GOUT ARTHRITIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF IPD
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Aceh Utara
Oleh :
Triana Puti Nendes, S.Ked
2106111068
Preseptor :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gout Arthritis“.
Penyusunan referat ini sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior pada Bagian/SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Aceh Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr Rahmawati, Sp.PD-KGH selaku
preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Dalam atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan
bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga
referat ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Definisi......................................................................................................2
2.2 Epidemiologi.............................................................................................2
2.4 Etiologi......................................................................................................2
2.5 Patogenesis................................................................................................3
2.8 Diagnosis...................................................................................................5
2.9 Tatalaksana................................................................................................7
2.10 Komplikasi...........................................................................................11
2.11 Prognosis..............................................................................................11
BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
Gout arthritis adalah penyakit inflamasi kronis yang sering terjadi pada
orang dewasa, 3-4 kali dibandingkan rheumatoid arthritis. Gout arthritis paling
banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:1.
Prevalensi gout meningkat sesuai umur dengan rerata 7% pada pria umur
>75 tahun dan 3% pada wanita umur >85 tahun (1). Insidensi gout meningkat
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah insidensi obesitas dan sindorm
metabolik (2).
Gout terjadi dikarenakan akumulasi dari kristal urat pada jaringan yang
menyebabkan inflamasi dan nyeri saat serangan akut gout. Perjalanan alamiah
gout terdiri dari tiga fase, yaitu hiperurisemia tanpa gejala klinis, arthritis gout
akut diselingi interval tanpa gejala klinis (fase interkritikal) dan arthritis gout
kronik (1).
Beberapa penelitian menujukkan bahwa pengelolaan gout masih belum
optimal ditunjukkan dengan angka ketidaktepatan dalam penegakan diagnosis
yang menyebabkan ketidaktepatan pada pengobatan pasien (3).
.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gout adalah penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan tingkat asam
urat yang tinggi dan sedimentasi dari kristal monosodium urat di persendian dan
jaringan disekirar persendian (4).
2.2 Epidemiologi
Gout merupakan kasus inflamasi artritis yang banyak terjadi dan sering
terjadi pada dewasa. Gout mengenai 1 – 4% populasi dewasa. Prevalensi gout
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor demografi seperti
etnis, usia, dan jenis kelamin. Dalam penelitian yang dilakukan oleh U.S.
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), prevalensi gout
pada populasi kulit hitam non Hispanik (4,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi kulit putih non-Hispanik (4,0%) dan populasi Hispanik (2%). Prevalensi
gout meningkat sesuai umur dengan rerata 7% pada pria umur >75 tahun
dan 3% pada wanita umur >85 tahun. Prevalensi gout diperkirakan antara 13.6
per 1000 pria dan 6.4 per 1000 wanita. Prevalensi gout juga lebih tinggi di
daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan (1,2,5,6).
Terjadi peningkatan insidensi gout dikarenakan kebiasaan makan yang
buruk, seperti makanan cepat saji, kurangnya latihan fisik, dan peningkatan
insidensi obesitas dan sindrom metabolik (6).
2.4 Etiologi
1. Faktor risiko
Hiperurisemia adalah penyebab utama gout. Orang dengan tingkat serum
urat yang tinggi tidak hanya dapat meningkatkan risiko dari serangan akut
gout, tapi juga meningkatkan frekuensi serangan akut (7,8).
Faktor lain yang dapat menyababkan gout dan/atau hiperurisemia adalah
usia, jenis kelamin laki-laki, diet purin, alkohol, obat-obatan, penyakit
komorbid, dan genetik. Obat-obatan yang dapat menyebabkan gout
dan/atau urisemia diantaranya adalah diuretic, aspirin dosis rendah,
etambutol, pirazinamid, dan siklosporin (7).
3
2.9 Tatalaksana
Tatalaksana dapat dilakukan pada setiap fase (1)
1. Hiperurisemia tanpa gejala klinis
a. Pilihan tata laksana yang paling disarankan adalah modifikasi gaya
hidup, termasuk pola diet.
8
Jika terjadi toksisitas akibat alopurinol, salah satu pilihan adalah terapi
urokosurik dengan probenecid 1- 2 g/hari. Probenecid dapat diberikan
pada pasien dengan fungsi ginjal normal, namun dikontraindikasikan
pada pasien dengan urolitiasis atau eksresi asam urat urin ≥800 mg/24
jam. Pilihan lain adalah febuxostat dengan dosis 80-120 mg/hari.
b. Terapi pencegahan serangan gout akut diberikan selama 6 bulan sejak
awal pemberian terapi penurun kadar asam urat dengan kolkisin 0,5-1
mg/hari, dosis harus dikurangi pada gangguan fungsi ginjal. Pasien
yang mengalami intoleransi atau kontraindikasi kolkisin dapat
diberikan OAINS dosis rendah selama tidak ada kontraindikasi
c. Kadar asam urat serum harus dimonitor dan dijaga agar <6 mg/dL.
Pada pasien dengan gout berat (seperti tofi, artopati kronis, sering
terjadi serangan artritis gout) target kadar asam urat serum diupayakan
sampai <5 mg/dL untuk melarutkan kristal monosodium urat
d. Semua pilihan obat untuk menurunkan kadar serum asam urat dimulai
dengan dosis rendah dan titrasi dosis meningkat sampai tercapai kadar
asam urat <6 mg/dL dan bertahan sepanjang hidup
e. Gout kronis dengan tofi dan kualitas hidup buruk, bila terapi penurun
kadar asam urat tidak mencapai target dapat diberikan kombinasi
inhibitor xantin oksidase dan obat urikosurik atau diganti dengan
peglotikase
Tatalaksana Gout pada Pasien Gangguan Fungsi Ginjal
1. Pengelolaan gout akut pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
a. Serangan gout akut pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dapat
diberikan kortikosteroid oral atau injeksi intraarticular
b. Kolkisin dosis rendah (0,5 mg 1x/hari) dapat dipertimbangkan bila
bersihan kreatinin masih >50 ml/menit
c. Analgesia golongan opioid dapat ditambahkan bila pasien masih nyeri
2. Pengelolaan gout kronik pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
a. Pada gangguan fungsi ginjal pemberian alopurinol dimulai 100
mg/hari dan dosis dititrasi sampai target kadar asam urat serum <6
10
3. Latihan fisik
Latihan fisik dilakukan secara rutin 3 – 5 hari seminggu selama 30 – 60
menit. Olahraga meliputi latihan kekuatan otot, fleksibilitas otot dan
sendi, dan ketahanan kardiovaskular. Olahraga bertujuan untuk menjaga
berat badan ideal dan menghindari terjadinya gangguan metabolisme.
4. Lain-Lain
Disarankan untuk menghindari kebiasaan merokok
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari gout arthritis diantaranya adalah tophi, deformitas sendi,
osteoarthritis, keropos tulang, nefropati urat, dan nefrolitiasis. Gout juga dapat
menyebabkan komplikasi okular, seperti konjungtivitis, uveitis, atau skleritis
disebabkan presipitasi kristal urat (10). Tophi dapat berkembang di beberapa
tempat seperti di jari, tangan, kaki, siku, atau tendon Achilles. Tophi biasanya
tidak nyeri, tapi dapat membengkak dan lunak selama serangan gout (13).
2.11 Prognosis
Prognosis dari gout artritis tergantung dengan kormobiditas dari
individual. Angka mortalitas meningkat pada individual dengan komorbid
kardiovaskular dan sindrom metabolik. Ketika gout ditatalaksana yang tepat,
pasien akan hidup normal dengan gejala sisa yang ringan. Pasien dengan gejala
yang timbul sebelum usia 30 tahun dan tingkat serum asam urat > 9.0 mg/dL
(>0.5 mmol/L) akan memiliki manifestasi klinis awal yang lebih parah. Untuk
pasien yang tidak melakukan modifikasi gaya hidup, serangan akut berulang
sering terjadi (10,14)
BAB 3
KESIMPULAN
Gout arthritis adalah penyakit inflamasi kronis yang sering terjadi pada
orang dewasa, 3-4 kali dibandingkan rheumatoid arthritis. Goat arthritis paling
banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:1.
Insidensi gout meningkat dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah
insidensi obesitas dan sindorm metabolik.
Gout terjadi dikarenakan akumulasi dari kristal urat pada jaringan yang
menyebabkan inflamasi dan nyeri saat serangan akut gout. Perjalanan alamiah
gout terdiri dari tiga fase, yaitu hiperurisemia tanpa gejala klinis, arthritis gout
akut diselingi interval tanpa gejala klinis (fase interkritikal) dan arthritis gout
kronik. Pada pasien yang mengalami gout akut, biasanya ditemukan inflamasi
akut ditandai dengan nyeri hebat, nyeri sentuh/tekan, onset tiba-tiba disertai
bengkak dengan atau tanpa eritema yang mencapai Pundak 6-12 jam pada satu
sendi. Pasien dapat mengalami gout kronis minimal 5 tahun dari serangan
pertama. Kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis gout adalah
menggunakan kriteria gout dari ACR/EULAR 2015.
Pengelolaan pasien dengan hiperurisema tanpa gejala klinis adalah dengan
modifikasi gaya hidup. Pengelolaan pasien dengan gout akut dengan onset <12
jam adalah kolkisin dengan dosis awal 1 mg diikuti 1 jam kemudian 0.05 mg.
Terapi lain diantarnaya OAINS, kortikosteroid oral dan/atau bila dibutuhkan
aspirasi sendi diikuti injeksi kortikosteroid. Pengelolaan pasien dengan fout fase
interkritikal dan gout kronis adalah dengan pemberian alopurinol (100-900
mg/hari), probenecid (1-2 g/hari) atau febuxostat (80-120 mg/hari). Komplikasi
dari gout arthritis diantaranya adalah tophi, deformitas sendi, osteoarthritis,
keropos tulang, nefropati urat, dan nefrolitiasis. Prognosis dari gout artritis
tergantung dengan kormobiditas dari individual. Ketika gout ditatalaksana yang
tepat, pasien akan hidup normal dengan gejala sisa yang ringan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi Pedoman Diagnosis
dan Pengelolaan Gout. 2018. 1–33 p.
2. Singh JA, Gaffo A. Gout epidemiology and comorbidities. Semin Arthritis
Rheum. 2020;50(3):S11–6.
3. Edwards NL. Quality of care in patients with gout: Why is management
suboptimal and what can be done about it? Curr Rheumatol Rep.
2011;13(2):154–9.
4. Chen J, Wu M, Yang J, Wang J, Qiao Y, Li X. The Immunological Basis in
the Pathogenesis of Gout The role of MSU in gout development. Iran J
Immunol. 2017;14(2):90–8.
5. Dehlin M, Jacobsson L, Roddy E. Global epidemiology of gout:
prevalence, incidence, treatment patterns and risk factors. Nat Rev
Rheumatol. 2020;16(7):380–90.
6. Kuo CF, Grainge MJ, Zhang W, Doherty M. Global epidemiology of gout:
Prevalence, incidence and risk factors. Nat Rev Rheumatol.
2015;11(11):649–62.
7. Neogi T. Gout. Ann Intern Med. 2016;165(1):ITC1–15.
8. Dalbeth N, Gosling AL, Gaffo A, Abhishek A. Gout. Vol. 397, The Lancet.
2021.
9. Merriman TR, Choi HK, Dalbeth N. The genetic basis of gout. Rheum Dis
Clin North Am. 2014;40(2):279–90.
10. Fernando A, Rednam M, Widrich J. Gout. StatPearls. 2021;
11. So AK, Martinon F. Inflammation in gout: Mechanisms and therapeutic
targets. Nat Rev Rheumatol [Internet]. 2017;13(11):639–47. Available
from: http://dx.doi.org/10.1038/nrrheum.2017.155
12. Schlesinger N. Clinical features of gout. Gout. 2013;63(4):70–7.
13. Mayo Clinic Staff. Gout: Complications. Mayo Clinic. 2018.
14. Mandell BF. Gout. Merck Manual. 2020.