Schistosoma haematobium
Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di Afrika, Spanyol, dan berbagai negara Arab (timur
tengah, Lembah Nil); tidak ditemukan di Indonesia
Morfologi
Cacing jantan, gemuk, berukuran 10-15 x 0,8-1 mm. Ditutupi integumen
tuberkulasi kecil, memiliki 2 batil isap berotot, yang ventral lebih besar. Di sebelah
belakang batil isap ventral, melipat ke arah ventral sampai ekstremitas kaudal,
membentuk kanalis ginekoporik. Persis di belakang batil isap ventral terdapat 4-5
buah testis besar. Porus genitalis tepat di bawah batil isap ventral. Cacing betina,
panjang silindris, ukuran 20 x 0,25 mm. Batil isap kecill, ovarium terletak posterior
dari pertengahan tubuh. Uterus panjang; sekitar 20-30 telur berkembang pada satu
saat dalam uterus. Hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena kandung
kemih. Telur ditemukan di urin dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan
rektum.
Daur hidup
Berawal dari orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air.
Air kencing atau kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing
pindah ke keong, Cacing muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian,
orang yang mencuci atau berenang di air di mana orang yang terinfeksi pernah
buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.
Mula-mula schistosomiasis menjangkiti orang melalui kulit dalam
bentuk cercaria yang mempunyai ekor berbentuk seperti kulit manusia, parasit
tersebut mengalami transformasi yaitu dengan cara membuang ekornya dan
berubah menjadi cacing.
Cacing atau cercaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma) menginfeksi
dengan cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang
mengandung cercaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit.
Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah,
mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan kembali ke
jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, ke cabang-cabang
vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena
kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina
meletakkan telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh
darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung
kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam
air dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke
tubuh keong air dan berkembang menjadi cercaria.
Patologi
Kelainan terutama ditemukan di dinding kandung kemih.
Gejala klinik
Penyakit ini seringkali tidak memperlihatkan tanda-tanda awal. Di beberapa
tempat tanda-tanda umum yang sering terlihat adalah adanya darah di dalam air
kencing atau kotoran. Pada wanita tanda ini bisa juga disebabkan oleh adanya luka
pada alat kelaminnya. Di daerah di mana penyakit ini banyak terjadi, orang yang
memperlihatkan sekedar gejala-gejala yang tidak parah atau hanya sekedar sakit
perut saja, patut diperiksa.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalamtinja atau jaringan
biopsi hati dan biopsi rektum. Reaksi serologidapat dipakai untuk membantu
menegakkan diagnosis. Reaksiserologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval
precipitin test),IHT (Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixationtest),
FAT (Fluorescent antibody test) dan ELISA (Enzyme linkedimmuno sorbent assay).
Pengobatan
Pengobatan schistosomiasis pada dasarnya adalah : mengurangi dan
mencegah kesakitan dan mengurangi sumber penular. Sebelum ditemukan obat
yang efektif,berbagai jenis obat telah dipakai untuk mengobati penderita
schistosomiasis, misalnya, hycanthone,niridazole, antimonials, amocanate dsb.
Obat-obat tersebut tidak efektif dan beberapa sangat toksik. Pada saat ini obat yang
dipakai adalah Praziquantel. (Sudomo M. 2008)
Praziquantel sangat efektif terhadap semua bentuk schistosomiasis, baik
dalam fase akut, kronik maupun yang sudah mengalami splenomegali atau bahkan
yang mengalami komplikasi lain. Obat tersebut sangat manjur, efek samping ringan
dan hanya diperlukan satu dosis yaitu 60 mg/kg BB yang dibagi dua dan diminum
dalam tenggang waktu 4-6 jam. (Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana.2007)
Schistosoma mansoni
Hospes
Hospes definitifnya adalah manusia, sedangkan hospes reservoirnya adalah
kera Baboon dan hewan pengerat. Hospes perantaranya adalah keong air tawar
genus Biomphalaria sp dan Australorbis sp. Habitat cacing ini adalah vena kolon dan
rektum. Pada manusia cacing ini dapat menyebabkan schistomiasis usus,disentri
mansoni (Onggowaluyo, 2001)
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum :Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. mansoni
Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di Afrika, berbagai negara Arab(Mesir), Amerika Selatan
dan Tengah.
Morfologi
1. Ukuran 150 μm
2. Bentuk oval dengan salah satu
kutubnya membulat dan yang lain lebih
meruncing.
3. Spina terletak lateral dekat dengan bagian yang membulat,besar dan berbenutuk
segitiga.
4. Kulit sangat tipis dan halus.
5. Warna kuning pucat.
6. Berisi embrio besar bersilia,diliputi membran (kulit dalam)
Cacing dewasa
1. Tubuhnya tertutup kulit yang mempunyai tuberkel kasar.
2. Cacing jantan panjangnya 6,4 – 12 mm, mempunyai 8 – 9 testis.
3. Cacing betina panjangnya 7,2 – 17 mm,ovarium terletak di pertengahan tubuh
bagian anterior
Daur hidup
Manusia terinfeksi oleh serkaria di air tawar melalui penetrasi pada kulit.
Serkaria masuk tubuh melalui sirkulasi vena ke jantung, paru-paru dan sirkulasi
portal. Setelah tiga minggu serkariamatang dan mencapai vena mesenterika
superior usus halus lalutinggal disana serta berkembang biak (Abdul Ghaffar dan
GregoryBrower, 2009). Telur yang dikeluarkan oleh cacing betina di dalamusus
menembus jaringan sub mukosa dan mukosa lalu masuk kedalam lumen usus dan
keluar bersama tinja.Telur yang berada di air tawar menetas dan
melepaskanmirasidium yang kemudian berenang bebas mencari
hospesperantaranya yaitu keong. Dalam tubuh keong mirasidiumberkembang
menjadi sporokista 1 dan 2 kemudian menjadi larvaserkaria yang ekornya
bercabang. Serkaria selanjutnya akan mencarihospes definitif dalam waktu 24 jam. (
Onggowaluyo, 2001)
Diagnosis
Diagnosis dapat ditentukan (Onggowaluyo,2001)
dengan menemukan telur didalam tinja. Beberapa cara untuk melakukan
beberapa cara sepertisediaan hapus langsung dari tinja (metode Kato) maupun
dengancara sedimentasi (0,5 % gliserin dalam air). Bila dalam tinja tidak ditemukan
telur diagnosis dapat dilakukan dengan tes serologi,sedangkan untuk menemukan
telur yang masih segar dalam hati dan usus dapat dilakukan dengan teknik digesti
jaringan.
Pengobatan
Natrium antimonium tartrat cukup efektif untuk pengobatan penyakit yang
diakibatkan oleh parasit ini. Stibovendapat diberikan secara intramuskuler. Nitridiasol
juga efektif tetapibukan sebagai obat pilihan. Obat lain yang cukup baik diberikan
proral adalah oksamniquin dan nitrioquinolin.
