HIPERTENSI URGENSI
Oleh :
Preseptor :
dr. Mawaddah Fitria, Sp. PD
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Kasus ini sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh
Utara.
Ilmu Penyakit Dalam atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HIPERTENSI URGENSI........................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.2 Anamnesis.................................................................................................2
2.5.2 Elektrokardiogram.............................................................................9
2.5.3 Rontgen............................................................................................10
2.6 Resume....................................................................................................10
2.8 Penatalaksanaan.......................................................................................11
ii
2.9 Follow up Pasien.....................................................................................12
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................17
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Krisis hipertensi merupakan salah satu kegawatan di bidang neurovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Krisis hipertensi ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik
yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Krisis
Hipertensi terbagi dua, yaitu Hipertensi Emergensi dan Hipertensi Urgensi (1).
Hipertensi emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang berat (>180/120 mm Hg) disertai bukti kerusakan baru atau perburukan
kerusakan organ target (target organ damage=TOD). Pada kondisi klinis ini
terjadi kerusakan organ diperantarai hipertensi (hypertensive mediated organ
damage=HMOD) yang mengancam nyawa sehingga memerlukan intervensi
penurunan TD segera dalam kurun waktu menit/jam dengan obat-obatan intravena
(IV) (1).
Hipertensi urgensi merupakan situasi terkait peningkatan TD yang berat
pada kondisi klinis stabil tanpa adanya perubahan akut atau ancaman kerusakan
organ target atau disfungsi organ. Pada kondisi ini tidak terdapat bukti klinis
kerusakan organ akut diperantarai hipertensi, sehingga HT urgensi mempunyai
istilah HT berat yang tidak terkontrol “uncontrolled severe hypertension”,
sedangkan ACC/AHA guidelines-2017 juga menyebutnya peningkatan TD
dengan nyata (markedly elevated blood pressure). Penurunan TD pada keadaan ini
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
Terdapat perbedaan batas (cut-off) TD yang dipakai batasan krisis HT
antara ACC/AHA guidelines-2017 (TD >180/120 mm Hg) dan ESC/ESH
guidelines-2018 (TD sistolik ≥180 mm Hg dan/atau TD diastolik ≥110 mm Hg).
Sedangkan pada beberapa registry menggunakan batasan TD sistolik ≥220 mm
Hg atau TD diastolik ≥120 mm Hg. Dibalik perbedaan cut-off TD, perlu diingat
bahwa tingkat TD absolut bukan merupakan kondisi yang lebih penting
dibandingkan kecepatan peningkatan TD (1).
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Keluhan utama pasien adalah kepala pusing.
2
2.2.2 Keluhan Tambahan
Keluhan tambahan yang dialami pasien adalah pasien sempat tidak
sadarkan diri setelah giginya di cabut, lemas, jantung berdebar dan mual.
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien berusia 56 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Cut Meutia
dibawa oleh keluarga dengan keluhan pusing dan lemas, tidak sanggup
bergerak/beraktivitas sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sempat
mengalami penurunan kesadaran setelah melakukan pencabutan gigi dan
mengalami perdarahan pada gusi. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan
berdebar sesekali. Keluhan pandangan kabur, telinga berdenging, penurunan
pendengaran, nyeri dada, sesak napas, nyeri perut, bicara menjadi cedal, mulut
mencong, dan kejang disangkal. Keluhan demam, nyeri pinggang, BAK sering,
tidak dapat menahan BAK, dan nyeri ketika BAK disangkal. Riwayat trauma
kepala disangkal.
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+), Riwayat DM (-)
2.2.5 Riwayat Pemakaian Obat
Pasien mengkonsumsi obat Amlodipin dan Paramex untuk meredakan
keluhan nyeri kepala sehari-hari.
2.2.6 Riwayat Kebiasaan
Riwayat Merokok (+), Riwayat Alcohol (-).
2.2.7 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
2.2.8 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dari kalangan ekonomi menengah, sehari-hari bekerja sebagai
karyawan kantor.
3
2.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 78 kg
Warna : Coklat
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Oedema : (-)
4
Anemia : (-)
2 Kepala
3 Leher
4 Thorax
5
Paru
Jantung
(-)
5 Abdomen
6
Lien : Tidak teraba
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
Massa - - - -
7
2.5 Pemeriksaan Penunjang
2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium
Nomor Lab : 20221110537
Tanggal : 03/11/2022
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hematokrit 43,95 % 42 ~ 52
Indeks Eritrosit
MCV 87,36 fL 79 ~ 99
MCH 28,30 Pg 27 ~ 32
Golongan Darah B
8
Monosit 4.97 % 4.40-12.7
Gula Darah
2.5.2 Elektrokardiogram
EKG 4/11/2022
1. Irama sinus
2. Rate: 75x/menit
3. Axis: normoaxis
4. PR interval: normal (0,164 s)
5. Kompleks QRS: normal (0,098 s)
6. Segmen ST: tidak elevasi ataupun depresi
7. Hipertrofi: atrium (-), ventrikel (-)
8. Aritmia (-)
Interpretasi: Normal Sinus Rhythm
9
2.5.3 Rontgen
Interpretasi:
1. Corakan bronkhovaskuler normal
2. Sinus costo frenikus tumpul
3. Diafragma licin
4. Cor: CTR > 50% (5+6/14 x100 = 78,5%)
5. Sistema tulang tak tampak kelainan
Kesan: ukuran Pulmo normal, kardiomegali
2.6 Resume
Pasien berusia 56 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Cut Meutia
dibawa oleh keluarga dengan keluhan pusing dan lemas, tidak sanggup
bergerak/beraktivitas sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sempat
mengalami penurunan kesadaran setelah melakukan pencabutan gigi dan
mengalami perdarahan pada gusi. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan
berdebar sesekali. Keluhan pandangan kabur, telinga berdenging, penurunan
pendengaran, nyeri dada, sesak napas, nyeri perut, bicara menjadi cedal, mulut
10
mencong, dan kejang disangkal. Keluhan demam, nyeri pinggang, BAK sering,
tidak dapat menahan BAK, dan nyeri ketika BAK disangkal. Riwayat trauma
kepala disangkal. Pasien mengetahui memiliki tekanan darah tinggi sejak 6 tahun
yang lalu dengan rerata tekanan darah 170/90 mmHg namun jarang kontrol ke
puskesmas atau praktik dokter swasta. Sehari-hari pasien sering mengeluh nyeri
kepala dan biasa minum paramex untuk meredakan keluhan.
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa. Pasien
memiliki riwayat mengkonsumsi obat amlodipine untuk pengobatan hipertensi
dan paramex untuk meredakan pusing yang dialaminya sehari-hari. Pasien
memiliki riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. Pasien
memiliki riwayat kebiasaan merokok, tidak mengkonsumsi alkohol.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak lemah,
kesadaran composmentis, tekanan darah 190/120 mmHg, frekuensi nadi
95x/menit, frekuensi nafas 22x/menit, suhu tubuh 37 C. Paru dan jantung dalam
batas normal. perkusi abdomen timpani dan tidak ditemukan adanya perbesaran
baik pada hepar, lien ataupun ballotemen ginjal.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu peningkatan kadar
Leukosit (12,81 ribu/uL), Trombosit (583 ribu/uL), dan penurunan clothing time
(8’). Kadar gula darah dalam batas normal. pemeriksaan EKG didapatkan normal.
Pemeriksaan foto toraks didapatkan gambaran kardiomegali.
2.7 Diagnosa Kerja
Diagnosa Kerja : Hipertensi Urgensi
2.8 Penatalaksanaan
1. Diet
Kebutuhan kalori total 30-35 kkal/Kg BBI/H
Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836 kalori
Kebutuhan Protein 1,2-1,5 gr/KgBB/H
1,2 x 78 = 93,6 g/H
Kebutuhan karbohidrat 60% dari kebutuhan kalori total
60% x 1.836 kal = 1.101 kal
Kebutuhan lemak: 30% dari kebutuhan kalori total
11
30% x 1836 kal = 550 kal
Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
Makanan berserat = 25 g/H
2. O2 2-3L/I (KP)
3. IVFD RL 500 ml 20 gtt/i
4. Inj. Norages 2 ml 1 ampul/ 12 jam
5. Inj. Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/ 12 jam
6. Inj. Kalnex 500 mg 1 ampul/ 12 jam
7. Candesartan 8 mg 1x1
Kamis, S/ Lemas (+), pusing (+), - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836
3 Nov mual (+), muntah (-), kalori
2022 berdebar (+), nyeri dada (-) - Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+1) - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
O/ = 1.101 kal
Kesadaran=Composmentis - Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
TD= 190/120 mmHg kal
HR= 89x/menit - Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
RR= 26x/menit - Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
T=37oC - Makanan berserat = 25 g/H
- O2 2-3L/I (KP)
A/ Hipertensi Urgensi - IVFD RL 500 ml 20 gtt/i
- IV Ceftriaxone 1gr vial/12 jam
P/ EKG, Rontgen thorax, - IV Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/12 jam
Lab (Darah Rutin) - IV Ondansetron 8mg/4ml 1 amp/12 jam
- IV Norages 2 ml 1 amp/ 12 jam
12
- IV Kalnex 500 mg 1 ampul/ 12 jam
- Candesartan 8 mg 1x1
Jumat, 4 S/ Lemas (+), Pusing (+), - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836
Nov perut kembung (+), Mual
kalori
2022 (+), jantung berdebar (+).
- Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+2)
O/ - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
Kesadaran=Composmentis
= 1.101 kal
TD= 170/100 mmHg
- Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
HR= 70x/menit
RR=20x/menit kal
T=36,5oC
- Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
- Amlodipine 10 mg 1x1
Sabtu , S/ Lemas (+), Pusing (+), - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836
13
5 Nov nyeri perut (+) kalori
2022 - Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+3) O/ - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
Kesadaran=Composmentis = 1.101 kal
TD= 160/90 mmHg - Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
HR= 79x/menit kal
RR=20x/menit - Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
T=36,6 oC - Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
- Makanan berserat = 25 g/H
A/ Hipertensi Urgensi - IVFD RL 500 ml 20 gtt/i
- Candesartan 8 mg 1x1
- Amlodipine 10 mg 1x1
Minggu, S/ Lemas (+), nafsu makan - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836
6 Nov menurun, pusing (+) kalori
2022 - Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+4) O/ - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
Kesadaran=Composmentis = 1.101 kal
TD= 150/90 mmHg - Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
HR=76 x/menit kal
RR= 20 x/menit - Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
T= 36,6 oC - Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
- Makanan berserat = 25 g/H
14
A/ Hipertensi Urgensi - IVFD RL 500 ml 20 gtt/i
- Candesartan 8 mg 1x1
- Amlodipine 5 mg 1x1
- Candesartan 8 mg 1x1
- Amlodipine 5 mg 1x1
15
- Cetirizine 1x1
A/ Hipertensi Urgensi
P/ PBJ
16
BAB 3
PEMBAHASAN
Laporan kasus ini membahas mengenai tn. A (56 tahun) yang didiagnosis
dengan Hipertensi Urgensi berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak tahun
2016 dan tidak terkontrol. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu
peningkatan kadar Leukosit (12,81 ribu/uL), Trombosit (583 ribu/uL), dan
penurunan clothing time (8’).
Pasien tidak sadarkan diri setelah dilakukannya pencabutan pada gigi
diakibatkan oleh karena kondisi tekanan darah pasien sebelumnya tidak
terkontrol. Ketika proses pencabutan gigi, pasien sempat mengalami perdarahan
pada gusi yang membuat tekanan darah semakin meningkat hingga beberapa
menit setelah proses pencabutan gigi, pasien pingsan.
Berdasarkan anamnesis pasien mengeluhkan nyeri kepala dan kaku leher
seperti pada keluhan kenaikan tekanan darah pada umumnya. Pasien juga
mengeluhkan pusing berputar, mual, dan muntah. Keluhan pusing berputar tidak
disebabkan karena perubahan posisi kepala menyingkirkan kecurigaan adanya
benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) sedangkan tidak adanya keluhan
penurunan pendengaran dan telinga berdenging dapat menyingkirkan kecurigaan
adanya sindrom meniere (5).
Penelitian Salkic menjelaskan bahwa gejala yang paling sering timbul
pada krisis hipertensi adalah nyeri kepala (75%), nyeri dada dan sesak napas
(62.5%), vertigo (49.41%) dan mual muntah (41.17%) (4).
Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur seperti pada papila edema,
nyeri dada dan sesak napas seperti pada gangguan jantung dan diseksi aorta,
buang air kecil > 960 cc dalam 24 jam yang menandakan tidak adanya oliguria
seperti pada gagal ginjal akut, dan kelemahan anggota gerak, bicara menjadi
cedal, dan mulut mencong disangkal seperti pada kerusakan organ target
neurologis di otak (5).
Pasien juga mengeluhkan penurunan nafsu makan yang terjadi karena
adanya penurunan metabolisme secara keseluruhan. Sintesis dan pemecahan
17
protein mengalami penurunan yang akan menimbulkan gangguan pada
pertumbuhan jaringan otot dan tulang (5).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien berada di angka
190/120, sesuai dengan kriteria hipertensi urgensi. Untuk IMT pasien masuk
dalam kategori obesitas tingkat 1 yang menjadi faktor resiko dari hipertensi.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit dan
trombosit yang menandakan adanya kecurigaan infeksi dan dipicu oleh karena
adanya perdarahan akut yang terjadi saat pencabutan gigi (6).
Penatalaksanaan dilakukan dengan monitoring Penurunan MAP tidak
boleh < 130 dalam 24 jam pertama. Terapi awal pemberian Candesartan 8 mg
untuk menurunkan TD dan injeksi Asam Tranexamat untuk menghentikan
perdarahan. Pemberian Candesartan lebih cepat dan sesuai dengan rekomendasi
penatalaksanaan hipertensi urgensi, namun salah satu efek samping candesartan
dapat menyebabkan hipotensi sehingga monitoring tekanan darah yang dilakukan
seharusnya lebih ketat direkomendasikan tiap 15-30 menit.
JNC 8 merekomendasikan target ↓ TD pada usia < 60 tahun yang tidak
memiliki penyakit diabetes melitus & penyakit ginjal kronik yakni < 140/90
mmHg (6).
Amlodipine termasuk golongan calcium channel blocker diberikan sebagai
pilihan obat antihipertensi parenteral pada hipertensi emergensi menurut JNC 7,
2003 (7). Pada suatu penelitian yang meninjau pemberian Amlodipine pada
hipertensi urgensi menunjukkan bahwa Amlodipine efektif mengkontrol tekanan
darah pada 65% pasien (7).
Bisoprolol merupakan golongan betabloker yang aman dikombinasikan
dengan dihidropiridin seperti amlodipine. namun golongan beta bloker bukan obat
anti hipertensi lini pertama pada hipertensi kecuali pada pasien post infark
miokard atau gagal jantung (9).
18
BAB 4
KESIMPULAN
19
dimanfaatkan efeknya untuk menurunkan tekanan darah dalam waktu yang lebih
lama.
20
DAFTAR PUSTAKA
21