Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGAMBILAN JARINGAN, PEWARNAAN HE DAN


PEWARNAAN PAPANICOLAOU

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah sitohistoteknologi

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Alisa (KHGE18062)

Devi Oktaviani (KHGE18068)

Eri Adi Purnama (KHGE18070)

Ilma Khoerunisa (KHGE18074)

Neni Lestari (KHGE18081)

Syifa Nur Afifah (KHGE18088)

KELAS : 2C

STIKES KARSA HUSADA GARUT

DIII ANALIS KESEHATAN

2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya dan kepada kita selaku umatnya.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan sehat, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sitohistoteknologi dengan
judul prosesing jaringan, pewarnaan HE dan pewarnaan papanicolaou.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya menjadi
lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
makalah ini. Dengan selesainya makalah ini semoga bisa bermanfaat untuk
penulis khususnya bagi kita semua.

Garut, 6 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sitohistoteknologi........................................................................3

2.2 Prosesing Jaringan..........................................................................................4

2.3 Pewarnaan HE................................................................................................9

2.4 Pewarnaan papanicolaou..............................................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................15

3.2 Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sitohistoteknologi berasal dari kata kata Sito/cyto/cyt/se : molekul-


molekul sel ; Histo : jaringan ; Teknis : cara ; Logos : Ilmu. Jadi sitohistoteknologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara membuat preparat
jaringan tubuh manusia.

Kata Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Histo yang berarti
jaringan dan Logos yang berarti ilmu. Histologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang sel dan matriks ekstraseluler dari jaringan.Jaringan dibentuk oleh dua
komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan matriks ekstrasel. Matriks
ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan diantaranya sangat
rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan membran basal.
Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel- sel,
mengangkut nutrien ke sel- sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi.
Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan kadang
diatur oleh molekul- molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi
intensif antara sel- sel dan matriks.

Histologi mempelajari jaringan penyusun tubuh, kimia jaringan dan sel


dipelajari dengan metode analitik mikroskopik dan kimia. Zat- zat kimia di dalam
jaringan dan sel dapat dikenali dengan reaksi kimia yang menghasilkan senyawa
berwarna tak dapat larut, diamati dengan mikroskop cahaya atau penghamburan
elektron oleh presipitat yang dapat diamati menggunakan mikroskop elektron.
Disamping reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan, metode lain misalnya metode
fisis sering digunakan, misalnya mikroskop interferensi yang memungkinkan
penentuan massa sel atau jaringan dan mikroskop spektrofotometri yang
memungkinkan penentuan jumlah DNA dan RNA di dalam sel.

Jaringan adalah kumpulan dari sel- sel sejenis atau berlainan jenis
termasuk matriks antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

1
Meskipun sangat kompleks tubuh mamalia hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan
yaitu jaringan : epitel, penyambung/ pengikat, otot dan saraf. Dalam tubuh
jaringan ini tidak terdapat dalam satuan-satuan yang tersendiri tetapi saling
bersambungan satu dengan yang lain dalam perbandingan yang berbeda- beda
menyusun suatu organ dan sistem tubuh. Jaringan penyambung ditandai
banyaknya bahan intersel yang dihasilkan oleh sel- selnya; jaringan otot terdiri
dari sel- sel panjang yang mempunyai fungsi khusus yaitu kontraksi dan jaringan
saraf terdiri dari sel- sel dengan prosedur panjang yang menonjol dari bahan sel
dan mempunyai fungsi khusus yaitu menerima, membangkitkan dan
menhantarkan impuls saraf.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sitohistoteknologi?

2. Apa saja prosedur pengambilan jaringan tubuh yang baik dan benar?

3. Bagaimana proses pewarnaan dengan HE ?

4. Bagaimana proses pewarnaan dengan papanicolou ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang sitohistoteknologi.

2. Untuk mengetahui prosedur pengambilan jaringan yang baik dan benar.

3. Untuk mengetahui proses pewarnaan HE.

4. Untuk mengetahui proses pewarnaan papanicolou.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Histologi

Kata Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Histo yang berarti
jaringan dan Logos yang berarti ilmu. Histologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang sel dan matriks ekstraseluler dari jaringan. Jaringan dibentuk oleh dua
komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan matriks ekstrasel. Matriks
ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan diantaranya sangat
rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan membran basal.
Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel- sel,
mengangkut nutrien ke sel- sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi.
Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan kadang
diatur oleh molekul- molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi
intensif antara sel- sel dan matriks.

Jaringan yang berasal dari manusia tentulah yang paling ideal karena
struktur histologi yang harus dipelajari adalah struktur histologi manusia. Jaringan
tubuh ini dapat diambil dari cadaver (jenazah) dengan syarat jaringan atau organ
tersebut diambil kurang dari 3 jam setelah kematian, sebab bila lebih lama sudah
terjadi pembusukan atau autolisis. Sayangnya syarat tersebut pada masa kini
hampir mustahil dapat dipenuhi. Cara lain adalah mengambil jaringan atau organ
tersebut dari kamar operasi. Setelah jaringan atau organ tubuh yang akan dibuat
sajian histologi diisolasi dari sumbernya, jaringan tubuh tersebut kemudian
diproses hingga menjadi sajian histologi. Rangkaian proses pembuatan blok
preparat jaringan terdiri atas :

1. Fiksasi (Fixation)

2. Dehidrasi (Dehydration)

3. Pembeningan (Clearing)

4. Pembenaman (Impregnasi/Embedding)

3
5. Pengecoran (Blocking)

6. Pemotongan jaringan (Cutting)

7. Pewarnaan (Staining)

8. Perekatan (Mounting)

9. Pelabelan (Labelling)

2.2 Prosedur Pengambilan Jaringan Tubuh

Cara Pengambilan Jaringan Tubuh:

1. Pemeriksaan Jaringan

Sebelum di lakukan pembuatan blok preparat dilakukan pencocokan


identitas. Identitas pasien harus sesuai dengan sampel.

2. Pemotongan Jaringan

Jaringan yang akan diperiksa harus diambil dari bagian yang representatif
(mewakili) seluruh, yang paling abnormal. Apabila jaringan besar dipotong
dengan pemotongan ‘gross’ tebalnya 0,4 cm lalu dimasukan ke dalam ‘cassette’

3. Cairan Fiksasi

Cairan yang sering digunakan adalah Formalin Buffer 10% dengan


perbandingan (1:10) Jaringan harus direndam dengan cairan fiksasi volume 10
kali, hal ini bertujuan agar seluruh permukaan jaringan meresap dengan sempurna.
Karena pada tahap ini akan mempengaruhi pada tahapan selanjutnya.

Pembuatan Sediaan Jaringan :

a. Fiksasi Jaringan yang telah dimasukan ke dalam cassete selanjutnya di


fiksasi selama 24 jam dengan menggunakan alat Tissue Automatic
Prossesor.

Tujuan dari fiksasi adalah untuk :

4
 Mengawetkan jaringan

Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan susunan jaringan agar


mendekati kondisi seperti sewaktu hidup.

 Mengeraskan jaringan

Fiksasi bertujuan untuk mengeraskan jaringan terutama jaringan lunak


agar memudahkan pembuatan irisan tipis.

 Mempertahankan morfologi jaringana agar sama dengan tubuh.

b. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan langkah kedua dalam pemrosesan jaringan. Proses


ini bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan
yang telah difiksasi sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan parafin atau
zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat.

Cara melakukan dehidrasi :

Proses dehidrasi dijalankan secara perlahan-lahan menggunakan alkohol


bertingkat, dimulai dengan alkohol presentase rendah sampai dengan alkohol
absolute. Dimulai dengan alkohol 30 %, kemudian 50 %, 70 %, 80 %, 95 %,
alkohol absolute. Waktu yang dipergunakan untuk setiap tingkat alkohol
tergantung dari besar kecilnya jaringan. Alkohol absolute mempunyai
kemampuan memperkeras jaringan. Sebagai ancar-ancar jaringan jangan
ditinggalkan didalam alkohol tersebut lebih dari 1 atau 2 jam untuk jaringan
berukuran biasa ( tebal 2-4 mm)

c. Clearing (Pembeningan) dan Infiltrasi Parafin

Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan


dan menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin.
Jaringan tidak dapat langsung dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan
parafin tidak bisa saling melarutkan.

