Anda di halaman 1dari 15

TREMATODA PARU-PARU

(Paragonimus westermani)

KELOMPOK 4
1. Riska Maulidar
2. Retcia Aisa
3. Ria Andriani
4. Nurul Syaqinah Maha
Klasifikasi
 Kingdom : Animali
 Phylum : Platyhelminthes
 Class: Trematoda
 Ordo : Plagiorchiida
 Family : Troglotrematidae
 Genus: Paragonimus
 Spesies : Paragonimus westermani
Tentang
 Merupakan cacing paru yang berasal dari kelas
Trematoda.
 Bagian tubuh yang paling utama diserang adalah
bagian paru.
 Penyakit dari cacing ini adalah Penyakit
Paragonimiasis.
 Paragonimiasis termasuk dalam penyakit zoonosis.
 Paragonimus westermani merupakan Trematoda
paru-paru yang mempunyai beberapa nama lain,
yaitu:
 The Lung Fluke
· Distoma wetermani
· Paragonimus ringeri
Penyakit Paragonimiasis
 Penyakit dimana bagian tubuh yang diserang adalah
paru-paru.
 Paragonimiasis adalah infeksi parasit makanan
terdapat pada paru-paru yang bisa menyebabkan
sub-akut untuk penyakit radang paru-paru kronis
dapat juga melalui udara.
 Lebih dari 30 spesies trematoda (cacing) dari genus
Paragonimus telah dilaporkan menginfeksi hewan
dan manusia.
 Di antara lebih 10 spesies dilaporkan menginfeksi
manusia, yang paling umum adalah Paragonimus
westermani yang menyerang bagian paru-paru.
Morfologi
 Ukuran telur: 80 –120 x 50
– 60 mikron.
 Bentuk oval
 Memiliki operculum khas
yang berdinding tebal
 Berwarna kuning
kecoklatan
 Berisi sel-sel ovum yang
belum matang
Morfologi
 Cacing Dewasa
Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daunberukuran 7 – 12 x 4 – 6
mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.
Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.Uterus
pendek berkelok-kelok.Testis bercabang, berjumlah 2
buah.
Ovarium berlobus terletak di atas testis.
Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan.
Hospes
 Hospes definitif :
Manusia, kucing,
anjing.
 Hospes perantara I :
Keong air / siput
(Melania/Semisulcosp
ira spp).
 Hospes perantara II :
Ketam / kepiting.
Daur Hidup
Siklus Hidup
 Telur keluar bersama tinja atau sputum, dan berisi
sel terlur.
 Matang dalam waktu kira-kira 16 hari lalu menetas.
 Mirasidium lalu mencari keong air dan dalam keong
air terjadi perkembangan.
 Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari
hospes perantara II, lalu membnetuk metaserkaria di
dalam tubuhnya.
 Infeksi terjadi dengan memakan hospes perantara
ke II yang tidak dimasak sampai matang.
 Dalam hospes definitive, metaserkaria menjadi
dewasa muda di duodenum.
 Cacing dewasa muda bermigrasi menembus dinding
usus, masuk ke rongga perut, menembus diafragma
dan menuju ke paru.
 Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan
sehingga cacing dewasa terbungkus dalam kista,
biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.
Patologi dan Gejala Klinis
 Cacing dewasa dapat memberi gangguan di paru-
paru:
 Gejala pertama di mulai dengan adanya batuk kering
yang lama kelamaan menjadi batuk darah.
 Bermigrasi ke alat–alat lain dan menimbulkan abses
pada alat tersebut misalnya pada hati dan empedu.
 Larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi
dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada
saluran empedu, penebalan dinding saluran,
peradangan sel hati dan dalam stadium lanjut akan
menyebabkan sirosis hati yang disertai udema.
 Gejala yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3
tahap, yaitu :
o Stadium ringan : tidak ditemukan gejala.

o Stadium progresif : terjadi penurunan nafsu makan,

perut terasa penuh, diare.


o Stadium lanjut : didapatkan sindrom hipertensi portal

yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus, oedema dan


sirosis hepatic.
Diagnosa
 Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam
sputum atau cairan pleura. Kadang-kadang telur
juga di temukan dalam tinja.

 Tes serologis: ELISA dan Western blot


Pengobatan
1. Klorokuin 0,75 gr/hari sampai 40gr
bhitional

Pencegahan
 Tidak memakan ikan / kepiting mentah.
Apabila menkonsumsi harus sudah
dimasak secara sempurna sehingga bisa
dihindari terinfeksi oleh metaserkaria
dalam ikan/kepiting tersebut.

Anda mungkin juga menyukai