sitoteknik terdiri dari :
N
A
L SITOTENIK
I
T
I 1.Apusan Langsung
/Convesional
2.Centrifugatio 3. Liquid Base 4. Blok Sel

K Smear
n (CF) Cytology (LBC)

/ Direct smear
SITOTEKNIK
1, Apusan langsung / konvensional Smear /Direct Smear
• Metode pembuatan preparat dengan cara mengoles / membuat
lapisan tipis dari spesimen berbentuk cairan diatas objek glass.
• Sampel bisa berupa Pap Smear
A • Prosedur :
N  Sampel / sekret dioles langsung ke dalam objek, buat apusan .
A  Sampel fiksasi dengan alkohol 96% minimal 30 menit
L  Lakukan pewarnaan Papanicolau
I 2, Tenik Centrifuge
T • Sampel bisa berupa Urine , Pleura, Ascites , CSF
• Prosedur :
I
 Makroskopis spesimen ( Volume , warna , kekeruhan )
K  Tuangkan spesimen 10-15 ml ke dalam tabung centrifuge
 Centrifuge 10 menit – 1800-2500 rpm
 Siapkan dua buah slide ( Fiksasi basah ) warnai dengan Papanicolau
 Siapkan dua buah slide ( Fiksasi kering ) warnai dengan Giemsa
SITOTEKNIK
3, LBC ( Lyquid base Cytologi )
• Prosedur :
 Sampel diambil dan dimasukan kedalam wadah yg berisi media
A pengawet / media trasnport . Kemudian sel sel tersebut akan
N tersebar dalam cairan tersebut. Cairan diambil dalam jumlah yang
cukup untuk prosesing. Sel- sel akan dipisahkan dengan cara sentrifugasi
A
atau filtrasi dan disimpan diatas slide sebagai lapisan yang tipis/monolayer
L
I
T
I
K
SITOTEKNIK
3, LBC ( Lyquid base Cytologi ) – Lanjutan
Keuntungan LBC
 Mengurangi jumlah apusan yang tidak adekuat dan pengulangan terhadap apusan

A  Sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi Lesi Abnormal

N  Seluler di pertahankan
A  Preparasi sangat baik karena sample yang disimpan didalam cairan
L
I 4, Cell Blok / Sito Blok
T Prinsip kerja sito blok adalah pengambilan fragmen jaringan dari spesimen
sitologi untuk dibentuk ke dalam blok parafin yang meliputi proses fiksasi,
I
Penjernihan (clearing), impregnasi, Pengeblokan (embedding), pemotongan,
K pengecatan, dan diperiksa dibawah mikroskop.
SITOTEKNIK
4, Cell Blok - Lanjutan
• Keuntungan Cell blok
 Sediaan sitologi lebih mudah dinilai oleh ahli patologi
 Ketersediaan blok sel memungkinkan untuk dilakukan pemotongan berulang
A yang lebih banyak
N  Memanfaatkan sisa material yang menggumpal seperti fragmen jaringan
A  Penyimpanan blok sel lebih mudah
L  Deteksi mikroorganisme seperti jamur dan bakteri
I • Prosedur :
T  Sediaan yang akan diperiksa di vortex terlebih dahulu ( spy Homogen )
 Cairan yang akan diperiksa dimasukkan ke tabung reaksi secukupnya,
I
kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit
K  Setelah itu akan diperoleh endapan, cairan (supernatan) dibuang
 Endapan yang diperoleh difiksasi dengan menggunakan alkohol 96%
selama 30 menit
 Setelah itu cairan fiksasi dibuang dan endapan dimasukkan ke kertas saring
 Proses sesuai dengan teknik sediaan histologi
SITOTEKNIK
 Pewarnaan Papanicoalu
• Prinsip pengecatan papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi,
dan dehidrasi sel.
• Pengecatan papanicolaou menggunakan zat-zat warna yaitu Haris
A hematoxyllin (HE) untuk mewarnai kromatin dan membran inti (biru-ungu)
N dan anak inti (merah, merah muda, atau orange), Orange G untuk memberi
A warna cerah pada sitoplasma (kuning-orange), dan Polychrome (EA-50).
L
I
T
I
K
SITOTEKNIK
 Pewarnaan Papanicoalu
• Prinsip pengecatan papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi,
dan dehidrasi sel.
• Pengecatan papanicolaou menggunakan zat-zat warna yaitu Haris
A hematoxyllin (HE) untuk mewarnai kromatin dan membran inti (biru-ungu)
N dan anak inti (merah, merah muda, atau orange), Orange G untuk memberi
A warna cerah pada sitoplasma (kuning-orange), dan Polychrome (EA-50).
L
I
T
I
K
Cara Kerja Papanicolau
1. Alkohol 70 %, kocok 1 menit
2. Air mengair , rendam 1 menit
3. Haris Hematoksilin , masukan rendam 3 menit
4. Air mengair , Cuci rendam 3-5 menit
5. Masukan HCL 0,05 % , 2 - 4 celup
A 6. Air mengair , Cuci rendam 2 menit
7. Bluing reagen , masukan 1 menit
N 8. Air mengair , Cuci rendam 2 menit
A 9. Alkohol 70 %, masukan 1 menit
10. Alkohol 96%, masukan 1 menit
L 11. OG 6 , masukan rendam selama 3 menit
I 12. Alkohol 96 %, masukan 1 menit
Alkohol 96 %, masukan 1 menit
T 13.
14. EA -50 , masukan rendam selama 3 menit
I 15. Alkohol 96 %, masukan 1 menit
K 16. Alkohol 96 %, masukan 1 menit
17. Alkohol Absolute , masukan 1 menit
18. Alkohol Absolute , masukan 1 menit
19. Xylol I , masukan 1menit
20. Xylol II , masukan 1menit
21. tiriskan dahulu sampai kering. Mounting , labeling
POST ANALITIK
POST ANALITIK MERUPAKAN PENYERAHAN
HASIL JAWABAN PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
KEPADA DOKTER PENGIRIM
Arsip Patologi Anatomi(PA) adalah tempat yang
melakukan peyimpanan secara sistematik semua
dokumen baik berupa formulir permintaan,
jawaban pemeriksaan, Preparat mikroskopik, blok
paraffin sampai sisa jaringan basah, beserta
pengelolaan waktu simpan, kondisi penyimpanan
sampai pemusnahan
Lemari Penyimpanan Preparat
Lemari Penyimpanan Blok Parafin
Ruang penyimpanan sisa jaringan
Lemari arsif formulir dan Hasil
pemeriksaan PA

Anda mungkin juga menyukai