• Pria 50 tahun, nyeri kedua paha tiba-tiba sejak 2 hari yang lalu. Tidak
ada riwayat sesak nafas, nyeri dada, maupun nyeri saat berjalan
sebelumnya. Pasien perokok berat dengan riwayat penyakit jantung.
76.
A. Heparin
Acute Limb Ischemia
q Terjadi penurunan aliran darah secara tiba-tiba pada ekstremitas
77.
A. Pneumonia
Patogenesis
• Stadium I (4 – 12 jam pertama) → kongesti
• Stadium II (48 jam berikutnya) → hepatisasi merah
• Stadium III (3 – 8 hari) → hepatisasi kelabu
• Stadium IV (7 – 11 hari) → resolusi
• Stadium kongesti → respon peradangan awal → pelepasan mediator-
mediator inflamasi & komplemen → prningkatan permeabilitas kapiler
paru → perpindahan eksudat → interstisium → edema
• Stadium hepatisasi merah → alveolus terisi sel darah merah, eksudat,
fibrin, leukosit → lobus padat → paru merah
• Stadium hepatisasi kelabu → sel darah putih mengkolonisasi paru →
fagositosis sisa2 sel & eritrosit diresorbsi → lobus berisi fibrin &
leukosit → paru kelabu
• Stadium resolusi → sisa2 fibrin & eksudat lisis → diabsorbsi makrofag
→paru kembali ke semula
Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO (2009)
1. Bukan Pneumonia
• Bila tidak ditemukan sesak napas dan napas cepat
2. Pneumonia
• Bila tidak ada sesak napas
• Ada napas cepat dengan laju napas:
q Anak umur < 2 bulan: > 60 x/mnt
q Anak umur 2-11 bulan: > 50 x/mnt
q Anak umur 1-5 tahun : ≥ 40x/mnt
q anak umur ≥ 5 tahun : ≥30x/mnt
Diagnosis
3. Pneumonia berat
• Bila ada sesak napas (pernapasan cuping hidung dan atau retraksi)
• Dalam keadaan sangat berat dapat dijumpai :
q Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya
q Kejang, letargis atau tidak sadar
q Sianosis
q Distress pernapasan berat
Tatalaksana Bronkopneumonia
1. Dasar tatalaksana :
§ Pengobatan kausal dan suportif
§ Penanggulangan penyakit penyerta
§ Pemantauan & mengatasi komplikasi
2. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak
dengan pneumonia yg diduga disebabkan oleh bakteri
Tatalaksana Rawat Jalan
1. Ringan : 1st line Ab - Oral
§ Amoksisilin 25 mg/kgBB
§ Kotrimoksazol 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol
78.
A. URO 500 cc dan tablet zinc 1 tablet selama 10-14 hari
Keyword
• Pria 25 tahun mudah pusing dan lemas, nafsu makan menurun, dan mudah
lelah bila beraktivitas.
• PF : konjungtiva anemis.
• Lab : Hb 8 gr/dL. Dari pemeriksaan feses ditemukan telur parasit
berbentuk oval, berukuran 40x65 mikron, tidak berwarna, berdinding
tipis transparan. MCV 72.
79.
A.Hipokromik Mikrositer
Anemia
q Pendekatan awal dalam hal pucat/anemia adalahanamnesis dan
pemeriksaan fisik.
q Pemeriksaan laboratorium yang cukup bermanfaatadalah nilai morfologi
eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC) serta hitung retikulosit
q Indikatornya:
§ MCV: rata-rata volume eritrosit (femtoliter à μm3)
§ MCH: rata-rata massa hemoglobin per eritrosit (pikogram)
§ MCHC: rata-rata hemoglobin pada sel-sel
§ Anemia : Hb < 13 g% pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita
§ Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifikasikan menjadi:
a. Anemia makrositik
b. Anemia
Anemia Defisiensi Besi
q Anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh
(depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin
berkurang
q Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh:
§ Rendahnya masukan besi
§ Gangguan absorpsi
§ Kehilangan besi akibat
GEJALA KLINIS
Lab :
hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis,
Keyword
• Seorang ibu hamil datang dengan keluhan lemas
• PF : konjungtiva anemis, Spenomegali,
• Lab Hb 8, Hmt 30, AL 5.000, AT 250.000, MCV 90, MCH 30, Coomb Test
(+).
• Dx : Anemia Hemolitik Autoimun
80.
A. Steroid
Keyword
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 380C)
tanpa infeksi, gangguan elektrolit, atau gangguan metabolik lain
• Kejang demam kompleks, 1 dari kriteria berikut
• Lebih dari 15 menit
• Fokal (tidak generalisata, misalnya meliputi satu ekstremitas saja)
• Berulang dalam 24 jam
• Kejang demam sederhana, tidak boleh memenuhi satupun kriteria diatas
81.
C. Kejang Demam Sederhana Kejang Demam
Evaluasi
Pemeriksaan
• Sesuai indikasi untuk menyingkirkan diagnosis : darah rutin, gula
darah,
• Pemeriksan CSF menyingkirkan meningitis terutrama bayi < 12 bulan
(sangat dianjurkan) dan 12 -18 bulan (dianjurkan)
• CT scan dan MRI bila ada indikasi
Tatalaksana
• Antipiretik: PCT 10-15 mg/kgBB/kali 4-5 kali perhari
• Anti kejang
• Pengobatan rumatan selam 1 tahun bebas kejang
q Asam valproat atau fenobarbital
Keyword
• Wanita 65 tahun datang ke tempat praktek Anda dengan keluhan nyeri
pada kaki, nyeri terutama pada pagi hari dan pasien tidak dapat melakukan
aktivitas.
• PF : pergelangan kaki varus, pergelangan kaki nyeri, lutut lateral nyeri,
terdapat pembesaran tulang.
82.
E. Tidak dapat melakukan aktivitas
Keyword
• Perempuan 45 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu. Keluhan disertai mual dan nyeri perut kanan
atas. Riwayat 2 minggu lalu diare pada saat usia 30 tahun
sembuh sendiri.
• Px fisik hepar 3 jari di bawah arcus costae kenyal, nyeri tekan
positif.
83.
D. Metronidazole
ABSES HEPAR
Nyeri perut kanan atas merupakan keluhan yang menonjol, pasien tampak
sakit berat, dan demam. Seeto dkk melaporkan bahwa gejala abses hati
amuba secara umum bersifat nonspesifik, 72% pasien mengeluh demam dan
nyeri di perut kanan atas. Selain itu anoreksia ditemukan pada 39% kasus dan
penurunan berat badan pada 29% kasus. Pada pemeriksaan fisis, 83% kasus
dilaporkan demam dan 69% dengan hepatomegali yang disertai nyeri tekan.
Ikterik jarang terjadi .
Keyword
• Seorang pasien 20 tahun datang dengan keluhan diare dan nyeri perut
setelah mengkonsumsi susu. Pasien jarang mengkonsumsi susu karena
sebelumnya bila mengkonsumsi susu akan muncul keluhan serupa.
• Ayah pasien menderita hal yang sama.
84.
E. Intoleransi Makanan
Keracunan
Ig E
Reaksi tubuh
akibat salah Sistem imun
makan (alergi
makanan)
Enzimatik
Non sistem imun
Farmakologi
(intoleransi
makanan
Tidak diketahui
Alergi Makanan
Ig E Campuran (Ig E dan Non Ig E (Sel T)
Non Ig E)
Rhinitis Akut Dermatitis Atopik Dietary protein
enteropathy
Urtikaria Eosinophilic Esofagitis Protein induced
enterocolitis and
proctitis
Angioedema Eosinophilic Celiac disease
Gastroenteri tis
Oral Allergy
syndrome
Serangan
Asma Akut
Syok Anafilaktik
• Bahan makanan yg menimbulkan alergi – Ig E :
§ telur, susu sapi, udang, kerang, kacang2an, kacang
kedelai
• Gejala :
§ urtikaria, eksim, rhinokonjungtivitis, asma, mual-muntah,
diare
Intoleransi Makanan
1. Disebabkan tidak adanya zat kimia atau enzim yg dibutuhkan untuk
mencerna suatu makanan.
2. Intoleransi karbohidrat
3. Intoleransi laktosa
4. Intoleransi fruktosa
5. Intoleransi gluten
6. Sensitif thd zat tambahan : MSG, benzoat, nitrat dan nitrit
Patofisiologi Intoleransi makanan
Enzim <<<
↓
Makanan dapat dicerna Bentuk molekul besar
↓
dapat msk sirkulasi → menarik air & garam ke sal pencernaan → Ke
usus besar/kolon
↓
Bakteri dlm kolon → asam, karbondioksida, methan, hidrogen dan
Hidrogen sulfat
↓
Flatulence, mual, muntah, diare, dll
Monoamin Makanan Efek farmakologi Gejala
Dopamin Kacang2an Simpatomime tik Hipertensi
Pelepasan noradrenali
nendogen
Feniletilamin Makanan yg Simpatomime tik Migrain, krisis
difermentasi kan Pelepasan noradrenali hipertensi
keju, anggur merah nendogen
Serotonin Sayuran, Buah- Vasodilatasi otot,
buahan vasokontrik si pembuluh
darah
Tyramin Keju, ekstrak jamur, Simpatomim etik yang
anggur, saus kedelai melepaskan
q Histamin dalam makanan berasal dari degradasi histidin oleh
mikroorganisme → misal pd keju, alkohol dan makanan
fermentasi
q Histamin dpt diinaktivasi oleh di-aminoxidase (DAO) yg bnyk
dihasilkan dalam saluran gastrointestinal
Contoh :
q Mengonsumsi ikan yg sdh busuk → histidin berubah mjd histamin oleh
bakteri di sal pencernaan, DAO dinon aktifkan oleh diamin yg dihasilkan
oleh ikan busuk → efek histamin spt eritema, vasodilatasi, takikardi,
hipertensi, migrain, muntah dan diare
q Obat2an yg dpt menghambat kerja DAO : Isoniazid, aminoguanidin,
Intoleransi Karbohidrat
• Tidak mampu mencerna gula dan starch secara lengkap krn < enzim
tertentu
• Gejala : perut terasa penuh, muntah dan kram perut setelah 5-30
menit mengonsumsi karbohidrat, dapat terjadi diare, berat badan
menurun.
Keyword
• Seorang pasien, datang dengan keluhan nyeri perut. Keluhan disertai
adanya mual, muntah, 1 hari yang lalu pasien makan makanan kaleng.
• PF : gangguan penglihatan ganda, dan gangguan syaraf berupa
kelemahan otot-otot wajah,
85.
B. Botulisme
q Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan oleh racun
yang dihasilkan bakteri Clostridium botulinum.
q Racun yang dihasilkan bakteri ini menyerang sistem saraf seperti otak,
tulang belakang, saraf lainnya, dan menyebabkan kelumpuhan otot.
Kelumpuhan yang terjadi bisa menyerang otot-otot yang mengendalikan
pernapasan. Bakteri ini biasanya bisa masuk ke dalam tubuh melalui
makanan maupun
q Penderita botulisme perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Tujuan
dari pengobatan botulisme adalah untuk menetralisir racun dan
membantu fungsi tubuh (seperti pernapasan) berjalan normal,
hingga penderita pulih kembali.
q Beberapa perawatan bagi penderita botulisme :
§ Pemberian antitoksin.
§ Pemberian antibiotik. Prosedur ini
Keyword
• Pasien datang dengan keluhan muntah darah. Sebelumnya pasien
nyeri perut bagian atas, perut terasa panas, memberat setelah makan.
• Cek endoskopi ada erosi pada esofagus distal (mallory weis tear).
• DX : Acute Esophageal Syndrome
86.
B. Sucralfat
• Spot films show barium (arrows) in linear mucosal tear near
gastroesophageal junction.
• Tears may be in distal esophagus, gastric fundus, or extend
across the GE junction.
Protektan mukosa biasanya diresepkan dalam 1 –2 minggu untuk mempercepat
penyembuhan luka.
Keyword
• Laki-laki , usia 45th, demam sejak 5 hari yang lalu, tidak reda setelah
minum obat anti panas. Keluhan disertai air kencing seperti teh.
• VS : TD 110/70, N 85, suhu 38 PF : dbn
• Dx : Drug(NSAID) Induced Hepatitis
87.
C. SGOT,SGPT,HBSAg
Keyword
• Laki-laki 55 tahun badan terasa lemas sejak 3 hari. Tidak ada riwayat
minum obat, jamu.
• PF : td 130/80 hr 96 rr 24 t 37.2, sklera ikterik. Pemeriksaan hb 11,5 IgM
leukosit 5200 trombosit 350000, SGOT 899 SGPT 1299, IgM anti HAV( - )
HBsAg ( - ) IgM anti HBc (+) anti HbeAg (+).
88.
D. Hepatitis B
Serologi hepatitis B
Imunitas terhadap Hep B
1. Dosis: 0,1,6 bulan
2. Imunitas terjadi jika pada pasien sudah terdapat anti- Hbs sehingga yang
diperlukan adalah menenangkan pasien.
3. HBIG (pasif imunitas) dan vaksin Hep B (aktif imunitas) hanya diberikan
pada pasien yang tidak diketahui status imunitasnya terhadap Hep B
setelah pajanan.
4. Pasif imunitas sebaiknya diberikan dalam 24 jam setelah pajanan.
5. Status HBsAg pasien tidak diperlukan karena sudah kebal.
Keyword
• Perempuan 38 tahun bab cair. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah,
dan demam.
• PF : TD 130/90 N 86x/m RR 24x/m S 39.0C pemeriksaan abdomen
didapatkan pembesaran hepar 2 jari dibawah arcus costae, konsistensi
keras, permukaan rata, tepi tumpul.
89.
B. Abses Hepar
ABSES HEPAR AMUBA
Nyeri perut kanan atas merupakan keluhan yang menonjol, pasien tampak
sakit berat, dan demam. Seeto dkk melaporkan bahwa gejala abses hati
amuba secara umum bersifat nonspesifik, 72% pasien mengeluh demam dan
nyeri di perut kanan atas. Selain itu anoreksia ditemukan pada 39% kasus dan
penurunan berat badan pada 29% kasus. Pada pemeriksaan fisis, 83% kasus
dilaporkan demam dan 69% dengan hepatomegali yang disertai nyeri tekan.
Ikterik jarang terjadi .
Keyword
• Laki-laki berusia 60 tahun datang dengan keluhan batuk berdarah.
Berat badan turun 10 kg dalam 3 bulan terakhir. Riwayat merokok 12
tahun.
• Pemeriksaan thorax didapatkan gambaran coin lession pada paru
kanan.
90.
E. Tumor Paru Primer
Kanker Paru
Definisi:
q Semua keganasan mengenai paru, baik berasal dari paru sendiri maupun
dari tempat lain yang ber metastasis ke paru
§ Asal terutama dari epitel bronkus ( ± 90 – 95% )
§ Karsinoma bronkus
JENIS Kanker Paru
• Primer : Berasal dari organ paru sendiri
• Metastase : Berasal dari organ di luar paru seperti :
1. Mamma
2. Ginjal
3. Ovarium
4. Testis
Gambaran Klinik
q Tidak banyak berbeda dari penyakit paru lain
q Terdiri dari keluhan subyektif dan temuan obyektif
q Dari anamnesa didapatkan : Keluhan utama → sangat beragam
q Sering juga yang pertama terlihat adalah gejala akibat metastasis dan keluhan
akibat perjalanan penyakit
q Ada pula gelaja yang tidak khas , seperti :
• Berat badan berkurang timbul serta
• Nafsu makan menurun paraneoplatik
• Demam hilang
• Gejala
Gambaran Klinik
§ Atelektasis
Gejala klinik :
1. Asimetris wajah
2. Bengkak atau sembab muka dan leher
3. Suara serak
4. Sembab lengan dengan rasa nyeri
5. Pelebaran vena pada leher / dada
6. Kelainan bentuk torak :
• Hidrotoraks
• Atelektasis
Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. Biopsi aspirasi trantorakal
3. Punksi dan biopsi pleura
4. CT scanning
5. Biopsi kelenjar getah bening
6. Mediastinoskopi
7. Torakotomi explorasi
8. Tumor marker
Alur Deteksi Dini Kanker Paru
Deteksi Dini Kanker Paru
(Skrining)
Golongan Risiko
Tinggi batuk Bukan GRT dengan gejala kronik,
(GRT) sesak nafas batuk darah, berat
turun badan
non kanker
Diagnosis ?
91.
A. Emfisema
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Definisi Manifestasi Klinis:
§ Hambatan aliran udara yang tidak § Sesak progresif, persisten, memberat
sepenuhnya reversibel, progresif, dengan aktivitas, berat, sukar bernapas
berhubungan dengan respon inflamasi § Batuk kronik
paru terhadap partikel/gas berbahaya, § Batuk kronik berdahak
disertai efek ekstraparu
§ Riwayat faktor risiko
§ Gabungan antara obstruksi saluran
napas kecil & kerusakan parenkim
Pemeriksaan Penunjang:
Faktor Risiko:
§ pirometri
§ Asap rokok, polusi udara,
stres oksidatif, genetik, § DPL & AGD
tumbuh kembang § Radiologi toraks (hiperinflasi/hypera
erated lungs, hiperlusens, ruang
retrosternal
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Foto toraks PPOK dijumpai:
1. Hiperinflasi/Hiperl usen
2. Diafragma mendatar
3. Corakan bronkovaskuler meningkat
4. Jantung pendulum
Tatalaksana PPOK
Keyword
• Laki laki datang nyeri pada scrotum kanan yang muncul mendadak saat
bangun tidur.
diagnosisnya adalah?
92.
E. Torsio Testis
dd / skrotum nyeri
Torsio testis
q Nyeri testis mendadak
q “Bell Claper” → salah satu testis lebih tinggi
q Phren sign (-)
q Refleks kremaster (-) KEGAWATAN
Epididimitis
q Nyeri testis akut
q Prehn sign (+)
q Refleks kremaster (+)
q Bisa disertai discharge purulen.
Phern’s sign
1. Positif bila nyeri berkurang dengan melakukan elevasi pada testis
yang nyeri
2. Negatif bila nyeri tidak berkurang dengan melakukan elevasi pada
testis yang nyeri
3. Phern’s sign positif → khas untuk epididimitis
Keyword
• Laki-laki 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sesak sejak 1
hari yang lalu.
93.
C. Menghambat Na-K-ATPase
Mekanisme Kerja Digoksin :
§ Hambatan langsung ikatan membrane sodium dan potassium teraktivasi
adenosine triphosphatase (Na+/K+ -ATPase), menyebabkan kenaikan
konsentrasi kalsium intraselular.
§ Lambatnya peningkatan kalsium kedalam sel selama potensial aksi ; akibat
dari masuknya kalsium kedalam sel saat ini menyebabkan timbulnya plateau
pada potensial aksi.
Keyword
• Laki-laki usia 65 tahun datang dengan keluhan sesak napas. Pasien memiliki
94.
D. Amlodipin
Regresi LVH tergantung kepada respon dari penggunaan obat anti hipertensi, atau
pada beberapa kasus, tergantung kepada tipe terapi yang digunakan. Beberapa
penelitian klinis membuktikan bahwa penggunaan ACE inhibitor, ARB, aliskiren
(direct renin inhibitor), CCB (khususnya diltiazem, verapamil, amlodipine) dan
beberapa simpatolitik agen (termasuk metildopa dan alfa-bloker) dapat
menghasilkan regresi LVH. Sebaliknya diuretik, beta blocker, vasodilator seperti
hydralazine dan beberapa
Keyword
• Wanita 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada seperti
terbakar yang dirasakan sejak 6 bulan lalu dan memberat sejak 1 minggu
ini. Keluhan dirasakan memberat setelah makan. Keluhan lain berupa mual
dan muntah. Riwayat sering berbaring setelah makan.
• PF didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 92x/menit, RR 20x/menit. Status
generalis dalam batas normal.
95.
Pendekatan step down dengan PPI dilanjutkan dengan AH-2
Keyword
• Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 3 jam yang lalu
96.
D. Laparotomi Eksplorasi
Keyword
• Seorang pria 20 tahun dibawa ke UGD karena tersengat listrik.Pasien tidak
sadarkan diri dan ditemukan luka bakar pada kedua ekstremitas atas dan
sebagian dadanya. Beberapa bula telah pecah dengan dasar luka putih
97.
B. Luka bakar grade 2 sebesar 27 persen
Rule of Nine
Tatalaksana Luka Bakar
1. Resusitasi cairan dengan rumus Parkland
§ 4 cc x Luas luka bakar (dalam %) x Berat badan (dalam kg)
§ Jumlah cairan yang diberikan dalam 24 jam
• ½ diberikan dalam 8 jam setelah kejadian, ½ diberikan dalam 16 jam kemudian
2. Analgesik
3. Nutrisi seimbang
4. Monitoring dan pencegahan infeksi
§ Jangan lupa berikan profilaksis tetanus
Keyword
• Anak, 16 tahun datang setelah kecelakaan. Pada pemeriksaan KU baik,
98.
B. Melepas Fiksasi
Keyword
• Pasien laki-laki 60 tahun mengeluhkan diplopia. Riwayat kerja PNS dengan
99.
D. Nervus VI
Keyword
• Bayi usia 3 hari dibawa ibunya dengan keluhan mual -muntah setiap diteteki
beberapa jam, menurut ibunya sejak lahir perut bayi sudah besar dan makin
kembung sampai saat ini, pasien pernah BAB, terdapat retensi kehijauan
100.
D. Atresia Duodenal
Keyword
• Anak 2 keluhan seluruh badan terlihat kuning sejak usia 1 bulan.
• seluruh tubuh kuning. Perut membuncit. BAB seperti dempul dan BAK
seperti air teh.
Apa diagnosisnya?
101.
C. AtresiaBilier
Klasifikasi
• 2 minggu sebelumnya batuk pilek dan nyeri menelan selama +/- 1 minggu.
Diagnosis?
102.
B. GNA
GNAPS
• GNAPSterjadi akibat deposisi kompleks imun (Rx hipersensitifitas tipe
3) pada GBM dan atau mesangium sehingga terjadi reaksi inflamasi
gangguan fungsi ginjal komplikasi:, gagal jantung, edema paru dan
gagal ginjal
• Didahului oleh infeksi Streptococcus beta hemoliticus group
Anefritogenik (tipe 4, 12, 16, 25, dan 49) di saluran napas atas.
ReaksiAg-Ab terjadi setelah infeksi saluran napas atas telah usai.
Keluhan utamanya adalah edema yang
masif. Keluhan hematuria biasanya hanya
A. Sindrom Nefrotik mikroskopik. Disertai parameter lab lain :
Hipoalbuminemia, proteinuria,
hiperkolesterolemia
Merupakan sebutan lain untuk
glomerulonefritis akut pasca
B. GNA (Glomerulonefritis akut)
streptococcus. Jika ada pilihan GNAPS
maka jawaban yang sesuai adalah GNAPS.
C. GNK (Glomerulonefritis kronik) Contohnya pada nefritis lupus
Keyword
• 2 diare persisten/kronis.
• Pasien berat badannya turun dalam bbrp bulan terakhir,
sering batuk pilek dan penurunan nafsu makan.
• Pada pemeriksaan fisik di dapatkan lemak subkutis tipis dan
sedikit edema di bagian perut dan kaki. BB/TB <3SD.
103.
D. Marasmik – Kwashiorkor
Gizi Buruk
104.
C. Pertusis
q Vaksin polio hampir tidak pernah menimbulkan masalah serius. Masalah
yang ditemukan biasanya hanya kemerahan/nyeri di daerah injeksi.
