Anda di halaman 1dari 9

MODUL 13

JUDUL/TOPIK : Paragonimus wastermani


TUJUAN : Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan siklus
INSTRUKSIONAL hidup cacing dan telur Paragonimus Wastermani
INDIKATOR : Mahasiswa mampu menjelaskan
1. Pengertian
2. Morfologi
3. Siklus Hidup
4. Gejala Klinis
5. Diagnosis Laboratorium
6. Cara Penularan
7. Cara Pencegahan

URAIAN MATERI :
A. PENGERTIAN
Paragonimus westermani adalah parasit zoonosis yang dikenal sebagai
cacing paru yang menyebabkan penyakit paragonimiasis. Cacing dewasa
hidup dalam bentuk kista di jaringan paru hospes definitifnya, yaitu hewan
pemakan ketam dan kadang-kadang manusia.

Cacing ini tersebar di berbagai daerah di Asia, misalnya Cina, Taiwan,


Korea, Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, India, Afrika, Amerika
Utara dan Amerika Selatan.

B. MORFOLOGI

Cacing dewasa. Paragonimus westermani dewasa berwarna coklat


kemerahan, dengan panjang badan sekitar 16 mm x 8 mm dan ketebalan 5
mm. Pada waktu hidup cacing paru berbentuk seperti sendok, sedangkan jika
telah mati bentuknya menjadi bulat lonjong mirip biji kopi. Kutikula cacing
ini memiliki kutikula berspina yang merupakan ciri khas morfologinya.

6
Gambar 105. Paragonimus westermani. (a) cacing dewasa (b) telur

(URL: http://www.wadworth.org/parasitology).

Sucker. Cacing paru mempunyai dua jenis alat isap yaitu oral sucker dan
ventral sucker yang sama besar.

Alat reproduksi. Terdapat dua buah testis berlobus yang tidak teratur
bentuknya, yang terletak berdampingan pada sepertiga tubuh bagian
posterior. Terletak di bagian anterior dari testis dan berada di bagian
posterior dari ventral sucker terdapat ovarium yang juga mempunyai
lobus-lobus.

Vitellaria. Kelenjar vitelin ini mempunyai banyak cabang, memenuhi


seluruh bagian tepi badan parasit.

Telur. Telur Paragonimus berwarna kuning kecoklatan, berbentuk lonjong


dengan ukuran sekitar 95x55 mikron. Telur cacing ini mempunyai operkulum
yang menebal tepinya. Ketika baru ke luar dari tubuh induknya, telur belum berisi
mirasidium.

7
Gambar 106. Bagan struktur Paragonimus westermani

(a) dewasa (b) telur (c) serkaria.

1.alat isap mulut 2. spina 3. faring 4. sekum 5. vitelaria 6. ovarium

7. alat isap ventral 8. uterus 9. testis

C. SIKLUS HIDUP

Bertindak sebagai hospes definitif Paragonimus adalah hewan pemakan


ketam dan manusia. Sebagai hospes perantara pertama dalam daur hidup cacing
ini adalah siput genus Hua, Semisulcospira dan Thiara, sedang ketam atau udang
batu merupakan hospes perantara yang kedua. Bersama dahak atau tinja
penderita, telur cacing keluar dari tubuh hospes definitif. Di dalam air telur akan
berkembang dan kemudian akan memasuki tubuh siput dan tumbuh menjadi
sporokista, lalu menjadi redia dan akhirnya berkembang menjadi serkaria. Larva
serkaria kemudian meninggalkan tubuh siput, memasuki badan ketam atau udang
batu, dan berkembang menjadi metaserkaria yang infektif.

8
Gambar 107. Daur hidup Paragonimus westermani

D. GEJALA KLINIS

Akibat adanya cacing dewasa di dalam jaringan paru menimbulkan batuk


kering yang terjadi pagi hari yang kadang-kadang disertai dahak berdarah
(hemoptisis). Nyeri dada yang timbul disertai demam ringan menyulitkan
membedakannya dari TBC paru, pnemonia atau bronkiektasi. Cacing yang
mengadakan migrasi pada organ-organ menimbulkan reaksi berbeda, tergantung
pada organ yang terserang. Infeksi ringan cacing ini dapat menyembuh dengan
sendirinya, sedangkan pada infeksi yang berat atau jika parasit terdapat di otak
akan menyebabkan buruknya prognosis..

E. DIAGNOSIS LABORATORIUM

Penderita paragonimiasis menunjukkan gejala klinis yang sulit dibedakan dari


penyakit-penyakit paru lainnya. Pada pemeriksaan darah terdapat gambaran

9
eosinofilia sedangkan pada foto paru dapat ditunjukkan adanya kista cacing yang
dapat membantu menegakkan diagnosis paragonimiasis. Selain itu pemeriksaan
imunologik misalnya uji fiksasi komplemen atau tes intradermal dapat juga
membantu menegakkan diagnosis.

Untuk menegakkan diagnosis pasti paragonimiasis harus ditemukan telur


cacing dalam dahak atau tinja penderita. Mungkin telur cacing juga dapat
ditemukan pada hasil aspirasi pleura.