Bahan atau reagen pembening yang paling sering dipakai adalah sebagai berikut:

5
 Chloroform

 Benzene/ benzol

 Xylene/ xylol

 Cedar wood oil

 Benzil benzoate

 Methyl benzoat

Cara melakukan Clearing:

1. Setelah jaringan dikeluarkan dari cairan dehidrasi (alkohol) jaringan


dimasukkan kedalam xylol I selama 1 jam.

2. Perhatikan jaringan akan menjadi bening.

3. Untuk menyakinkan bahwa seluruih cairan alkohol telah keluar, jaringan


kemudian dipindahkanke cairan xylol II. Lama inkubasi dalam xylol
tergantung pada besarnya jaringan, tetapi biasanya berkisar antara ½ - 1
jam.

4. Jaringan kemudian direndam dalam parafin cair di dalam oven selama


kira-kira ½ jam. Setelah itu jaringan siap untuk dimasukkan kedalam blok
parafin.

d. Embedding (Pembenaman)

Pembenaman (impregnasi) adalah proses untuk mengeluarkan cairan


pembening (clearing agent) dari jaringan dan diganti dengan parafin. Pada tahap
ini jaringan harus benar-benar bebas dari cairan pembening karena sisa cairan
pembening dapat mengkristal dan sewaktu dipotong dengan mikrotom akan
menyebabkan jaringan menjadi mudah robek.

Cara melakukan Embbeding:

6
Mengeluarkan jaringan yang sudah impregnasi dari moldtray, kemudian
menempelkannya ke dalam lempengan blok yang berisi parafin cair. Setelah itu
tutup menggunakan casette atau deckel lalu didinginkan pada cold plate. Disebut
blok preparat.

e. Cutting (Pemotongan)

Pemotongan adalah proses pemotongan blok preparat dengan menggunakan


mikrotom.

Pemotongan ada dua :

 Pemotongan kasar, berguna untuk mendapatkan penampang atau dasar


jaringan dengan ketebalan 25-30 mikron.

 Pemotongan halus/Section, berguna untuk mendapatkan lembaran pita


dengan ketebalan 5 mikron (Standar Internasional).

Sebelum melakukan pemotongan serangakaian persiapan yang harus dilakukan


adalah :

1. Persiapan pisau mikrotom

 Pisau mikrotom harus diasah sebelum dipakai agar jaringan dapat


dipotong dengan baik dan tidak koyak sehingga didapatkan jaringan yang
baik.

 Pisau mikrotom kemudian diletakan pada tempatnya di mikrotom dengan


sudut tertentu.

 Rekatkan blok parafin pada holder dengan menggunakan spatula atau


scalpel. Letakkan tempat duduk blok parafin beserta blok preparat pada
tempatnya pada mikrotom.

2. Persiapan kaca objek

Kaca objek yang akan direkatkan preparat harus telah dicoated (disalut)
dengan zat perekat seperti albumin (putih telur), gelatin atau tespa.

7
3. Persiapan waterbath

Waterbath atau wadah berisi air hangat dengan temperatur 37-400C

4. Persiapan sengkelit atau kuas

Teknik pemotongan parafin yang mengandung preparat adalah sebagai berikut :

 Rekatkan blok parafin yang mengandung preparat pada tempat duduknya


di mikrotom. Tempat duduk blok parafin beserta blok parafinnya
kemudian diletakkan pada pemegangnya (holder) pada mikrotom dan
dikunci dengan kuat.

 Letak pisau mikrotom pada tempatnya dan atur sudut kemiringannya.


Biasanya sudut kemiringan berkisar 20-30 derajat.

 Atur ketebalan potongan yang diinginkan, biasanya dipakai ketebalan


antara 5-7 mikrometer.

 Gerakkan blok preparat ke arah pisau sedekat mungkin dan potonglah blok
preparat secara teratur dan ritmis. Buang pita-pita parafin yang awal tanpa
jaringan hingga kita mendapatkan potongan yang mengandung preparat
jaringan.

