Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI ILMU RESEPTUR

Studi Kasus Gangguan Sistem Digesti


A Case Study of Feline Panleukopenia in Cats at The Educational
Animal Hospital of Universitas Airlangga

Oleh :

RINTIK NANGIIMATUL LAILIYYAH, S. KH


NIM. 2001301001111035

KELOMPOK 3 / GELOMBANG VIII

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
A Case Study of Feline Panleukopenia in Cats at The Educational Animal Hospital of
Universitas Airlangga
Yusril Nur Mahendra, M. G. A. Yuliani, Agus Widodo, Diyantoro, M. S. Sofyan
Tahun Terbit : 2020
Diterbitkan oleh : Journal of Applied Veterinary Science and Technology

1. Anamnesa
Pada jurnal terdapat lebih dari satu ekor kucing yang dicantumkan yang
mengalami panleukopenia. Gejala klinis yang ditunjukkan oleh semua kucing
sama, yaitu mengalami muntah, diare, dan tidak nafsu makan (anoreksia).
2. Sinyalemen
Kucing yang ada pada jurnal (case report) terdapat 10 ekor kucing dengan
rincian sebagai berikut
- Kucing ras anggora berjumlah 2 ekor berusia 15 bulan dan 4 bulan
- Kucing ras domestik berjumlah 4 ekor berusia 4 bulan 2 ekor, 3 bulan dan 2
bulan
- Kucing ras pixus 1 ekor berusia 2 bulan
- Kucing ras persia berjumlah 2 ekor berusia 4 bulan dan 2 bulan
- Kucing ras mix berjumlah 1 ekor berusia 5 bulan
3. Gejala Klinis
Kucing mengalami gejala klinis yang hampir sama saat dirawat di rumah
sakit hewan pendidikan universitas airlangga. Gejala klinis yang ditunjukkan
antara lain muntah, diare, dan anoreksia dengan bervariasi jenis muntah dan
diare. Satu ekor kucing mengalami muntah berbusa, terdapat kucing yang
mengalami muntah berwarna putih. Satu ekor kucing terdapat leleran pada
mulut. Diare yang dialami juga bermacam-macam, yaitu berwarna cokelat,
terdapat beberapa ekor kucing yang mengalami diare berwarna kuning. Satu
ekor kucing mengalami diare berwarna cokelat kemerahan.
4. Temuan Klinis
Temuan klinis atau manifestasi klinis pada pasien penderita
panleukopenia adalah mengalami diare berat, vomit, depresi, anoreksia,
mengalami enteritis. Beberapa kucing saat dilakukan pemeriksaan WBC
biasanya jumlahnya akan mengalami penurunan (Awad et al., 2018).
Temuan klinis lain yang ditemukan umumnya adalah kelemahan, letargi,
dehidrasi, demam suhu mencapai 39,5oC hingga 42,5oC. Jika dilakukan palpasi
pada abdomen maka akan merasa nyeri. Terkadang juga dapat terlihat adanya
postur yang mengangkat karena kesakitan. Daerah perianal akan dipenuhi oleh
feses karena diare sehingga tidak dapat menahan buang air besar. Terdapat ulser
pada oral dan mukosa biasanya pallor. Terdapat bakterimia yang menyebabkan
ikterus namun ini jarang terjadi. Pada kasus yang sangat parah dengan prognosa
buruk biasanya dapat mengalami bradikardia (Sykes, 2014).
5. Differential Diagnoses
Pada kasus panleukopenia, terdapat beberapa differential diagnoses atau
diagnosa yang dapat dipertimbangkan saat kucing mengalami permasalahan
pada pencernaan seperti muntah, diare, depresi, anoreksia yaitu (Sykes, 2014). :
- Penyakit viral lain yang menyebabkan enteritis
- Toksin
- Adanya benda asing pada organ gastrointestinal
- Infeksi parasit pada gastrointestinal seperti giardiasis, atau cacing nematoda
- Infeksi bakteri pada gastrointestinal seperti salmonellosis, pankreatitis, atau
inflammatory bowel disease
- Adanya kelainan pada CNS jika kucing yang sakit mengalami gejala
kelainan pada syaraf
6. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi penyakit panleukopenia, yaitu (Sykes., 2014) :
- Pemeriksaan laboratorium : Ini meliputi pemeriksaan darah lengkap biasanya
untuk menghitung jumlah sel darah. Serum biochemical test digunakan
untuk mengetahui adanya kekurangan albumin dan lain-lain
- Diagnostic Imaging : Biasanya dilakukan dengan plain radiography (X-
Ray), MRI, dan tes mikrobiologi. Tes mikrobiologi meliputi uji ELISA,
PCR, dan IFA
- Pemeriksaan serologis : Menggunakan serum untuk mendeteksi virus. Alat
yang digunakan biasanya berupa test kit.
- Deteksi Antigen dengan ELISA
- Pemeriksaan feses dengan mikroskop elektron
- Isolasi Virus
7. Diagnosa
Diagnosa panleukopenia didapatkan setelah mendapatkan hasil dari pemeriksaan
penunjang yang digunakan sebelumnya, yaitu (Sykes, 2014) :
- Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap hal yang paling
sering ditemukan pada pasien penderita panleukopenia adalah mengalami
leukopenia (penurunan jumlah neutrofil dan limfosit. Hasil dari uji serum
biasanya kucing mengalami hipoglobulinemia, hipoalbuminemia,
hipokolesterolemia, hipokloremia, hiperkalemia dan yang paling jarang
adalah hipokalemia. Jika kucing sudah sangat parah maka dapat mengalami
azotemia, hiperbilirubinemua, hiperglikemia atau hipoglikemia.
- Diagnostic Imaging : Kucing yang mengalami panleukopenia biasanya pada
hasil X-Ray akan ditemukan adanya cairan serosa dan gastrointestinal terisi
oleh gas. Pada pemeriksaan MRI ditemukan hipoplasia cerebellar agenesis.
Beberapa kasus namun sangat jarang, akan ditemukan hidrocepalus,
porencephaly dan hydranencephaly.
- Pemeriksaan Serologis : Gold standar dari pemeriksaan serologis untuk FPV
adalah dengan hemagglutination inhibition. Pemeriksaan untuk mengetahui
kemampuan serum dalam menghambat aglutinasi eritrosit oleh virus.
- Deteksi Antigen dengan ELISA : Sensitivitas dan spesivitas alat penguji
sangat bervariasi dari satu alat penguji dengan yang lainnya. Ini tergantung
dengan stadium dari infeksi. Umumnya, sering terjadi false-negative pada
hasil uji. Namun jarang sekali dilaporkan adanya false-positive. Sehingga,
jika kucing yang mengalami gejala klinis menciri seperti panleukopenia dan
diuji ternyata hasilnya positif maka sudah pasti kucing tersebut menderita
panleukopenia.
- Pemeriksaan feses dengan mikroskop elektron : Ini digunakan untuk melihat
langsung virus yang terdapat pada feses. Jika FPV sangat terlihat di bawah
mikroskop elektron, maka sudah dapat dipastikan kucing menderita
panleukopenia
- Isolasi Virus : Virus akan ditanam pada kultur sel kucing. Hasilnya akan
terlihat cytopathic effect. Namun ini cukup sulit dilakukan dan jarang terjadi
keberhasilan. Sehingga, teknik ini jarang dilakukan.
8. Prognosa
Kucing yang menderita panleukopenia yang membaik setelah 5 hari
pasca pengobatan biasanya dapat sembuh. Pengobatan harus tetap dilanjutkan
meski kucing tampak membaik. Kucing yang tidak dapat survive biasanya
mengalami penurunan leukosit dan platelet yang sangat drastis daripada kucing
yang survive. Jumlah leukosit kucing yang memiliki prognosa buruk (infausta)
biasanya ada di bawah 1000/µL. Kucing yang memiliki prognosa lebih baik
(dubius) biasanya jumlah leukosit di atas 2500/µL. Hipoalbunemia dan
hipokalemia biasanya dapat meningkatkan risiko kematian pada kucing (Sykes,
2014).
9. Pengobatan
Terapi atau pengobatan yang diberikan pada studi kasus pada kucing
yang terkena panleukopenia bervariasi sesuai dengan gejala yang diderita.
Umumnya, obat-obatan yang diberikan adalah biodin, ranitidin, dexametason,
diphenhydramine hcl, aluminium hidroksida, metamizole, amoxycillin,
metoclopramide, cyproheptadine, multivitaplex, vicillin, dan ringer lactat. bahwa
obat yang digunakan bersifat antiemetik, antiinflamasi, antihistamin, antipiretik,
suportif, stimulan nafsu makan, vitamin B12 dan antibiotik.
- Biodin : merupakan obat yang digunakan untuk memperkuat sistem
muskuloskeletal. Mengandung ATP dan vitamin B12. Dosis pemakaian
adalah 1 ml dalam 1 hari diberikan 1 kali (Daris, 2017).
- Ranitidin HCl : merupakan obat yang digunakan ketika terjadi profilaksis
pada gastric, ulcer duodenal dan reflux duodenal. Dosis yang diberikan yaitu
1-2mg/kgBB peroral (Plumb, 2008).
- Dexamethasone : merupakan obat yang mengandung glukokortikoid
digunakan sebagai antinflamasi dan memiliki efek immunosuppresant. Dosis
yang diberikan adalah 0,125 – 0,5 mg/kgBB secara IV atau IM (Plumb,
2008).
- Diphenhydramine HCl : merupakan obat yang digunakan sebagai
antihistamin, dapat untuk mengobati reaksi alergi, dan pada kasus yang
berhubungan dengan saluran pencernaan berfungsi untuk anti muntah
(Plumb, 2008).
- Aluminium hidroksida : merupakan obat antasida. Memiliki fungsi untuk
mengatasi ulser pada lambung. Dosis pada kucing adalah 1 ml 1 hari 1 kali
(Plumb, 2008).
- Metamizole : merupakan obat antipiretik dan antiinflamasi. Obat ini bekerja
dengan cara mengurangi kandungan prostaglandin sehingga dapat
menurunkan panas dan nyeri. Dosis yang diberikan adalah 0,2 ml/5 kgBB
(Ramsey, 2017).
- Amoxicillin : merupakan antibiotik. Antibiotik diberikan karena biasanya
terdapat infeksi sekunder, dan diberikan untuk menyembuhkan infeksi
sekunder dan mencegah infeksi sekunder lainnya. Amoxicillin bersifat
bactericidal dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dosis yang
diberikan yaitu 10 mg/kgBB peroral (Plumb, 2008).
- Metoclopramide HCl : merupakan obat yang memiliki fungsi antiemetik.
Digunakan pada kucing yang mengalami muntah. Dosis yang digunakan
adalah 0,2 – 0,4 mg/KgBB 3 kali sehari secara peroral (Plumb, 2008).
- Cyproheptadine Hcl : merupakan obat yang memiliki efek antihistamin dan
dapat memicu nafsu makan. Obat ini diberikan pada pasien yang mengalami
anoreksia. Dosis obat ini adalah 2 – 4 mg/KgBB diberikan 2 kali sehari
(Plumb, 2008).
- Ampicillin : merupakan antibiotik bersifat bakterisidal. Memiliki fungsi
untuk mencegah maupun mematikan bakteri yang menyebabkan infeksi
sekunder. Dosis yang diberikan adalah 10 – 20 mg/kgBB peroral (Plumb,
2008).
- Ringer lactat : Ringer lactat merupakan terapi cairan yang bersifat suportif
dengan tujuan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare dan
juga muntah. Ringer lactat yang diberikan pada kucing yang mengalami
panleukopenia biasanya sebanyak 250 ml/hari (Sherlin et al., 2018).
10. Penulisan Resep
- Resep Awal
Biodin sebanyak 1 ml intramuskular diinjeksikan ke kucing. 1 kemasan
berisi 50 ml cairan
Ranitidin tablet dosis 3 mg/kgbb diberikan sebanyak 2x sehari. Diberikan
selama 7 hari.
Sehingga: 3,5 kg X 3 mg/kg = 10,5 mg

Drh. X
Jl. Kenduri
SIP. XXX
26 Maret 2021
R/ Biodin® 50 ml sol No. I
s.i.m.m
--------------------------------------------paraf
R/ Ranitidin tab 10,5 mg
m.f.la.pulv da in caps dtd No. X
S.b.d.d. I caps
--------------------------------------------paraf

Pro : Kucing X
Alamat : Jalan Swedia

-
- Resep Alternatif
Metoclopramide HCl dosis 0,2 mg/kg peroral sebanyak 3 x 1 hari. Obat yang
diberikan memiliki merek dagang Vosea®. 1 kemasan berisi 30 ml cairan.
Cyproheptadine dosis 3 mg/kgbb diberikan sebanyak 2x 1 hari peroral.
Pengobatan berlangsung selama 5 hati. Sehingga : 3,5 kg X 3mg/kg = 10,5
mg
Amoxicillin dosis 20 mg/kgbb diberikan sebanyak 3 x 1 hari selama 5 hari
peroral. Sehingga : 3,5 kg X 20 mg/kg = 70 mg
Drh. Rintik
Jl. Kendeng
SIP. XXX
26 Maret 2021
R/ Vosea® 30ml No. I fls
s.3.d.d 1cth a.c
--------------------------------------------paraf
R/ Cyproheptadine HCl tab 10,5 mg
m.f.la.pulv da in caps dtd No. X
S.b.d.d I caps
--------------------------------------------paraf
R/ Amoxicillin tab 70 mg
m.f.la.pulv da in caps dtd No. XV
S.3.d.d I caps

Pro : Kucing X
Alamat : Jalan Swedia
11. Alternatif Obat
Obat yang diberikan dapat berupa metoclopramide HCl antiemetik,
cyproheptadine antihistamin dan memicu nafsu makan, antibiotik amoxicillin,
vitaplex untuk multivitamin.
- Metoclopramide HCl
Indikasi
Metoklopramid digunakan untuk stimulasi GI dan agen antiemetik.
Digunakan pada pasien gastric disorder, refluks gastroesofageal (Plumb,
2008).
Farmakologi
Efek farmakologi metoclopramide berkaitan dengan GI tract dan CNS. Pada
GI tract, metoclopramide akan menstimulus motilitas pada saluran GI atas
tanpa menstimulasi lambung, sekresi pankreas atau sekresi empedu (Plumb,
2008).
Farmakokinetik
Metoklopramid diabsorpsikan secara baik setelah administrasi oral dan
bioavailabilitas berkurang 30%. Setelah administrasi via IM bioavailabilitas
mencapai 74-96%. Setelah pemberian peroral kadar plasma puncak terjadi
dalam 2 jam (Plumb, 2008).
Kontraindikasi
Metoclopramide kontraindikasi dengan pasien yang mengalami hemoragi
pada GI tract, obstruksi, perforasi dan pasien yang hipersensitif terhadap
obat ini (Plumb, 2008).
Interaksi Obat
Interaksi obat dengan obat anestesi akan mengakibatkan hipotensi. Atropin
akan berakibat antagonis pada efek metoclopramide (Plumb, 2008).
- Cyproheptadine
Indikasi
Cyproheptadine digunakan untuk membangkitkan nafsu makan. Obat ini
juga dapat digunakan untuk obat asma dan pruritus pada kucing (Plumb,
2008).

Farmakologi
Cyproheptadine bekerja dengan berkompetisi dengan histamin pada sisi
reseptor H1 pada sel efektor. Antihistamin tidak memblokir lepasnya
histamin namun kerjanya berlawanan (Plumb, 2008).
Farmakokinetik
Cyproheptadine sangat mudah diabsorpsi setelah administrasi oral.
Cyproheptadine dimetabolisme seutuhnya di hepar dan dimetabolisme di
urin (Plumb, 2008).
Kontraindikasi
Cyproheptadine kontraindikasi pada pasien hipersensitif pada obat ini. Harus
diperhatikan penggunaannya pada pasien hipertropi prostat, obstruksi
bladder, cardiac failure (Plumb, 2008).
Interaksi Obat
Interaksi dengan obat SSRi seperti sertraline, paroxetine akan mengurangi
efikasi SSRI (Plumb, 2008).
- Amoxicillin
Indikasi
Digunakan untuk infeksi (Ramsey, 2017).
Farmakologi
Amoxicillin bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel (Ramsey,
2017).
Farmakokinetik
Amoxicillin stabil di lambung. Diserap 74-92%. Kadar serum mencapai tiga
kali lebih banyak daripada ampicillin pada dosis yang sama (Ramsey, 2017).
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada pasien yang mengalami alergi terhadap obat ini. Jangan
diberikan terhadap kelinci, marmut, chincilla, hamster akan menyebabkan
enteritis (Ramsey, 2017).
Interaksi Obat
Interaksi obat terhadap antibiotik bakteriostatik seperti tetrasiklin dan
makrolida akan menyebabkan masing-masing efeknya berkurang dalam
bekerja (Ramsey, 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Awad, R. A., Wagdy K. B. Khalil dan Ashraf G. Attallah. 2018. Epidemiology and
diagnosis of feline panleukopenia virus in Egypt: Clinical and molecular
diagnosis in cats. Veterinary World : 11(2): 578-584
Daris, M. 2017. Penanganan Kasus Endometritis Pada Kucing Di Salah Satu Klinik
Hewan Di Makassar. Skripsi: Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin.
Plumb, D. C. 2008. Plumb’s Veterinary Drugs Handbook. Blackwell Publishing. USA
Ramsey, Ian. 2017. BSAVA : Small Animal Formulary. BSAVA. UK.
Sherlin, K., E. Zulfiati, B. Martin. 2018. Blood Transfusion Importance in the Healing
Process of Feline Panleukopenia Leading to DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation). Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & The 15th KIVNAS PDHI.
Sykes, J. E. 2014. Feline Panleukopenia Virus Infection and Other Viral Enteritides.
Canine and Feline Infectious Diseases: 187-194

Anda mungkin juga menyukai