Schistosoma Japonicum
1. Schistosoma japonicum
a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subkelas : Digenea
Ordo : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma Japonicum
b) Hospes dan Nama Penyakit
Hospes utamanya adalah manusia dan beberapa jenis hewan seperti tikus sawah,
babi hutan, sapi dan anjing hutan. Hospes perantara dari cacing ini adalah keong air
( Oncomelania sp ) dan di Indonesia yaitu keong airOncomelania hupensis
lindoensis ( Onggowaluyo, 2001 ). Habitat keong air yang berada di Danau Lindu adalah di
daerah ladang, sawah yang tidak terpakai lagi, parit diantara sawah dan di daerah hutan
perbatasan bukit, serta dataran rendah.(FKUI, 1998)
Manusia merupakan hospes definitive Schistosoma japonicum (oriental blood
fluke), sementara babi, anjing, kucing, kerbau, sapi, kambing, kuda, dan rodensia merupakan
hospes reservoir. Membutuhkan hospes perantara siput air tawar spesies Oncomelania
nosophora, O. hupenis, O. formosona, O. hupensis lindoensis di danau lindu (Sulawesi
tengah) dan O. quadrasi. Siput ini berukuran kecil, operculate, bersifat amphibi serta dapat
bertahan hidup beberapa bulan dalam keadaan yang relative kering (Natadisastra, 2005)
Parasit ini akan menyebabkan penyakit yaitu Oriental schistosomiasis,
Schistosomiasis japonica dan penyakit Katayama atau demam keong. (Onggowaluyo, 2001)
c) Morfologi
Schistosoma hidup terutama di dalam vena mesenterika superior, di tempat ini
betina menonjolkan tubuhnya dari yang jantan atau meninggalkan yang jantan untuk bertelur
di dalam venula-venula mesenterika kecil pada dinding usus. Telur berbentuk oval hingga
bulat, dan memerlukan waktu beberapa hari untuk berkembang menjadi mirasidium matang
di dalam kulit telur. Massa telur menyebabkan tekanan pada dinding venula yang tipis, yang
biasanya dilemahkan oleh sekresi dari kelenjar histolitik mirasidium yang masih berada di
dalam kulit telur. Dinding itu kemudian sobek, dan telur menembus lumen usus yang
kemudian keluar dari tubuh. Pada infeksi berat, beribu-ribu cacing ditemukan di dalam
pembuluh darah (Muslim, 2009).
Selanjutnya jika kontak dengan siput sesuai, larva menembus jaringan lunak dalam
5-7 minggu, membentuk generasi pertama dan kedua sporokista. Pada perkembangan
selanjtunya dibentuk cercaria yang bercabang. Cercaria ini dikeluarkan jika siput berada pada
atau di bawah permukaan air. Dalam waktu 24 jam, cercaria menembus kulit sebagai hasil
kerja kelenjar penetrasi yang menghasilkan enzim proteolitik, menuju jalinan kapiler, ke
dalam sirkulasi vena menuju jantung kanan dan paru-paru, terbawa sampau ke jantung kiri
menuju sirkulasi sistemik. Tidak sepenuhnya rute perjalanan ini diambil oleh schistosomula
(schistosoma muda) pada migrasi mereka dari paru-paru ke hati. Mungkin seperti S. mattheei,
schistosomula merayap melawan aliran darah sepanjang dinding A. Pulmonalis, jantung
kanan, dan vena cava menuju ke hati melalui vena hepatica. Infeksi dapat bertahan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas, dapat mencapai 47 tahun. (Natadisastra, 2005)
Penetasan berlangsung di dalam air. Walaupun Ph, kadar garam, suhu, dan aspek
lainnya penting, faktor-faktor di dalam telur berperan utama dalam proses penetesan.
Migrasi Schistosoma japonicum ke dalam tubuh dimulai dari masuknya cacing tersebtu ke
dalam pembuluh darah kecil, kemudian ke jantung dan sistem peredaran darah. Cacing yang
sedang migrasi biasanya tidak atau sedikit menimbulkan kerusakan atau gejala, tetapi kadang
terjadi reaksi hebat, misalnya pneumonia akibat masuknya cacing ke dalam
paru. Schistosoma japonicum merupakan penyakit yang ebih berat dan destruktif daripada
penyakit yang disebabkan oleh dua spesies lain yang biasa menginfeksi manusia (Muslim,
2009)
f) Epidemiologi
Setelah parasit memasuki tubuh inang dan memproduksi telur, parasit
menggunakan system kekebalan inang (granuloma) untuk transportasi telur ke dalam usus.