 Pita parafin yang mengandung jaringan lalu dipindahkan secara hati-hati


menggunakan sengkelit atau kuas kedalam waterbath yang temperaturnya
diatur 37-40C dan biarkan beberapa saat hingga poita parafin tersebut
mengembang.

 Setelah pita parafin terkembang dengan baik, tempelkan pita parafin


tersebut pada kaca objek yang telah dicoated dengan cara memasukkan
kaca objek itu kedalam waterbath dan menggerakkannya ke arah pita
parafin. Dengan menggunakan sengkelit atau kuas pita parafin
ditempelkan pada kaca objek. Setelah melekat kaca objek digerakkan
keluar dari waterbath dengan hati-hati agar pita parafin tidak melipat.

8
 Letakkan kaca objek yang berisi pita parafin di atas hotplate dengan
temperatur 40- 45C, biarkan selama beberapa jam. Cara lainnya adalah
dengan melewatkan kaca objek di atas api sehingga pita parafin melekat
erat di atas kaca objek.

 Setelah air kering dan pita parafin telah melekat dengan kuat, simpan kaca
objek berisi potongan parafin dan jaringan sampai saatnya untuk diwarnai.

f. Staining (Perwarnaan)

Pewarnaan ini yaitu memberikan warna yang kontras terhadap jaringan


sehingga apabila diamati dengan bantuan mikroskop bagian-bagian dari jaringan
tersebut tampak jelas. Tujuannya untuk mewarnai jaringan sehingga mudah
diamati di mikroskop.

Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Menggunakan 2 macam zat warna yaitu :

1. Hematoksilin -memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).

2. Eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma


sel dan jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan
nuansa yang berbeda.

2.3 Proses Pewarnaan HE

Histologi adalah salah satu cabang ilmu anatomi yang mempelajari struktur
mahluk hidup (hewan dan manusia) secara mikroskopis. Mikroskop merupakan
alat utama yang diperlukan untuk mempelajari histologi. Metode rutin yang
umum digunakan dalam pewarnaan untuk mempelajari sediaan histologi adalah
teknik pewarnaan Hematoxilin Eosin dimana sitoplasma sel akan tercat merah dan
inti sel akan tercat kebiruan (Eroschenko, 2010).
Hematoxilin bekerja sebagai pewarna basa, artinya zat ini mewarnai unsur
basofilik jaringan. Hematoxilin memulas inti dan struktur asam lainnya dari sel
(seperti bagian sitoplasma yang kaya RNA dan matriks tulang rawan) menjadi
biru. Hematoxilin akan mewarnai nukleus sedangkan eosin akan mewarnai
sitoplasma. Eosin bersifat asam. Eosin akan memulas komponen asidofilik

9
jaringan seperti mitokondria, granula sekretoris dan kolagen. Tidak seperti
hematoxilin, eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen menjadi warna merah muda
(Eroschenko, 2010).
Tahapan staining terdiri dari :
1. Proses deparafinasi paraffin dari dalam jaringan dengan mencelupkan gelas
benda yang telah ditempeli coupes ke dalam xilol selama 10 menit.
2. Proses rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan yang
dilakukan secara bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses ini sebagai media penghantar
zat warna ke jaringan.
3. Proses infiltrasi zat warna menggunakan haematoxilin-eosin untuk mewarnai
sitoplasma dan eosin untuk mewarnai inti sel, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
 Setelah proses penghilangan parafin, coupes dihisap xilolnya dengan
kertas filter dan berturut-turut dicelupkan beberapa kali ke dalam alkohol
96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 30%, aquadest dan akhirnya dicelupkan
ke dalam Eirlich’S Haematoxylin selam 3-7 detik.
 Mencuci dengan air mengalir selama 10 menit.
 Mencelupkan berturut-turut dari aquadest, alkohol 30%, 50%, 60%, 70%,
beberapa kali celupan.
 Memasukkan ke dalam Eosin Y 1-2 % dalam alkohol 70% selama 1-2
menit.
 Mencelupkan ke dalam alkohol 70%, 80%, 90%, dan 96% beberapa kali
celupan, kemudian dikeringkan diantara kertas filter.
 Memasukkan ke dalam xilol dan ditunggu sedikitnya selama 10 menit.
 Coupes atau slide siap ditutup dengan gelas penutup sebelum ditutup
sebaiknya diberi canada balsama terlebih dahulu dan disimpan di dalam
tempat yang bebas debu.
4. Lalu dehidrasi kembali yang bertujuan untuk mencegah kerusakan pada
jaringan karena mengakibatkan terjadinya pembusukan.

10
5. Setelah parafin dikeluarkan dengan menggunakan xilen selama 20 menit
preparat dikeringkan dan diolesi dengan entelan dan ditutup dengan deck
glass. Kemudian diamati di bawah mikroskop.

Interpretasi hasil :

 Inti sel bewarna biru.

 Sitoplasma bewarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna


pada komponen tertentu.

2.4 Proses perwarnaan Papanicolaou

Pencelupan papanicolaou ditemukan oleh seorang saintis bernama Dr. George


papanicolaou (1832-1962). Dilahirkan di Greece, beliau menerima ijazah dari
Universiti Athens pada 1904 dan PhD dalam bidang zoology dari Universiti
Munich pada 1910. Dr. George Papanicolaou mula memeriksa perubahan apusan
vagina wanita pada 1923. Beliau menjumpai sel yang abnormal, besar, nucleus
berubah bentuk dan hiperkromatik pada wanita yang menghidap kanser uterin.
Penemuan ini dianggap sebagai satu titik permulaan untuk perkembangan bidang
sitologi. Pewarnaan sediaan dikerjakan di laboratorium sitologi. Pewarnaan
sediaan sitologi yang dipakai adalah pewarnaan Papanicolaou. Pewarnaan
papanicolaou digunakan untuk pemeriksaan sel dalam sekret, eksdudat, transudat
atau biopsi berbagai jenis organ dalam dan jaringan. Prosedur pertama yaitu
pewarnaan inti dengan Hema-toxylin dan orange G serta EA sebagai cat lawan
yang mewarnai sitoplasma Prinsip pewarnaan Papanicolaou adalah melakukan
pewarnaan, hidrasi dan dehidrasi.
Spesimen untuk pemeriksaan sitologi didapatkan dari apusan vagina, rahim,
mulut dan leher rahim serta ulserasi atau sedimen yang diperoleh lewat proses
sentrifugasi atau filtrasi Apusan ini segera difiksasi menggunakan larutan fiksasi
semprot atau dicelupkan dalam eter alkohol. Setelah proses fiksasi tidak ada
persyaratan penanganan khusus untuk preparat. Fiksasi secepatnya penting
karena dapat terjadi artefak akibat pengeringan udara. Fiksasi bertujuan agar sel-
sel tidak mengalami kerusakan.
Kesalahan yang sering terjadi :

11
 Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama di luar, tidak
segera direndam di dalam cairan fiksatif).
 Cara fiksatif tidak mempergunakan alkohol 96% melainkan 70%.
 Penggunaan hairspray yang disemprotkan pada jarak terlalu dekat
sehingga sebagian sel-sel akan tersapu dan sel tidak terfiksasi dengan baik.
Cara fiksasi basah dengan alkohol 70 % selama 30 menit. Terdapat 3 perwarnaan
inti :

 Hematosiklin, untuk mewarnai inti sel.

 OG6, untuk mewarnai sitoplasma yang selnya tua (mature) berwarna pink
selama 5 menit.

 EA50, untuk mewarnai sel muda berwarna hijau.

