Anda di halaman 1dari 8

BAB

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan pada saat ini memasuki era baru yaitu era pelayanan

yang mengedepankan pada pasien (patient centered) dengan tujuan untuk

memperoleh keselamatan pasien (patient safety). Fenomena tersebut disemua

lini pelayanan kesehatan wajib melaksanakan paradigma baru ini, tak

terkecuali adalah pelayanan laboratorium klinik (Patologi Klinik Kedokteran

UNS, 2012).

Laboratorium klinik adalah sebuah tempat dimana di dalamnya terdapat

instrumen, peralatan, serta bahan dan reagen yang digunakan untuk

pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan spesimen biologis sebagai

penunjang diagnosis penyakit dan pemulihan kesehatan. Laboratorium klinik

terbagi menjadi dua jenis yaitu laboratorium klinik umum dan laboratorium

klinik khusus (Mardiana dan Ira, 2017).

Laboratorium klinik umum adalah laboratorium yang melaksanakan

pelayanan pemeriksaan spesimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik,

mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, dan imunologi klinik. Laboratorium

klinik umum diklasifikasikan menjadi tiga yaitu laboratorium klinik umum

pratama merupakan laboratorium di puskesmas, yang berperan melaksanakan

pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan

terbatas dengan teknik sederhana. Laboratorium klinik umum madya

merupakan laboratorium di rumah sakit tipe C, yang melaksanakan pelayanan

1 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


2

pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan tingkat

laboratorium klinik umum pratama dan pemeriksaan imunologi dengan teknik

sederhana. Laboratorium klinik umum utama merupakan laboratorium di rumah

sakit tipe A dan B, yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik

dengan kemampuan pemeriksaan lebih lengkap dari laboratorium klinik umum

madya dengan teknik automatik (Mardiana dan Ira, 2017).

Laboratorium klinik khusus adalah laboratorium yang melaksanakan

pelayanan pemeriksaan spesimen klinik pada satu bidang pemeriksaan khusus

dengan kemampuan tertentu. Laboratorium klinik khusus diklasifikasikan

menjadi laboratorium mikrobiologi klinik, yaitu laboratorium yang melaksanakan

pemeriksaan mikroskopis, biakan, identifikasi bakteri, jamur, virus, dan uji

kepekaan. Laboratorium parasitologi klinik, yaitu laboratorium yang

melaksanakan pemeriksaan identifikasi parasit atau stadium dari parasit baik

secara mikroskopis dengan atau tanpa pulasan, biakan atau imunoesai.

Laboratorium patologi anatomi, yaitu laboratorium yang melaksanakan

pembuatan preparat histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat

sitologi, dan pembuatan preparat dengan teknik potong beku (Mardiana dan Ira,

2017).

Pemeriksaan laboratorium klinik khususnya bidang hematologi terdapat

berbagai jenis pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan hemostasis, laju endap

darah, kadar hemoglobin, hitung eritrosit, leukosit, trombosit dan hematokrit.

Untuk itu diperlukan prosedur dan metode yang tepat sehingga dapat

memberikan hasil yang dapat dipercaya (Wolcott, Schwartz dan Goodman,

Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
3

2008).

Flebotomi merupakan tindakan untuk mendapatkan spesimen darah dapat

melalui vena (venipuncture), melalui pembuluh darah arteri (arterial puncture)

dan melalui kapiler (capillary puncture) untuk diperiksa secara laboratorium.

Flebotomis sendiri memiliki kemampuan dan kewenangan sesuai dengan

kompetensi yang dimiliki, kemampuan ini dapat diperoleh dari pelatihan,

workshop atau pendidikan baik dari institusi atau lembaga yang berwenang.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, flebotomis perlu mengidentifikasi darah apa

yang akan diambil dan peralatan apa yang seharusnya dipakai. Seluruh tindakan

flebotomi harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan jumlah spesimen yang

dibutuhkan (Davis, 2010 ; Warekois dan Robinson, 2012).

