Kode Klp
Topik KK Instruktur Instruktur
Topik
1 dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV).,Sp.DV
2 dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV).,Sp.DV
3 dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV).,Sp.DV
07.30 – 08.20
Tutorial 3 KP 4.3.2.2 KP 4.3.2.3 Tutorial 4 Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
KP 4.3.2.1 Belajar Mandiri Belajar Mandiri KP 4.3.2.4 Diskusi Pleno 2
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50 KK 7.2 Klp 3 KK 7.2 Klp 7
KK 7.2 Klp 1 KK 7.2 Klp 5
II Ujian Ujian Ujian Ujian
13.50 – 14.40 KK 7.1 Klp 5 KK 7.1 Klp 1 KK 7.1 Klp 7 KK 7.1 Klp 3
KP 4.3.2.5
14.50 – 15.40 KK 7.2 Klp 2 KK 7.2 Klp 4 KK 7.2 Klp 6 KK 7.2 Klp 8
Ujian Ujian Ujian Ujian
15.40 – 16.30 KK 7.1 Klp 6 KK 7.1 Klp 2 KK 7.1 Klp 8 KK 7.1 Klp 4 Belajar Mandiri
07.30 – 08.20
Tutorial 7 KP 4.3.4.1 KP 4.3.4.2 Tutorial 8 Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Diskusi Pleno 4
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50 Ujian Ujian Ujian Ujian
IV
KK 7.3 Klp 1 KK 7.3 Klp 3 KK 7.3 Klp 5 KK 7.3 Klp 7
13.50 – 14.40 P 4.3.3 Klp 7 P 4.3.3 Klp 1` P 4.3.3 Klp 3 P 4.3.3 Klp 5 KP 4.3.4.3
14.50 – 15.40 Ujian Ujian Ujian Ujian
KK 7.3 Klp 2 KK 7.3 Klp 4 KK 7.3 Klp 6 KK 7.3 Klp 8
15.40 – 16.30 P 4.3.3 Klp 8 P 4.3.3 Klp 2 P 4.3.3 Klp 4 P 4.3.3 Klp 6
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 27/12/21 28/12/21 29/12/21 30/12/21 31/12/21
07.30 – 08.20
Tutorial 9 KP 4.3.5.2 KP 4.3.5.3 Tutorial 10 Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
KP 4.3.5.1 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Diskusi Pleno 5
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
V
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
13.50 – 14.40
Belajar Mandiri
14.50 – 15.40
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.40 – 16.30
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 3/1/22 4/1/22 5/1/22 6/1/22 7/1/22
07.30 – 08.20
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
VI 12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50
Belajar Mandiri Ujian Blok Belajar Mandiri Remedial
13.50 – 14.40 Belajar Mandiri
14.50 – 15.40
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.40 – 16.30
Keterangan :
1.KP 4.3.x.y =Kuliah Pengantar Blok 4.3 ke x topik ke y
2.P.x.=Pratikum blok 4.3 topik x
3.KK.x,=Ketrampilan Klinik blok 4.3 topik x
JADWAL KEGIATAN AKADEMIK BLOK 4.3
KESEHATAN MASYARAKAT/KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN PENCEGAHAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022 B
14.50 – 15.40 KK 7.2 Klp 2 KK 7.2 Klp 4 KK 7.2 Klp 6 KK 7.2 Klp 8
Ujian Ujian Ujian Ujian
15.40 – 16.30 KK 7.1 Klp 6 KK 7.1 Klp 2 KK 7.1 Klp 8 KK 7.1 Klp 4 Belajar Mandiri
07.30 – 08.20
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
VI 12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50
Belajar Mandiri Ujian Blok Belajar Mandiri Remedial
13.50 – 14.40 Belajar Mandiri
14.50 – 15.40
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.40 – 16.30
Keterangan :
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan keterampilan mengenai patient safety mahasiswa mampu
menjelaskan dengan benar segala hal yang berkaitan erat dengan patient safety.
Istilah-istilah:
1. Medical error: Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan cedera pasien sehingga gagal melaksanakan suatu kegiatan/ salah rencana
2. Near miss: Adalah kesalahan akibat melaksanakan tindakan yang seharusnya diambil,
sehingga dapat mencederai pasien, tetapi cedera tidak serius atau tidak terjadi cedera
3. Adverse even (kejadian tak diharapkan =KTD): Kejadian Tak Diharapkan yang
mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan tindakan/ tidak mengambil tindakan
seharusnya, bukan karena penyakit dasarnya/ kondisi pasien
4. Sentinel even: Kejadian Tak Diharapkan yang mengakibatkan kematian/cedera serius
(kejadian sangat tidak diharapkan/tidak dapat diterima,misalnya: salah lokasi operasi)
masalah berhubungan dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku
Pada pelaksanaan Patient safety di rumah sakit ada 7 standar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.Hak pasien
2. Mendidik keluargadan pasien
3. Patient safety & kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja ( untuk evaluasi dan Program K3 – patient safety)
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan patient safety
6. Mendidik staf tentang patient safety
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk patient safety
Untuk patient safety yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan primer sudah
disesuaikan, yang cocok adalah untuk standar-standar berikut di bawah ini.
Standar 1.Hak pasien
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana pelayanan
kesehatan yang akan dilakukan dan hasil pelayanan tersebut, termasuk kemungkinan terjadinya
KTD
Pada kegiatan ini Dokter pemberi pelayanan kesehatan primer adalah sebagai dokter yang
membuat perencanaan pelayanan, pemberi informasi pelayanan yang diberikan kepada pasien
dan keluarganya serta sebagai penanggung jawab kegiatan tersebut
ElemenPatient safety:
1. Adverse Drug events (ADE)/ Medication Error (ME)
2. Restrain Use
3. Nosocomial Infection
4. Surgical mishaps
5. Pressure ulcers
6. Blood Product safety (admnistration)
7. Antimicrobal Resistance
8. ImunizationProgramme
9. Falls
10. Blood Stream- vascular catheter care
11. Systematic review, follow up, and Reporting of Patients/ Visitor of Incidance
Penyebab tersering dalam terjadinya kejadian tak diharapkan pada fasilitas pelayanan
kesehatan:
a. Masalah komunikasi
b. Tidak adekuatnya informasi tentang alur pelayanan
c. Masalah personil
d. Isu hubungan pemberi pelayanan kesehatan - pasien
e. Transfer pengetahuan(Organizational transfer of knowledge)
f. Pola penetapan staf atau beban kerja(Staffing pattern / work flow)
g. Kegagalan teknis(Technical failures)
h. Kebijakan yang in adekuat(Inadequate policies and procedure)
(Agency for Health and Research Quality) Publication no 04-RG005, December 2003)
The conceptual framework for the international classification for patient safety.Geneva,
WorldHealth Organization Patient Safety Programme, 2009
(http:/www.who.int/patientsafety/en/;diaksespada 21 November 2017)
The Safety Competencies, First Edition (revisedAugust 2009). Toronto, Canadian PatientSafety
Institute, 2009
(http://www.patientsafetyinstitute.ca/Englisheducation/safetyCompetencies/Documents/Safety
%2Competencies.pdf; diaksespada 21 November 2017)
DIAGNOSIS KEDOKTERAN OKUPASI
PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa ada hubungan antara pajanan yang spesifik dengan berbagai jenis
penyakit. Hubungan tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan hubungan kausal antara pajanan
dan penyakit yaitu berdasarkan kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, waktu, dan dosis.
Banyak penelitian yang mengungkap bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja
lebih tinggi daripada masyarakat umum. Hal tersebut mungkin disebabkan adanya pajanan-
pajanan khusus di kalangan pekerja ditambah dengan kondisi lingkungan kerja yang kurang
mendukung. Hal tersebut sangat disayangkan karena sesungguhnya banyak penyakit yang dapat
dicegah dengan melakukan tindakan preventif di tempat kerja.
DEFINISI
1. Penyakit akibat kerja (Occupational Diseases) menurut International Labor
Organization (ILO), 1998 adalah Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik
atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work Related Disease) 1998:
Adalah Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks. Penyakit yang
timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. (Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 Tentang : Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja).
3. Penyakit yang mengenai populasi pekerja (Diseases affecting working populations)
Adalah Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab
ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan. Penyakit tersebut juga dikenal dengan Penyakit yang diperberat oleh
pekerjaan.
Secara praktis, Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan adalah Penyakit umum yang ada
di masyarakat umum, tetapi mengenai pekerja. Penyakit tersebut secara tidak langsung
menyebabkan semakin berat karena ada pengaruh dari pekerjaan/proses kerja yang dilakukan
oleh pekerja tersebut.
Dalam Ensiklopedi ILO edisi ke 3 (tahun 1983) definisi penyakit akibat kerja, penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan bukan penyakit akibat kerja masih dipisahkan secara
jelas, namun dibeberapa Negara, penyakit yang disebabkan pekerjaan dan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan diberlakukan sama, sebagai penyakit akibat kerja
(occupational disease). Pengertian penyakit akibat kerja dan penyakit yang berhubungan
dengan kerja selalu menjadi topik bahasan yang hangat. Sehingga akhirnya pada tahun 1987,
suatu komite pakar kesehatan kerja dari WHO dan ILO, menawarkan gagasan, bahwa istilah
“penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)” dapat digunakan tidak saja untuk
penyakit akibat kerja yang sudah diakui, tetapi juga untuk gangguan kesehatan dimana
lingkungan kerja dan proses kerja merupakan salah satu faktor penyebab yang bermakna
disamping faktor-faktor penyebab/risiko lainnya. Gagasan tersebut kemudian diadopsi oleh
WHO dan ILO pada tahun 1989, sehingga untuk selanjutnya hanya dikenal Penyakit Akibat
Hubungan Kerja.
Berbeda dengan diagnosis penyakit pada umumnya, diagnosis penyakit akibat kerja mempunyai
aspek medis, aspek komunitas dan aspek legal. Dengan demikian tujuan melakukan diagnosis
akibat kerja adalah:
1. Dasar terapi
2. Membatasi kecacatan dan mencegah kematian
3. Melindungi pekerja lain
4. Memenuhi hak pekerja
Dengan melakukan diagnosis okupasi/ diagnosis penyakit akibat kerja, maka hal ini akan
berkontribusi terhadap:
1. Pengendalian pajanan berisiko pada sumbernya
2. Identifikasi risiko pajanan baru secara dini
3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pada pekerja yang sakit dan/atau cedera
4. Pencegahan terhadap terulangnya atau makin beratnya kejadian penyakit atau kecelakaan
5. Perlindungan pekerja yang lain
6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja
7. Identifikasi adanya hubungan baru antara suatu pajanan dengan penyakit
Langkah 7: Tentukan
Diagnosis PAK / Langkah 2:
Diperberat Pekerjaan Pajanan di lingkungan
/Bukan PAK / tambah kerja
Data
Langkah 3:
Langkah 6:
Adakah hub ant pajanan
Adakah faktor lain diluar dengan Diagnosis Klinis
pekerjaan
Langkah 4:
Langkah 5:
Apakah pajanan yg
Adakah faktor2 individu
dialami cukup besar
yg berperan
Prepared by DS, 53
kontribusi: AS dan Ditkesja
Diagnosis Okupasi/ Diagnosis Penyakit Akibat Kerja tidak dapat ditegakkan, bila dari
referensi tidak ditemukan adanya hubungan antara pajanan dengan penyakit, pajanan yang
dialami tidak cukup besar untuk dapat menyebabkan penyakit tersebut (secara kuantitatif
maupun kualitatif, secara kumulatif dari masa kerja).
PERDOKI (Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia) membuat pembagian dari
hasil akhir suatu Diagnosis Okupasi menjadi:
1. Penyakit Akibat Kerja : disini termasuk Occupational Diseases dan Work Related
Diseases
2. Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan: ada unsur pajanan di lingkungan kerja dan juga
di luar lingkungan kerja dan atau faktor individu pekerja
3. Bukan Penyakit Akibat Kerja; hanya ada unsur pajanan di luar lingkungan kerja dan faktor
individu pekerja
4. Masih memerlukan data tambahan, artinya belum final dan masih memerlukan
pemeriksaan tambahan untuk dapat menentukan hasil akhir
REFERENSI
1. Soemarko DS, Sulistomo AB, dkk. Buku konsensus diagnosis okupasi sebagai penentuan
penyakit akibat kerja. Jakarta: Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia dan
Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia, 2011.
3. World Health Organisation. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. World Health
Organization, 1993
4. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. Pedoman Diagnosis dan Penilaian cacat
karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta. 2003
5. Dep. IKK FKUI dan Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia. Kurikulum PPDS
Kedokteran Okupasi Indonesia. Jakarta. 1998
ANALISIS RISIKO KESEHATAN/ HEALTH RISK ASSESSMENT (HRA)
PENGANTAR
HRA atau penilaian risiko kesehatan merupakan suatu prosedur yang tersistematis untuk
mengidentifikasi potensi dari bahaya kesehatan, mengevaluasi dari paparan secara subjektif
dan/ atau objektif, serta bertujuan untuk menentukan dan menilai efektivitas dari
pengendalian yang dibutuhkannya.
Selain itu, HRA pada pekerjaan bertujuan untuk membantu monitoring dari program
Occupational Hygiene, Program Surveilan Kesehatan dan juga sebagai alat untuk edukasi
kesehatan kerja dan program kesadaran dari kesehatan kerja.
DEFINISI
Health Risk Assessment (HRA) adalah analisis risiko tentang faktor faktor bahaya kesehatan
yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi yang ada di tempat kerja.
Adapun tujuan dari HRA adalah mengetahui tingkat risiko dari masing masing potensi bahaya,
melihat kefektifan dari kontrol yang sudah dilakukan serta untuk melakukan strategi
pengukuran dan kontrol dari potensi bahaya yang ada guna langkah selanjutnya. Di sisi lain
dengan adanya HRA maka kita mempunyai daftar dari karyawan yang terpapar potensi bahaya
tertentu (SEG ==> Similar Exposure Group) dan mengetahui spesifik health surveillance yang
dibutuhkan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan keterampilan mengenai HRA, mahasiswa mampu menjelaskan
dengan benar segala hal yang berkaitan erat dengan risiko kesehatan dari berbagai bidang
pekerjaan maupun di rumah sakit.
Penilaian pemajanan
Besarnya pemajanan dapat didekati dari indikator yang disepakati dapat mewakili pemajanan.
Walau umumnya dipakai konsentrasi atau intensitas dan waktu, namun pada kondisi faktor
risiko lain dipakai intensitas, durasi dan frekuensi. Contoh indikator konsentrasi adalah
kholesterol LDL dalam darah dalam satuan mg/dl, gula darah puasa dalam satuan mg/dl.
Contoh indikator intensitas adalah tekanan darah dalam satuan tekanan mmHg. Untuk faktor
risiko gerak raga dinamik, digunakan indikator intensitas gerak, durasi pada gerak dimaksud,
dan frekuensi gerak perminggu.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal
dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah risiko (risk).
Untuk meminilisasi ketidakpastian (uncertain), maka langkah antisipasi dari timbulnya suatu
kejadian yang berdampak negatif pada manusia, maupun lingkungan, yaitu berupa:
NNN. Unsafe act,
OOO. Unsafe condition, yang akan menyebabkan accident/ kecelakaan
9.Fase 9: Peninjauan
Proses penilaian risiko merupakan proses yang berkelanjutan, jika proses berubah, maka harus
dilakukan penilaian risiko ulang, karena saat itu bisa saja timbul bahaya dan risiko yang baru.
Contoh Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko merupakan cara yang digunakan untuk mengelola dengan baik risiko
yang dihadapi oleh pekerja dan memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan pekerja tidak
terkena risiko saat bekerja. Sistem penilaian risiko ini adalah mengidentifikasi bahaya sehingga
dapat mengambil tindakan untuk mengendalikan, mengurangi atau menghilangkan risiko
sebelum terjadi kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera, kerusakan dan kerugian (Ridley,
2006).
Besarnya suatu risiko adalah hasil perkalian atau kombinasi antara probability dengan
consequences (National patient safety agency, 2008), untuk itu dibutuhkan suatu standar yang
digunakan untuk mengetahui nilai antara kombinasi probability dengan consequences, standar
yang digunakan yaitu:
1. AS/NZS 4360 : 2004 Risk Management
2. NHS Highland (Risk Management Steering Group)
3. PMBOK Guide 3rd Edition 2004
Tabel 2. Tingkat Keparahan dan Dampak (AS/NZS 4360 : Risk Management, 2004)
Level Descriptor Uraian
1 Very unlikely Tidak terjadi cidera, kerugian finansial kecil
2 Unlikely Cidera ringan, kerugian finansial sedang
3 Possible Cidera sedang, perlu penanganan medis, keru-
gian finansial besar
4 Likely Cidera berat lebih dari satu orang, kerugian be-
sar, gangguan produksi
5 Almost certain Fatal lebih dari satu orang, kerugian sangat be-
sar dan dampak luas yang berdampak panjang,
terhentinya seluruh kegiatan
Tabel 3. Matrik Risiko (AS/NZS 4360 : Risk Management, 2004)
Probability Consequences
1 2 3 4 5
(Insignificant) (Minor) (Moderate) (Major) (Catastrophic)
1(Very Unlikely) LOW LOW LOW MEDIUM MEDIUM
2(Unlikely) LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM HIGH
3(Possible) LOW MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH
4(Likely) MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH VERY HIGH
5(Almost Certain) MEDIUM HIGH HIGH VERY HIGH VERY HIGH
Keterangan :
Low = 1-3
Medium = 4-9
High = 10-16
Very High = 20-25
Contoh Kasus
PT. X yaitu, gudang bahan baku, proses produksi, dan gudang barang jadi. Identifikasi bahaya
dilakukan berdasarkan pengamatan di lokasi pabrik, wawancara dengan pekerja terkait, dan
data historis kecelakaan kerja PT. X
16
REFERENSI
AS/NZS 4360. 2004. 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on Risk
Management. Broadleaf Capital International Pty Ltd. NSW Australia.
Department of Occupatinal Safety and Health. 2008, Guidelines for Hazard Identification,
Risk Assessment and Risk control. Malaysia.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 03/MEN/98 tahun 1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan