Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

HIPERTENSI URGENSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :

Cut Sarah Faradilla, S.Ked


2206111021

Preseptor :
dr. Mawaddah Fitria, Sp. PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RSU CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan referat yang berjudul “Hipertensi Urgensi”. Penyusunan Laporan

Kasus ini sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior

pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh

Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mawaddah Fitria, Sp. PD

selaku preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF

Ilmu Penyakit Dalam atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk

memberikan bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi

penulis sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan

di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Lhokseumawe, 4 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HIPERTENSI URGENSI........................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB 2 LAPORAN KASUS....................................................................................2

2.1 Identitas Pasien..............................................................................................2

2.2 Anamnesis.................................................................................................2

2.2.1 Keluhan Utama..................................................................................2

2.2.2 Keluhan Tambahan............................................................................3

2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang...............................................................3

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu...................................................................3

2.2.5 Riwayat Pemakaian Obat...................................................................3

2.2.6 Riwayat Kebiasaan.............................................................................3

2.2.7 Riwayat Penyakit Keluarga................................................................3

2.2.8 Riwayat Sosial Ekonomi....................................................................3

2.4 Status Generalis.........................................................................................4

2.5 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................8

2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium................................................................8

2.5.2 Elektrokardiogram.............................................................................9

2.5.3 Rontgen............................................................................................10

2.6 Resume....................................................................................................10

2.7 Diagnosa Kerja........................................................................................11

2.8 Penatalaksanaan.......................................................................................11

ii
2.9 Follow up Pasien.....................................................................................12

BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................17

BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Krisis hipertensi merupakan salah satu kegawatan di bidang neurovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Krisis hipertensi ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik
yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Krisis
Hipertensi terbagi dua, yaitu Hipertensi Emergensi dan Hipertensi Urgensi (1).
Hipertensi emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang berat (>180/120 mm Hg) disertai bukti kerusakan baru atau perburukan
kerusakan organ target (target organ damage=TOD). Pada kondisi klinis ini
terjadi kerusakan organ diperantarai hipertensi (hypertensive mediated organ
damage=HMOD) yang mengancam nyawa sehingga memerlukan intervensi
penurunan TD segera dalam kurun waktu menit/jam dengan obat-obatan intravena
(IV) (1).
Hipertensi urgensi merupakan situasi terkait peningkatan TD yang berat
pada kondisi klinis stabil tanpa adanya perubahan akut atau ancaman kerusakan
organ target atau disfungsi organ. Pada kondisi ini tidak terdapat bukti klinis
kerusakan organ akut diperantarai hipertensi, sehingga HT urgensi mempunyai
istilah HT berat yang tidak terkontrol “uncontrolled severe hypertension”,
sedangkan ACC/AHA guidelines-2017 juga menyebutnya peningkatan TD
dengan nyata (markedly elevated blood pressure). Penurunan TD pada keadaan ini
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
Terdapat perbedaan batas (cut-off) TD yang dipakai batasan krisis HT
antara ACC/AHA guidelines-2017 (TD >180/120 mm Hg) dan ESC/ESH
guidelines-2018 (TD sistolik ≥180 mm Hg dan/atau TD diastolik ≥110 mm Hg).
Sedangkan pada beberapa registry menggunakan batasan TD sistolik ≥220 mm
Hg atau TD diastolik ≥120 mm Hg. Dibalik perbedaan cut-off TD, perlu diingat
bahwa tingkat TD absolut bukan merupakan kondisi yang lebih penting
dibandingkan kecepatan peningkatan TD (1).

1
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Abdul Hanan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

No. rekam medis : 02.61.32

Umur : 56 tahun

Alamat : Cot Laba, Baktiya Barat, Aceh Utara

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Suku : Aceh

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Tanggal Masuk : 3 November 2022

Tanggal Keluar : 8 November 2022

Tanggal Pemeriksaan : 5 November 2022

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Keluhan utama pasien adalah kepala pusing.

2
2.2.2 Keluhan Tambahan
Keluhan tambahan yang dialami pasien adalah pasien sempat tidak
sadarkan diri setelah giginya di cabut, lemas, jantung berdebar dan mual.
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien berusia 56 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Cut Meutia
dibawa oleh keluarga dengan keluhan pusing dan lemas, tidak sanggup
bergerak/beraktivitas sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sempat
mengalami penurunan kesadaran setelah melakukan pencabutan gigi dan
mengalami perdarahan pada gusi. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan
berdebar sesekali. Keluhan pandangan kabur, telinga berdenging, penurunan
pendengaran, nyeri dada, sesak napas, nyeri perut, bicara menjadi cedal, mulut
mencong, dan kejang disangkal. Keluhan demam, nyeri pinggang, BAK sering,
tidak dapat menahan BAK, dan nyeri ketika BAK disangkal. Riwayat trauma
kepala disangkal.
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+), Riwayat DM (-)
2.2.5 Riwayat Pemakaian Obat
Pasien mengkonsumsi obat Amlodipin dan Paramex untuk meredakan
keluhan nyeri kepala sehari-hari.
2.2.6 Riwayat Kebiasaan
Riwayat Merokok (+), Riwayat Alcohol (-).
2.2.7 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
2.2.8 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dari kalangan ekonomi menengah, sehari-hari bekerja sebagai
karyawan kantor.

3
2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah :190/120 mmHg

Frekuensi nadi : 95 x/menit, reguler

Frekuensi nafas : 22 x/menit

Suhu tubuh (aksila) : 37 ̊C

Berat badan : 78 kg

IMT : 26.45 kg/m2 (Obesitas tk. 1)

2.4 Status Generalis


1 Kulit

Warna : Coklat

Turgor : Cepat kembali, suhu raba hangat

Sianosis : (-)

Ikterus : (-)

Oedema : (-)

4
Anemia : (-)

Pigmen : tidak terdapat hipopigmentasi


ataupun hiperpigmentasi

2 Kepala

Rambut : Warna rambut hitam, beruban, tidak


mudah dicabut, distribusi merata

Wajah : Simetris, deformitas (-)

Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera


ikterik (-/-), mata cekung (-/-), palpebra
normal, gerakan bola mata normal,
pupil bulat, isokor (+/+), diameter
3mm/3mm, RCL/RCTL (+/+)

Telinga : bentuk normal (eutrofilia), discharge


(-/-), Sekret (-/-), darah (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), darah (-/-), deviasi


septum nasi (-/-)

Mulut : lidah normoglosia, bercak putih di


lidah (+), tidak tremor, bibir pucat (-),
mukosa mulut tidak hiperemis, tonsil
tidak hiperemis, arcus faring simetris,
uvula ditengah

3 Leher

Inspeksi : Simetris, tidak ada teraba


pembesaran kelenjar tiroid

Palpasi : Tekanan vena jugularis (-)

4 Thorax

5
Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak dada


simetris kanan dan kiri saat statis dan
dinamis, pergerakan dada sama, tidak
ada retraksi

Palpasi : Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-),


massa (-), taktil fremitus kanan=kiri,
ekspansi dada simetris

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+) ,Ronkhi (-/-),


Wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS VI 2 jari


medial linea midklavikula sinistra

Perkusi : kanan di ICS V LPSD, kiri di ICS VI


dua jari medial dari LMCS, batas
pinggang di ICS III LPSS

Auskultasi : BJ I>II normal, Murmur (-), Gallop

(-)

5 Abdomen

Inspeksi : Simetris, distensi -

Palpasi : Defans muscular (-)

Hepar : Tidak teraba

6
Lien : Tidak teraba

Ginjal : Ballotement (-)

Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen,


Shifting dullness (-)

Auskultasi : Peristaltik usus normal (11x/mnt)

6 Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

7 Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-/-),


atrofi otot (-/-), sianosis (-/-),
kelemahan anggota gerak (-/-), CRT
<2 detik

Ekstremitas Superior Inferior

kanan kiri kanan kiri

Sianosis - - - -

Oedema - - - -

Fraktur - - - -

Massa - - - -

7
2.5 Pemeriksaan Penunjang
2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium
Nomor Lab : 20221110537

