Anda di halaman 1dari 33

KIMIA DASAR

P U S P I TA E K A W U Y U N G
Pemrosesan jaringan
mencakup berbagai
metode dan teknik yang
bertujuan untuk
mempelajari ciri-ciri
molekuler dan morfologi
jaringan.
Protokol yang digunakan:
memproses jaringan
untuk diamati dengan
mikroskop cahaya atau
elektron (Gambar 1).

https://mmegias.webs.uvigo.es/02-english/6-tecnicas/1-proceso.php
PROSES PEMBUATAN SEDIAAN

Grossing

Proses pematangan jaringan bertujuan untuk memberikan


perlakuan khusus pada jaringan dan menempelkannya pada
medium padat (PARAFIN WAX), agar jaringan tersebut dapat
dipotong menjadi irisan tipis-tipis (dalam ukuran mikron),
dilakukan pulasan, selanjutnya dilihat di bawah mikroskop.
FIKSASI
• Fiksasi merupakan langkah penting dalam pemrosesan jaringan untuk
menjaga protein, karbohidrat dan bagian bioaktif lainnya dengan
tujuan mencegah dekomposisi, pembusukan, dan autolisis.
• Penghentian cepat reaksi enzimatik dan aktivitas metabolisme yang
sedang berlangsung dengan cara mendenaturasi biomolekul intrinsik.
dan proses autolitik dihentikan, agar dapat mempertahankan kondisi
yang sesuai
• Membentuk ikatan silang/ikatan kimia kovalen (cross-linking) antara
protein/asam amino (lisin, arginin, tirosin, asparagin, histidin,
glutamin, dan serin) membetuk jembatan metilen
• Fiksatif mempertahankan morfologi seluler namun tidak mengubah
komposisi jaringan sehingga tidak mengubah reaktivitas gugus kimia
di dalamnya untuk deteksi selanjutnya.
• Proses fisika-kimia yang bertahap dan kompleks
Thavarajah R, Mudimbaimannar VK, Elizabeth J, Rao UK, Ranganathan K. Chemical and physical basics of routine formaldehyde fixation. Journal of Oral and Maxillofacial
Pathology . 2012; 16 (3): 400-5
FIKSASI FORMALIN
• Proses penting dalam pemeriksaan histologi, histokimia
imunohistokimia dan in situ hybridization assays

• 4 kelompok fiksatif,:
– Aldehida (formaldehida, glutaraldehid, melalui ikatan silang protein)
– Zat pengoksidasi (osmium tetraoksida, kalium permanganat melalui
ikatan silang protein)
– Fiksatif berbahan dasar alkohol(metil alkohol, etil alkohol, asam asetat,
melalui pendenaturasi protein)
– Kelompok fiksatif logam (membentuk endapan logam yang tidak larut
seperti merkuri klorida dan asam pikrat)

Thavarajah R, Mudimbaimannar VK, Elizabeth J, Rao UK, Ranganathan K. Chemical and physical basics of routine formaldehyde fixation. Journal of Oral and Maxillofacial Pathology . 2012; 16
(3): 400-5 Bryan R. Hewlett. Penetration Rates of Formaldehyde.
https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/28D59C7CCB0AD2136AD69948074907FC/S1551929500058491a.pdf/penetration_rates_of_formaldehyde.pdf
FIKSASI FORMALIN
Komponen yang terjadi pada fiksasi
formaldehida :
-Penetrasi (kemampuan larutan untuk
berdifusi ke dalam jaringan)
-Fiksasi (kemampuan formaldehida
untuk menyelesaikan ikatan silang)

Proses fiksasi formalin melibatkan


reaksi kimia antara formaldehida dan
gugus amino (NH2) pada rantai
polipeptida protein

• Formalin menembus jaringan


dengan cepat
• Namun reaksi dengan protein
untuk membentuk Cross Link
berjalan lambat
• Jumlah Cross Link Meningkat
sejalan dengan waktu
• Kecepatan penetrasi bergantung pada:
– Suhu
– pH (6,8 – 7,4), ion hidroksil berperan dalam konversi polioksimetilen glikol,
Formalin dengan pH asam akan menghambat depolimerisasi
– Volume larutan (20: 1 atau 50:1)
– Waktu fiksasi (24-48 jam)
– Tekanan
– Dimensi /ukuran jaringan
– Osmolaritas
– Kehadiran pembuluh kapiler atau serat otot meningkatkan laju penetrasi.
– Peningkatan luas permukaan jaringan
– Formaldehida pekat secara konsisten berpenetrasi lebih cepat dibandingkan
formaldehida yang kurang pekat

• hewan pengerat dan hewan kecil : perfusi transkardial sangat dianjurkan,


organ diambil direndam dalam fiksatif untuk memastikan fiksasi lengkap
BEBERAPA DAMPAK FIKSASI FORMALIN PADA IMUNOHISTOKIMIA

1. Denaturasi Proteinperubahan bentuk tiga dimensi dari protein dalam jaringan.


menyebabkan hilangnya atau penurunan ekspresi antigen
2. Cross-linking/ ikatan silang antara molekul protein yang berdekatan. menyebabkan
kesulitan dalam akses antibodi untuk antigen
3. pH: Fiksasi formalin dapat menyebabkan perubahan pH dalam jaringan.
Asam amino : mengandung gugus asam, –COOH,
pH basa, –NH2; pH asam (–NH3+ )
Formalin buffer, pH netral  menyebabkan disosiasi ion hidrogen dari gugus –NH 3+
pada rantai samping protein, menghasilkan gugus amino tidak bermuatan (–NH2)
Perubahan pH ini dapat mempengaruhi interaksi antibodi dengan antigen, serta mengganggu
enzim dan reagen lain yang digunakan dalam proses imunohistokimia .

4. Struktur Jaringan: Formalin dapat menyebabkan pengerasan jaringan dan


menyebabkan kontraksi, yang dapat mengubah morfologi sel dan mengganggu
visualisasi struktur seluler.
5. Deteksi Sinyal yang Lemah: Beberapa antigen mungkin dapat dipertahankan dengan
baik oleh fiksasi formalin, tetapi deteksi sinyal imunohistokimia untuk antigen ini bisa
menjadi lemah, terjadi pada target protein yang memiliki afinitas antibodi yang rendah
atau keberadaannya yang langka dalam sampel jaringan.
FIKSASI FORMALIN

• Tidak ada waktu fiksasi standar yang


optimal untuk setiap Ag(24-48 jam;
sebagian besar antibodi yang
dapat dilakukan fiksasi sampai 5-7
hari fiksasi; fiksasi hingga 4
minggu masih dapat diterima)
– overfiksasi merusak
imunoreaktivitas Ags,
– underfiksasi hasil kurang optimal

• Epitop penikat antibodi dapat ditutupi


dalam fiksasi berbasis formaldehida
karena ikatan silang gugus amino
pada molekul yang berdekatan, selain
pembentukan jembatan metilen
BEBERAPA LANGKAH PENTING
UNTUK MENGATASI MASALAH INI:
• Memilih metode fiksasi yang sesuai dan optimal untuk tujuan penelitian
atau diagnosis.
• Memperhatikan waktu fiksasi yang tepat Melakukan validasi metode
imunohistokimia untuk setiap target protein dengan menggunakan
kendali positif dan negatif yang sesuai.
• Menggunakan metode reaksi antigen unmasking atau enzim
predigestion untuk meningkatkan akses antibodi ke antigen
• Memperhatikan kondisi pH selama proses imunohistokimia untuk
memastikan kondisi yang optimal untuk interaksi antigen-antibodi.
• Melakukan kontrol eksperimen yang tepat untuk memastikan akurasi
dan konsistensi hasil imunohistokimia.
ANTIGEN RETRIEVAL:
• Proses fiksasi formalin dapat menyebabkan
pembentukan ikatan silang dalam protein,
yang dapat menghambat akses antibodi ke
antigen di dalam jaringan.
• sebelum antibody ditambahkan, diperlukan
antigen retrieval untuk "membuka" antigen
dan memfasilitasi penetrasi antibodi.

• Metode antigen retrieval


– panas (heat-induced antigen retrieval)
memanaskan jaringan dalam larutan bufer
seperti sitrat atau EDTA pada suhu tertentu.

– perlakuan kimia (enzymatic retrieval)


FIKSASI
10% FORMALIN PH NETRAL

◦ 100ml Formalin (larutan stok 37-40%)


◦ 900ml aquadest
◦ 4g / L NaH2PO4 (monobasa)
◦ 6,5g / L Na2HPO4 (dibasic / anhydrous)
atau
◦ 100ml Formalin (larutan stok 37-40%),
◦ 900ml aquadest
◦ 9g NaCl
◦ 12g Na2HPO4 (dibasic / anhydrous).
 Formalin adalah gas formaldehida yang dilarutkan dalam air mengandung
formaldehida 37-40%.  Oleh karena itu ini dapat dianggap sebagai 100%
formalin
 10% formalin  formaldehida 3,7-4,0% yang larut dalam formalin 10%
LARUTAN PENYANGGA (LARUTAN BUFFER)
 Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang
dapat mempertahankan harga pH jika ke dalam larutan
tersebut ditambahkan sejumlah kecil asam, basa atau
dilakukan pengenceran.

◦ Contoh : PBS (fosfat buffer saline)


pH bertahan sekitar 7,2.

Pengenceran PBS 10 x relatif tidak mengubah pH


SIFAT LARUTAN PENYANGGA

• Apabila larutan penyangga ditambah  Terdapat dua tipe larutan buffer


sejumlah asam kuat atau basa kuat ◦ Asam lemah dengan garam
maka: ◦ Basa lemah dengan garam
– pH larutan penyangga tidak berubah
 Contoh larutan penyangga:
pada penambahan sedikit asam kuat atau ◦ Larutan CH3COOH dan
basa kuat atau pengenceran CH3COONa
– pH larutan penyangga berubah pada ◦ Larutan HCN dan KCN
◦ Larutan NH3 dan NH4Cl
penambahan asam atau basa kuat relatif ◦ Larutan NH3 dan
banyak yaitu apabila asam kuat atau (NH4)2SO4
basa kuat yang ditambahkan ◦ Larutan NaH2PO4 dan
Na2HPO4
menghabiskan komponen larutan ◦ Larutan NaCl dan
penyangga itu, maka pH akan berubah Na2HPO4
drastis
PERSIAPAN SEBELUM MEMBUAT LARUTAN
PERALATAN KESELAMATAN
– Timbangan elektronik
• Eyewash/Body Drench
– Pengaduk magnetik
• Spill Control and Clean-up Materials
– Labu volumetrik • Fire Extinguisher
– Gelas ukur • Chemical-resistant Gloves and
– Water Purification System Aprons
• Chemical Splash Goggles
– Botol
• Telephone Available for Emergency
– Label
Use
• Chemical First Aid Kit
• Good Ventilation
PEMISAHAN CAMPURAN :

Zat tertentu yang murni dari suatu campuran


– Filtrasi : melalui saringan (filter) yang berpori

– Destilasi : cairan yang bercampur dengan cairan lain


yang titik didihnya berbeda
– Khromatografi : kecepatan zat terlarut yang bergerak
bersama-sama dengan pelarutnya pada
permukaan suatu benda penyerap.
LARUTAN DAPAT DIBAGI MENJADI 3, YAITU:

Larutan tak jenuh


Larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).
Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi
ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
Larutan jenuh
Larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal).
Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti
larutan tepat jenuh.
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh)
Larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi endapan.
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi
ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
– Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
– Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding
solvent.

Konsentrasi Larutan
dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif.
• Secara kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan
larutan encer.
Dalam larutan encer, massa larutan sama dengan massa
pelarutnya karena massa jenis larutan sama dengan massa
jenis pelarutnya.
• Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya.
• Bahan Kimia Pro analisis (pa) : kemurnian >99,5%.
• keperluan laboratorium.
• dianalisa kadar /konsentrasinya secara kuantitatif

• Bahan kimia Teknis


• tidak memiliki kemurnian setinggi bahan kimia
• dipergunakan dalam proses produksi
• Analisis stokiometri
KONSENTRASI LARUTAN
Molaritas
Jumlah mol zat terlarut/satu liter larutan

Untuk menyiapkan larutan, biasanya diperlukan volume dan molaritas tertentu.


Untuk menentukan molaritas, massa molar zat terlarut diperlukan.
Berapa molaritas dari larutan yang mengandung 0,75 mol NaCl dalam 4,2 liter?

=0,75 mol Nacl/4,2 l. = 0,18 M

Milimolar adalah suatu satuan dari


besaran konsentrasi molar (mM)
1 mM = 0.001 M
KONSENTRASI LARUTAN

2. Molalitas
Molalitas atau kemolalan dari larutan menyatakan
banyaknya mol zat terlarut dalam setiap 1 Kg pelarut
JIKA ZAT PADAT YANG DIGUNAKAN:

• Contoh: Buat larutan 800 mL • Tentukan massa dalam gram satu mol
NaCl 2 M. (Mr NaCl = 58,45 g / zat terlarut  massa molar/relatif, Mr
mol). Berapa gr NaCl yang
dibutuhkan? • Tentukan volume larutan yang
dibutuhkan,  liter, V.
• gNaCl = 58,45 g / mol x 2 mol / L • Tentukan molaritas larutan yang
x 0,8 L diperlukan  M.
• gNaCl = 93,52 g NaCl • Hitung gram zat terlarut (gr) yang
diperlukan menggunakan persamaan
• Larutkan 93,52 g NaCl dalam
sekitar 400 mL H2O, kemudian
gr = Mr x M x V •
tambahkan sampai volume akhir
adalah 800 mL.
KONSENTRASI LARUTAN
Molalitas

Contoh :
23 gram alkohol (Mr = 46) dilarutkan dalam 500 gram air, berapakah
molalitas dari alkohol tersebut:

23
a. 23 gram alkohol mengandung = = 0,5 mol alkohol
46

b. 500 gram air = 0,5 Kg air

0,5
Kemolalan = =1m
0,5dari besaran konsentrasi molar (mM) 1
Milimolar adalah suatu satuan
mM = 0.001 M
KADAR ZAT DALAM CAMPURAN

Untuk menentukan kadar suatu zat dalam campuran dapat


digunakan satuan-satuan Khusus

1. Persen Berat (Berat/Berat)  % larutan


gram zat terlarut per 100 gram larutan.

Contoh: 20 g natrium klorida dalam 100 g larutan  20% massa larutan


KADAR ZAT DALAM CAMPURAN

2. Persen volume (Volume\volume)


mililiter zat terlarut per 100 mL larutan

Larutan alkohol 70%, dalam 100 ml larutan mengandung 70 ml alkohol 30


ml air

Etil alkohol sebanyak 10 ml ditambah 90 ml aquades. Hitunglah konsentrasi


etanol dalam satuan %v/v?
– Volume larutan = 10 + 90 = 100 ml.
– %v/v= 10/100 x 100%= 10 %
KADAR ZAT DALAM CAMPURAN

3. Kadar dalam berat per volume

menyatakan berat (gram) zat terlarut dalam 100 ml larutan

Contoh: Larutan tawas 5 gram/ 100ml =5%


NORMALITAS

Menyatakan jumlah ekivalen zat


terlarut yang terdapat dalam 1
liter larutan.

Besarnya ekivalen suatu asam /


basa dapat dilihat dari
banyaknya H + atau OH-
yang dihasilkan pada reaksi
peruraian asam/basa tersebut.
KONSENTRASI LARUTAN
Contoh :
Berapa normalitas H2SO4 jika di dalam 1 liter larutan terdapat 1 mol H2SO4

H2SO4 2H+ + SO42-

1 mol H2SO4menghasilkan 2 mol H+


Jadi 1 mol H2SO4 = 2 ekivalen H2SO4

Normalitas larutan = 2 ekivalen / L


= 2N
PENGENCERAN

Konsentrasi larutan dapat diperkecil dengan jalan menambahkan zat


terlarut atau campurankan dengan larutan sejenis yang lebih pekat

Pada pengenceran, volume dan kemolaran larutan berubah tetapi


jumlah mol zat terlarut tidak berubah

Jumlah mol sebelum pengenceran = Jumlah mol setelah


pengenceran

n1 = n2

M1 . V1 = M2 . V2
JIKA LARUTAN ATAU PEREAKSI CAIR YANG
DIGUNAKAN

• Mengencerkan larutan yang lebih pekat  tentukan volume (V2) dan


molaritas (M2)

• Volume dapat dinyatakan dalam liter atau mililiter.

• Tentukan molaritas (M1) larutan awal, lebih terkonsentrasi. •


 Hitung volume larutan awal (V1) yang diperlukan menggunakan persamaan

M1x V1 = M2 x V2
 Catatan: V1 harus dalam satuan yang sama dengan V2.

 Contoh: Siapkan 100 mL HCl1,0 M dari HCl pekat dengan konsentrasi 12,1 M

M1 x V1 = M2 x V2
12,1 M x V1 = 1,0 M x 100 mL
V1 = 8,26 mL HCl pekat

Tambahkan 8,26 mL HCl pekat 50 mL H2O, aduk, lalu tambahkan hingga


100 mL
• Pelarut hanya akan melarutkan bahan terlarut dalam jumlah terbatas pada suhu tertentu.
• laju zat terlarut larut dapat dipercepat dengan :
– menghaluskan zat padat - menambah luas permukaan yang kontak dengan cairan.
– Panaskan pelarut  meningkatkan laju kelarutan molekul pelarut dan zat terlarut bergerak lebih cepat.
– Aduk dengan kuat.
– Kombinasi ketiga metode ini akan melarutkan zat padat lebih cepat
LABEL

 Jangan gunakan bahan kimia dari wadah yang tidak berlabel


 Jangan letakkan label di atas satu sama lain.
 Beri label bahan kimia dengan jelas dan permanen.
 Minimum persyaratan label :
> Identitas bahan > Konsentrasi
> Nama Anda > Tanggal persiapan
> Peringatan bahaya

Anda mungkin juga menyukai