NIM : 180610008
Modul 3
RESPON DALAM BENCANA
SKENARIO 3: DOKTER DARI GARIS DEPAN
Sarbini adalah seorang dokter yang mendedikasikan dirinya untuk kemanusiaan. Setelah
lulus dari pendidikan dokter, dia mendaftarkan diri menjadi relawan pada organisasi
kemanusiaan nasional dan internasional. Dia terlibat dalam banyak kondisi tanggap darurat
bencana. Pada tahun 2004, dia bersama koleganya diturunkan pada bencana gempa dan tsunami
di Aceh. Dia juga aktif dalam menangani bencana lain seperti erupsi gunung Sinabung dan
erupsi gunung Merapi. Sebelumnya Sarbini banyak belajar mengenai disaster preparedness dan
promosi kesehatan pada bencana sehingga dia tidak canggung lagi saat menghadapi bencana
yang selalu datang dengan tiba-tiba. Dia juga memiliki keahlian dalam Rapid health assessment
(RHA).
Baru-baru ini Sarbini diturunkan dalam tim kemanusiaan di bencana banjir bandang di
Aceh. Bagaimana perannya sebagai seorang dokter dalam mempersiapkan promosi kesehatan,
menyikapi kondisi tanggap darurat, menyiapkan RHA dan memberikan terapi bagi kesehatan
jiwa korban dan psikososial saat bencana dan setelah bencana? Bagaimanakah peran lembaga
kemanusiaan tempat Sarbini bernaung dalam menangani bencana? Lalu bagaimana dengan
penerapan interprofessional education?
JUMP 1 : TERMINOLOGI
1. Rapid Health Assessment (RHA)
penilaian cepat penilaian kesehatan merupakan suatu rangkaian siklus manajemen
kesehatan pd situasi bencana
2. Disaster Preparedness
serangkaian tindakan kesiapsiagaan sebelum bencana untuk meminimalkan kerugian
materi dan jiwa yang timbul.
3. Interprofessional education
suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda
untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelaksanaanya dapat
dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap
pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang professional
4. Psikososial
Istilah gambaran hubungan antara kondisi sosial dengan kondisi mentalnya
5. Bagaimana RHA dilakukan dalam kondisi bencana dan bgmn peran dokter disaat
bencana?
mempermudah tim penaggulangan dlm mengumpulkan informasi saat kondisi bencana.
Dilakukan segera atau saat ada sinyal early warning.
Cara melakukan : Bencana trjdi RHA mengidentifikasi kondisi dan kebutuhan
memberikan rekomendasi
peran dokter : melakukan penanganan kasus kegawatdarurat trauma dan non trauma,
melakukan pemeriksaan.umum, mendiagnosis keadaan korban bencana dan ikut
menentukan statys korban dalam triase, menetapkan diagnosisterhadap pasien kegawat
dan mencegah terjadinya kecacatan pasien, memberikan pelayanan pengobatan darurat,
melakukan tindakan medis yg dpt dilakukam di posko tanggap darurat dan melakukan
pelayanan kesehatan rehabilitatif.
6. Apa saja kegiatan yang dpt dilakukan saat tanggap darurat bencana?
melakukan pengkajian scara cepat dan tepat, menghitung kerugian sumber daya,
menetapkan status tanggap darurat, melakukan proses evakuasi, melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar korban, mendirikan MCK darurat dan sanitasi, memberikan perhatian
khusus pd klompok yang rentan, melakukan pemulihan pada sarana prasarana aktivitas.
Klpk rentan : bayi, lansia, anak2, org cacat, pasien rumah sakit, ibu hamil. Upaya
perlindungan dilakukan oleh lembaga terkait yang dikoordinasikan dgn BNPB/BPBD.
7. Bagaimana terapi psikososial yg dilakukan oleh dr. sarbini saat bencana sprti di scenario?
akan muncul PTSD gangguan mental akibat trauma dari suatu kejadian. Gejalanya
akan cemas dan gangguan tidur. Muncul stlh 1 bulan dan akan dilakukan terapi pskis atau
trauma healing yg didukung dgn oobat obatan.
cara yg bisa dilakukan :
meminimalkan media ttg kondisi bencana tsb, memberikan dukungan, memberikan
donasi, mngajak korban utk bermain, melakukan kgiatan brsama, menjadi pendengar para
korban, dbrikan trapi psikososial, pemberian terapi konsultatif
JUMP 4 : SKEMA
JUMP 5 : LO
1. Disaster Preparedness dalam sistem kesehatan
2. Promosi Kesehatan Bencana
3. Acute Medical Response
4. Rapid Health Assessment (RHA)
5. Statistik Bencana di Aceh dan Nasional
6. Aceh dan Indonesia sebagai Ring of Fire
7. Aspek kesehatan jiwa dan psikososial
8. Lembaga kesehatan Nasional dan Internasional dlm reaksi cepat hadapi bencana
9. Interprofessional Education
1. Disaster Preparedness dalam sistem kesehatan
Disaster Preparedness merupakan suatu rencana tertulis tentang persiapan menghadapi
kemungkinan timbulnya bencana. Persiapan ini bertujuan untuk meminimalkan kerugian materi
atau jiwa yang mungkin timbul.
Kesiapsiagaan bencana banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak
digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus
menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase karena jumlah air
yang melebihi daya tampung media penopang air dari curah hujan tadi.
Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena
ulah manusia. Contoh, berkurangnya kawasan resapan air karena alih fungsi lahan,
penggundulan hutan yang meningkatkan erosi dan mendangkalkan sungai, serta perilaku tidak
bertanggung jawab seperti membuang sampah di sungai dan mendirikan hunian di bantaran
sungai.
Prabencana
Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya banjir, seperti
Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona rawan banjir.
Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah kita dari banjir.
Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa dampaknya untuk
rumah kita.
Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi dan daerah
yang lebih tinggi.
Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan merencanakan
tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-pencar.
Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga yang terkena
banjir.
Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga apabila banjir
terjadi.
Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga hari, misalnya
persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan dan air minum.
Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas.
Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka Anda bisa membuat catatan harta kita,
mendokumentasikannya dalam foto, dan simpan dokumen tersebut di tempat yang aman.
Hindari membangun di tempat rawan banjir kecuali ada upaya penguatan dan peninggian
bangunan rumah.
Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat memicu bahaya saat bersentuhan dengan
air banjir.
Turut serta mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur umum.
Menggunakan air bersih dengan efisien.
Saat bencana
Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari berbagai
media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain yang
tergenang air.
Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir bandang dapat
terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada saat hujan biasa atau deras.
Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila masih
tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang aman dari banjir.
Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut alat-alat
yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan
listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air.
Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak.
Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda berpijak.
Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik, abaikan mobil
dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan, Anda dan
mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.
Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya kehabisan air
bersih.
Pascabencana
Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman
kesetrum.
Waspada dengan instalasi listrik.
Hindari air yang bergerak.
Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja keropos dan ambles.
Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang berwenang
membutuhkan sukarelawan.
Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.
Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti
pada fondasi.
Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih jika Anda terkena air banjir.
Buang makanan yang terkontaminasi air banjir.
Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana mendapatkan
bantuan perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.
Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa kotoran setelah banjir.
Lakukan pemberantasan sarang nyamuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
2. Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan kegiatan,
dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada.
Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman keluarga dan
masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian , yaitu:
1) ASI terus diberikan pada bayi
2) Biasakan cuci tangan pakai sabun
3) Menggunakan air bersih
4) Buang air besar dan kecil di jamban
5) Buang sampah pada tempatnya
6) Makan makanan bergizi
7) Tidak merokok
8) Memanfaatkan layanan kesehatan
9) Mengelola stres
10) Melindungi anak
11) Bermain sambil belajar
Perawatan di lapangan
1. Triase
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi
segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan
dengan pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah,
hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban, seperti berikut.
Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang
mengalami:
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernapasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal massif
Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan
dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini:
Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen)
Fraktur multipel
Fraktur femur / pelvis
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran / trauma kepala
Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami:
Fraktur minor
Luka minor, luka bakar minor
Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat
dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga
akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
Rapid Health Assesment (RHA) melihat dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan oleh
bencana, seperti berapa jumlah korban, barang-barang apa saja yang dibutuhkan, peralatan apa
yang harus disediakan,berapa banyak pengungsi lansia, anak-anak, seberapa parah tingkat
kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.
RHA dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Initial Rapid Health Assessment (Penilaian Masalah Kesehatan Awal)
Dalam hal ini dilakukan oleh petugas kesehatan tingkat kecamatan di bawah tanggung jawab
Kepala Puskesmas setempat. Ini dilakukan untuk menetukan jenis bantuan awal yang dibutuhkan
segera.
2. Integrated Rapid Health Assessment (Penilaian Masalah KesehatanTerpadu)
Menindaklanjuti assessment awal dan mendata kebutuhan para korban di pengungsian.
Dengan adanya assessment terpadu ini kita dapat melakukan penanggulangan gizi, memberikan
imunisasi, melakukan surveilans epidemiologi terhadap penyakit potensial sehingga kejadian
penyakit di lokasi bencana dapat dikontrol.
2. Aspek Epidemiolog
Untuk menilai potensi munculnya KLB penyakit menular pada periode pasca kejadian/ bencana.
Dalam aspek epidemiologi, dengan contoh sebagai berikut:
a. Menilai kemungkinan munculnya diare,
b. Kemungkinan munculnya luka infeksi,
c. Kemungkinan munculnya penyakit menular,
Analisis RHA
1. Luasnya lokasi kejadian
a. Hubungan transportasi dengan lokasi: perjalanan terganggu (karena jalan yang rusak
akibat bencana)
b. Dampak terhadap kelancaran evakuasi: tidak bisa secara cepat segera sampai tempat
pengungsian, jarak pengungsian: di zona aman (yang ditetapkan oleh pemerintah),
sekitar 5 menit dari lokasi kejadian
c. Pelayanan kesehatan: kurangnya tenaga kesehatan
d. Lokasi pemberi bantuan: di zona aman yang ditetapkan pemerintah sekitar 5 menit
dari lokasi kejadian
2. Dampak Kesehatan Terhadap Penduduk
a. Penduduk mengalami patah tulang dan luka luka
b. Penduduk mengalami kematian
c. Penduduk banyak Gangguan Psikis
3. Potensi Sarana Pelayanan
a. Kurangnya tenaga kesehatan dan mendirikan posko kesehatan
4. Potensi Sumber Air Bersih dan Sanitasi
a. Kurangnya ketersediaan air bersih
5. Ketersediaan logistic
b. Kurangnya persediaan obat-obatan yang diperlukan
Aceh
Jumlah Kejadian 91
Fasilitas Pendidikan 2
Fasilitas Peribadatan 4
Fasilitas Kesehatan -
Banjir 53
Puting Beliung 27
Tanah Longsor 2
Gempa Bumi 2
Kekeringan 0
Gelombang Pasang 1
Gunung Api 0
9. Interprofessional Education
Dalam penelitian yang dikemukakan oleh Hakqul Fattah (2017) Woril Health
Organization (WHO) (2010) menyatakan bahwa Interprofessional Education adalah salah satu
konsep pendidikan teritegrasi untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi. IPE dilaksanakan
oleh dua mahasiswa atau lebih dari profesi kesehatan yang berbeda dan saling berkontribusi
dalam mempelajari tentang bagaimana memberikan pelayanan dengan sistem kolaborasi yang
efektif dan menghasilkan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk pasien. Selain itu IPE
merupakan langkah awal yang paling dibutuhkan untuk mempersiapkan calon-calon tenaga
medis yang siap berkolaborassi sehingga dapat mewujudkan tenaga medis yang siap memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan kesehatan pasien (WHO, 2010).
Prinsip Pelaksanaan Interprofessional Education
Prinsip pelaksanaan Interprofessional Education menurut Barr et al., (2017) terdapat tiga prinsip
pelaksanaan IPE, yaitu :
1). Value/Nilai
Berfokus pada kebutuhan individu (pasien), keluarga dan komunitas agar dapat
meningkatkan kualitas dan hasil pelayanan kesehatan
Memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anggota dari setiap profesi untuk
memberikan pendapat.
Mengahargai individualitas dan perbedaan antara nggota tim.
Menghargai identitas dan keahlian setiap profesi.
Mengedepankan penyamaran antar profesi dalam lingkungan pembelajaran.
Menanamkan nilai uninprofesional dan multiprofesional.
2). Process/Proses
Terdiri dari rangkaian sistem pembelajaran untuk pendidikan, kesehatan manajerial,
medis, perawatan social dan profesi lainnya.
Mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi pada perencanaan, perkembangan dan
evaluasi hasil pembelajaran
Meninjau kembali kebijakan dan praktek secara kritis dari perbedaan perspektif.
Tiap anggota dari profesi yang berbeda dapat saling belajar dan berbagi pengalaman
serta keahlian masing-masing.
Manajemen konflik yang baik, sehingga dapat menyamakan pendapat dan menyepakati
hasil dari diskusi.
Pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran di universitas dan di tempat di
tempat kerja.
Perpaduan antara teori dan praktek.
Menggunakan pengajaran dasar evidence-based, termasuk runtutan atau rangkaian dan
penempatan pelasanaan IPE.
Menerapkan kriteria dan proses pengkajian jyang konsisten bagi seluruh profesi dengan
t juan agar menjadi profesi yang berkualifikasi.
Melibatkan service users dan perawat dalam proses belajar mengajar
3). Outcome/Hasil
Menghasilkan tenaga professional.
Meningkatkan praktik dalam setiap profesi.
Saling bekerjasama dan komunikasi dengan tujuan memperbaiki pelayanan kesehatan.
Memperbaiki individu (pasien), keluarga dan komunitas.
Tiap anggota dapat mendeskripsikan pengalamannya.
Perkembangan yang terjadi pada anggota IPE dapat dijadikan dan penelitian yang
sistemati