Tanggal : 03/11/2022

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

Hematologi Rutin

Hemoglobin 14.24 g/dL 13 ~ 18

Eritrosit 5.03 juta/mm3 4.5 ~ 6.5

Leukosit 12,81 ribu/mm3 4.0 ~ 11.0

Hematokrit 43,95 % 42 ~ 52

Indeks Eritrosit

MCV 87,36 fL 79 ~ 99

MCH 28,30 Pg 27 ~ 32

MCHC 32,40 g/dl 33 ~ 37

RDW-CV 10,69 % 11.5 ~ 14.5

Trombosit 583 ribu/mm3 150 ~ 450

Golongan Darah B

Hitung Jenis Leukosit

Basophil 0.16 % 0-1.7

Eosinofil 5.08 % 0.60-7.30

Nitrofil Segmen 58.73 % 39.3-73.3

Limfosit 31.24 % 18.0-48.3

8
Monosit 4.97 % 4.40-12.7

Bleeding Time 2’ Menit 1-3

Clothing Time 8’ Menit 9-15

Gula Darah

Gula stik 94 mg/dl 70-125

2.5.2 Elektrokardiogram

EKG 4/11/2022

1. Irama sinus
2. Rate: 75x/menit
3. Axis: normoaxis
4. PR interval: normal (0,164 s)
5. Kompleks QRS: normal (0,098 s)
6. Segmen ST: tidak elevasi ataupun depresi
7. Hipertrofi: atrium (-), ventrikel (-)
8. Aritmia (-)
Interpretasi: Normal Sinus Rhythm

9
2.5.3 Rontgen

Interpretasi:
1. Corakan bronkhovaskuler normal
2. Sinus costo frenikus tumpul
3. Diafragma licin
4. Cor: CTR > 50% (5+6/14 x100 = 78,5%)
5. Sistema tulang tak tampak kelainan
Kesan: ukuran Pulmo normal, kardiomegali

2.6 Resume
Pasien berusia 56 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Cut Meutia
dibawa oleh keluarga dengan keluhan pusing dan lemas, tidak sanggup
bergerak/beraktivitas sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sempat
mengalami penurunan kesadaran setelah melakukan pencabutan gigi dan
mengalami perdarahan pada gusi. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan
berdebar sesekali. Keluhan pandangan kabur, telinga berdenging, penurunan
pendengaran, nyeri dada, sesak napas, nyeri perut, bicara menjadi cedal, mulut

10
mencong, dan kejang disangkal. Keluhan demam, nyeri pinggang, BAK sering,
tidak dapat menahan BAK, dan nyeri ketika BAK disangkal. Riwayat trauma
kepala disangkal. Pasien mengetahui memiliki tekanan darah tinggi sejak 6 tahun
yang lalu dengan rerata tekanan darah 170/90 mmHg namun jarang kontrol ke
puskesmas atau praktik dokter swasta. Sehari-hari pasien sering mengeluh nyeri
kepala dan biasa minum paramex untuk meredakan keluhan.
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa. Pasien
memiliki riwayat mengkonsumsi obat amlodipine untuk pengobatan hipertensi
dan paramex untuk meredakan pusing yang dialaminya sehari-hari. Pasien
memiliki riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. Pasien
memiliki riwayat kebiasaan merokok, tidak mengkonsumsi alkohol.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak lemah,
kesadaran composmentis, tekanan darah 190/120 mmHg, frekuensi nadi
95x/menit, frekuensi nafas 22x/menit, suhu tubuh 37 C. Paru dan jantung dalam
batas normal. perkusi abdomen timpani dan tidak ditemukan adanya perbesaran
baik pada hepar, lien ataupun ballotemen ginjal. 
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu peningkatan kadar
Leukosit (12,81 ribu/uL), Trombosit (583 ribu/uL), dan penurunan clothing time
(8’). Kadar gula darah dalam batas normal. pemeriksaan EKG didapatkan normal.
Pemeriksaan foto toraks didapatkan gambaran kardiomegali.
2.7 Diagnosa Kerja
Diagnosa Kerja : Hipertensi Urgensi
2.8 Penatalaksanaan
1. Diet
 Kebutuhan kalori total 30-35 kkal/Kg BBI/H
Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836 kalori
 Kebutuhan Protein 1,2-1,5 gr/KgBB/H
1,2 x 78 = 93,6 g/H
 Kebutuhan karbohidrat 60% dari kebutuhan kalori total
60% x 1.836 kal = 1.101 kal
 Kebutuhan lemak: 30% dari kebutuhan kalori total

11
30% x 1836 kal = 550 kal
 Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
 Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
 Makanan berserat = 25 g/H
2. O2 2-3L/I (KP)
3. IVFD RL 500 ml 20 gtt/i
4. Inj. Norages 2 ml 1 ampul/ 12 jam
5. Inj. Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/ 12 jam
6. Inj. Kalnex 500 mg 1 ampul/ 12 jam
7. Candesartan 8 mg 1x1

2.9 Follow up Pasien


Tanggal SOAP Terapi

Kamis, S/ Lemas (+), pusing (+), - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836
3 Nov mual (+), muntah (-), kalori
2022 berdebar (+), nyeri dada (-) - Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+1) - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
O/ = 1.101 kal
Kesadaran=Composmentis - Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
TD= 190/120 mmHg kal
HR= 89x/menit - Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
RR= 26x/menit - Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
T=37oC - Makanan berserat = 25 g/H
- O2 2-3L/I (KP)
A/ Hipertensi Urgensi - IVFD RL 500 ml 20 gtt/i
- IV Ceftriaxone 1gr vial/12 jam
P/ EKG, Rontgen thorax, - IV Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/12 jam
Lab (Darah Rutin) - IV Ondansetron 8mg/4ml 1 amp/12 jam
- IV Norages 2 ml 1 amp/ 12 jam

12
- IV Kalnex 500 mg 1 ampul/ 12 jam
- Candesartan 8 mg 1x1
Jumat, 4 S/ Lemas (+), Pusing (+), - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836
Nov perut kembung (+), Mual
kalori
2022 (+), jantung berdebar (+).
- Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+2)
O/ - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
Kesadaran=Composmentis
= 1.101 kal
TD= 170/100 mmHg
- Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
HR= 70x/menit
RR=20x/menit kal
T=36,5oC
- Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H

- Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H


A/ Hipertensi Urgensi
- Makanan berserat = 25 g/H
P/ -
- O2 2-3L/I (KP)

- IVFD RL 500 ml 20 gtt/i

- IV Ceftriaxone 1gr vial/12 jam

- IV Alinamin-F 50 mg 1 ampul/12 jam

- IV Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/12 jam

- IV Ondansetron 8mg/4ml 1 amp/12 jam


- Candesartan 8 mg 1x1

- Bisoprolol 2,5 mg 1x1

- Amlodipine 10 mg 1x1

- Sucralfate Syrup 3x1

Sabtu , S/ Lemas (+), Pusing (+), - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836

13
5 Nov nyeri perut (+) kalori
2022 - Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+3) O/ - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
Kesadaran=Composmentis = 1.101 kal
TD= 160/90 mmHg - Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
HR= 79x/menit kal
RR=20x/menit - Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
T=36,6 oC - Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
- Makanan berserat = 25 g/H
A/ Hipertensi Urgensi - IVFD RL 500 ml 20 gtt/i

- IV Ceftriaxone 1gr vial/12 jam


P/ -
- IV Alinamin-F 50 mg 1 ampul/12 jam

- IV Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/12 jam

- Candesartan 8 mg 1x1

- Bisoprolol 2,5 mg 1x1

- Amlodipine 10 mg 1x1

- Sucralfate Syrup 3x1

Minggu, S/ Lemas (+), nafsu makan - Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836
6 Nov menurun, pusing (+) kalori
2022 - Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+4) O/ - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
Kesadaran=Composmentis = 1.101 kal
TD= 150/90 mmHg - Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
HR=76 x/menit kal
RR= 20 x/menit - Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
T= 36,6 oC - Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
- Makanan berserat = 25 g/H

14
A/ Hipertensi Urgensi - IVFD RL 500 ml 20 gtt/i

- IV Ceftriaxone 1gr vial/12 jam


P/
- IV Alinamin-F 50 mg 1 ampul/12 jam

- IV Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/12 jam

- Candesartan 8 mg 1x1

- Bisoprolol 2,5 mg 1x1

- Amlodipine 5 mg 1x1

- Sucralfate Syrup 3x1

Senin , S/ Lemas (-), gatal di - I Kalori total = 30kkal x 61,2kg = 1.836


7 Nov selangkangan (+), gigi kalori
2022 ngilu(+) - Kebutuhan Protein 1,2 x 78 = 93,6 g/H
(H+5) - Kebutuhan karbohidrat 60% x 1.836 kal
O/Kesadaran=Composmen = 1.101 kal
tis - Kebutuhan lemak 30% x 1836 kal = 550
TD= 130/80 mmHg kal
HR= 79 x/menit - Kebutuhan garam = 3,5-4 g/H
RR= 20x/menit - Kebutuhan kalsium: 1400-1600 mg/H
T=35,4oC - Makanan berserat = 25 g/H
- VFD RL 500 ml 20 gtt/i
A/ Hipertensi Urgensi
- IVFD B-Fluid 20 gtt/i

- Inj. Ceftriaxone 1gr vial/12 jam


P/ rencana PBJ besok
- Inj. Ranitidin 25mg/ml 1 ampul/12 jam

- Candesartan 8 mg 1x1

- Bisoprolol 2,5 mg 1x1

- Amlodipine 5 mg 1x1

15
- Cetirizine 1x1

- Paracetamol 500 mg tab 3x1

Selasa, S/ Lemas (-), gatal di - Cefixime 100 mg 2x1


8 Nov selangkangan (+) - Candesartan 8 mg tab 1x1
2022 - Amlodipin 5 mg tab 1x1
(H+6) - Cetirizine 10 mg 1x1
O/Kesadaran=Composment - Paracetamol 500 mg tab 3x1
is
TD= 120/70 mmHg
HR= 69 x/menit
RR= 20x/menit
T=36,8oC

A/ Hipertensi Urgensi

P/ PBJ

16
BAB 3
PEMBAHASAN
Laporan kasus ini membahas mengenai tn. A (56 tahun) yang didiagnosis
dengan Hipertensi Urgensi berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak tahun
2016 dan tidak terkontrol. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yaitu
peningkatan kadar Leukosit (12,81 ribu/uL), Trombosit (583 ribu/uL), dan
penurunan clothing time (8’).
Pasien tidak sadarkan diri setelah dilakukannya pencabutan pada gigi
diakibatkan oleh karena kondisi tekanan darah pasien sebelumnya tidak
terkontrol. Ketika proses pencabutan gigi, pasien sempat mengalami perdarahan
pada gusi yang membuat tekanan darah semakin meningkat hingga beberapa
menit setelah proses pencabutan gigi, pasien pingsan.
Berdasarkan anamnesis pasien mengeluhkan nyeri kepala dan kaku leher
seperti pada keluhan kenaikan tekanan darah pada umumnya. Pasien juga
mengeluhkan pusing berputar, mual, dan muntah. Keluhan pusing berputar tidak
disebabkan karena perubahan posisi kepala menyingkirkan kecurigaan adanya
benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) sedangkan tidak adanya keluhan
penurunan pendengaran dan telinga berdenging dapat menyingkirkan kecurigaan
adanya sindrom meniere (5).
Penelitian Salkic menjelaskan bahwa gejala yang paling sering timbul
pada krisis hipertensi adalah nyeri kepala (75%), nyeri dada dan sesak napas
(62.5%), vertigo (49.41%) dan mual muntah (41.17%) (4).
Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur seperti pada papila edema,
nyeri dada dan sesak napas seperti pada gangguan jantung dan diseksi aorta,
buang air kecil > 960 cc dalam 24 jam yang menandakan tidak adanya oliguria
seperti pada gagal ginjal akut, dan kelemahan anggota gerak, bicara menjadi
cedal, dan mulut mencong disangkal seperti pada kerusakan organ target
neurologis di otak (5).
Pasien juga mengeluhkan penurunan nafsu makan yang terjadi karena
adanya penurunan metabolisme secara keseluruhan. Sintesis dan pemecahan

17
protein mengalami penurunan yang akan menimbulkan gangguan pada
pertumbuhan jaringan otot dan tulang (5).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien berada di angka
190/120, sesuai dengan kriteria hipertensi urgensi. Untuk IMT pasien masuk
dalam kategori obesitas tingkat 1 yang menjadi faktor resiko dari hipertensi. 
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit dan
trombosit yang menandakan adanya kecurigaan infeksi dan dipicu oleh karena
adanya perdarahan akut yang terjadi saat pencabutan gigi (6).
Penatalaksanaan dilakukan dengan monitoring Penurunan MAP tidak
boleh < 130 dalam 24 jam pertama. Terapi awal pemberian Candesartan 8 mg
untuk menurunkan TD dan injeksi Asam Tranexamat untuk menghentikan
perdarahan. Pemberian Candesartan lebih cepat dan sesuai dengan rekomendasi
penatalaksanaan hipertensi urgensi, namun salah satu efek samping candesartan
dapat menyebabkan hipotensi sehingga monitoring tekanan darah yang dilakukan
seharusnya lebih ketat direkomendasikan tiap 15-30 menit.
JNC 8 merekomendasikan target ↓ TD pada usia < 60 tahun yang tidak
memiliki penyakit diabetes melitus & penyakit ginjal kronik yakni < 140/90
mmHg (6).
Amlodipine termasuk golongan calcium channel blocker diberikan sebagai
pilihan obat antihipertensi parenteral pada hipertensi emergensi menurut JNC 7,
2003 (7). Pada suatu penelitian yang meninjau pemberian Amlodipine pada
hipertensi urgensi menunjukkan bahwa Amlodipine efektif mengkontrol tekanan
darah pada 65% pasien (7).
Bisoprolol merupakan golongan betabloker yang aman dikombinasikan
dengan dihidropiridin seperti amlodipine. namun golongan beta bloker bukan obat
anti hipertensi lini pertama pada hipertensi kecuali pada pasien post infark
miokard atau gagal jantung (9).

18
BAB 4
KESIMPULAN

Krisis hipertensi merupakan salah satu kegawatan di bidang neurovaskular yang


sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Krisis hipertensi ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik
yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Krisis
Hipertensi terbagi dua, yaitu Hipertensi Emergensi dan Hipertensi Urgensi.
Hipertensi urgensi merupakan situasi terkait peningkatan TD yang berat
pada kondisi klinis stabil tanpa adanya perubahan akut atau ancaman kerusakan
organ target atau disfungsi organ. Pada kondisi ini tidak terdapat bukti klinis
kerusakan organ akut diperantarai hipertensi, sehingga HT urgensi mempunyai
istilah HT berat yang tidak terkontrol “uncontrolled severe hypertension”,
sedangkan ACC/AHA guidelines-2017 juga menyebutnya peningkatan TD
dengan nyata (markedly elevated bloodpressure). Penurunan TD pada keadaan ini
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
Pemberian anti hipertensi pada pasien didasarkan pada diagnosis kerja
hipertensi urgensi karena pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan organ
target. Pemberian obat antihipertensi secara oral merupakan pilihan yang dapat
diberikan pada pasien dengan hipertensi urgensi. Pemilihan obat berdasarkan
mekanisme kerja dan ketersediaan obat. Amlodipine dipilih sebagai alternatif
nicardipine yang merupakan pilihan pertama pada pasien hipertensi urgensi yang
berasal dari golongan calcium-channel blocker. Candesartan dari golongan
Angiotensin Receptor Blocker diberikan sebagai kombinasi dengan golongan
Calcium channel blocker agar penurunan tekanan darah dapat berlangsung lebih
cepat. Kombinasi obat ketiga adalah golongan antagonis adrenoseptor, yang
dipakai adalah bisoprolol karena bekerja pada reseptor beta-1 yang dimetabolisme
terutama di hepar dan memiliki waktu paruh yang panjang sehingga bisa

19
dimanfaatkan efeknya untuk menurunkan tekanan darah dalam waktu yang lebih
lama.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Devicaesaria, Asnelia. Hipertensi Krisis. Departemen Neurologi Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Medicinus Vol. 27, No.3, Desember 2014.
2. Ortiz, J.A. 2014. Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults (JNC8). JAMA. 2014 Feb 5;311(5)-507-20.
3. Pak, K.J. et all. 2014. Acute Hypertension : A Systemic Review and
Appraisal of Guidelines. The Ochsner Journal 14:655-663, 2014.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman
Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Jakarta, 16 hal.
5. Roesma J. 2009. Krisis Hipertensi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
6. Rosei, E.A. 2006. Treatment of Hypertensive Emergencies and Urgencies.
European Society of Hypertension Scientific Newsletter. 2006 ; 7:28.
7. Salkic, S., Olivera B.M., Farid L., and Selmira B. 2014. Clinical
Presentation of Hypertensive Crises in Emergency Medical Services.
Faculty of Medicine, Universuty of Tuzla. Mater Sociomed, 26(1) : 12-16.
8. Tanto, C. Dan Ni Made H. 2014. Krisis Hipertensi dalam Kapita Selekta
Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.
9. Vaidya, C.K. and Jason R.O. 2007. Hypertensive Urgency and
Emergency. Hospital Physician, March 2007 pp. 43-50.

21

Anda mungkin juga menyukai