Pemeriksaan laboratorium melalui berbagai tahap yaitu tahap pra analitik,

analitik dan pasca analitik. Kesalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan

laboratorium klinik pada tahap pra analitik yaitu 32-75%, analitik 13-32%,

sedangkan pasca analitik 9-31%. Tahap pra analitik meliputi persiapan pasien,

pengambilan spesimen, penerimaan spesimen, pengolahan, penyimpanan, dan

pengiriman (Wolcott, Schwartz dan Goodman, 2008).

Diantara beberapa faktor pra analitik yang berpengaruh terhadap darah rutin

menurut (Gandasoebrata, 2013) yaitu lamanya pembendungan sampel darah vena

yang terlalu lama dapat menyebabkan hasil pemeriksaan menjadi meningkat atau

menurun dan merusak spesimen darah.

Hasil pemeriksan laboratorium dapat dijadikan sebagai diagnosis jika dalam

rangkaian proses pemeriksaan tersebut akurat dan sampel tidak dipengaruhi oleh

Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
4

faktor-faktor yang dapat mengganggu dalam pemeriksaan laboratorium.

Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61% dari semua kesalahan pengujian

terjadi pada saat fase pra-analitik, Salah satu kesalahan pra-analitik adalah dalam

proses pengambilan dalah vena (Kiswari, 2014).

Kesalahan pra analitik adalah kesalahan yang terjadi sebelum spesimen

diuji. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pada fase pra analitik meliputi

persiapan pasien, pengambilan sampel, pengelolaan sampel, pengiriman sampel

dan penyimpanan sampel (Patologi Klinik Kedokteran UNS, 2012).

Pada persiapan sampel, flebotomis harus mengidentifikasi pasien dengan

jelas, petugas juga memberikan informasi dan instruksi tindakan yang akan

dilakukan, serta manfaat tindakan flebotomi tersebut. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan peralatan yang menenuhi persyaratan yaitu

bersih, kering, tidak mengandung sisa detergen, bahan kimia dan terbuat dari

bahan yang tidak mengubah zat-zat di dalam sampel. Teknik pengambilan

sampel juga harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standar. Sumber

kesalahan yang terjadi pada pengambilan darah yatu: tekanan pada tourniquet

yang terlalu lama menyebabkan analit keluar dan masuk ke dalam darah

(menyebabkan hemokonsentrasi) dan homogenisasi darah dengan antikoagulan

yang tidak sempurna menyebabkan terbentuknya bekuan. Pada pengiriman

sampel perlu dilakukan dengan cara yang tepat untuk menjamin kualitas sampel.

Pengiriman sampel dilakukan dengan menggunakan wadah khusus yang dapat

ditutup rapat dan mudah dibawa. Sampel harus segera dikirim ke laboratorium

dan dapat ditunda selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan sampel.

Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
5

Penundaan yang terlalu lama dapat menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi

yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Penyimpanan sampel dilakukan

jika pemeriksaan ditunda atau sampel akan dirujuk ke laboratorium rujukan.

Lama penyimpanan memperhitungkan jenis pemeriksaan, stabilitas sampel serta

wadah sampel. Semua pihak yang terlibat dalam proses pra analitik harus

mempunyai tanggung jawab terhadap mutu sampel, memahami pentingnya

proses pra analitik dan harus mengenali kemungkinan penyebab kesalahan pra

analitik yang mempunyai konsekuensi terhadap hasil pemeriksaan (Patologi

Klinik Kedokteran UNS, 2012).

Pengambilan darah vena dengan pembendungan menggunakan tourniquet

berfungsi uintuk melihat vena yang berada dibawah jaringan kulit dengan jelas.

Pembendungan dengan tuourniquet pada masing-masing teknik flebotomi

memiliki lama dan waktu pelepasan yang berbeda-beda. Pada orang dewasa

biasanya dipakai pada salah satu vena yaitu fassa cubiti dan pada bayi ada dua

pilihan bisa menggunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagitalis

superior (Armal, 2019).

Prosedur pengambilan darah vena terdiri dari dua cara, yaitu setelah darah

masuk ke dalam jarum spuit lalu tourniquet dilepaskan dan ketika darah telah

masuk ke dalam spuit atau darah yang didapakan sudah mencapai jumlah yang

diinginkan maka tourniquet dilepaskan. Perlakuan dalam menentukan waktu

pelepasan tourniquet dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan darah. Apabila

tourniquet yang diikatkan tidak segera dilepaskan atau dikendorkan maka akan

menyebabkan hemokonsentrasi (Armal, 2019).

Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
6

Pada saat dilakukan pembendungan, pembuluh darah vena yang relatif lebih

tipis menjadi lebih lebar dan menyebabkan pori - pori lapisan dinding pembuluh

darah darah terbuka dan karena adanya tekanan hidrostatik yang memaksa cairan

untuk keluar melalui pori- pori dinding pembuluh darah sehingga dapat

menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Pengambilan sampel darah vena pada

saat terjadinya hemokonsentrasi akan mengakibatkan hasil pemeriksaan

laboratorium yang salah (Kiswari, 2014 ; Kee, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Oki Kurnianingtyas (2010), mengenai

pengaruh waktu pembendungan terhadap pemeriksaan hematokrit didapatkan

hasil bahwa ada perbedaan bermakna antara kadar hematokrit dengan

pembendungan selama 1 menit dan 3 detik. Penelitian yang dilakukan oleh Ranza

Fadhlil Pratama (2014), mengenai perbandingan waktu pembendungan darah

vena terhadap nilai hematokrit didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara

nilai hematokrit dengan pembendungan 1 menit dan 3 menit.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian

mengenai perbedaan waktu pembendungan vena selama 1 menit dan 3 menit

pada pemeriksaan leukosit.

B. Rumusan Masalah

Apakah waktu pembendungan vena dapat menimbulkan perbedaan hasil

pemeriksaan jumlah leukosit?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui adanya perbedaan jumlah leukosit dengan pembendungan

Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
7

vena selama 1 menit dan 3 menit.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui jumlah leukosit pada pembendungan vena selama 3

menit dibandingkan dengan pembendungan vena selama 1 menit.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini termasuk dalam bidang teknologi

laboratorium medis khususnya dalam subbidang hematologi.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Menyediakan data mengenai perbedaan waktu pembendungan vena

terhadap jumlah leukosit.

b. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta bahan

dalam penerapan ilmu dibidang hematologi khususnya tentang

perbedaan waktu pembendungan pada pengambilan darah vena

terhadap pemeriksaan leukosit.

c. Penelitian ini diharapkan sebagai dasar lebih lanjut mengenai

perbedaan waktu pembendungan terhadap jumlah leukosit.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi mengenai perbedaan waktu pembendungan

vena selama 1 menit dan 3 menit terhadap jumlah leukosit.

b. Sebagai bahan referensi untuk megembangkan penelitian selanjutnya

khususnya dalam bidang hematologi.

c. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan dapat

Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
8

dipergunakan atau diaplikasikan oleh tenaga kesehatan di

laboratorium tentang perbedaan waktu pembendungan pada

pengambilan darah vena.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran melalui jurnal, penelitian tentang perbedaan

waktu pembendungan vena selama 1 menit dan 3 menit pada pemeriksaan

leukosit dengan metode automatic hematology analyzer belum pernah

dilakukan. Adapun penelitian yang serupa dengan penelitian ini yaitu :

1. Penelitian Oki Kurnianingtyas (2010), dengan judul “Pengaruh Waktu

Pembendungan Terhadap Pemeriksaan Hematokrit”. Pada penelitian

tersebut didapatkan hasil ada perbedaan bermakna antara nilai hematokrit

dengan pembendungan 1 menit dan 3 menit. Sig p < 0,001 dengan selisih

3,21%. Persamaan pada penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu

lama pembendungan vena selama 1 menit dan 3 menit. Perbedaan pada

penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu nilai hematokrit.

2. Penelitian Ranza Fadhlil Pratama (2014), dengan judul “Perbandingan

Waktu Pembendungan Darah Vena Terhadap Nilai Hematokrit”. Pada

penelitian tersebut didapatkan hasil ada perbedaan antara nilai hematokrit

dengan pembendungan 1 menit dan 3 menit. Secara statistik

menggunakan Dependent T-Test didapatkan Sig p < 0,001. Persamaan

pada penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu lama pembendungan

vena selama 1 menit dan 3 menit. Perbedaan pada penelitian ini terletak

pada variabel terikat yaitu nilai hematokrit.

Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai