Anda di halaman 1dari 31

PROSES PENYEMBUHAN JARINGAN

Oleh :

KELOMPOK 9

Dita Azliani Maharati 1710912320015


Gina Chairina Jahra 1710912320023
Gusti Mawaddah 1710912320024
Laila Wahyyuni 1710912320027
Muhammad Adryan A 1710912110010
Muhammad Faizal 1710912310035
Norajizah Safitri 1710912320046
Novalia 1710912320047
Rahmawati 1710912320053
Riska Noor Azizah 1710912320062
Rizka Rahmadaniah 1710912320063
Talitha Salsabila wihandoko 1710912320068

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses
penyembuhan jaringan”, tepat pada waktunya.
Makalah ini sudah penulis susun dengan maksimal dengan bantuan

pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari seutuhnya bahwa masih jauh

dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan

makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Penulis berharap makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan

gambaran tentang Proses Penyembuhan Jaringan kepada pembaca.

Banjarbaru, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor Regenerasi ............................................................................. 3
B. Faktor yang Merangsang Mitosis ..................................................... 4
C. Penyembuhan Luka Sayatan ............................................................. 7
D. Regenerasi Patah Tulang ................................................................. 11
E. Komplikasi Regenerasi .....................................................................17
F. Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi ........................................ 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 25
B. Saran.................................................................... ............................ 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambar Eukaryotic Cell Cycle ....................................................... .......... 5

2.2 Mitosis Cytokinesis ....................................................................... ........... 6

2.3 Kedudukan beberapa tulang kepala dan wajah .............................. ......... 12

2.4 Perbedaan tulang yang normal dengan tulang osteoporosis ... ..........13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia selalu aktif dalam beraktivitas dan dapat menyebabkan luka. Luka
adalah suatu kerusakan kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Perawatan luka adalah suatu tindakan untuk membantu menciptakan kondisi luka
yang baik pada daerah luka untuk penyembuhan dengan mengeluarkan debris,
seperti benda asing dan jaringan lunak yang mengalami defitalisasi yang apabila
terus menerus dibiarkan akan mengakibatkan terjadinya infeksi. Proses
penyembuhan luka dapat terjadi secara spontan tanpa pengobatan, ada juga
beberapa bahan perawatan yang dapat membantu mendukung proses
penyembuhan jaringan (1).
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena
berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkisanambungan.
Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia
sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling
terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian
dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat
diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses
penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil
memberikan kesembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Setiap
kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-
komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan
fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya

1
terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi, imunologi, pemakaian
obat-obatan, kondisi metabolik) (1).

B. Rumusan Masalah
1. Apa respon regenerasi ?
2. Apa faktor yang merangsang mitosis?
3. Bagaimana penyembuhan luka sayatan?
4. Bagaimana regenerasi patah tulang?
5. Bagaimana kejadian komplikasi regenerasi?
6. Apa faktor yang mempengaruhi regenerasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu respon regenerasi.
2. Untuk mengetahui faktor yang merangsang mitosis.
3. Untuk mengetahui penyembuhan luka sayatan.
4. Untuk mengetahui regenerasi patah tulang.
5. Untuk mengetahui komplikasi regenerasi.
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi regenerasi.

D. Manfaat

1. Dapat mengetahui apa itu respon regenerasi.


2. Dapat mengetahui faktor yang merangsang mitosis.
3. Dapat mengetahui bagaimana penyembuhan luka sayatan.
4. Dapat mengetahui regenerasi patah tulang.
5. Dapat mengetahui komplikasi regenerasi.
6. Dapat mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi regenerasi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Respon Regenerasi
Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan
makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang
sempurna.Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kemampuan untuk melakukan
regenerasi pada tingkat sel atau jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu
melakukan regenerasi pada tingkat organ (2).
Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi,
setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan
tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia
tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia
mencapai dewasa. Dalam melakukan regenerasi banyak faktor yang
mempengaruhi, salah satu diantaranya yaitu enzimatis dalam tubuh. Semakin baik
dan fertile kondisi enzim dalam tubuh makkhluk hidup maka semakin besar pula
melakukan proses regenerasi (2).
Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan,
mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama.
Misalnya penggantin anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan
kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi
dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan diferensiasi sel-sel lapisan marginal
(3).

3
B. Faktor yang Merangsang Mitosis
Jaringan ikat merupakan jaringan jaringan fibrosa yang terdiri atas kolagen.
Kolagen merupakan protein yang paling banyak terdapat di dalam tubuh mamalia
yang diproduksi oleh fibroblas. Fibroblas tersebar diantara kolagen. Selain itu,
fibroblas juga mensekresi glikoprotein, glikosaminoglikan, serta proteoglikan
yaitu polisakarida yang berbentuk gel seperti pelumas untuk menjaga ligamentum
dan tulang rawan tetap berfungsi dengan baik. Selain itu, fibroblas juga
mempunyai kemampuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan jumlahnya
akan bertambah apabila terjadi pelukaan Fibroblas adalah sel yang paling banyak
terdapat dalam jaringan ikat, sel nya berbentuk memanjang dan memiliki
retikulum endoplasma kasar yang jumlahnya banyak. Fibroblas membuat serat-
serat kolagen, retikulin, elastin, glikosaminoglikan dan glikoprotein dari substansi
intercellular amorf. Fibroblas mensekresikan molekul prokolagen dalam matriks
intersel. Polimerisasi dari prokolagen menjadi mikrofibril terjadi diluar sitoplasma
tersebut. Pada orang dewasa, fibroblas dalam jaringan ikat jarang mengalami
pembelahan. Mitosis hanya tampak bila organisme memerlukan tambahan
fibroblas. Hal ini terjadi apabila jaringan ikat mengalami kerusakan. Sel fibroblas
banyak dikulturkan untuk keperluan cangkok kulit berkaitan dengan fungsinya
menghasilkan serat kolagen dan memperbaiki jaringan epidermis yang rusak(4).
Beberapa faktor yang merangsang pembelahan mitosis (5):
1. Faktor pertumbuhan, yang merupakan protein regulator yang merangsang
pembelahan sel, memicu sistem sinyal antar-sel dalam rangka untuk memulai
proses pembelahan sel. Faktor pertumbuhan dikenali oleh reseptor
permukaan sel tertentu, yang dibentuk agar sesuai dengan bentuk yang tepat
dari faktor pertumbuhan tertentu. Faktor pertumbuhan mengaktifkan
protein tertentu dalam sel dalam perjalanan proses ini, dan protein ini
melakukan replikasi DNA, pertumbuhan sel dan pembelahan sel.

4
2. Inisiasi pembelahan sel tidak terjadi hanya kapan saja, tetapi memiliki waktu
yang sangat spesifik selama siklus sel di mana dapat terjadi. Siklus sel
termasuk periode ini: mitosis, G1, G2 dan fase S. Selama fase G1, sel
mengalami pertumbuhan, dan, selama fase ini, faktor pertumbuhan
mengaktifkan protein tertentu. Aktivasi ini akan menyebabkan sel memasuki
fase S, yang merupakan fase di mana sel-sel mereplikasi DNA dalam rangka
mempersiapkan pembagian.
3. Selain faktor pertumbuhan, reseptor seluler tertentu dan senyawa kimia pada
beberapa sel dapat menyebabkan sel-sel lain di sekitarnya untuk membagi.
Sitokin, molekul yang diproduksi dalam sel-sel tertentu, dapat disekresikan
oleh sel-sel tertentu dan mendorong perpecahan di antara sel-sel lain. Sel-sel
tertentu mungkin tidak mulai membelah karena kondisi yang disebut inhibisi
kontak, di mana sel-sel mendeteksi sel-sel lain di samping mereka dan tidak
membagi. Namun, ketika sel-sel mati dan ada menjadi kesenjangan antara sel-
sel dan sel-sel lain di sekitarnya, maka pembelahan sel dapat dimulai sampai
kesenjangan diisi.

Gambar 2.1. Eukaryotic Cell Cycle

5
Faktor pertumbuhan, yang merupakan protein regulator yang merangsang
pembelahan sel, memicu sistem sinyal antar-sel dalam rangka untuk memulai
proses pembelahan sel. Faktor pertumbuhan dikenali oleh reseptor permukaan
sel tertentu, yang dibentuk agar sesuai dengan bentuk yang tepat dari faktor
pertumbuhan tertentu (6).
Selain faktor pertumbuhan, reseptor seluler tertentu dan senyawa kimia
pada beberapa sel dapat menyebabkan sel-sel lain di sekitarnya untuk membagi.
Sitokin, molekul yang diproduksi dalam sel-sel tertentu, dapat disekresikan oleh
sel-sel tertentu dan mendorong perpecahan di antara sel-sel lain. Sel-sel tertentu
mungkin tidak mulai membelah karena kondisi yang disebut inhibisi kontak, di
mana sel-sel mendeteksi sel-sel lain di samping mereka dan tidak membagi.
Namun, ketika sel-sel mati dan ada menjadi kesenjangan antara sel-sel dan sel-sel
lain di sekitarnya, maka pembelahan sel dapat dimulai sampai kesenjangan diisi
(7).

Gambar 2.2. Mitosis Cytokinesis

6
C. Penyembuhan Luka Sayatan
Kulit memainkan peran yang sangat penting dalam perlindungan dari
lingkungan internal tubuh dan merupakan organ terbesar di tubuh manusia
sehingga bila terjadi kerusakan serius pada organ ini dapat menyebabkan
beberapa masalah dalam kontinuitasnya. Kulit terdiri dari dua lapisan epidermis
dan dermis yang berada diatas lemak subkutan. Epidermis terutama terdiri atas
lapisan keratinosit dan tersebar luas pula beberapa jenis sel termasuk melanosit
dan sel langerhans. Epidermis dipisahkan dengan dermis oleh membran basal.
Dermis terdiri dari sel-sel papiler dan retikuler yang terdiri dari matriks
ekstraseluler atau substansi basal yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa,
elastin, dan glikosaminoglikan. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami
oleh setiap manusia. Luka didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari
kulit. Organ ini berperan sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain
dengan mengatur keseimbangan air serta elektrolit, termoregulasi, dan berfungsi
sebagai barrier terhadap lingkungan luar termasuk mikroorganisme. Saat barrier
ini rusak karena berbagai penyebab, seperti ulkus, luka bakar, trauma, atau
neoplasma, maka kulit tidak dapat melaksanakan fungsinya secara ade kuat. Oleh
karena itu sangat penting untuk mengembalikan integritasnya sesegera mungkin
(8).
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena adanya
kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara berkesinambungan.
Penggabungan respon vaskuker, aktivitas seluler, dan terbentuknya senyawa
kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang
saling terkait pada proses penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh memiliki
mekanisme untuk mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak
dengan membentuk struktur baru dan fungsional. Proses penyembuhan luka
tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga

7
dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian
obat-obatan, dan kondisi metabolik (9).
Type penyembuhan luka ada tiga macam berdasarkan karakteristik jumlah
jaringan yang hilang yaitu: primary intention healing (penyembuhan luka primer),
secondary intention healing (penyembuhan luka sekunder), dan tertiary intention
healing (penyembuhan luka tersier). Proses penyembuhan luka pada post operasi
elektif secara fisiologis mempunyai resiko komplikasi yang minimal, namun proses
penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh: tipe luka, penyakit yang mendasari,
nutrisi, komplikasi post operatif, medikasi, sistem imun, gaya hidup serta kualitas
penatalaksanaan luka. Proses penyembuhan luka adalah respons pemulihan alami
terhadap jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Luka ringan dapat sembuh
dengan perawatan sendiri di rumah, namun ada beberapa kondisi medis yang
menyebabkan luka sulit sembuh. Luka merupakan cedera yang melibatkan
rusaknya jaringan tubuh dan umumnya terjadi di kulit. Kulit adalah organ tubuh
terbesar pada manusia dan berperan dalam melindungi tubuh dari mikroba (virus,
jamur, bakteri) (10).
Apabila kulit mengalami luka, kuman dapat dengan mudah masuk ke dalam
kulit dan menimbulkan infeksi. Baret, tusukan, sayatan, dan terbakar merupakan
bentuk-bentuk luka. Selain itu, bekas jahitan operasi juga tergolong ke dalam
luka. Penyebab luka yang paling umum adalah terkena benda tajam, jatuh,
tersiram air panas, dan kecelakaan. Di daerah luka akan terbentuk jaringan dari
serat-serat protein (fibrin). Jaringan ini nanti akan membentuk suatu lapisan yang
keras yang melindungi luka tersebut. Pada saat yang bersamaan akan tumbuh
pada tepi-tepi luka suatu jaringan granula. Jika luka itu bersih dan karena adanya
jaringan-jaringan mati (nekrosis) yang lebih sedikit pada luka tersebut, maka
pertumbuhan dari jaringan granulasi itu yang terdiri dari pembuluh-pembuluh
darah dan jaringan-jaringan ikat akan berjalan dengan lebih baik. Jika pada seluruh

8
permukaan luka sudah terbentuk jaringan granulasi maka keropeng luka akan
terlepas. Kemudian akan terbetuk bekas luka tertutup oleh lapisan kulit yang tipis
(bekas luka yang tertutup lapisan kulit itu adalah lapisan granulasi). Tanda-tanda
bekas ini akan memudar dan berkerut. Selain faktor-fator tersebut ada masalah
lain, yaitu tentang terinfeksinya luka oleh mikroorganisme yang ada pada luka
tersebut, yang nanti akan sangat menentukan penyembuhan luka. Luka steril
seperti luka operasi akan lebih cepat sembuh daripada luka meradang. Jadi,
berikut faktor-faktor akan berpengaruh pada proses penyembuhan luka (11) ;
a. Pengaliran darah lokal. Ini harus seoptimal mungkin dalam proses
penyembuhan yang baik
b. Ada/tidak adanya edema. Adanya edema dapat menghalangi penyembuhan
luka karena dengan demikian pengaliran darah akan terganggu.
c. Zat-zat pembakar dan pembangun. Zat-zat ini harus ada dalam kadar yang
cukup dalam makanan yang dikonsumsi.
d. Kebersihan luka. Luka yang bersih akan lebih cepat sembuh daripada luka
yang banyak terdapat nekrosisnya.
e. Besarnya luka. Luka yang besar akan lebih lama sembuhnya daripada luka
yang kecil, dimana tepi luka itu lebih berdekataan.
f. Kering atau tidaknya luka. Luka yang kering akan lebih cepat sembuh
daripada luka yang basah, karena luka kering akan lebih cepat tumbuh lapisan
granulasi di bawah keropeng luka.
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
penyembuhan luka, maka dapat menyusun aturan untuk perawatan luka (11) :
1. Menghindari terjadinya pencemaran
Pada kulis dan lapisan lendir terdapat mikroorganisme. Oleh karena itu
penting sekali setelah membantu pasien dan setelah menggantikan balutan yang
kotor, perlu mencuci tangan dan mendesinfeksi luka dan kulit. Tujuan dari

9
membalut luka adalah untuk menghindari mikroorganisme. Dengan bantuan
pembalut (verban) maka mikroorganisme yang menyebar di udara tidak dapat
hinggap pada luka.
2. Menghindari rasa sakit yang tidak perlu
Suatu luka pasti sering terasa sakit dan perawatan luka hampir selalu terasa
sakit. Rasa sakit yang tidak perlu seperti ikut tertariknya bulu-bulu saat melepasan
plester, atau harus melepaskan kasa penutup luka yang menempel, harus
dihindari rasa sakitnya. Melalui penatalaksanaan berikut ini dapat kita hindari
terjadinya rasa sakit ;
o Mencukur rambut sebelum menempelkan plester perekat
o (jika memungkinkan) mengurangi pemakaian plester perekat
o Tidak memakai bahan-bahan pembalut yang bersifat mengikat
o Sebanyak mungkin melibatkan personel yang sama dalam melakukan
perawatan terhadap pasien tertentu
o Memberi waktu yang cukup
o Sedapat mungkin tidak memakai bahan-bahan yang keras/tajam seperti
alkohol
o Memungkinkan pasien mengambil posisi rileks
Perawatan luka harus mengetahui bahan balutan tertentu yang harus
dipakai dan bahan apa saja yang diperlukan (11) ;
1. Balutan untuk menyerap cairan luka
2. Balutan untuk menghentikan pendarahan
3. Balutan penyokong
4. Balutan salep
5. Memperhatikan bahan-bahan yang dianjurkan dalam penyembuhan luka

10
D. Regenerasi Patah Tulang
Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri
tegak, tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh
darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang melindungi jaringan lunak, tulang
juga merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat dan
membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah organ yang kita
butuhkan untuk melakukan aktifitas sehari–hari, sehingga kita tidak dapat
membayangkan bagaimana terganggunya bila ada kerusakan yang terjadi pada
tulang kita. Sebagian orang mengira tulang adalah jaringan mati yang pasif,
padahal sesungguhnya tidak. Tulang adalah jaringan hidup dan tumbuh, serta
secara terus-menerus membongkar, membentuk kembali dan memperbaiki
jaringannya (12).
Tulang adalah suatu jaringan hidup karena itu selalu terjadi regenerasi sel-
sel tulang secara terus menerus agar tulang tetap kuat. Jadi, tulang selalu
mengalami pembongkaran dan penggantian sel-sel lama dengan sel-sel baru. Jika
proses bongkar pasang sel-sel lama dengan sel-sel baru ersebut seimbang, maka
tulang akan tetap kuat. Namun saat laju penghancuran tulang lebih besar
keimbang laju pembentukan tulang, maka terjadilah kropos tulang. Menyangkut
proses terbongkar psang tersebut, dikenal dua tipe sel tulang, yaitu osteoklas (sel
penghancur struktur tulang) dan osteoblas (sel pembangun/pembentuk tulang).
Dalam keadaan normal, osteoklas dan osteoblas bekerja bergantian, saling
mengisi dan seimbang, sehingga tulang tetap utuh dan kuat (15).

11
Gambar 2.3. Kedudukan beberapa tulang kepala dan wajah (19).
Fungsi utama tulang adalah sebagai berikut (13):
 berfungsi sebagai perisai bagi organ-organ vital kita yang lainnya,
 untuk menyimpan mineral seperti kalsium dan magnesium,
 berfungsi sebagai suatu rangkaian gerakan yang dibutuhkan untuk
pergerakan lengan, dan
 berfungsi sebagai pabrik untuk memproduksi darah dan elemen lainnya yang
serupa.
Susunan tulang tidak sepadat yang dibayangkan orang. Komposisi tulang
tulang terdiri atas metariks kolagen dan matriks kalsium. Selain itu, tulang bersifat
dinamis; tulang mampu membentuk kembali susunan nya seperti sediakala
seperti dalam kasus memperbaiki tulang yang retak. Supaya proses remodeling
dapat berlangsung, tulang membutuhkan asupan tetap protein, vitamin,
hormone, dan tentu saja kalsium (18).

12
Gambar 2.4. Perbedaan tulang yang normal dengan tulang osteoporosis (20).
Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi yaitu
pergantian tulang-tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang
masih muda, proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk puncak massa
tulang. Setelah terbentuk puncak massa tulang, tulang masih mengalami
pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yagg masih muda, tapi proses ini
tidak berjalan seimbang dimana tulang yang diserap untuk diganti lebih banyak
dari tulang yang akan menggantikan, maka terjadi penurunan massa tulang, dan
bila keadaan ini berjalan terus menerus, akan terjadi osteoporosis (14).
Patah tulang merupakan cedera musculoskeletal yang sering terjadi
menyertai cedera kepala dengan segala komplikasi yang terjadi. Proses
penyembuhan tulang pada pasien cedera kepala menunjukkan perubahan,
dimana waktu yang diperlukan untuk penyembuhan tulang menjadi lebih cepat
dari semestinya. Salah satu bahan yang merangsang terjadinya penyembuhan
patah tulang yang lebih cepat adalah Leptin. Leptin adalah suatu protein 167 asam
amino. Leptin terutama dihasilkan dari sel lemak putih. Sejak pertama kali

13
ditemukan tahun 1994, lebih dari seribu artikel yang menggambarkan jaringan
adipose sebagai organ kunci yang menghubungkan metabolism (14).
Tulang memiliki ciri-ciri unik Iain. Yang terpenting, mereka merupakan organ
tubuh yang hidup sebab mereka secara berkelanjutan melengkapi diri mereka
sendiri dan beregenerasi untuk membuat tulang baru untuk mengganti tulang
lama atau tulang yang mengalami kerusakan yang membuatnya menjadi salah
satu dari segelintir organ yang mampu melakukan hal semacam itu.
Kenyataannya, tulang merupakan satu-satunya materi di tubuh yang mampu
melakukan regenerasi sehingga menjadi baru (ketika kulit tersayat, Anda tidak
dapat menumbuhkan kulit baru; Anda sembuh dengan tetap membawa bekas
cedera, yang tidak sepenuhnya baru karena pada bekas cedera tersebut tidak
dapat muncul rambut, lipatan, atau keringat). Namun, tulang sebaliknya dia
mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan tulang baru yang tumbuh itu pada
akhirnya dapat menjadi sekuat tulang aslinya (13).
Satu-satunya kelemahannya mereka yang pernah mengalami patah tulang
hingga terpaksa digips pasti tahu adalah bahwa tulang membutuhkan empat
hingga enam bulan untuk dapat sembuh secara sempurna. Sementara proses
penyembuhan itu berlangsung, bagian-bagian lain dan sistem tubuh Anda, seperti
otot-otot di sekeliling tulang dapat melemah. Hal unik kedua tentang tulang
adalah struktur fisiknya. Kebanyakan orang me ngira struktur tulang seperti batu
bata keras sampai ke dalam-dalamnya. Ya, tulang memang struktur terkeras
kedua di tubuh setelah email gigi, tetapi mereka tidak sepadat beton. Struktur
fisik tulang lebih mirip dengan sarang lebah, suatu massa padat yang dipenuhi
lubang-lubang kecil (13).
Normalnya, tubuh Anda akan mendaur ulang komponen-komponen tulang
lama menjadi tulang yang baru, dan ia juga menyimpan kalsium baru dan mineral-
mineral lainnya di dalam tulang untuk menjadikannya kuat dan padat. Namun,