Telur merangsang pembentukan granuloma di sekitar mereka. Granuloma yang terdiri dari sel
motil membawa telur ke dalam lumen usus. Ketika dalam lumen, sel granuloma
membubarkan meninggalkan telur untuk dibuang dalam feses. Sayangnya sekitar 2/3 dari
telur tidak dikeluarkan, sebaliknya mereka berkembang di usus. Hal ini dapat menyebabkan
fibrosis. Pada kasus kronis, Schinostoma japonicum adalah pathogen sebagian besar
spesiesSchistosoma karena memproduksi hingga 3000 telur per hari, sepuluh kal lebih besar
dari Schistosoma mansoni. (Robert et al, 2005)
Sebagai penyakit kronis, parasit ini dapat menyebabkan demam Katayama, fibrosis
hati, sirosis hati, hipertensi hati portal, spinomegali dan ascites. Beberapa telur mungkin
lewat hati dan masuk paru-paru, system saraf dan organ lain di mana mereka dapat
memengaruhi kesehatan individu yang terinfeksi. (Robert et al, 2005)
h) Diagnosis
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan prazikuantel. Selain itu dapat
juga digunakan natrium antimony tartrat. Obat lainnya tidak memberikan hasil yang
memuaskan karena sebenarnya tidak ada obat khusus untuk parasit ini. Obat-obatan yang
akan menyebabkan terlepasnya pegangan cacing dewasa pada pembuluh darah, sehingga
akan tersapu ke dalam hati oleh sirkulasi portal. (Onggowaluyo, 2001)
j) Pencegahan
1. SCHISTOSOMA JAPONICUM
Ini adalah cacing yang lebih berbahaya daripada
cacing schistosoma yang dikenal di Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang
mengandung cacing ini. Cacing ini dapat menyerang manusia apabila mereka menyentuh atau
mencuci dengan air yang mengandung larva cacing ini yang biasanya datang dari kotoran
babi yang masuk ke dalamnya. Cacing ini dapat membakar kulit manusia serta dapat
menyelinap ke dalam darah, paru, dan hati. Cacing ini berkembang sangat cepat, dalam sehari
bisa mencapai lebih dari 20000 telur, yang dapat membakar kulit, lambung dan hati,
terkadang dapat menyerang otak dan saraf tulang belakang yang bisa menyebabkan
kelumpuhan dan kematian.
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. japonicum
Hospes
Hospes reservoir : rusa, babi hutan, sapi, anting dan tikus sawah
Hospes perantara : keong air (Oncomelania hupensis linduensis)
Nama Penyakit
Jika cacing ini menulari manusia, maka akan menyebabkan penyakitschistosomosis,
skistosomiasis japonika, penyakit katayama atau penyakit demam keong yang menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat terbesar di Asia dan Afrika.
Seseorang yang menderita penyakit ini akan mengalami kerusakan hati, kelainan jantung,
limpa, ginjal, dan kantung kemih.
Lingkaran Hidup
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air. Air kencing atau
kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong, Cacing
muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau berenang di
air di mana orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan
terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma) menginfeksi dengan
cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria.
Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit,
larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke
jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran
darah besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung
kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di
pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di jaringan
dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam
tinja atau urin. Telur menetas di dalam air; dan larva yang keluar disebut mirasidium.
Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.
Gejala Klinis
Kelainan tergantung dari beratnya infeksi. Kelainan yang ditemukan pada stadium I adalah
gatal-gatal (uritikaria). Gejala intoksikasi disertai demam hepatomegali dan eosinofilia
tinggi.
Pada stadium II ditemukan pula sindrom disentri. Pada stadium III atau stadium
menahun ditemukan sirosis hati dna splenomegali; biasanya penderita menjadi lemah
(emasiasi). Mungkin terdapat gejala saraf, gejala paru dan lain-lain.
Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira 1,9 cm,
hidupnya di vena mesenterika superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di
alat-alat dalam seperti hati, paru, dan otak.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi
hati dan biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval precipitin test), IHT
(Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixation test), FAT (Fluorescent antibody
test) dan ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).
DAUR HIDUP