F. CARA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pengobatan dan pencegahan. Sebagai obat pilihan untuk mengobati


paragonimiasis adalah Prazikuantel dan sebagai obat pilihan pengganti dapat
digunakan Bithionol.

Prazikuantel dengan dosis 25 mg/kg berat badan diberikan 3 kali sehari selama
dua hari atau 40 mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal.

Bithionol diberikan dengan dosis 30-50 mg/kg dua hari sekali sebanyak 10-15
dosis.

Untuk mencegah penyebaran parasit ini, ketam dan udang yang dimakan harus
dimasak dengan baik.

LATIHAN PEMAHAMAN :

1. Gejala apa yang ditimbulkan apabila terdapat cacing Paragonimus


westermani di jaringan paru-paru pada manusia apabila terinfeksi cacing
jenis trematoda paru tersebut ?
Jawab :
Dapat menimbulkan batuk kering yang terjadi pagi hari yang kadang-
kadang disertai dahak berdarah (hemoptisis). Nyeri dada yang timbul
disertai demam ringan menyulitkan membedakannya dari TBC paru,
pnemonia atau bronkiektasi. Cacing yang mengadakan migrasi pada

10
organ-organ menimbulkan reaksi berbeda, tergantung pada organ yang
terserang.
2. Bagaimana cara mendiagnosa atau mendeteksi apabila terdapat cacing
Paragonimus westermani di dalam tubuh manusia ?
Jawab :

Pada pemeriksaan darah terdapat gambaran eosinofilia sedangkan pada


foto paru dapat ditunjukkan adanya kista cacing yang dapat membantu
menegakkan diagnosis paragonimiasis. Selain itu pemeriksaan imunologik
misalnya uji fiksasi komplemen atau tes intradermal dapat juga membantu
menegakkan diagnosis.Untuk menegakkan diagnosis pasti paragonimiasis
harus ditemukan telur cacing dalam dahak atau tinja penderita. Mungkin
telur cacing juga dapat ditemukan pada hasil aspirasi pleura.

3. Seorang pasien datang ke Rumah Sakit Sejahtera dengan keluhan batuk


kering yang terkadang disertai dengan dahak berdarah (hemoptysis).
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan analisis laboratorium,
ternyata pasien tersebut terdapat cacing Paragonimus westermani di
jaringan paru-parunya. Bagaimana pasien tersebut dapat tertular
Paragonimus westermani. Menurut yang anda ketahui?
Jawab :
Manusia dapat terinfeksi jika mengkonsumsi kepiting atau udang karang
yang tidak dimasak hingga matang, yang mengandung larva cacing
(metaserkaria). Periode inkubasi berkisar antara 1-2 bulan.

11
LATIHAN PENERAPAN :

1. Ditemukannya larva serkaria Paragonimus westermani di ketam atau


udang batu dan berkembang menjadi metaserkaria yang infektif. Sebagai
apakah peranan ketam atau udang batu pada spesies cacing tersebut?
a. Hospes perantara
b. Hospes definitive
c. Cacing dewasa
d. Zoonosis
e. Hospes reservoir
2. Terdapat pasien yang sedang terinfeksi penyakit paragonimiasis, Karena
keterbiasaan pasien tersebut memakan makanan seafood yang mentah atau
dimasak setengah matang. Sehingga mengalami gejala-gejala seperti batuk
kering dan nyeri di dada. Obat apa yang tepat diberikan kepada pasien
tersebut?
a. Paracetamol
b. Prazikuantel atau Bithionol
c. Acarbose
d. Clobazam
e. Diazepam

GLOSARIUM

Cercaria: Serkaria. Larva stadium terakhir Trematoda yang terjadi di dalam


tubuh siput, berkembang dari larva redia. Larva serkaria kemudian meninggalkan
tubuh siput dan berenang bebas di dalam air.

12
Hospes: Host. Organisme (disebut juga inang) tempat parasit menggantungkan
sepenuh hidupnya.

Hospes definitif: Definitive host. Hospes yang menjadi tempat hidup parasit
dewasa atau parasit matang seksual (sexually mature).

Hospes perantara: Intermediate host. Hewan yang menjadi tempat


berkembangnya stadium muda parasit, misalnya bentuk larva untuk melengkapi
daur hidup parasit.

Metaserkaria: Metacercaria. Bentuk kista larva serkaria Trematoda yang terjadi


pada tumbuhan air atau kulit ikan sebelum memasuki tubuh manusia atau hospes
definitif lainnya. Bentuk metaserkaria merupakan stadium infektf bagi manusia
atau hewan yang sesuai.

Redia: Stadium larva pada daur hidup Trematoda yang berkembang dari
sporokista yang terdapat didalam tubuh siput sebelum tumbuh menjadi serkaria.

Sporocyst: Sporokista. Larva Trematoda berbentuk kantung atau kista yang


terjadi dari perkembangan larva mirasidium sesudah memasuki tubuh siput. Dari
sporokista akan terbentuk banyak redia.

Sucker: Alat isap yang terdapat pada cacing trematoda atau cestoda.

Zoonosis: Penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

 Prof.dr.Soedarto, DTM&H.,Ph.D.,Sp.Park. (2011). Buku Ajar Parasitologi


Kedokteran. Sagung Seto.

13
14

Anda mungkin juga menyukai