Anda di halaman 1dari 2

PERTANYAAN REFERAT STRESS DAN INFERTILITAS

1. Jadi apakah menurut kalian yang paling mungkin stress yang menyebabkan infertilitas
atau infertilitas yang menyebabkan stress?
Jawab:
Hubungan stress dan infertilitas ini seperti lingkaran setan. Keduanya dapat
saling mempengaruhi.
Seperti contohnya saat stress yang menyebabkan infertilitas terjadi Ketika
tubuh mengalami stres, hipotalamus di dalam otak akan mengirim sinyal ke
kelenjar hipofisis, memberi tahu bahwa Anda sedang berada dalam kondisi stres
atau tertekan.
Selanjutnya, sinyal tersebut akan dibawa ke kelenjar adrenalin, memintanya untuk
mengeluarkan hormon stres kortisol. Dalam kondisi normal, kortisol tidak
menimbulkan masalah, karena ikut membantu regulasi gula darah, sehingga Anda
punya energi untuk beraktivitas. Namun, kadar kortisol tinggilah yang jadi
masalah.
Hipotalamus dan hipofisis tak cuma bertanggung jawab meregulasi hormon stres,
tetapi juga hormon reproduksi. Hipotalamus melepaskan hormon gonadotropin
(GnRH), yang merangsang pelepasan hormon stimulasi follicle (FSH) dan
hormon luteinizing(LH). Hormon FSH dan LH bertugas merangsang pelepasan
sel telur dan membentuk sperma. Jika HPA axis sibuk mengurus stres, maka tak
ada waktu untuk melepaskan hormon reproduksi yang cukup, sehingga inilah
yang membuat wanita sulit hamil dan kualitas sperma yang tak baik pada pria.1
Sedangkan saat infertilitas menyebabkan stress itu terjadi karena Memiliki
anak dianggap sebagai bukti kedewasaan / kesuburan dan anak adalah pewaris
yang berharga untuk melanjutkan nama keluarga. Karenanya infertilitas adalah
stigma sosial, yang berdampak buruk pada kesehatan wanita. Dalam berbagai
budaya tradisional dan khususnya di India, ada tekanan yang relatif lebih tinggi
pada wanita untuk memiliki anak dan dia sering dikucilkan dan disalahkan karena
tidak membuat keturunan. Infertilitas juga dapat menyebabkan banyak tekanan
finansial. Menjadi tidak subur dan ingin menyembuhkannya bisa sangat mahal!
Dan ini juga dapat menjadi faktor yang menimbulkan stress pada
individu/pasangan yang mengalami masalah infertile.1
2. Apakah jika penyebab infertilitas seseorang diketahui karena faktor stres, adakah
pengobaatan yang dapat menangani infertilitasnya?
Jawab:
Depresi berat telah dikaitkan dengan disregulasi mediator imun seperti
peningkatan sitokin proinflamasi IL-1β, IL-6 dan penurunan sitokin anti-inflamasi
seperti TGFβ. TGFβ menurun pada pasien dengan MDD dan meningkat setelah
pengobatan dengan sertraline. Peningkatan kadar sitokin dilaporkan pada pasien
depresi yang dinormalisasi setelah pengobatan dengan SSRI.(direferat)
3. Apakah pada penanganan infertilitas dapat menyebabkan seseorang individu stress?
Mengapa?
Jawab:
Pada wanita telah melaporkan variabilitas dalam tekanan emosional ketika
menjalani perawatan infertilitas. Bahkan obat yang digunakan untuk merangsang
produksi indung telur dan mempersiapkan rahim untuk implantasi dapat
mempengaruhi suasana hati dan berkontribusi terhadap kesusahan proses IVF. 3
4. Apakah pada pasangan yang mengalami stress atau gangguan panic yang berencana
mencoba melakukan proses bayi tabung berisiko megalami kegagalan?
Jawab:
Stress mempengaruhi proses pematangn sel telur (ovum) sehingga Semakin
berat stres infertilitas yang dialami perempuan infertil yang menjalani fertilisasi in
vitro akan meng- hambat maturasi oosit yaitu menghasilkan banyak oosit tidak
matur sehingga menghasilkan angka fertilisasi yang lebih rendah dibandingkan
dengan yang meng- alami stres ringan dan sedang.4

Anda mungkin juga menyukai