Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS: MANAJEMEN TERAPI PADA DUA ANJING

YANG MENGALAMI LEPTOSPIROSIS


Jonathan S1. Falih PS1, Miftahuddin A1, Citra AA1, Gabriella DV1, Amay PR1,
Rr Sulistyantari RP1, Cresensia RH1, Ashley AM1, Nami Z1, Niesa1, Setyo
Widodo2.
1Program Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Indonesia
2Divisi Penyakit Dalam, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor, Indonesia

ABSTRAK: Anjing Pomeranian dan Labrador berusia dua tahun dan empat tahun di
Poliklinik Hewan Rujukan, IVRI Izatnagar didiagnosa menderita leptospirosis. Anjing
tersebut memiliki riwayat muntah, batuk, lesu, anoreksia, polidipsia, polyuria dan
penurunan berat badan. Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya ikterus pada konjungtiva,
gusi dan selaput lendir, terjadi demam, pembesaran kelenjar getah bening, takikardia dan
takipnea, perut membesar dan pembengkakan limfonodus. Laporan biokimia darah
menunjukkan penurunan Hb, TEC, PCV, hipoalbuminemia dan peningkatan SGPT,
SGOT, BUN, level kreatinin dan ALP. Anjing didiagnosa mengalami leptospirosis dengan
komplikasi pada hati dan ginjal setelah konfirmasi menggunakan Microscopic
Agglutination Test (MAT) dan Latex Agglutination Test (LAT). Setelah diagnosis kasus,
pengobatan dilakukan dimulai dengan Amoxicillin-clavulanate selama 15 hari diikuti oleh
doxycycline 15 hari berikutnya bersamaan dengan perawatan suportif. Kedua anjing mulai
pulih dari hari ke 15 dan seterusnya.

Kata kunci: leptospirosis, hati, ginjal, anjing


PENDAHULUAN Leptospira masuk menginfeksi
Leptospirosis dikenal sebagai lewat kulit yang terluka atau membran
penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mukosa. Leptospira yang masuk tubuh,
bakteri Leptospira dengan spektrum memperbanyak diri dan menyebar
penyakit yang luas dan dapat melalui aliran darah selanjutnya akan
menyebabkan kematian. Infeksi merusak dinding pembuluh darah kecil
Leptospira pada anjing yang disebabkan sehingga menimbulkan ekstravasasi sel
oleh serovar ichterohaemoragi dan dan perdarahan. Oleh karena itu
canicola dapat menyebabkan hepatitis berdasarkan hal tersebut perlu
akut atau subakut yang disertai dengan diperhatikan managemen pemeliharan
gangguan ginjal (Bharadwaj et al 2002). yang baik dan terapi yang sesuai untuk
Lingkungan yang optimal untuk hewan yang terinfeksi Leptospira. Pada
hidup dan perkembangbiakan Leptospira studi kasus ini akan dibahas mengenai
ialah pada suasana lembab, suhu sekitar managemen pengobatan kasus
25 serta pH mendekati netral. Kondisi leptospirosis pada anjing yang bersumber
yang demikian merupakan keadaan yang dari jurnal Patel et al (2018).
selalu dijumpai di negeri-negeri tropic
sepanjang tahun. Leptospira pada situasi STUDI KASUS
tersebut dapat bertahan hidup sampai Anamnesa. Seekor anjing jantan
beberapa minggu (Vijayachary et al jenis pomeranian berumur 2 tahun dan
2008). seekor anjing jantan jenis labrador
berumur 4 tahun diperiksa di Referral doxycycline 5mg/kg BB peroral untuk 15
Veterinary Polyclinic, Indian Veterinary hari selanjutnya. Hewan diberikan juga
Research Institute Izatnagar Bareilly obat imunosupresive prednisolone 0.5
(U.P). Berdasarkan pemilik hewan, mg/kg BB peroral sebanyak 1 kali sehari
kedua anjing menunjukkan gejala berupa selama 5 hari kemudian setelah itu selama
muntah, anoreksia, polidipsia, poliuria, 3 hari diberikan prednisolone dosis 0.25
penurunan berat badan, batuk, dan lesu. mg/kg BB peroral. Hewan juga diberikan
Kedua anjing belum pernah diberikan aspirin 2 mg/kg BB sebanyak satu kali
obat cacing dan vaksinasi. Sebelumnya sehari selama 5 hari. Terapi lainnya yaitu
anjing pernah diperiksa di klinik hewan vitamin E 400 IU peroral setiap hari,
lokal namun tidak ada perbaikan untuk vitamin C 200 mg sebanyak 2 kali sehari,
penyakitnya. dan N-acetyl cystein 60-70 mg/kg BB
Gejala klinis. Kedua anjing intravena, antiemetic (ondansetron 0.5
dilakukan pemeriksaan fisik dan mg/kg BB intravena 2 kali sehari selama
didapatkan gejala klinis berupa ikterus 2 hari), gastroprotectant (pantoprazole 1
pada konjungtiva, gusi dan penis, anjing mg/kg BB intravena selama 5 hari diikuti
juga mengalami depresi, suhu tubuh dengan sucralfate 1 gram peroral setiap
meningkat, takipnea, takikardia, perut 12 jam selama 7 hari dan hematinics
agak membuncit, pembesaran pada (imferon 1ml injeksi setiap 5 hari dengan
limfonodus poplitea dan submandibula. total 4 injeksi). Supportive treatment
lainnya yaitu livo (sylimarin dan
ornithine) 1 tsp peroral 2 kali sehari,
vitamin K injeksi, lactulose 5ml peroral
selama 5 hari untuk mempertahankan
kadar amonia tubuh.
Diagnosa dan prognosa.
Berdasarkan anamnesa, gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan ulas
Gambar 1 Ikterus mukosa gusi anjing 1 darah, hematologi darah, biokimia darah,
uji serologis dan USG yang dilakukan,
kedua anjing tersebut didiagnosa
mengalami infeksi Leptospira yang
kronis. Prognosa pada kasus sapi ini yaitu
fausta.

DISKUSI KASUS
Berdasarkan hasil anamnesa,
Gambar 2 Ikterus mukosa penis anjing 1 pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium dan USG yang dilakukan
disimpulkan bahwa kedua anjing tersebut
Terapi. Terapi yang dilakukan mengalami leptospirosis. Leptospirosis
berupa pemberian normal saline dan atau flood fever adalah penyakit zoonosis
haemaccel 10 ml/kg BB, amoxicillin yang disebabkan oleh infeksi Leptospira,
clavulanate 15mg/kg Bb secara intravena famili Leptospiraceae, ordo
selama 15 hari diikuti dengan spirochaetales (Mishima et al 2013).
Anjing bisa menjadi pembawa Leptospira asing dengan memproduksi antibodi dan
asimtomatik setelah pulih dari infeksi makrofag. Limfonodus aktif bekerja
akut dengan demikian ada kemungkinan sehingga terjadi pembengkakan. Sitokin
bahwa anjing berfungsi sebagai sumber yang dilepaskan oleh makrofag yang
infeksi bagi manusia (Daniaty 2012). terstimuli bekerja pada nervus vagus dan
Perjalanan penyakit Leptospira hipotalamus sebagai pusat pengaturan
diawali dengan masuknya bakteri melalui suhu sehingga terjadi demam (Duque dan
membran mukosa. Leptospira dapat Descoteaux 2014).
masuk ketika hewan berkontak dengan Sebagai pemeriksaan penunjang
air atau tanah lembab yang terdapat urin dalam membantu menegakkan diagnosis
dari hewan terinfeksi, ingesti makanan kejadian kasus pada anjing tersebut
terkontaminasi, atau kontak mukus dilakukan pemeriksaan USG. Hasil
membran seperti mulut, hidung, lidah pemeriksaan menggunakan USG
(Kapargam dan Ganesh 2020). menunjukkan adanya kelainan pada
Kemudian Leptospira masuk dan organ hati berupa hepatomegali dan
menyebar melalui pembuluh darah kongesti serta pada organ ginjal
menuju berbagai organ misalnya ginjal, didapatkan gambaran berupa
hati, atau paru. Leptospira masuk ginjal hiperechoic. Telah dijelaskan
melalui kapiler glomerulus atau sebelumnya perjalanan terjadinya
peritubular. Kemudian bakteri masuk dan penyakit Leptospira dalam kerusakan
tinggal di dalam lumen kemudian dapat hati. Kerusakan hepatosit kemudian
dikeluarkan kembali melalui (shedding) menyebabkan kongesti dan perbesaran
sebagai sumber penularan baru. Pada yang nampak saat dilakukan USG.
host reservoir (misalnya tikus), Hal yang sama terjadi mirip pada
pengeluaran bakteri melalui urin ini ginjal. Leptospira berpindah melalui
terjadi sepanjang masa hidup (Haake dan pembuluh darah menuju ginjal,
Levett 2015). kemudian berikatan dengan dinding
Pemeriksaan fisik terhadap kedua epitel ginjal. Bakteri juga mensekresikan
anjing tersebut menunjukkan gejala toksin yang merusak nefron interstisial.
klinis berupa ikterus pada konjungtiva, Kerusakan yang terjadi ditunjukkan
gusi dan penis. Setelah beredarnya dengan gambaran hiperechoic pada hasil
Leptospira melalui pembuluh darah ke USG ginjal.
hati, bakteri tersebut menyerang
hepatosit dan terjadi apoptosis.
Kerusakan pada hepatosit dan
intercellular junction menyebabkan
kebocoran empedu yang meningkatkan
konsentrasi bilirubin, sehingga terjadi
ikterus (Haake dan Levett 2015).
Selain itu terjadi depresi, suhu
tubuh meningkat, takipnea, takikardia,
perut agak membuncit, pembesaran pada Gambar 3 Hepatomegali dan kongesti
limfonodus poplitea dan submandibula.
Saat terinfeksi Leptospira, tubuh
melakukan usaha untuk melawan benda
renal (Sykes et al. 2011). Prednisolone
dan aspirin juga diberikan sebagai
antiinflamasi. Pemberian saline dan
haemaccel dilakukan untuk terapi
dehidrasi dan perbaikan pembuluh darah.
Vitamin C merupakan antioksidan satu-
satunya yang memberi proteksi lengkap
terhadap kerusakan oksidatif (Polidori et
Gambar 2 Hiperechoic korteks ginjal al. 2004). Selain itu diberikan juga
vitamin E dan K sebagai proteksi
tambahan untuk hati dan ginjal.
Selain itu juga dilakukan Kombinasi silimarin dan ornithin
peneguhan diagnosa menggunakan digunakan sebagai terapi suportif karena
Microscopic Agglutination Test (MAT) efek protektifnya terhadap ginjal dan hati
dan Latex Agglutination Test (LAT) (Jatwa dan Kar 2008). Terapi simptomatis
menggunakan sampel serum. Sampel dengan dilakukan dengan pemberian
serum ditemukan positif untuk titer ondansetron sebagai antiemetik dan
antibodi oleh MAT. Uji LAT sucralfat sebagai gastroprotektan
memperlihatkan aglutinasi dalam 3 detik (Armstrong 2013).
yang mengindikasikan infeksi Leptospira
yang kronis. SIMPULAN
Pengujian hematologi darah dan Berdasarkan anamnesa, gejala
biologi darah menunjukkan terjadi klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang
kerusakan hati atau gangguan sirkulasi berupa pemeriksaan hematologi darah,
empedu yang ditunjukkan oleh biokimia darah dan USG anjing tersebut
peningkatan serum alanine didiagnosa mengalami leptospirosis
aminotransferase (ALT), aspartate dengan prognosa fausta. Pemberian
aminotransferase, laktat dehydrogenase, amoxicillin-clavulanate dan doxyxycline
dan alkaline phosphatase (ALP) secara bertahap dengan tambahan terapi
(Giannini et al. 2005). Terjadi juga suportif dan simptomatis berhasil
peningkatan konsentrasi bilirubin, yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam
mencerminkan kolestasis. Dapat diamati jangka waktu 21 hari.
pula bahwa terjadi kenaikan nilai BUN
dan kreatinin menunjukkan bahwa ginjal DAFTAR PUSTAKA
mengalami kerusakan (Whallan 2015).
Pengobatan atau terapi yang Armstrong PJ. 2013. Medications for
diberikan adalah dengan memberikan Acute Vomiting: Dogs & Cats.
antibiotik turunan penicillin (amoxicillin Today’s Veterinary Magazine.
20-30mg/kg) selama 14 hari diikuti (US):VetMed
dengan doxycycline 5mg/kg peroral dua Bharadwaj L, Bal AM, Joshi SA, Kagal
kali sehari selama 14 hari setelahnya A. 2002. Leptospirosis in Human.
(Schuller et al. 2015). Doxycycline India Jpn J Imect Dis 55: 194-19
direkomendasikan sebagai treatment Dainanty S. 2012. Kapita Selekta
karena efektif dalam menghilangkan Kedokteran. Jakarta (ID): Media
secara penuh Leptospira dari tubulus
Aesculapius Fakultas Kedokteran Consensus Statement on
UI. Leptospirosis: Diagnosis,
Duque GA dan Descoteaux A. 2014. Epidemiology, Treatment, and
Macrophage Cytokines: Prevention. J Vet Intern Med
Involvement in Immunity and 25(1):1-13
Infectious Diseases. Front Vijayachary PAP, Sugunan AN, Shriram.
Immunol. 491(5) 2008. Leptospirosis: an emerging
Giannini EG, Testa R, Savarino V. 2005. global public health problems, J
Liver enzyme alteration: a guide for Biosci 33(4): 557-569.
clinicians. CMAJ.172(3):367-379 Whalan JE. 2015. A Toxicologist's Guide
Haake DA, Levett PN. 2005. to Clinical Pathology in Animals:
Leptospirosis in humans. Current Hematology. Switzerland(EU):
Topics in Microbiology and Springer.
Immunology. 387 (387): 65–97.
Jatwa R dan Kar A. 2008. Protective
effect of l-ornithine-l-aspartate and
silymarin on chemically induced
kidney toxicity and thyroid
dysfunction in mice. EXCLI
Journal 7:139-150
Karpagam KB dan Ganesh, B. 2020.
Leptospirosis: a neglected tropical
zoonotic infection of public health
importance—an updated
review. European Journal of
Clinical Microbiology & Infectious
Diseases.
Mishima, N, Tabuchi K, Kuroda T,
Nakatani I, Lamaningo P, Miyake
M, Kanda S, Nishiyama T. 2013.
The first case in Japan of severe
human leptospirosis imported from
Vietnam. Trop Med Health. 41 (4):
171-176
Polidori, M. C., Mecocci, P., Levine, M.,
and Frei, B. 2004. Short-term and
long-term vitamin C
supplementation in humans
dose-dependently increases the
resistance of plasma to ex vivo
lipidperoxida tion. Arch. Biochem.
Biophys. 423(1): 109-115.
Sykes JE, Hartmann K, Lunn KF, Moore
GE, Stoddard RA, Goldstein RE.
2011. 2010 ACVIM Small Animal
Referensi Hari ke-0 Hari ke-5 Hari ke-21
(Merck
Veterinary
Parameter Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus
Manual
115h 1 2 1 2 1 2
addition)
SGPT
10-109 242 247 134 108 68 49
(U/L)
SGOT
13-15 195 119 88 78 52 37
(U/L)
BUN
8-28 60 47 33 40 27 13
(mg/dl)