14
setelah berusia 35 tahun, tulang Anda akan berhenti tumbuh dan berangsur-
angsur akan kehilangan kepadatan tulang, yang berarti lubang-lubang tersebut
menjadi bertambah lebar sementara zat yang keras akan semakin berkurang.
Sehingga, tulang Anda akan semakin berpori-pori, melemah, dan rentan terhadap
cedera dan keretakan. Untuk dapat memahami proses penuaan pada tulang,
pikirkan apa yang dilakukan rayap-rayap terhadap sebuah rumah. Mereka
membuat lubang di seluruh pusat balok kayu. Jika dibiarkan berlarut-larut,
mereka dapat menciptakan lubang yang begitu besar sehingga mampu
merobohkan balok kayu tersebut. Proses yang sama terjadi pada tulang Anda,
kecuali Anda memiliki kemampuan untuk menjadi pembasmi rayap (13).
Secara umum, proses penyembuhan fraktur terjadi melalui penyembuhan
tidak langsung ataupun langsung. Penyembuhan tidak langsung yaitu melalui
serangkaian proses yang terjadinya formasi kalus. Sedangkan penyembuhan
langsung terjadi tanpa terbentuknya formasi kalus. Kalus yang terkalsifikasi
membungkus dua fragmen patahan yang pada tahap ini disebut union. Namun
pada tahap union, penyembuhan belum sempurna karena pergerakan fragmen
masih dapat terjadi sehingga tidak aman untuk mendapatkan stres. Konsolidasi
merupakan tahap penyembuhan yang sempurna, kalus sudah terosifikasi
sehingga kekuatan tulang untuk menerima beban sudah kembali. Berdasarkan
konfigurasi garis fraktur, patah tulang dibagi atas fraktur transveral, oblik dan
spiral, sementara berdasarkan berat ringannya fraktur dibagi atas simpel dan
kominutif (16).
Penyembuhan fraktur dan waktu untuk mencapai union dapat
ditingkatkan dengan stimulasi biofisika atau pemberian substansi biologik seperti
autolog bone grafts atau platelet rich plasma (PRP). Studi terkini mengenai
mekanisme penyembuhan fraktur menghasilkan penemuan-penemuan spesifik
mengenai komponen penting dalam penyembuhan fraktur. Beberapa studi

15
menunjukkan efektivitas BMP dalam mempercepat regenerasi tulang dan
penyembuhan tulang. Namun kerja BMP membutuhkan faktor lokal dan cara
pemberian yang tepat. Selain itu waktu paruh BMP yang singkat juga perlu
dipertimbangkan. BMP yang merupakan growth factor berhasil menarik perhatian
peneliti-peneliti. Ditemukan oleh Marshall Urist pada tahun 1964, sekarang dapat
dimurnikan dari matriks tulang. Secara molekular, BMP menunjukkan kemampuan
menginduksi diferensiasi sel progenitor menjadi tulang rawan yang kemudian
menjadi tulang matur (16).
Proses penyembuhan tulang meliputi dua komponen utama yaitu
regenerasi dan repair . Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang dari
jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah proses
penyembuhan yang menghasilkan scar. Terbentukya elemen-elemen
penyembuhan baik secara primer maupun sekunder melibatkan proses
angiogenesis di dalamnya. Angiogenesis adalah pembentukan pembuluh darah
baru (new blood vessels) dan merupakan elemen kunci pada proses penyembuhan
luka yang tertutup secara primer dan luka yang terbuka yang dimungkinkan untuk
sembuh secara sekunder, sehingga proses penyembuhan luka tidak dapat
dipisahkan dari angiogenesis (16).
Penyembuhan tulang adalah proses metabolisme fisiologi yang kompleks
pada tulang fraktur melibatkan macam variasi zat biokimia, seluler, hormonal dan
mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari
pemeriksaan klinis, radiologis dan laboratorium. Tahapan penyembuhan tulang
terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus
(osifikasi), dan remodeling (17).
Walaupun mayoritas patah tulang dapat sembuh normal tetapi 5%-10%
menyisakan masalah pada proses penyembuhannya. Kunci kesuksesan
penyembuhan tulang adalah stabilitas biomekanik dan fungsi biologis dari tulang.

16
Banyak kondisi yang dapat mengganggu proses penyembuhan seperti kondisi
vaskularisasi yang kurang baik, infeksi, ketidakstabilan mekanik dan penyakit-
penyakit sistemik. Beberapa faktor dapat lainnya yang dapat mengganggu
penyembuhan tulang sehingga terjadi delay union dan bahkan non union. Proses
penyembuhan tulang meliputi fase reaktif, reparasi, maturasi, dan remodeling
(16,17).

E. Komplikasi Regenerasi
Prevalensi diabetes melitus tipe 2 di dunia meningkat secara tajam selama 2
dekade terakhir. Salah satu komplikasi yang membuat seorang yang menderita
diabetes melitus tipe 2 menjadi tidak berdaya adalah berkembangnya kronik ulkus
diabetikum. Hal ini disebabkan karena kegagalan proses penyembuhan luka pada
diabetes sehingga menyebabkan luka menjadi kronis. Penyebab kegagalan
penyembuhan luka akibat diabetes terutama pada kegagalan fungsi leukosit yang
terkait dengan hiperglikemia. Selain itu keadaan iskemi sekunder, kegagalan
fungsi granulositik dan kemotaksis sehingga menyebabkan mudah terjadi infeksi,
perpanjangan waktu inflamasi, kegagalan angiogenesis, penurunan sintesis
kolagen, peningkatan level proteinanse, dan kegagalan reepitelisasi. Salah satu
tanaman herbal yang sudah dipakai secara tradisional dalam penyembuhan luka,
ulkus, dan beberapa tipe luka bakar adalah minyak jintan hitam. Nigella sativa
mengandung bahan aktif utama thymoquinone dapat memicu terjadinya leukin
dan makrofag sehingga dapat memicu sekresi zat kemotaktik dan growth factor
yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Selain itu thymoquinone
mempunyai efek anti mikroba dan antioksidan yang dapat mempercepat
penyembuhan luka. Minyak jintan hitam juga mempunyai asam lemak (asam
linoleat, asam oleat, dan asam linolenat) yang diperlukan untuk meningkatkan
proses kemotaktik, meningkatkan respon inflamasi pada fase awal dan

17
menurunkan inflamasi pada fase akhir, serta dapat menginduksi granulasi
sehingga meningkatkan epitelisasi dan neovaskular pada luka. Pemberian minyak
jintan hitam secara topikal terhadap luka penderita diabetes diharapkan dapat
mampu meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan luka sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas akibat komplikasi yang ditimbulkan (21).
Cirrhosis Hepatis (CH) merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di
negara berkembang pada pasien yang berusia diatas 45 tahun (setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia, Cirrhosis Hepatis menempati urutan
ketujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat
penyakit ini. Cirrhosis Hepatis merupakan penyakit hati yang sering ditemukan
dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Di Indonesia, data
prevalensiCirrhosis Hepatis belum ada, hanya laporan-laporan dari beberapa
pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, dalam kurun waktu 4 tahun
ditemukan 819 penderita Cirrhosis Hepatis dari seluruh pasien di bagian Penyakit
Dalam. Asites merupakan manifestasi kardinal dari penderita Cirrhosis Hepatis,
yaitu penimbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. 80 % penderita
Cirrhosis Hepatis di Amerika menunjukkan adanya asites. Beberapa faktor yang
turut terlibat dalam patogenesis asites pada Cirrhosis Hepatis antara lain adalah
hipertensi portal. Peritonitis merupakan komplikasi tersering pada
penderitaCirrhosis Hepatis yang disertai dengan asites. 10-30% penderita Cirrhosis
Hepatis dengan asites mengalami komplikasi berupa peritonitis. Bentuk
peritonitis yang paling sering adalah Spontaneous Bacterial Peritonitis.
Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) terjadi bukan karena infeksi abdomen,
namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronis,
dalam hal ini Cirrhosis Hepatis. Angka kematian dari Spontaneous Bacterial
Peritonitis cukup tinggi, yaitu sekitar 50 %. Banyaknya angka kejadian asites pada
penderita Cirrhosis Hepatis seperti yang diuraikan di atas, akan lebih

18
meningkatkan resiko terjadinya Spontaneous Bacterial Peritonitis, sehingga
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas penderita Cirrhosis Hepatis, yang
akhirnya menurunkan pruduktivitas. Untuk itulah pada penelitian ini menarik
untuk diteliti hubungan antara kejadian Cirrhosis Hepatis yang disertai asites
dengan komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis (24).
Pengertian Cirrhosis Hepatis dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu
keadaan disorganisasi yang difus dari struktur hati yang normal akibat nodul
regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosisn. Gambaran ini terjadi
akibat nekrosis hepatoseluler, kolapsnya jaringan penunjang retikulin disertai
deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan regenerasi nodularis
parenkim hati sisanya. Proses patologik harus dipandang sebagai akhir dari
perjalanan berbagai jenis cedera hati kronik. Klasifikasi histologis Cirrhosis dibagi
menjadi: Mikronoduler, makronoduler, dan bentuk campuran (mixed forms).
Masing-masing bentuk tersebut dapat dilihat pada pasien yang sama, dengan
penyakit yang berbeda stadiumnya. Pada sirosis mikronodular, tipe penyakit hati
alkoholik, regenerasi nodul tidak lebih besar dari lobulus pada umumnya,
diameternya kira-kira tidak lebih dari 1 mm. Macronodular Cirrhosis ditandai
dengan nodul yang lebih besar, yang dapat berkembang diameternya sampai
beberapa sentimeter dan bisa saja didapatkan dilatasi vena central. Klasifikasi
Cirrhosis Hepatis menurut Childpugh juga digunakan sebagai dasar diagnosis
Cirrhosis Hepatis.
Komplikasi yang sering dijumpai pada penderita Cirrhosis Hepatis adalah
Spontaneous Bacterial Peritonitis, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri
tanpa ada bukti infeksi sekunder intraabdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala,
namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen. Kerusakan hati lanjut
menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan filtrasi
glomerolus. Ensefalopati hepatik merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat

19
disfungsi hati. Pada sindrom hepatopulmonal terdapat hidrothoraks dan
hipertensi portopulmonal. Kebanyakan pasien dengan Cirrhosis Hepatis kadang-
kadang terjadi peningkatan cairan dalam abdomen atau yang disebut dengan
asites, dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi intraabdominal spontan (22).
Komplikasi yang terjadi dalam proses penyembuhan adalah sebagai berikut (23) :
1. Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan tanda
vital.
2. Infeksi, Infeksi terjadi jika terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan,
demam atau panas, nyeri dan timbul bengkak, jaringan sekitar luka
mengeras, adanya kenaikan leukosit.
3. Dehiscene, yaitu pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang dapat
dipengaruhi oleh area kegemukan, kurangnya nutrisi, trauma, dan lainya.
4. Eviceration, menonjolnya organ tubuh bagian dalam area uar melalui luka.
Pada setiap kerusakan jaringan, akan diawali pembentukan jaringan ikat
yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga yang ditinggalkan jaringan yang
rusak dan disebut jaringan granulasi. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau
hilang. Proses penyembuhan luka ada tiga yaitu fase inflamasi, fase proliferatif
dan fase maturasi. Sedangkan proses penyembuhan fraktur ada lima fase yaitu
fase hematoma, fase inflamasi dan proliferasi, fase pembentukan kalus, fase
konsolidasi, dan fase remodelling (24).

F. Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi


Pada jejas hati akut dengan deposisi matrik ekstraselulerr yang terbatas, sel
parenkim akan melakukan regenerasi dan menggantikan sel yang nekrosis atau
apoptosis. Sel memberikan respon yang bervariasi terhadap stres, mulai dari
aktivasi jalur yang mendukung kelangsungan hidupnya sampai mengaktifkan

20
program kematian sel. Respon awal sel dalam menghadapi stimuli stres diarahkan
untuk membantu sel mempertahankan diri (adaptif) dan pulih dari penyebab
kerusakan. Namun bila stimuli yang membahayakan tidak dapat diselesaikan, sel
akan mengaktifkan jalur sinyal kematian sel. Kelangsungan hidup suatu sel
tergantung pada kemampuan memberikan respon yang sesuai dengan stimuli
stres dari lingkungan maupun dari intrasel. Regenerasi suatu organ / jaringan
melibatkan seluruh komponen sel di dalamnya untuk mempertahankan komposisi
normal organ. Regenerasi tidak terjadi melalui eliminasi sel-sel yang rusak
(diseased cell) namun diperantarai oleh peningkatan proliferasi dari populasi sel
yang sehat (healthy cell). Regenerasi dapat terjadi melalui tiga mekanisme yang
dilakukan oleh sel kompeten yang berbeda. Hiperplasia kompensasi adalah
regenerasi dengan cara proliferasi yang dilakukan oleh sel yang telah
terdiferensiasi (misalnya hepatosit). Regenerasi melalui dediferensiasi oleh sel
matur membentuk sel progenitor yang mampu membelah. Regenerasi oleh
cadangan sel punca / sel progenitor di jaringan yang mampu diaktivasi. Ketiga
mekanisme tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu memperbaiki jaringan
dan fungsinya setelah jaringan mengalami jejas (25).
Diketahui pada individu dewasa mempunyai sel-sel dengan potensial sama
dengan sel embrional, yaitu sel-sel dengan kemampuan untuk menghasilkan
jaringan setiap sel jaringan penyambung dan juga menghasilkan sel-sel otot. Sel
regenerasi sering terlihat di kapiler sehingga di sebut adventitial sel, secara
morfologis sangat mirip fibroblas, mempunyai nukleus panjang dengan kromatin
kasar. Dengan rasangan tertentu sel regenerasi akan membelah membentuk sel
yang akan dikehendaki, misalnya ada kerusakan otot polos, maka sel regenerasi
akan berdeferensiasi menjadi sel otot polos (26).

21
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (26,27):
1. Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka akan
meningkatkan regenerasi.
2. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek makanan.
Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi.
3. System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel sekitar
luka.
4. Usia
5. Nutrisi
6. Infeksi
7. Hematoma
8. Benda Asing
9. Iskemia
10. Diabetes
11. Keadaan Luka
12. Obat
13. Gangguan Sistem Imun
14. Teknik Penjahitan
15. Personal Hygiene

Faktor-faktor yang dapat memperlambat penyembuhan luka (28) :


1. Kurangnya suplai darah dan pengaruh hipoksia
Luka dengan suplai darah yang buruk sembuh dengan lambat. Jika faktor-
faktor yang esensial untuk penyembuhan, seperti oksigen, asam amino, vitamin
dan mineral, sangat lambat mencapai luka karena lemahnya vaskularisasi, maka
penyembuhan luka tersebut akan terhambat, meskipun pada pasien-pasien yang
nutrisinya baik.

22
2. Dehidrasi
Jika luka terbuka dibiarkan terkena udara, maka lapisan permukaanya akan
mengering. Sel-sel epitel pada tepi luka bergerak ke bawah, di bawah lapisan
tersebut, sampai sel-sel tersebut mencapai kondisi lembab yang memungkinkan
mitosis dan migrasi sel-sel untuk menembus permukaan yang rusak. Waktu yang
panjang akibat membiarkan luka itu mengering mengakibatkan lebih banyak
jaringan yang hilang dan menimbulkan jaringan parut, yang akhirnya dapat
menghambat penyembuhan
3. Eksudat berlebihan
Terdapat suatu keseimbangan yang sangat halus antara kebutuhan akan
lingkungan luka yang lembab, dan kebutuhan untuk mengeluarkan eksudat
berlebihan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jaringan. Eksotoksin dan sel-
sel debris yang berada di dalam eksudat dapat memperlambat penyembuhan
dengan cara mengabadikan respons inflamasi.
4. Turunnya temperatur
Aktivitas fagositik dan aktivitas mitosis secara khusus mudah terpengaruh
terhadap penurunan temperatur pada tempat luka. Kira-kira dibawah 28oC,
aktivitas leukosit dapat turun sampai nol. Apabila luka basah menunggu
pemeriksaan dokter, maka temperatur permukaan dapat menurun sampai paling
rendah 12oC. Pemulihan jaringan ke suhu tubuh dan aktivitas mitosis sempurna,
dapat memakan waktu sampai 3 jam.
5. Hematoma
Dimana sebuah luka telah ditutup secara bedah, baik dengan jahitan primer,
graft kulit, ataupun dengan pemindahan flap jaringan, maka penyebab penting
dari terlambatnya penyembuhan adalah terjadinya hematoma.

23
6. Trauma dapat berulang
Pada sebuah luka terbuka, trauma mekanis dengan mudah merusak jaringan
granulasi yang penuh dengan pembuluh darah dan mudah pecah, epitelium yang
baru saja terbentuk dan dapat menyebabkan luka sehingga kembali ke keadaan
fase penyembuhan tertentu yaitu fase respons inflamasi akut. Trauma berulang
dapat disebabkan oleh berbagai hal. Jika seorang pasien penderita dekubitus
ditempatkan dengan bagian yang sakit di atas tempat tidur atau di sebuah kursi,
maka kemudian tenaga tekanan yang terjadi, robekan, dan gesekan, dapat
menyebabkan kerusakan lapisan kulit di atasnya, yang tak dapat dihindarkan
sehingga dapat merusak penyembuhan jaringan yang masih sangat lunak,
sehingga luka justru akan bertambah besar.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan
makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang
sempurna. Beberapa faktor yang merangsang pembelahan mitosis adalah faktor
pertumbuhan. Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks
karena adanya kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara
berkesinambungan. tulang selalu mengalami pembongkaran dan penggantian sel-
sel lama dengan sel-sel baru. Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
temperature, makanan, system syaraf, usia dll.

B. Saran
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penyusun berharap untuk selanjutnya lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber–sumber yang lebih banyak.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Santosa W dan Riyono. Perbandingan efektifitas pemberian kompres madu


dan kompres gula Kristal terhadap penyembuhan luka pada tikus putih. Srada
Jurnal Ilmiah Kesehatan 2018. 7(1): 28-35.
2. Athraa Y, Ahmed DN. Expression of VEGF and BMP7 in bone healing after
topical, systemic fluoride application (experimental study in rats). IntRes J
Nat Sci. 2014; 2(1): 52-68.
3. Van Bergen CJ, et al. Demineralized bone matrix and platelet rich plasma do
not improve healing of osteochondral defects of the talus: an experimental
goat study. Osteoarthritis Cartilage. 2013 ; 21:174654.
4. Damayanti Femin,Syubaannul Wathon. Peningkatan Peforma Pertumbuhan
Kultur Sel Fibroblas dan Aplikasinya Untuk Perbaikan Jaringan Yang Rusak.
Jurnal Bio Trends.2017:2(8) 32-33
5. Ety Rosa Setyawati. Respon Pertumbuhan Mucuna Bacteriata L. Terhadap
Macam dan Konsentrasi Sumber Sitoksin Organik. Jurnal Pertanian Intisper
Yogyakarta. 2015:3(4) 22-23
6. Rena L. Pengembangan media pembelajaran pembelahan sel dengan
menggunakan macromedia flash untuk Kelas XII SMA. Edu Research 2015
3(2):133-138.
7. EFENDI A, dkk. Efek antimitosis ekstrak bawang dayak (Eleutherina americana
L. Merr) terhadap sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn.). Jurnal Sains dan
Kesehatan, 2015 1(3): 99-104.
8. Novyana RM, Susianti. Lidah buaya (aloe vera) untuk penyembuhan luka.
Majority 2016. 5(4) : 149-153.
9. Purnama H, Sriwidodo, Soraya R. Review sistematik: proses penyembuhan dan
perwatan luka. Farmaka Suplemen 2017. 15(2) : 251-258.
10.Hariyanto T, Helmi, Wahyuningsri. Hubungan Antara Konsumsi Rokok Dengan
Lama Proses Penyembuhan Luka Operasi Elektif Steril Fase Inflamasi Di
Instalansi Rawat Inap Ii Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang.
Jurnal Keperawatan 2017. 6 (1) : 57-60.
11. Stevens PJM, Brordui F, Weyde VD. Ilmu Keperawatan Jilid 1 Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran. 1999.
12. Iriani S. Penerapan Metode Backward Chaining pada Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Tulang Manusia.Indonesian Journal on Networking and Security, 2015.
4(1) : 51-55.
13. Mehmet C. Oz, Michael F. R. Sehat Tanpa Dokter Panduan Lengkap Memahami
Tubuh agar Tetap Sehat dan Awet Muda. Yogyakarta : Penerbit B first; 2015.
14. Permana E, IK SK, IK S. Perbedaan Kadar Leptin pada Pasien Cedera Kepala
Tanpa Patah Tulang Panjang dan Pasien Cedera Kepala dengan Patah Tulang
Panjang.MEDICINA,2018.49(2) : 139-144.
15. Waluyo S. 100 Question & Answer Osteoporosis. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo; 2009.
16.Adjie RFK. Clinical Application Of Bone Morphogenetic Protein On Fracture
Healing Process. Jurnal Orthopaedi and Traumatology Surabaya, 2017. 6(2): 1-7.
17. Taufik A, dkk. Karakterisasi Hydroxyapatite Alami yang Dibuat dari Tulang Sapi
dan Cangkang Telur sebagai Bahan untuk Donor Tulang (Bone Graft). Jurnal
Kedokteran Unram , 2017. 6(1): 9-13.
18.Roizen MF, Mahmet C. Oz. Staying Young: Jurus Menyiasati Kerja Gen Agar
Muda Sepanjang Hidup. Bandung : Penerbit Qanita; 2009.
19.Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama; 2009.
20. Holistic Health Solution. Osteoporosis Di Usia Muda. Jakarta: Penerbit
Gramedia Widiasarana Indonesia; 2011.
21. Hibono MM. Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa) Topikal
Meningkatkan Regenerasi Jaringan Luka Tikus Diabetes Melitus. E-JURNAL
indonesian Journal of Anti Aging Medicine 2017. 1(1): 25 – 3.
22.Setiawan M. Hubungan antara kejadian asites pada cirrhosis hepatis dengan
komplikasi spontaneous bacterial peritonitis. Jurnal Saintika Medika 2011.
7(15):79-93.
23.Safithri F. Potensi Biji Ketan Hitam (Nigella sativa) Dalam RegenerasiPankreas
Secara Endogen Pada Diabetes Mellitus Tipe-2. FK Universitas Muhammadiyah
Malang 2017. 3(1): 76-87.
24.Hendriyani F, Prameswari ES, Suharto A. Peran Vitamin C, Vitamin E Dan
Tumbuhan Sebagai Antioksidan Untuk Mengurangi Penyakit Diabetes
Mellitus. Jurnal Elektronik 2018. 8(1): 36-40.
25.Safithri Fathiyah. Mekanisme Regenerasi Hati secara Endogen pada Fibrosis
Hati. 2018. 2(4): 9-26.
26.Mp, Tri Harjana. Histologi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. 2011
27.Handayani S dan Prasetyorini H. Gambaran pengetahuan ibu nifas terhadap
proses penyembuhan luka perineum di RSUD Kota Semarang. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan 2017. 1(1) : 63-71.
28.Wahyuni L. Effect moist wound healing technique toward diabetes mellitus
patiens with ulkus diabetikum in Dhoho room RSUD Prof Dr. Soekandar
Mojosari. Jurnal Keperawatan Stikes William Booth 2017. 1-7.

Anda mungkin juga menyukai