Kemungkinan reaksi alergi sangat kecil.
q Vaksin hepatitis Bjuga merupakan vaksin yang sangat aman, hampir tidak
pernah menimbulkan masalah serius.
• Nyeri di lokasi injeksi pada 25% pasien
• Demam pada 1 dari 15 pasien
• Reaksi alergi pada 1 dari 1,1 juta pasien.
q Vaksin DPTlebih sering menimbulkan reaksi alergi maupun reaksi lain;
• Demam pada 1 dari 4 pasien
• Kemerahan/ bengkak dan nyeri pada lokasi penyuntikan pada 1 dari 4 pasien
• Gejala-gejala ini lebih sering timbul pada penyuntikkan
• DPT ke 4 atau ke 5 : dapat juga terjadi reaksi yang lebih berat seperti kejang,
incosollable crying, hiperpireksia, dan kerusakan otak permanen walaupun lebih
jarang.
Direkomendasikan untuk memberikan antipiretik dan anti nyeri pada pasien
setelah penyuntikan.
q Pemberian vaksinasi DPT selalu diberikan bersamaan, tidak pernah
diberikan masing2
• Vaksin pertussis monovalen sudah tidak diproduksi lagi.
• Vaksin TD(Tetanus dan difteri) tanpa Pertusis diberikan pada dewasa
sebagai booster.
q Soal ini sebenarnya ambigu, jadi:
• Jika disuruh memilih antara Difteri, Pertusis, atau Tetanus, pilih Pertusis
• Jika ada pilihan DPT, campak, dan vaksinasi lain, pilihlah campak
Keyword
• Bayi berusia 10 bulan, tampak pucat sejak 1 bulan
• Kurva pertumbuhan tampak gizi kurang, pasien berasal dari keluarga kurang
mampu.
105.
D. Anemia Defisiensi Besi
Anemia
• Bayi sering tampak rewel dan tidak mau makan. Berat badan pasien sulit
naik.
106.
B. Hirschprung
Morbus Hirschprung
• Pasasemekonium terhambat akibat terdapat segmen aganglionik.
• Gejala: mekonium keluar > 48 jam, muntah hijau/coklat, distensi abdomen
• Saat colok dubur feses menyemprot
• Pemeriksaan Radiologi : gambaran megakolon dengan zona transisi
Barium enema: dilatasi abdomen proksimal,
konstriksidistal
Tatalaksana :
• Kolostomi + reanastomosis (pull through)
• Reanastomosis: teknik Swenson (pull
through), Duhamel,Soave, Boley
Prognosis : baik
Keyword
• Perempuan, 3 tahun batuk berlendir sejak seminggu yang lalu.
107.
B. Atelektasis
Atelektasis
trombositopenia.
108.
D. EfusiPleura
§ Pasien demam tinggi
§ Lab : hemokonsentrasi dan trombositopenia > DBD
§ Ciri khas pada DBDadalah ada kebocoran plasma (hemokonsentrasi,
efusi pleura, asites, hipoproteinemia)
Keyword
• Laki –laki , 16 tahun keluhan berdebar-debar yang dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu.
• Riwayat sering demam dan batuk-pilek. Keluhan disertai sesak pada saat
beraktivitas dan mudah lelah, nyeri-nyeri pada sendi (+).
• Pada pemeriksaan fisis didaparkan thrill, JVP 5+3, dan suhu 38,5C.
109.
C. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit Jantung Rematik
§ Penyakit jantung reumatik / Rheumatic heart disease/ RHDmeurpakan komplikasi dari
Rheumatic fever (RF). Gejala RFsalah satunya Pharyngitis diakibatkan group A beta-
hemolytic streptococcal.
§ Diagnosis :
q Kriteria mayor : Karditis takikardia, murmur mitral regurgitasi, S3galop, pericardial
friction rub, dan kardiomegali, Migratory polyarthritis , Sydenham’s chorea, Nodul
subkutaneus, Eritema marginatum
q Kriteria Minor : Suhu tinggi, sakit sendi (artralgia), Riwayat pernah menderita DR/PJR
§ Lab:
q reaksi fase akut : Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi Streptococcus sebelumnya
yaitu hapusan tenggorok yang positif atau kenaikan titer tes serologi ASTO
q PJR bila : Dua gejala mayor atau Satu gejala mayor dengan dua gejala minor
§ Terapi
q Penyakit Jantung Reumatik: aspirin, steroid,
q antibiotik : golonganpenisilin
Keyword
• Anak 7 bulan, BB6,5 kg dengan sesaknafas.
• Tiga hari sebelumnya demam tidak terlalu tinggi, batuk berdahak, pilek dan diikuti
sesak yang semakin hebat. Riwayat sesak nafas sebelumnya (-).
• Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan hipersonor, ekspirasi memanjang, mengi dan
ronki basah nyaring.
• Foto polos dada menunjukkan gambaran hiperaerasi diameter anteroposterior
memanjang pada foto lateral, infiltral peribronchial dan patchy infiltrate.
110.
A. Bronkiolitis
Definisi
• Inflamasi bronkiolus akut akibat infeksi virus (umumnya RSV,parainfluenza, adenovirus)
• Umumnya pada anak usia <2 tahun, paling sering anak usia 6 bulan
Gejala Klinis
• Diawali dengan demam subfebris dan AURI
• Kemudian terjadi batuk, sesak, dan mengi
• Jarang menjadi berat
Diagnosis
• PF:demam, dyspnea (expiratory effort), ekspirasi memanjang, mengi, hipersonor (air
trapping)
• PP: foto dada AP-lateral (air trapping), AGD:hiperkarbia, asidosis metabolik/respiratorik
Tata laksana:
• Oksigen
• Bronkodilator (hanya kalau menghasilkan perbaikan)
• Antibiotik (hanya kalau ada bukti infeksi bakterial)
Gambaran radiologis: hiperinflasi, atelektasis
subsegmental, peningkatan diameter AP.
Keyword
• Bayi 7 bulan datang dengan keluhan kejang. Kejang kelojotan, mata
mendelik ke atas, berlangsung sekitar 5 menit, setelah itu sadar.
111.
E. Phenitoin IV 10mg/BB
Keyword
• Seorang anak datang dengan keluhan lumpuh otot yang dirasakan sejak 2 hari lalu.
• Lumpuh otot dirasakan saat di sentuh dan anak merasa kesakitan dan menangis.
• 5 hari terakhir anak susah diberi makan. Riwayat tertusuk bambu 2 minggu yg lalu
dengan luka tusuk ygtidakdibersihkan.
• Dari pemeriksaan didapatkan trismus 1cm, opistotonus, dan perut keras saat di tekan.
112.
E. Tetanus
Tetanus
Spasme:
§ Otot napas & laring : asfiksia & sianosis
§ Otot uretral: retensio urin
§ M.mastikatoris: trismus
§ M.erector trunki: kuduk kaku, opistotonus
§ M.rectus abdominis: perut papan
§ M.fasialis: risus sardonikus
§ Ekstremitas inferior: ekstensi, lengankaku,
tangan mengepal
Tetanus – Gejala Klinis & Tatalaksana
Tampilan klinis:
§ Trismus, kaku leher, disfagia, kekakuan abdomen, opistotonus, fleksi lengan,
ekstensi tungkai, dan disfungsi otonom
§ Bisa terjadi kejang, baik akibat rangsangan maupun spontan
§ Pasien tetap sadar dan merasa kesakitan
§ Jarang terjadi demam
Penunjang: tes spatula
Tatalaksana:
§ Metronidazole (untuk membunuh bakteri yang memproduksi toksin)
§ ATSatau TIG (untuk mengikat toksin bebas)
§ TT(untuk menginduksiimunitas)
§ Diazepam (meringankan gejala spasme)
Profilaksis Tetanus
Keyword
• Anak berusia 10 hari dibawa ke IGD dengan keluhan kejang 1 jam SMRS.
• Tanda Vital dalam batas normal. Apabila pasien mengalami kejang di IGD
113.
D. Fenobarbital
Untuk bayi <2 minggu tatalaksana kejang menggunakan fenobarbital
(larutan 200mg/ml) dalam dosis 20 mg/kgBB diulangi dengan dosis 10
mg/kgBB 30 menit setelahnya apabila kejang berlanjut.
Keyword
• Anak 5 tahun datang dengan keluhan badan demam sejak 4 hari yang lalu
disertai dengan mimisan.
114.
B. Demam Dengeu
KRITERIA DIAGNOSIS DBD
Pada pasien ini, tidak ada kriteria
laboratorium yang terpenuhi, jadi kita
tidak bias mendiagnosa DBD.
DERAJAT
1. Demam dengue (DD) demam akut 2-7 hari gejala 1/lebih: nyeri kepala, retroorbita,
mialgia, artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan(jarang), leukopenia, IgM/IgG
positif. Tidak ada kebocoran plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
hipoproteinemia)
2. DBDderajat 1 gejala DD+ uji tourniquet (+)
3. DBDderajat 2 gejala DD+ perdarahan spontan
4. DBDderajat 3 gejala DD+ kegagalan sirkulasi (nadi melemah)
5. DBDderajat 4 gejala DD+ syok berat, nadi tidak terukur
Keyword
• Anak 4 tahun datang dengan keluhan mengeluh sakit saat BAK sejak 2 bulan
yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan kecuali preputium sulit ditarik
ke belakang.
115.
A. Fimosis
1. Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit dan nyeri saat berkemih, perlu
mengedan dan sebelum berkemih ada gelembung di penis
2. Parafimosis: preputium menjepit batang penis, saat diretraksi tidak dapat
dikembalikan lagi, merupakan keadaan emergency dalam urologi
3. Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak berada di ujung glans penis, tetapi di
bagian bawah (ventral), keluhan pasien: kencing menetes
4. Epispadia: OUEpada bagian atas (dorsal) penis
Keyword
• Anak 3 tahun datang karena terdapat kebiruan pada daerah bibir.
• Pada saat menangis anak terlihat sangat sesak. Dari pemeriksaan didapatkan
Apa diagnosisnya?
116.
A. TOF
Tetralogy of Fallot (TOF)
§ VSD,pulmonary stenosis, overriding aortaand
§ right ventricular hypertrophy
§ Cyanotic spell: biru jadi tambah biru karena sistemik perifer resistance ↓ (nangis).
Dapat diperbaiki dengan cara ↑ resistensi perifer (jongkok)
§ PF: single second heart sound (PS)
§ Foto thoraks: boot shape
TGA
q PJB sianotik .
q PF: Peningkatan palpasi denyut vent.kanan, murmur holosistolik prominent
grade 3-4/6, bunyi jantung ke 3, murmur middiastolik, dan gallop.
q Radiologi : oval - shaped heart (seperti telur)
Overriding aorta
• Ibu pasien sedang dalam pengobatan TB sejak 1 bulan yang lalu, dan sempat
dikatakan BTA (+).
117.
A. 2RHZ-4RH
TBAnak – Klasifikasi
Class Contact Infection Disease Management
0 - - - -
I + - - 1stproph.
II + + - 2ndproph.
III + + + OATthera.
Kemoprofilaksis primer
q Diberikan untuk mencegah infeksi
q Diberikan pada anak dengan kontak TB(+) tetapi uji tuberkulin (-)
q Obat : INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan
Tatalaksana TB paru
Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
• Pasien baru TBparu BTApositif.
• Pasien baru TBparu BTAnegatif foto torakspositif
• Pasien baru TBekstra paru
Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
Kategori Anak (2RHZ/4RH)
Keyword
• Anak 15 tahun mengalami penurunan kesadaran.
• 1 bulan terakhir pasien mengeluhkan sering kencing merasa haus, nafsu makan
yang meningkat namun berat badan pasien menurun.
118.
E. Syok Hipovolemik
1. Anak 15 tahun dengan penurunan
2. kesadaran, gejala DM (+), nafas kussmaul, keton (+), GDS 600 Gejala
diabetikum (KAD)
3. Gangguan hemodinamik (penurunan tekanan darah) pada
KADterutama terjadi karena osmotic diuresis berlebihan akibat
hiperglikemia.
4. Tatalaksana utama DKA: Fluid replacement. Baru disertai dengan terapi
lain seperti Bicarbonate, terapi elektrolit, dan terapi suportif untuk
mengatasi komplikasi lain seperti edema serebri.
Keyword
• Anak 15 th, datang dengan keluhan lemas, akral dingin.
Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk melihat terapi cairan sudah sesuai?
119.
D. Hb serial 4-6 jam
Pemantauan pasien DBD
Untuk anak dengan syok:
q Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam (terutama tekanan nadi)
hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6 jam. Dokter harus
mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.
Untuk anak tanpa syok:
q Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan, denyut nadi dan
tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit minimal sekali
sehari.
Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar.
q Jika terdapat tanda berikut: syok berulang, syok berkepanjangan, ensefalopati,
perdarahan hebat, gagal hati akut, gagal ginjal akut, edem paru dan gagal napas,
segera rujuk.
Keyword
• Bayi berusia 10 bulan, BB 7 kg, datang dibawa ibunya dengan keluhan BAB
cair sejak 3 hari yll.
• Dari pemeriksaan fisik UUB cekung, mata celung, turgor menurun, perut
cembung tapi tidak distensi. Leukosit: 13.500
120.
A. Kotrimoksazole
Penanganan diare :
1. Di tingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini dianjurkan
untuk diobati sebagai shigellosis dan diberi antibiotik kotrimoksazol. Jika
dalam 2 hari tidak ada perbaikan, dianjurkan untuk kunjungan ulang
untuk kemungkinan mengganti antibiotiknya
2. Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat amuba vegetatif. Jika positif
diberikan metronidazol dengan dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis
selama 5 hari.
Indikasi rawat pada anak dengan diare :
1. Anak dengan gizi buruk dan disenteri
2. Bayi muda (umur < 2 bulan)
3. Anak yang menderita keracunan, letargis, mengalami perut kembung dan
nyeri tekan atau kejang,
4. Mempunyai risiko tinggi terhadap sepsis
Keyword
• Bayi 3,5 bulan dengan kejang + demam,
• Riwayat batuk pilek. Kaku kuduk (+), hiperrefleks (+) Gejala mengarah ke
meningitis.
121.
B. Pungsi lumbal
Kontraindikasi Pungsi Lumbal pada anak :
1. Terdapat tanda tekanan intrakanial yang meningkat (pupil tidak
sama, tubuh kaku atau paralisis salah satu ekstremitas atau nafas
yang tidak teratur)
2. Infeksi pada daerah kulit tempat jarum akan ditusukkan
Keyword
• Anak 5 tahun datang dengan demam sejak 4 hari yang lalu.
• Keluhan juga disertai sering buang air kecil, bahkan sering mengompol.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,5oC, nyeri ketok CVA(+), nyeri
tekan suprapubik (-).
122.
B. Escherichia coli
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
§ ISK terbagi menjadi ISK atas (pielonefritis , prostatitis) dan ISK bawah
(uretritis, sistitis)
§ Kuman penyebab tersering : Escerichia coli (+/- 85%), sisanya Klebsiella,
proteus, enterobacter, citrobacter, staphlococcus saprophyticus,
enterococcus
Diagnosis Pemeriksaan penunjang
§ sangat bervariasi dan sering tidak § Urinalisis: proteinuria, leukosituria,
khas (leukosit > 5/LPB), hematuria
§ demam, berat badan sukar naik, atau (eritrosit > 5/LPB).
anoreksia
§ disuria, poliuria, nyeri perut/ pinggang, Diagnosis pasti dengan ditemukannya
mengompol, polakisuria, bakteriuria bermakna pada biakan urin.
§ urin yang berbau menyengat Pemeriksaan penunjang lain dilakukan
§ nyeri ketok sudut kosto-vertebral, untuk mencari faktor risiko.
nyeri suprasimfisis
§ kelainan pada genitalia eksterna
(fimosis, sinekia vulva, hipospadia,
epispadia)
Tatalaksana ISK anak
Medikamentosa : Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik
diberikan secara empirik selama 7-10 hari untuk eradikasi infeksi akut. Berikan
pengobatan rawat jalan, kecuali:
§ Jika terjadi demam tinggi dan gangguan sistemik (seperti memuntahkan semuanya
atau tidak bisa minum atau menyusu), atau
§ Terdapat tanda pielonefritis (nyeri pinggang atau bengkak), atau
§ Pada bayi muda.
§ Berikan kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB setiap 12 jam) selama 5 hari. Sebagai
alternatif dapat diberikan ampisilin, amoksisilin dan sefaleksin.
§ Jika respons klinis kurang baik atau kondisi anak memburuk, berikan
§ gentamisin (7.5 mg/kg IV sekali sehari) ditambah ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6
jam) atau sefalosporin generasi ke-3 parenteral.
§ Pertimbangkan komplikasi seperti pielonefritis atau sepsis.
Keyword
• Anak usia 10 bulan dibawa oleh ibunya ke praktek umum karena tidak
bisaduduk.
• Pada pemeriksaan tampak facies mongoloid pada wajah dan garis simian pada
telapak tangan.
123.
C. Sindrom Down
SINDROM DOWN
SINDROM MARFAN
§ Trisomi 21
§ Ciri-ciri: retardasi mental, dagu kecil, § Kelainan genetik pada jaringan kolagen
mongoloid face, hidung pipih, lipatan palmar § Ciri: jangkung, ekstremitas panjang, jari-jari
tunggal, makroglosia, jarak lebar antara ibu tipis danpanjang
jari kaki dan jari kedua § Komplikasi serius: aneurisma aorta
124.
A. Abses paru
Abses Paru
q Merupakan nekrosis jaringan paru dan pembentukan rongga yang
berisi sebukan nekrotik atau cairan yang disebabkan oleh infeksi
mikroba.
q Gejala : demam, batuk dengan produksi sputum yang meningkat, nyeri
dada, hemoptosis
q Pemeriksaan :
§ Lab : leukositosis, pemeriksaan sputum
q Terapi :
§ antibiotik : golongan penisilin , clindamisin, metronidazol. Drainase
abses atau pembedahan
Gambaran radiologi abses paru
Atypical chest radiographic appearance of
alung abscess is an irregularly shaped cavity
with an air-fluid level inside.
Keyword
• keluhan kulit menjadi kuning setelah 3 hari minum obat yang diberikan
dokter.
• Tiga bulan yang lalu pasien mengeluh batuk berdahak yang kadang disertai
darah dan demam yang tidak terlalu tinggi mendapat obat
125.
C. INH, pirazinamid, rifampicin
Hepatitis Imbas Obat
Penatalaksanaan
§ Bila klinik (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+]) OAT Stop
§ Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali,: OAT stop
§ Bila gejala klinis (-),
Laboratoriumterdapat kelainan :
§ Bilirubin > 2 OATStop
§ SGOT, SGPT> 5 kali : OATstop
§ SGOT,SGPT> 3 kali teruskan pengobatan, dengan pengawasan
Panduan OAT yang dianjurkan :
1. Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)
2. Setelah itu, monitor klinik dan laboratorium.
3. Bila klinik dan laboratorium normal kembali (bilirubin, SGOT,SGPT),maka
tambahkan H (INH) desensitisasi sampai dengan dosis penuh (300 mg).
4. Selama itu perhatikan klinik dan periksalaboratorium saat INH dosis penuh, bila
klinik dan laboratorium normal, tambahkan rifampisin, desensitisasi sampai
dengan dosis penuh (sesuai berat badan).
5. Sehingga paduan obat menjadi RHES
6. Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi
Keyword
• Demam tinggi mendadak, flu dan batuk berdahak putih. Dahak disertai bercak
darah dan sesakmakin memberat. Pasien seorang peternak ayam dan 1
minggu sebelumnya beberapa ekor ayam mati mendadak.
• PF: tampak sakit sedang, suhu 39,5oC, denyut nadi 110x/menit, frekuensi nafas
30x/menit. Pada auskultasi didapatkan suara nafas vesikular dengan suara
ronki basah di seluruh lapanganparu.
126.
C. Selpneumosit tipe II
In cases with a longer disease duration, changes consistent with the
fibrous proliferative phase (organizing diffuse alveolar damage) and
the final fibrotic stage (interstitial fibrosis) have been observed.
Hyperplasia of type II pneumocytes has been demonstrated in most
autopsy cases
A. Sel debu sel makrofag alveolus
dinding kapiler yang sangat tipis, yang berfungsi
B. Endotel kapiler
untuk pertukaran gas, cairan, makanan dan hormon .
sel-sel alveolar skuamosa yang berfungsi
C. Sel pneumosit tipe 1 membentuk membran / dinding alveoli untuk
memfasilitasi pertukaran cepat gas.
Keyword
• Tidak sadar sejak 2 jam yang lalu. Mengeluh nyeri dada dan tiba-tiba kejang
kemudian tidak sadar. Tidak ada riwayat trauma.
• Pemeriksaan TTV: TD tidak terukur nadi tidak teraba dari pemeriksaan EKG
didapatkan ventrikel takikardi.
127.
D. DC shock
Keyword
• Nyeri pada kaki sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan sejak 1,5 tahun
yang lalu. Awalnya nyeri saat berjalan namun sekarang jalan menjadi lebih
pendek dan nyeri. Merokok sejak 20 tahun yang lalu, sehari 2 bungkus rokok.
• PF: ekstremitas bawah tidak adanya pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri
tibialis anterior.
128.
D. Aterosklerosis arteri
Arterisklerosis akut
1. Merupakan penyakit vaskuler perifer, bersifat progresif
2. Biasanya pada pasien dengan CAD,diabetes dan riwayat merokok
3. Gejala : nyeri saat berjalan dan hilang saat istirahat, mati rasa ,
kesemutan, rasa terbakar atau nyeri, perubahan warna kulit kaki . Tanda
5P(+) pulselessness, parestesia, pain, palor
oklusi pada pembuluh darah arteri akibat trombosis
A. Oklusi arteri akut atauemboli. Gejala : iskemia mendadak, nyeri ,
denyut nadi menghilang , parestesi dan paralisis
Buerger disease = biasanya pasien dengan riwayat
Tromboangitis merokok, merupakan oklusi pembuluh darah kronik .
B.
obliteran Awalnya terjadi obstruksi pembuluh darah tangan
dan kaki
Keyword
• Laki-laki 72 tahun, keluhan nyeri dada 1 jam yg lalu. Pasien memiliki riwayat
hipertensi dan DM tidak terkontrol.
129.
B.Infark miokard akut
Sindrom Koroner Akut
Klasifikasi Gejala tipikal EKG Enzim jantung
UAP (unstable Nyeri dada pertama kali, STdepresi,Tinversi, Normal
angina pectoris) memberat, jumlah atau EKG tidak
serangan meningkat spesifik
NSTEMI Nyeri dada substernal, STdepresi, Tinversi, Meningkat
menjalar, keringat dingin, atau EKG tidak
muntah spesifik
STEMI Nyeri dada substernal ST elevasi, LBBB Meningkat
menjalar baru
, keringat dingin, muntah,
durasi dan severitas nyeri
lebih lama dan intens
Enzim Jantung
1. Mioglobin : meningkat pada 1 jam setelah onset, normal lagi dalam 6-12
jam
2. CPK : meningkat dalam 4-8 jam, tidak spesifik
3. CK-MB : meningkat dalam 3 jam , spesifik bertahan <1 minggu
4. Troponin T/I : meningkat dalam 1 jam, spesifik, bertahan sampao >1
minggu, false positive pada penderita gangguan ginjal berat
Keyword
• Penurunan kesadaran. Keluhan serupa (+).
• PF: asites, sklera mata berwarna kuning, tangan dan tungkai kurus, terdapat
130.
A. Hiperamonia
Ensefalopati Hepatikum
1. Terjadinya Penurunan fungsi hepatosit portosystemic shunting menyebabkan
penyebaran sistemik dari amonia
2. Terjadi peningkatan amonia darah
3. Etiologi : kelainan hati seperti hepatitis fulminan, hepatitis toksik , kelainan hati
kronis ( sirosis hepatis)
4. Gejala : gangguan fungsi luhur hinggapenurunan kesadaran (koma hepatikum)
5. Tatalaksana : pemberian laktulosa dan antibiotik
Keyword
• Perempuan 19 tahun , mengeluh sesak terutama saat beraktivitas sejak 3
bulan yang lalu.
• Pasien mengeluh nyeri sendi berpindah - pindah sejak 2 tahun yang lalu.
Diagnosisnya adalah:
131.
A. Penyakit jantung reumatik
Rheumatic Fever
1. Major Diagnostic Criteria Carditis, Polyarthritis, Chorea, Erythema
marginatum, Subcutaneous Nodules
2. Minor Diagnostic Criteria Fever, Arthralgia, Previous rheumatic fever
or rheumatic heart disease, Acute phase reactions: ESR / CRP /
Leukocytosis, Prolonged PRinterval
Rheumatic Heart Disease Vs. Rheumatic Fever
• Required Criteria
q Evidence of antecedent Strep infection: ASO/ Strep antibodies / Strep
group Athroat culture / Recent scarlet fever / anti-deoxyribonuclease B/
anti-hyaluronidase
• In some cases rheumatic fever causes long- term damage to the heart
and its valves. This is called rheumatic heart disease.
Keyword
• demam dan nyeri perut bagian atas kanan sejak 2 minggu.
Diagnosis?
132.
C. Amebiasishepar
Amebic liver abscess
• TD 110/70 mmHg, nadi 115 x/menit. Pemeriksaan lab: TSHs< 0,0005 U/L,
T46,3 mU/L.
Obat apa yang tepat untuk menurunkan rasa berdebar-debar pada pasien?
133.
A. Atenolol
1. Suspek Graves disease. Klinis : Berat badan ↓, nafsu makan ↑ , berdebar-
debar, tremor, cemas, diare, berkeringat, iritabel. Pada graves terdapat
exophtalmus.
2. Lab : TSH↓, FT4↑ , FT3↑
3. Tatalaksana : PTU, Methimazole. Pada ibu hamil trimester I harus dengan
PTU. Selain itu juga diberikan b-bloker (atenolol/propranolol).
Keyword
• Pasien 62 tahun, keluhan penurunan BBd rastis, sering kencing, selalu haus
terutama malam hari.
134.
C. 2100 kkal
• Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan
rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sbb:
§ Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x
1 kg. q BBNormal : BBideal ± 10 %
• Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm q Kurus : < BBI - 10 %
dan wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi
q Gemuk : > BBI + 10 %
menjadi:
§ Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x
1 kg
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan
kalori antara lain :
1. Jenis Kelamin 3. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
§ Kebutuhan kalori wanita sebesar § Kebutuhan kalori dapat ditambah
25 kal/kg BBdan untuk pria sesuai dengan intensitas aktivitas
sebesar 30 kal/ kg BB. fisik. Penambahan sejumlah 10%
dari kebutuhan basal diberikan pada
2. Umur
kedaaan istirahat, 20% pada pasien
§ Untuk pasien usia di atas 40 tahun
dengan aktivitas ringan, 30%
kebutuhan kalori dikurangi 5%, dengan aktivitas sedang, dan 50%
untuk dekade antara 40 dan 59 dengan aktivitas sangat berat.
tahun dikurangi 10%, untuk dekade 4. Berat Badan
antara 60 dan 69 tahun dan § Bila kegemukan dikurangi sekitar
dikurangi 20%. 20-30% tergantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah
sekitar 20-30% sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan BB.
Berat badan ideal (BBI) = 90% x (170 - 100) x 1 kg
BBI = 63 Kg
BB aktual: 51 Kg
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori pada pasien ini :
q Jenis Kelamin
§ Laki-laki 30 kkal/kg BB
q Umur
§ Untuk pasien usia 60-69 tahun kebutuhan kalori dikurangi 20 %
q Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
§ Ditambah 20% pada pasien dengan aktivitas ringan
q Berat Badan
§ Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhanuntuk
meningkatkan BB.
IMT = 17,64 (BB Kurang < 18,5)
q Kebutuhan kalori: 63 Kgx 30 kkal/Kg = 1890 kkal
§ Umur: -20%
§ Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: +20 %
§ Berat Badan: +20 %
Total: 20 %. 20 %x 1890 = 378 kkal
Total kebutuhan kalori:
1890 kkal + 378 kkal = 2268 kkal
Keyword
• mual dan muntah sejak 1 hari. Perut nyeri dan lemas (+). banyak kencing dan
sering merasa haus.
• PF: pasien tampak kurus. GCS: E2M3V4, TD90/60 mmHg, nadi 120 x/menit,
RR32×/menit dan dalam. Mulut dan kulit kering.
Diagnosis ?
135.
D. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD):
q kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL),
q tanda dan gejala asidosis dan plasma keton(+) kuat
q Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ mL) dan terjadi
peningkatan anion gap
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
1. Peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600- 1200 mg/dL),
2. Tanda dan gejala asidosis (-)
3. Osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL)
4. Plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
Prinsip Tatalaksana KAD
1. Prinsip tatalaksana: cairan dulu selama 2-3 jam karena
2. kematian KADdisebabkan oleh dehidrasinya, bukan karena keton atau GDSyang
tinggi, tetapi karena dehidrasi menyebabkan shock.
3. Setelah cairan, baru masukkan insulin dan Kalium (harus diberikan kalium karena
insulin menyebabkan influx kalium ke dalam sel, sehingga menyebabkan
hipokalemia) berapa jumlah yang dimasukkin lihat jumlah elektrolit awal
K+nyabrapa.
4. Insulin yang dipakai yaitu kerja cepat half life pendek, agar bila terjadi
hipoglikemia dapat kita hentikan insulinnya dengan segera.
Keyword
• Laki-laki 53 tahun, ke IGD dengan keadaan tidak sadar. Berkeringat dingin
Penyebabnya ?
136.
B. Hipoglikemi
Hipoglikemia
• Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya Gejala hipoglikemia:
kadar glukosa darah < 60 mg/dL • gejala adrenergik (berdebar-
debar,banyak keringat, gemetar,
• Bila terdapat penurunan kesadaran pada
dan rasa lapar)
penyandang diabetes harus selalu dipikirkan
• gejala neuro-glikopenik (pusing,
kemungkinan terjadinya hipoglikemia.
gelisah, kesadaran menurun
• Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh sampai koma).
penggunaan sulfonilurea dan insulin.
Keyword
• Nyeri ulu hati sejak 7 bulan yang lalu disertai mual dan muntah.
137.
A. Duodenum
Nyeri Epigastrium
138.
C. Sfingter yang lemah
GERD
q Refluks asam lambung karena sfingter esofagus bawah tidak menutup
secara adekuat
q Gejala : rasa terbakar di dada, hipersalivasi , mulut terasa asam, nyeri
dada dekat episgastrium
q Pemeriksaan dengan endoskopi
q Pengobatan dengan PPI atau antagonis reseptor H2 7-14 hari (jika
dengan PPImembaik maka teruskan hingga 4 minggu)
q The LES (lower oesophageal sphincter) is an anatomically complex
zone located at the gastro-oesophageal junction
q Both the LES and the diaphragm contribute to gastro- oesophageal
sphincter competence.
q Physiologically, relaxations of the LES, prior to contractions of the
oesophagus, allows food to pass through into the stomach.
Keyword
• Nyeri ulu hati berulang.
• Dada seperti terasa terbakar, mual (+), muntah (-). Sering langsung tidur
sehabis makan.
139.
E. Proton Pump Inhibitor
GERD
q Refluks asam lambung karena sfingter esofagus bawah tidak menutup
secara adekuat
q Gejala : rasa terbakar di dada, hipersalivasi , mulut terasa asam, nyeri
dada dekat episgastrium
q Pemeriksaan dengan endoskopi
q Pengobatan dengan PPI atau antagonis reseptor H2 7-14 hari (jika
dengan PPImembaik maka teruskan hingga 4 minggu)
Keyword
• nyeri dan bengkak di sendi-sendi tangan sejak 2 minggu lalu. Nyeri
berlangsung 20 menit, hilang saat digerakkan.
• PF: bengkak pada ujung sendi jari dan bagian tengah jari telunjuk dan ibu jari.
Pembesaran pada sendi yang bersangkutan dan pangkal sendi jari I, II, dan III.
140.
C. Artritis akut
Artritis
§ Osteoartritis : degeneratif sendi dengan klinis nyerisaat digerakan
(berjalan) ,onset perlahan , tanpa tanda inflamasi yang jelas. Osteofit (+)
§ Rheumatoid Artritis : proses autoimun yangmengenai sendi. Nyeri saat
bangun pagi >60 menit , nyeri membaik saat aktivitas. Proses inflamasi
yang jelas. Nyeri membaik dengan aktivitas. Sendi yang terkena sendi
kecil . Faktor reumatoid (+)
§ Artritis Gout : Nyeri yang hilang timbul dan sering mendadak bengkak
disertai tanda inflamasi akutdisertai dengan penumpukan tofus.
Peningkatan asam urat (+)
A. Artritis psoriasis artritis yang terjadi pada penderita psoriasi
• Bone densitometry
141.
B. Bone densitometry
Bone Density Test
§ the only test that can diagnose osteoporosis before a broken
bone occurs. This test helps to estimate the density of your
bones and your chance of breaking a bone.NOF recommends
a bone density test of the hip and spine by a central
DXAmachine to diagnose osteoporosis.
Keyword
• Wanita 55 tahun, keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu. Mual dan muntah (+).
142.
A. Hipertensi grade I
Klasifikasi Hipertensi JNC VII
1. Normal: Systolic lower than 120 mm Hg,
2. diastolic lower than 80 mm Hg
3. Prehypertension: Systolic 120-139 mm Hg,
4. diastolic 80-89 mm Hg
5. Stage 1: Systolic 140-159 mm Hg, diastolic 90- 99 mm Hg
6. Stage 2: Systolic 160 mm Hg or greater, diastolic 100 mm Hg or great
Keyword
• Wanita 22 tahun, nyeri saat BAKsejak 2 hari lalu disertai rasa panas pada alat
bakteriuria (+).
143.
B. E. Coli
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
§ ISK terbagi menjadi ISK atas (pielonefritis , prostatitis) dan ISK bawah
(uretritis, sistitis)
§ Kuman penyebab tersering : Escerichia coli (+/- 85%), sisanya Klebsiella,
proteus, enterobacter, citrobacter, staphlococcus saprophyticus,
enterococcus
Diagnosis Pemeriksaan penunjang
§ sangat bervariasi dan sering tidak § Urinalisis: proteinuria, leukosituria,
khas (leukosit > 5/LPB), hematuria
§ demam, berat badan sukar naik, atau (eritrosit > 5/LPB).
anoreksia
§ disuria, poliuria, nyeri perut/ pinggang, Diagnosis pasti dengan ditemukannya
mengompol, polakisuria, bakteriuria bermakna pada biakan urin.
§ urin yang berbau menyengat Pemeriksaan penunjang lain dilakukan
§ nyeri ketok sudut kosto-vertebral, untuk mencari faktor risiko.
nyeri suprasimfisis
§ kelainan pada genitalia eksterna
(fimosis, sinekia vulva, hipospadia,
epispadia)
Tatalaksana ISK anak
Medikamentosa : Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik
diberikan secara empirik selama 7-10 hari untuk eradikasi infeksi akut. Berikan
pengobatan rawat jalan, kecuali:
§ Jika terjadi demam tinggi dan gangguan sistemik (seperti memuntahkan semuanya
atau tidak bisa minum atau menyusu), atau
§ Terdapat tanda pielonefritis (nyeri pinggang atau bengkak), atau
§ Pada bayi muda.
§ Berikan kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB setiap 12 jam) selama 5 hari. Sebagai
alternatif dapat diberikan ampisilin, amoksisilin dan sefaleksin.
§ Jika respons klinis kurang baik atau kondisi anak memburuk, berikan
§ gentamisin (7.5 mg/kg IV sekali sehari) ditambah ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6
jam) atau sefalosporin generasi ke-3 parenteral.
§ Pertimbangkan komplikasi seperti pielonefritis atau sepsis.
Keyword
• Demam sejak 5 hari yang lalu terutama sore dan malam hari. Keluhan
disertai sakit kepala, pusing, mual, muntah.
144.
E. Serologidengue
pemeriksaan untuk demam tifoid, diperiksa pada
A. Serologi widal
hari ke 7-10 demam
pemeriksaan darah yang berfungsi untuk
B. ASTO
mengukur kadar antibodi terhadap streptolisisn O
Sediaan apus darah
C. untuk pemeriksaan parasit (malaria)
tebal dan tipis
Keyword
• Laki-laki, 40 tahun – nyeri dada sejak 1 hari disertai sesak napas dan demam
145.
B. Rongten Thoraks
Pneumonia
Definisi : suatu peradangan pada parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis, yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit)
§ Etiologi :
q Pneumonia komuniti à gram positif : tersering
Streptoccocus pneumonia
q Pneumonia nosokomial gram negatif : klebsiella pneumonia haemophilus
influenza, pseudomonas auruginosa
q Pneumonia atipikal chlamydia, legionella, mycoplasma
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pasti:
Foto toraks à infiltrat baru atau infiltrat progresif + dengan 2 atau lebih
gejala di bawah:
§ Batuk-batuk bertambah
§ Perubahan karakteristik dahak/ purulen
§ Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/ riwayat demam
§ Ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronkial dan ronki
§ Leukosit ≥ 10.000 atau <4500
PNEUMONIATIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Indikasi rawat intensif : paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor (membutuhkan ventalasi mekanik
dan membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor (Pa02/FiO2
kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanansistolik
< 90 mmHg).
Faktor Modifikasi
Keyword
• Perempuan 28 tahun, mudah lelah dan lemas disertai sakit perut sejak 2 jam
Diagnosisnya adalah...
146.
A. Anemia penyakit kronis
1. Haematological abnormalities are common in systemic lupus
erythematosus.
2. Anaemia is found in about 50% of patients, with anaemia of
chronic disease being the most common form.
3. Impaired erythropoietin response and presence of antibodies
against erythropoietin may contribute to the pathogenesis of this
type of anaemia.
Keyword
• Wanita 30 tahun, pusing dan sakit kepala sejak 1 minggu. Post partum 1
147.
D. Vitamin B12 dan asam folat
Dietary deficiency: Eating little or no meat may cause a lack of
• Pasien dan dokter tidak mengetahui kandungan dari ketiga obat tersebut.
148.
B. Double blind trial
Randomized controlled
KasusSuspekH5N1
Keyword § Seseorang yang menderita demam dengan suhu
>38oC, disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :
• PROBABLECASE q batuk
• PASIEN BERGEJALA COCOK RADANG q sakit tenggorokan
q pilek
PARU BERAT
q sesaknapas
• BELUM ADA PEMERIKSAAN § Disertai riwayat pajanan
LABORATORIUM, TAPI DARI RIWAYAT
PAJANAN DAN PASIEN MENINGGAL Kasus ProbabelH5N1
§ Kriteria kasussuspek ditambah dengan satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
q ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5
q hasil laboratorium terbatasuntuk Influenza H5
150.
C. Kontak Mata
KONTAK MATA
• Komunikasi dokter pasien refleksi perasaan saat breaking bad news
• Kontak mata (komunikasi non verbal)
• Ciptakan kontak mata, kontak mata mengomunikasikan minat dan
perhatian pada orang tersebut