Paragonimus westermani
Nama Anggota Kelompok :
1. Prita Supriono Putri (P27834118039) 6. M. Sholakhuddin Al-Ayubi (P27834118044)
2. Alissa Qotrunnada (P27834118040) 7. Anindya Hani Isnasari (P273834118045)
3. Prisma Anjarlena (P27834118041) 8. Deva Berliana Subandi (P27834118047)
4. Kristiana Devi Yuliani (P27834118042) 9. May Nurdita Prayitno (P27834118049)
5. Alifiyah Yunanda P. (P27834118043)
01 Hospes dan Nama Penyakitnya
Trematoda 02 Distribusi Geografik
Paru 03 Morfologi dan Daur Hidup
04 Patologi dan Gejala Klinis
05 Diagnosis
06 Pengobatan
07 Epidemiologi
Hospes dan Nama Penyakitnya
organ lainnya.
• Telurnya sering terjebak dalam jaringan sehingga tidak dapat meninggalkan paru, tetapi bila dapat keluar
• Sampai di pharynx, tertelan dan mengikuti saluran pencernaan dan keluar melalui feses.
• Larva dalam telur butuh16 hari sampai beberapa minggu sebelum berkembang menjadi miracidium.
• Telur menetas dan miracidium harus menemukan hospes intermedier ke 1 (siput Thieridae)
miracidium > sporocyst > memproduksi rediae > berkembang menjadi cercariae yang berbentuk
micrococcus.
Daur Hidup
Keluar dari siput, cercariae menjadi aktif dan dapat merambat batuan dan masuk kedalam kepiting
dan Crayfish, dan membentuk cysta dalam viscera atau muskulus hewan tersebut (hospes intermedier
ke 2).
Hospes intermedier ke 2 ini di Taiwan adalah kepiting yang termasuk spesies Eriocheir japonicus.
Dapat juga terjadi infeksi bila krustasea ini langsung memakan siput yang terinfeksi. Cercaria
membentuk metacercaria yang menempel terutama pada filamen insang dari krustasea tersebut.
Bilamana hospes definitif memakan kepiting (terutama bila dimakan mentah/tidak matang), maka
metacercaria tertelan dan menempel pada dinding abdomen. Beberapa hari kemudian masuk kedalam
kolon dan penetrasi ke diafragma dan menuju pleura yang kemudian masuk ke broncheol paru. Cacing
kemudian menjadi dewasa dalam waktu 8-12 minggu. Larva migran mungkin dapat berlokasi dalam
otak, mesenterium, pleura atau kulit.
Patologi dan Gejala Klinis
Kelainan yang disebabkan cacing daun tergantung dari lokalisasi cacing dalam
tubuh hospes; selain itu ada juga pengaruh rangsangan setempat dan zat
toksin di keluarkan oleh cacing. Reaksi sistemik terjadi karena absorbsi zat
toksin, sehingga menghasilkan gejala alergi, demam, sakit kepala dan lain-lain.