Anda di halaman 1dari 16

Trematoda Paru

(Paragonimus Westermani)
PARASITOLOGI 1

DOSEN PENGAMPU
YELI HARTUTI, M.SI
KELOMPOK 3

1. Rahmad Febriansyah (21001007) 9. Anjeli Gultom (21001030)


2. Anisa Mulia Putri (21001019) 10. Maria Marcelly N (21001033)
3. Eva Sariama (21001021) 11. Anggi Aruan (21001035)
4. Nur Napisah (21001022) 12. Annisa Salsabila (21001037)
5. Febrizki Nabilah (21001025) 13. Grace Natalia (21001038)
6. Abdul Aziz (21001027) 14. Zahara.M (21001039)
7. Ananda Putri (21001028) 15. Handres Sirileleu (21001042)
8. Adilah Kurnia (21001029) 16. Hugo Zevanya (21001046)
KLASIFIKASI
○ Kingdom : Animalia

○ Filum : Platyhelminthes

○ Kelas: Trematoda

○ Ordo : Plagiorchiida

○ Famili : Troglotrematidae

○ Genus : Paragonimus

○ Spesies : Paragonimus westermani


HOSPES DEFINITIF
Manusia dan Hewan Pemakan Ketam
seperti Kucing, Anjing, dan Harimau.

HOSPES PERANTARA I HOSPES


Keong Air Tawar/Siput
(Melania/Selmisulcospira sp)

HABITAT
HOSPES PERANTARA II ada yang di usus, hati, paru-paru, dan
darah. Salah satu spesies dari
ketam Air Tawar atau Udang Batu
Trematoda adalah Paragonimus
westermani yang hidup di paru-paru
dalam tubuh hospes definitif.
NAMA PENYAKIT
penyakit paragonimiasis atau disebut
juga infeksi oriental lung fluke.
MORFOLOGI
Ciri-ciri cacing dewasa :
• Cacing dewasa tebal berbentuk seperti biji kopi
• Berwarna coklat kemerahan
• Ukuran : panjang 7 – 12 mm, lebar 4 – 6 mm, dan
ketebalan 3 mm Gambar kiri (cacing dewasa)
Gambar kanan (telur) Paragonimus Westermani
• Oral sucker terletak subterminal, ventral sucker di
bagian tengah tubuh. Oral dan ventral sucker
mempunyai ukuran yang sama besarnya Ciri-ciri telur :
• Testis dua buah berlekuk dalam saling berdampingan, • Telur berbentuk oval
terletak di ½ posterior badan • Ukuran : panjang 80 – 120 μm dan
• Ovarium besar berlekuk dalam di sebelah lateral dari lebar 50 – 60 μm
testis • Mempunyai operculum yang khas
• Kelenjar vitelaria meluas di seluruh daerah lateral berdinding tebal Telur berisi sel-sel
• Porus genitalis terletak di dekat tepi belakang ventral ovum (belum matang)
sucker
SIKLUS HIDUP
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa hidup di jaringan paru-paru → bertelur kemudian telur akan
melalui bronkus dan keluar dengan dua cara → 1. dibatukkan bersama
sputum yang haemorrhagia, 2. jika sputum tertelan maka telur akan masuk
ke dalam saluran pencernaan dan akan keluar bersama tinja → telur yang
belum mengalami embrionisasi jika jatuh ke air akan matang (berisi
mirasidium) → dalam 3 – 4 minggu menetas dan keluar mirasidium →
mirasidium masuk ke hospes perantara 1 (Melania sp.) → berkembang
menjadi sporokista → redia 1 → redia 2 → cercaria → cercaria keluar
kemudian masuk ke hospes perantara 2 → didalam insang hospes perantara
2 cercaria membungkuskan diri dalam kista buat dan di sebut metaserkaria
→ metaserkaria dalam hospes perantara 2 tertelan manusia → mengalami
enkistasi dalam usus halus → menerobos dinding usus → menembus
diafragma dan rongga pleura → menjadi dewasa dalam paru-paru. Kadang-
kadang dapat mengembara ke otak dan menjadi dewasa di situ. Cacing ini
dapat hidup selama 5 – 6 tahun.
DISTRIBUSI PENYAKIT

Infeksi pada manusia paling sering terjadi di Asia


Timur dan di Amerika Selatan. Paragonimus
westermani ditemukan ketika dua harimau Bengal
mati karena paragonimiasis di kebun binatang di
Eropa pada tahun 1878. Beberapa tahun
kemudian, infeksi pada manusia ditemukan di
Formosa(Taiwan).
GEJALA KLINIS

Gejala Paru-Paru Ektopik infeksi


• Berupa kerusakan jaringan • Di otak → gejala cerebral (epilepsi)
• Tampak juga infiltrasi sel jaringan • Di usus → abses dengan gejala diare
• Reaksi jaringan membentuk kapsul • Di jaringan otot → ulcerrosa
fibrotik (kista), di dalamnya terdapat • Di hati, dinding usus, pulmo, otot,
cacing dan juga telur, jika kista ini testis, otak, peritoneum, pleura
berada di bronkus maka oleh suatu hal terdapat bentuk kista
dapat pecah. Gejala mula-mula batuk
kering, kemudian batuk darah.
Gejala yang muncul dapat dikelompokkan mejadi tiga tahap

Stadium Ringan Stadium Lanjut


tidak ditemukan gejala didapatkan sindrom hipertensi portal yang
terdiri atas pembesaran hati, ikterus,
oedema dan sirosis hepatis.

Stadium Progresif
terjadi penurunan nafsu makan, perut terasa
penuh, dan diare
DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditentukan dengan menemukan telur cacing


dalam sputum, menyedot cairan pleura, dari feses atau bahan
apapun yang menyebabkan ulser dari Paragonimus.

Diagnosis dapat dikelirukan dengan tuberkulosis, pneumonia,


spirochaeta dan sebagainya.

Diagnosis paragonimiasis dapat ditegakkan dengan


pemeriksaan mikroskopis untuk melihat telur cacing pada
sampel dahak, cairan pleura, atau kotoran. Selain itu, teknik
enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) juga dapat
dilakukan untuk identifikasi IgM atau IgG terhadap
Paragonimus.
CARA PENULARAN

MASA INKUBASI
Cacing pita menjadi dewasa dan mulai RESERVOIR
mengeluarkan telur kira-kira 6—10 minggu
setelah seseorang menelan larva infektif. Interval Manusia, anjing, kucing, babi dan
saat infeksi sampai timbul gejala-gejala klinis binatang karnivora liar disebut
sangat panjang, bervariasi, tidak diketahui hospes definitif dan dapat juga
dengan pasti dan sangat tergantung pada organ berperan sebagai reservoir.
yang diserang dan jumlah cacing yang
menyerang.
MASA PENULARAN
Penderita dapat mengeluarkan telur hingga 20
tahun; lamanya infeksi pada moluska (kerang-
kerangan) dan crustacean tidak diketahui
dengan pasti. Tidak ada penularan langsung
dari orang ke orang.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pencegahan Pengobatan
• Lakukan penyuluhan kesehatan kepada Prazikuantel dan bitionol merupakan obat pilihan.
masyarakat di daerah endemis tentang Klorokuin 0,75 gr/hari sampai 40gr bhitional.
siklus hidup parasit. Menurut CDC, prazikuantel adalah obat pilihan
• Tidak memakan kepiting yang belum di untuk mengobati 10 paragonimiasis. Dosis
masak sampai matang anjuran 75 mg / kg per hari, dibagi menjadi 3
• Tidak membuang tinja sembarangan dosis selama 3 hari telah terbukti menghilangkan
terutama di lokasi perairan P. westermani. Bithionol adalah obat alternatif
• melakukan pengobatan pada penderita untuk pengobatan penyakit ini tetapi dikaitkan
dengan ruam kulit dan urtikaria.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini berhubungan erat dengan kebiasaan makan ketam yang
tidak dimasak dengan baik. Penyuluhan kesehatan yang berhubungan
dengan cara ketam dan pemakaian jamban yang tidak mencemari air
sungai dan sawah dapat mengurangi transmisi paragonimiasis
Penyebaran geografis cacing ini di daerah Asia Timur, antara lain China,
Jepang, Korea, Taiwan, serta dapat juga ditemukan di Indonesia,
Filipina, Vietnam, India, Afrika, dan Amerika. Spesies-spesies lain dari
genus paragonimus antara lain : Paragonimus africanus (Afrika),
Paragonimus mexicanus (Meksiko dan Amerika Latin), Paragonimus
uterobilateralis (Nigeria), Paragonimus kellicotti (Jepang).
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai