A. Parasetamol
B. Kafein
Kafein merupakan golongan trimethylxanthine, alkaloid yang terdapat dalam biji
kopi berasal dari Arab dan Etiopia. Kafein berkhasiat untuk menstimulasi sistem saraf
pusat dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar, mengantuk, meningkatkan daya
konsentrasi dan kecepatan reaksi otak, serta memperbaiki suasana jiwa. Kafein juga
memberikan efek memperkuat kontriksi jantung, vasodilatasi dan diuretis.
D. Instrumentasi KCKT
Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas : fase gerak (Reservoir), pompa,
alat untuk memasukan sampel (tempat injeksi), kolom, detector. system kromatografi
cair dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
a. Fase gerak
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya
elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase
diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk KCKT fase normal (fase
diam KCKT lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat
dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk KCKT fase terbalik
(fase diam kurang polar dibanding fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan
meningkatnya polaritas pelarut. Pemilihan fase gerak didasarkan pada kriteria
berikut :
- Viskosita
- Transparansi
- Indeks bias
- Titik didih
- Kemurnian Tidak adanya senyawa lain yang mengganggu analisis
- Lembam (inert)
- Toksisitas
- Harga Fase gerak
b. Pompa
Pompa yang cocok digunakan unttuk KCKT adalah pompa harus inert
(tidak mudah bereaksi) terhadap fase gerak. Pompa yang digunakan sebaiknya
mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan alir 3 ml/menit.Pompa berfungsi sebagai penghantar fase gerak
yang berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan dan bebas dari gangguan.
Tipe pompa terdapat dua jenis, namun sejauh ini yang umum digunakan adalah
pompa dengan aliran fase gerak yang konstan.
c. Tempat injeksi
Sampel yang akan dianalisis dibuat daam bentuk cairan dan larutan,
kemudian disuntikkan secara langsung kedalam fase gerak yang mengalir
dibawah tekanan menuju kolom. Sampel yang diinjeksikan akan digelentori
melewati keluk sampel dan kelebihannya akan dikeluarkan ke pembuang. Pada
saat penyuntikkan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk
sampel dan menggelontor sampel ke kolom.
d. Kolom
Terdapat dua jenis kolo pada KCKT, yaitu kolom konvensional dan
kolom mikrobor. Namun dalam prakteknya, yang banyak digunakan adalah
kolom konvensional karena kolom konvensional lebih tahan dan bermanfaat
untuk analisis rutin. Kolom konensional terbuat dari stainless steel yang
memiliki ukuran panjang bervariasi (3,10, 15,20 dan 25cm) dengan diameter
luar 0,25 imchi dan diameter dalam 4,6 mm. didalam kolom terdapat fase diam
dengan ukuran yang sama rata-rata diameter partikel 3,5 atau 10 µm dengan
porositas yang kecil. Tekanan operasional yang digunakan kolom konvensional
sekitar 500-300 psi. Kolom konvensional memiliki kinerja dengan meningkatnya
efisiensi dengan berkurangnya ukuran partikel fase diam, akan tetapi umur
kolom dengan ukuran partikel 3 μm lebih pendek.
e. Fase diam
Fase diam yang banyak digunakan adalah silika. Permukaan silika adalah
polar dan sedikit asam. Fase diam silika yang banyak digunakan adalah oktadesil
silika (ODS atau C18), karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktadesil silika merupakan silika
yang dimodifikasi secara kimiawi dan hasil reaksi tersebut adalah silika fase
terikat yang stabil terhadap hidrolisis. Silika yang dimodifikasi ini mempunyai
karakteristik kromatografik dan selektifitas yang berbeda jika dibandingkan
dengan silika yang tidak dimodifikasi. Oktadesil silika memiliki karakteristik
non-polar, kisaran pH sekitar 2,5 – 7,5 dan akan mampu memisahkan sejumlah
besar solut.
f. Detektor
Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu detektor
universal yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan
tidak bersifat selektif. Detektor yang spesfifik hanya akan mendeteksi analit
secara spesifik dan selektif, sperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan
eletrokimia. Detektor yang paling banyak digunakan dan sangat berguna untuk
analisis di bidang farmasi adalah detektor spektrofotometri UV-Vis, karena
sebagian besar senyawa obat mempunyai struktur yang dapat diserap sinar UV-
Vis. Detektor ini didasarkan adanya penyerapan radiasi UV-Vis pada kisaran
panjang gelombang 190-800 nm oleh jenis solut yang mempunyai gugus
kromoforik.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. ISO : Informasi Spesialit Obat Indonesia. Vol 46 – 2011 s/d
2012. Jakarta : PT ISFI
Mutschler. Ernst. 2005. Dinamika Obat. Terjemahan Mathilda B. Widiantoro dan Anna Setia
Ranti: Penerbit ITB
Naid, Tadjuddin dkk. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam tablet Kombinasi dengan
Kofein Secara Spektrofotometri UV-Vis. Majalah Farmasi dan Farmakologi (Volume 15,
No.2, hlm. 77-82). Makassar.
Putra, Effendy de Lux., 2004, Kromatografi Cair Kerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi, Jurusan
Farmasi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara
Snyder, Lloyd R, dkk. Practical HPLC Method Development. Second Edition. California.
Sudjadi. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IX. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting. Edisi VI. Cetakan III. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.