Kreatinin
0.5-1.7 5.6 2.88 3.88 2.6 1.3 0.8
(mg/dl)

total
Protein 5.4-7.5 3.9 6.6 5.2 7.5 7.1 7.0
(mg/dl)
Albumin
2.3-3.1 0.9 2.6 2.1 1.9 3 2.7
(mg/dl)
Globulin
2.7-44 3 4 3.1 5.6 3.1 3.3
(mg/dl)

A:G 0.85-0.70 0.3 0.65 0.68 0.34 0.97 0.82

ALP
1-114 1800 2591 1640 2219 150 119
(U/L)
Total
Bilirubin 0-0.3 1.9 1.69 0.9 2.0 0.3 0.5
(mg/dl)
Direct
Bilirubin 1.5 1.03 0.5 1.4 0.2 0.2
(mg/dl)

Tabel 1. Hasil pemeriksaan biokimia

Referensi
Parameter Hari ke-0 Hari ke-5 Hari ke-21
(Merck
Veterinary
Manual Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus
115h 1 2 1 2 1 2
addition)
Hb(g/dl) 11.9-18.9 6.5 5.6 7.1 6.0 11.7 10.6

PCV(%) 24-46 18.4 16.7 19.6 17.2 28 24

TEC
4.95-7.87 3.5 2.81 4.0 3.29 5.85 4.65
(106/cmm)

TLC
5.0-14.1 24.5 22.2 21.5 24.0 16.8 15.2
(103/cmm)

Neutrofil
58-85 80 81 77 80 70 68
(%)
Limfosit
8-21 20 19 27 20 28 29
(%)
Monosit
2-10 3 0 2 0 1 2
(%)
Eosinofil
0-9 3 0 0 0 1 1
(%)
Basofil
0-1 0 0 0 0 0 0
(%)

Platelet
211-621 160 63 168 177 240 284
(106/cmm)

Tabel 2. Hasil pemeriksaan hematologi dari kedua kasus

Anda mungkin juga menyukai