Prosedur pewarnaan :
Saring larutan cat Hematoxylin harris sebelum digunakan.
1. Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alcohol 95%
2. Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alcohol 70%
3. Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam aquadest
4. Rendam preparat dengan larutan cat harris hematoxylin selama 5 menit
5. Bilas dengan aquadest, kemudian ganti dengan aquadest yang baru sampai
didapatkan aquadest tidak berwarna
6. Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alcohol 70%
7. Celupkan preparat perlahan dalam HCL 1% kedalam alcohol 70% sampai
preparat berwarna seperti ikan salmon
8. Bilas preparat 2 kali dengan alcohol 70%
9. Celupkan preparat dalam larutan NH4OH 3% dalam alcohol 70% sampai
preparat berwarna biru
10. Bilas preparat 2 kali dengan alcohol 70%
11. Celupkan preparat perlahan 5-10 kali dalam alcohol 95%
12. Rendam preparat dengan larutan cat EA-50 atau EA-65 selama 3-6 menit
13. Bilas preparat 2 kali dengan alcohol 100%

12
14. Bilas preparat dengan alcohol absolut yang dicampur dengan satu bagian
xylene
15. Bersihkan preparat dengan xylene

Interpretasi hasil :
 Nucleus berwarna biru.
 Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna
pada komponen tertentu.

Kesalahan di laboratorium seperti kesalahan dalam pewarnaan sediaan dan


kesalahan skrining serta kesalahan inter-pretasi juga dapat mengakibatkan hasil
positif palsu yang tinggi. Suatu laboratorium sitologi yang baik tidak akan
memberikan hasil negatif palsu lebih dari 10%, maka dari itu sebaiknya selalu
memperhatikan pengawasan kualitas antara lain dengan:
 Pendidikan untuk meningkatkan kualitas.
 Pemeriksaan sitologi sekaligus dengan pemeriksaan kolposkopi juga
merupakan suatu pengawasan kualitas.\
 Kesalahan lain yang juga dapat terjadi adalah karena kesalahan pasien
yang sebelum pemeriksaan sudah mencuci vagina, mengalami keputihan
yang hebat
 Sedang mengalami perdarahan/haid atau menggunakan preparat vagina.

Proses Mounting :

Perekatan (mounting) menempelkan potongan jaringan yang baik ke objek glass.

1. Obyek glass diberi albumin agar jar menempel dengan baik.

2. Dimasukkan ke dalam water bath suhu 30 0C - lembaran pita tidak


melipat.

3. Bila sudah menempel dikeringkan/ diriskan (Bisa dengan hot plate),

Labelling :

13
Labeliing untuk memberikan suatu tanda atau kode dengan tujuan untuk
mencegah kekeliruan terutama apabila banyak sediaan yang dikerjakan dalam
label tersebut.

1. Jenis atau asal sediaan

2. Cairan fiksasi yang digunakan

3. Tanggal pembuatan

4. Pewarnaan yang digunakan

5. Nama penugas yang mengerjakan

BAB III
14
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sitohistoteknologi berasal dari kata kata Sito/cyto/cyt/se : molekul-molekul


sel ; Histo : jaringan ; Teknis : cara ; Logos : Ilmu. Jadi sitohistoteknologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara membuat preparat jaringan
tubuh manusia.

Cara Pengambilan Jaringan Tubuh:

1. Pemeriksaan Jaringan

2. Pemotongan Jaringan

3. Cairan Fiksasi

Tahapan staining HE terdiri dari :

1. Proses deparafinasi paraffin dari dalam jaringan


2. Proses rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan
3. Proses infiltrasi zat warna menggunakan haematoxilin-eosin

Terdapat 3 perwarnaan inti dalam pewarnaan papanicolaou :

1. Hematosiklin, untuk mewarnai inti sel.

2. OG6, untuk mewarnai sitoplasma yang selnya tua (mature) berwarna pink
selama 5 menit.

3. EA50, untuk mewarnai sel muda berwarna hijau.

3.2 Saran
Sebaiknya seorang analis harus mempelajari tentang sitohistoteknologi agar
dapat mengetahui pengertian, fungsi, pewarnaan jaringan maupum macam-macam
jaringan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://sitohistokunjunganlabtangerang.blogspot.com/2016/12/makalah-
sitohistoteknologi-laporan.html?m=1

https://fitrinuroini.wordpress.com/201708/31/proses-pewarnaanstaining-dengan-
hematoksilin-eosin-he/

http://jasus2b-be-best.blogspot.com/2011/11/pewarnaan-papanicolaou.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai