Anda di halaman 1dari 11

SEORANG LAKI – LAKI 44 TAHUN DENGAN EMPIEMA:

LAPORAN KASUS
A 44 Years Old Male With Empiema: Case Report

Muhamad Irfan Hidayatullah', Artana Made2


'Departemen Pulmonologi dan Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Pulmonologi dan Respirasi, Rumah Sakit Umum Daerah dr Sayidiman Magetan
Alamat email: j510215094@student.ums.ac.id

ABSTRAK
Empiema adalah keadaan terdapatnya nanah atau pus dalam rongga pleura yang biasanya
merupakan kelanjutan proses efusi parapneumonia. Empiema dapat juga terjadi akibat komplikasi tindakan
thorakotomi, thorakosentesis atau aspirasi cairan pleura, perforasi esophagus, trauma pada thorak, proses
keganasan dan kelanjutan dari infeksi bakteri tuberkulosis. Empiema terjadi akibat dari infeksi pada rongga
pleura yang tak terobati sehingga berkembang dari cairan pleura menjadi suatu kumpulan kompleks pada
rongga pleura. Seorang pasien laki-laki 44 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari
SMRS, disertai batuk berdahak dan nyeri dada sebelah kanan saat bernapas yang bersifat hilang timbul.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Gerakan dada asimetris dengan adanya ketertinggalan dada sebelah
kanan, vokal fremitus dada sebelah kanan menurun, redup pada dada kanan, suara vesicular menurun pada
dada sebelah kanan. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan anemia dan leukositosis. Foto thoraks
menunjukkan efusi pleura kanan massif dan saat dilakukan pungsi pleura didapatkan cairan berupa pus
agak kental berwarna kuning dan merah kehitaman. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosis dengan empyema et causa suspek TB, Pada pasien ini
dilakukan evakuasi cairan pleura, pemberiaan analgesik, serta antibiotik.
Kata Kunci: Empiema, Pneumonia, Parapneumonia, Tuberculosis
ABSTRACT
Empyema is a condition of the presence of pus in the pleural cavity which is usually a continuation
of the process of parapneumonic effusion. Empyema can also occur due to complications of thoracotomy,
thoracic trauma, esophageal perforation, thoracocentesis, malignancy processes and infection with
tuberculosis bacteria. Empyema occurs as a result of infection in the pleural space that is not treated so that
it develops from pleural fluid into a complex collection of pleural space. A 44-year-old male patient came to
hospital with complaints of shortness of breath since 4 days SMRS, accompanied by cough with phlegm and
intermittent right chest pain when breathing. On physical examination found asymmetrical chest movement
with left chest lag, decreased right chest vocal fremitus, dullness on the right chest, decreased vesicular
sound on the right chest. Complete blood count showed anemia and leukocytosis. The chest X-ray showed a
massive right pleural effusion and when a pleural puncture was performed, the fluid was found in the form of
a slightly viscous yellow and red-black pus. Based on history, physical examination, and supporting
examination, this patient was diagnosed with empyema et causa suspected of TB. In this patient, pleural fluid
evacuation, analgesics, and antibiotics.

Keywords: Empyema, Pneumonia, Parapneumonia, Tuberculosis

PENDAHULUAN pleura yang merupakan kelanjutan proses

Empiema merupakan suatu keadaan efusi parapneumonia. Empiema dapat juga

terdapatnya nanah atau pus di dalam rongga terjadi akibat komplikasi tindakan

ISSN : 2721-2882 793


thorakotomi, thorakosentesis atau aspirasi tidak diketahui penyebabnya dapat meningkat

cairan pleura, perforasi esophagus, trauma dua kali lipat seperti pada nonpneumococcal

pada thorak, proses keganasan dan kelanjutan yaitu empiema streptococcal. Insidensi

dari infeksi bakteri tuberkulosis. empiema yang dilaporkan setiap tahunnya

Empiema adalah suatu komplikasi yaitu 1-5 kasus per 100.000 orang penduduk.

utama dari pneumonia dan merupakan salah Infeksi bakteri pneumococcal tetap menjadi

satu penyebab kematian. Kejadian kasus penyebab terbesar di negara maju dan

penyakit pneumonia yang ada di rumah sakit staphylococcus aureus merupakan organisme

di Amerika Serikat adalahh sekitar 1,3 juta kausatif terbesar yang terjadi di negara

orang per tahun. Sedangkan prevalensi dari berkembang.

kasus efusi pleura yaitu 35 - 40%. Efusi Empiema merupakan suatu cairan

pleura yang berlanjut menjadi sebuah inflammatori dan juga debris yang terdapat

komplikasi atau terjadi empiema sering pada rongga pleura. Empiema terjadi akibat

terjadi pada infeksi pleuropulmonari anaerob. komplikasi dari adanya suatu infeksi pada

Pada infeksi pleuropulmonari diperkirakan rongga pleura yang tak terobati dan akhirnya

sekitar 500.000 - 750.000 pasien menjadi berkembang dari cairan pleura menjadi

efusi parapneumonia. Data pada tahun 1996 kumpulan kompleks pada rongga pleura.

di Amerika Serikat pasien yang diagnosis Diagnosis dari empiema dapat

parapneumonia empiema sekitar 3,04 per ditegakkan dengan anamnesa, pemerikasaan

100.000 oranng, sedangkan pada tahun 2008 fisik dan pemeriksaan penunjang contohnya

meningkat menjadi 5,98 per 100.000 orang. pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

Empiema pneumococcal cenderung lebih radiologi dan dapat dilakukan pemeriksaan

stabil, tetapi empiema staphylococcal dapat sitopatologi. Pemeriksaan radiologi yang

meningkatkan angka kejadian menjadi tiga dapat dilakukan yaitu diantaranya foto polos

kali lipat. Angka kejadian empiema yang thoraks, USG dan CT Scan thoraks.

ISSN : 2721-2882 794


PRESENTASI KASUS menyangkal bila terdapat penurunan berat

Seorang pasien Laki-laki berusia 44 badan pada pasien.

tahun datang ke instalasi gawat darurat (IGD) Riwayat penyakit serupa yang

RSUD Dokter Sayidiman Magetan pada 15 dialami sekarang pada pasien sebelumnya

maret 2022, dengan keluhan sesak napas yang disangkal, untuk riwayat penyakit asma,

dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah penyakit ginjal, penyakit diabetes mellitus,

sakit. Sesak napas dirasakan semakin lama riwayat hipertensi dan jantung serta Riwayat

menjadi semakin memberat, sesak napas TB dan Riwayat alergi semuanya disangkal.

dapat terjadi hampir terus menerus sepanjang Sedangkan riwayat pada keluarga berupa

hari dan memberat saat berjalan dan penyakit serupa pada pasien, penyakit paru,

beraktifitas. Selain itu, pasien juga diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan

mengeluhkan dada kanannya nyeri saat alergi juga semuanya disangkal. Riwayat

bernapas, timbulnya nyeri dada dirasakan kebiasaan pasien seperti merokok dan

bersamaan dengan sesak napas, nyeri dada konsumsi alkohol disangkal

bersifat hilang timbul Dari hasil pemeriksaan fisik yang

Selain sesak pasien juga didapatkan yaitu keadaan umum pasien baik,

mengeluhkan batuk berdahak sejak ± 10 hari kesadaran pasien compos mentis E4V5M6,

sebelum masuk rumahh sakit dengan dahak Tekanan darah 121/77 mmHg, frekuensi nadi

berwarna keputihan namun pasien mengaku 128x/menit, frekuensi nafas 25x/menit, suhu

dahaknya susah keluar. Frekuensi batuk 36,7oC, SpO2 94%.

jarang. Pasien menyangkal sebelumnya Pada pemeriksaan Kepala didapatkan

mengalami demam. Pasien tidak muntah, normochepal. Mata : sklera ikterik (-/-),

BAB dan BAK pasien juga normal, pasien konjugtiva anemis (-/-), pupil bulat isokor dan

mengatakan jika tidur lebih nyaman miring reflex pupil (+/+). Hidung dan telinga : tidak

ke kanan. Pasien dan keluarga pasien mengeluarkan secret. Bibir : tidak terdapat

ISSN : 2721-2882 795


sianosis, gusi tidak berdarah. Pada Tabel 1. Darah Lengkap

pemeriksaan leher tidak ada pembesaran Pemeriksaan Hasil

tiroid, pembesaran KGB (-) dan tidak terdapat Hematologi


Leukosit 19.7 (H)
adanya peningkatan JVP, Pada pemeriksaan
Eritrosit 5.06
thorax didapatkan Bentuk dada normal (+), Hemoglobin 11.6 (L)

gerakan nafas dada sebelah kanan tertinggal, Hematokrit 36.2 (L)


Trombosit 445 (H)
pola nafas (regular), retraksi dada (-),
Index Eritrosit
ketinggalan gerak (+/-), fremitus
MCV 85.4
(menurun/+), perkusi (redup di SIC MCH 30.0
MCHC 35.2
III/sonor), SDV (menurun/+), ronki (-/-),

wheezing (-/-), Suara Jantung I-II reguler


Pemeriksaan Hasil
(+), murmur (-), bising jantung (-). Pada
RDW-CV 12.3
pemeriksaan abdomen dalam batas normal
PDW 9.0
Pada ekstremitas inferior didapatkan CRT <2 MPV 9.3

detik, akral hangat. PCT 0.34


DIFF COUNT
Pemeriksaan penunjang yaitu darah
Neutrofil 76.4
lengkap pada pasien didapatkan hasil sebagai Limfosit 8 (L)

berikut: Monosit 6
Eosinofil 0.6
Basofil 0.5

Sementara itu pada pemeriksaan

penunjang foto thorax (Gambar 1) didapatkan

gambaran sebagai berikut:

ISSN : 2721-2882 796


permukaan kutan arah tegak lurus + 2.6-6.6

cm. diberikan marker II pada lokasi terbanyak

sejajar posteror axillary line dengan jarak

optimal dari permukaan kutan arah tegak

lurus + 2.4-7.5 cm.

Setelah dilakukan USG pro marker

maka pasien dilakukan pungsi untuk evakuasi

sekaligus pemeriksaan cairan pleura dan

didapatkan hasil : Cairan pleura yang

dikeluarkan berupa pus agak kental

berwarna kuning dan merah kehitaman.

Gambar 1. Foto rontgen thorax PA Jumlah cairan yang dikeluarkan + 1000

Kesan : cc.

Cor : Ukuran normal Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

Pulmo : Tampak perselubungan homogen di fisik dan juga pemeriksaan penunjang yng

laterobasal, hemotoraks dekstra telah dilakukan makan pasien ini didiagnosis

Kesimpulan : Efusi Pleura Masif Dekstra EMPIEMA. Sedangkan untuk kausa nya

didiagnosis banding yaitu TB Ekstra paru dan


Pada pemeriksaan USG pro marker

pada tanggal 16 Maret 2022 didapatkan hasil Ca paru.

: Tampak echo cairan bebas disertai internal Pada pasien ini dilakukan planning

eko pekat intra cavum pleura dekstra diagnosis berupa tes TCM TB dan juga kultur

(Volume sekitar 1.779 cc). Diberikan marker cairan efusi untuk mengetahui penyebab

1 pada lokasi terbanyak sejajar mid terjadinya Empiema. Penatalaksanaan pasien

scapullary line dengan jarak optimal dari ini dengan terapi medikamentosa Infus

ISSN : 2721-2882 797


NaCl 0,9% 20 tpm, Inj. Ceftriaxon 2x1gr, napas yang dirasakan sejak 4 hari sebelum

Inf. Metronidazole 3x500 mg, Inj. Solvinex masuk rumah sakit. Sesak napas yang

2x2 mg, Inj. Pantoprazole 1x40 mg, drip dirasakan semakin lama menjadi semakin

Aminofilin 1x240 mg, drip Neurosanbe 1x1, memberat, sesak napas terjadi hampir terus

peroral codein 3x10 mg, peroral erdobat menerus sepanjang hari dan memberat saat

3x300 mg, peroral arsinal 3x1, dan dilakukan berjalan serta beraktifitas. pasien juga

terapi adjuvant TB dengan 4FDC 1x3. mengeluhkan dada kanannya nyeri saat

Edukasi yang diberikan kepada bernapas, timbulnya nyeri dada dirasakan

pasien ini yaitu sebagai berikut : bersamaan dengan sesak napas, nyeri dada

bersifat hilang timbul.


a. Selalu menjaga kebersihan seperti
Empiema merupakan suatu keadaan
mencuci tangan
adanya nanah atau pus yang terdapat di dalam
b. Segera memeriksakan diri ke dokter
cavum pleura dan merupakan suatu penyebab
jika merasa sakit dan mengikuti
mobiditas. Penyebab lain yang tergolong
setiap terapi yang diberikan oleh
lebih jarang ditemui yaitu mencakup
dokter sampai tuntas
penyebaran dari tempat lain seperti septik

c. Berhenti merokok jika pasien emboli, abses subphrenik, abses paru.

merokok dan berusaha menghindari Perkembangan penyakit dari empiema

paparan asap rokok atau polusi tergantung dari keseimbangan antara daya

udara tahan tubuh pasien, keadaan pasien dan

virulensi bakteri (PDPI, 2013).


d. Meningkatkan daya tahan tubuh
Hampir Sebagian besar dari pasien
dengan olahraga rutin
empiema merupakan suatu bentuk komplikasi
PEMBAHASAN
Pasien masuk ke rumah sakit dr. yang disebabkan oleh infeksi paru primer.
Sayidiman Magetan dengan keluhan sesak Dalam beberapa penelitian yang sudah

ISSN : 2721-2882 798


dilakukan didapatkan rasio kejadian empiema menunjukkan penurunan pengembangan paru

antara laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. yang sifatnya hanya unilateral, penurunan

Pada laporan kasus ini pasien kami ialah laki- bunyi atau tidak ada sama sekali bunyi nafas

laki (Strachan et al, 2013). pada bagian yang sakit, suara krepitasi dan

Empiema telah menjadi salah satu perkusi yang redup ditemukan pada sisi yang

penyumbang angka kematian yang terjadi sakit. Pada beberapa penelitian yang

pada masyarakat miskin di negara digunakan sebagai referensi ditemukan

berkembang. Dalam sebuah penelitian bahwa gejala empiema paling umum adalah

didapatkan sekitar 80% pasien dengan demam, anoreksia atau sulit makan, malaise,

empiema paru termasuk dalam sosial batuk dan sesak napas dengan intensitas yang

ekonomi menengah bawah yang bekerja bervariasi. Pada Sebagian pasien yang lain

sebagai pekerja kasar, buruh, pengangguran pada pemeriksaan fisik juga ditemukan

dan bertempat tinggal di permukiman padat adanya takipneu, takikardi, pucat,

dan kumuh. Pada kasus ini pasien kami pembesaran pada hemithorak yang sakit dan

bekerja sebagai buruh bangunan, dan dapat sering juga didapatkan retraksi intercostae

disimpulkan bahwa pasien kami ini adalah maupun subkostae pada hemithorak yang

orang dengan sosial ekonomi menengah sakit. Pemeriksaan lainnya yang khas yaitu

kebawah. (Lababebe, 2013). pergerakan paru yang menurun, perkusi yang

Empiema paru ditandai dengan gejala pekak dan adanya penurunan bunyi napas

awal seperti demam, malaise, takipneu dan atau bahkan sampai tidak adanya bunyi nafas

merasa nyeri pada dada. Pasien yang pada sisi yang sakit (Ahmed, 2012; Thomas,

menderita empiema saat tidur cenderung 2013).

lebih sering berbaring pada sisi yang sakit Pada pasien kami ini dijumpai

untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyeri. manifestasi berupa sesak napas, malaise/lesu,

Pada pemeriksaan fisik pasien empiema nyeri dada, batuk berdahak tetapi pasien

ISSN : 2721-2882 799


menyangkal mengalami demam. Pasien ini hemithorak yang sakit atau terkena dengan

juga mengaku saat tidur lebih suka berbaring adanya dorongan mediastinum ke sisi

ke arah kanan. Pada pemeriksaan fisik pada kontralateral. Secara umum empiema

pasien ini ditemukan dada yang asimetris, memiliki manifestasi klinis sebagai efusi

retraksi subcostae intercostae (-), fremitus pleura klasik. Empiema awalnya cenderung

dada kanan < kiri, perkusi redup pada dada melokulasi, tidak ada perubahan saat posisi

kanan, vesikuler kanan menurun, ronkhi (-/-), pasien berubah atau kemungkinan juga tidak

wheezing (-/-). Pada pemeriksaan penunjang memiliki tanda meniscus sign. Pada foto

awal yaitu hitung darah lengkap didapatkan polos thorak posisi PA yang telah dilakukan

adanya leukositosis, trombositosis dan di RS dr. Sayidiman Magetan ditemukan

anemia. Jumlah leukosit terutama pada adanya kesan fluidopneumothoraks kanan

neutrofil bisa didapatkan adanya peningkatan (Kraus, 2013).

di awal manifestasi. Peningkatan Trombosit Empiema memiliki hubungan dengan

atau trombositosis umumnya terjadi adanya suatu reaksi inflamasi pleura dan

dikarenakan inflamasi kronis pada empiema. terdapatnya sel polymorphonuclear, fibrin

Pada pemeriksaan penunjang pasien kami dan faktor-faktor pembekuan plasma di dalam

dijumpai adanya leukositosis, trombositosis cavum pleura. Pelapis pada pleura visceral

dan anemia (Ahmed, 2012). dan pleura parietal adalah fibrin. Apabila

Melalui radiografi, empiema terlihat suatu infeksi diterapi tidak tuntas dan

sebagai cairan pleura yang umumnya hanya adekuat, maka akan terbentu fibrin peel yang

unilateral. Saat didapatkan adanya efusi disebut juga pleural cortex atau pleural rind

bilateral menandakan bahwa lokasi yang yang disertai pertumbuhan kapiler, fibroblast

terinfeksi menjadi lebih luas. Hasil foto dapat ditemui pada hari ke tujuh sejak

thoraks pada empiema dapat memiliki dimulainya perkembanngan awal empiema,

gambaran “white out” yang komplit pada dan hasil akhirnya yaitu berupa fibrosis

ISSN : 2721-2882 800


pleura. Gambaran ultrasonografi pada dilakukannya pungsi pleura (Lababebe, 2013;

empiema mewakili tahap dari proses Ahmed, 2012).

penyakit. Anechoic atau hipoechoic CT scan merupakan penunjang yang

merupakan cairan tanpa septasi yang dapat sangat membantu dalam penegakan diagnosis

mendahului cairan hiperechoic dan empiema. Tanda yang bisa didapatkan adalah

kemudian dapat berkembang menjadi lokulasi adanya “split pleura sign”, yang umumnya

atau septasi. Hal ini menandakan adanya terindentifikasi dalam fase organizing pada

perkembangan dari empiema eksudatif ke empiema. Setelah pemberian bahan kontras

bentuk empiema fibrinopurulen, saat endapan secara bolus intravena, pleura parietalis dan

fibrin meningkat akan menyebabkan pleura visceral akan tampak terlihat

pembentukan septasi dan lokulasi cairan hiperdensitas, kemungkinan besar karena

pleura serta fibrin peel pada permukaan peningkatan suplai vaskular dalam pleura

cavum pleura. Pada beberapa empiema, yang terinflamasi. Pada pasien kami ini tidak

jumlah septa dapat sangat banyak sehingga dilakukan CT scan (Lababebe, 2013; Kraus,

menghasilkan gambaran honeycomb 2013; Ahmed, 2012).

appearance. Empiema sering terlihat Pada penelitian yang dilakkukan oleh

encapsulated, tidak bergerak bebas, dan Sakkura dkk, didtemukan adanya kejadian

terlihat sedikit echogenic sampai echogenic empiema pada hemithorak dextra sebanyak

yang sedang. Berbagai macam echogenisitas 60% dan hemithorak sinistra sebanyak

pada setiap ruang dapat menjadi suatu tanda 37%.16 Pada pasien dalam laporan kasus

empiema parsial. Fibrin dan septa pada kami ini terjadi pada hemithorak dekstra

ultrasonografi dapat terdeteksi dengan (Sakakura et al, 2016).

mudah, tetapi sulit dilihat pada CT-Scan. Bakteri Escherichia coli,

Pada pasien kami ini dilakukan USG thorak Pseudomonas dan Klebsiella dipercaya

sebagai promarker penanda untuk sebagai penyebab utama empiema pada

ISSN : 2721-2882 801


negara-negara berkembang dan terdapat parietalis, serta dilakukan evakuasi pada

hubungan atas meningkatnya angka seluruh pus maupun debris dari cavum pleura.

malnutrisi. Bakteri yang umumnya menjadi Dekortikasi termasuk dalam pembedahan

penyebab empiema pada anak yang sudah thorak mayor yang biasanya dilakukan insisi

diidentifikasi yaitu bakteri aerob seperti pada thorak secara penuh dan tindakan ini

Streptococcus pneumonia, Staphylococcus sebaiknya tidak dilakukan pada pasien yang

aureus, Escherichia coli, Pseudomonas kondisi umumnya tidak stabil. Pasien yang

aeruginosa, Klebsiella aerogenes, sedangkan menjalani Tindakan dekortikasi dapat

bakteri anaerob yaitu Peptococcus, meningkatkan fungsi paru secara signifikan.

Fusobacterium species dan Bacteroides Pasien dalam laporan kasus kami ini telah

species, Cairan pleura pasien empyema harus mendapat terapi antibiotik secara intravena,

dianalisis mikrobiologinya termasuk kultur pasien ini tidak dilakukan tindakan

bakteri (Thomas, 2013; Sakakura et al, 2016). dekortikasi tetapi pasien diberikan adjuvant

Terapi pembedahan menjadi pilihan TB karena kami curiga pasien mengalami

yang harus dipertimbangkan saat antibiotik, empiema yang disebabkan oleh TB.

fibrinolisis dan drainase chest tube telah (Strachan, 2013).

gagal untuk melakukan drainase yang adekuat Prognosis empiema dapat

terhadap cairan pleura sehingga dapat dipengaruhi oleh umur dan penyakit yang

menjadi sepsis menetap. Terjadinya diderita sebelumnya. Angka kematian pasien

piopnemothoraks yang membuat paru gagal empiema akan meningkat pada usia tua,

mengembang Kembali dan adanya fistula penyakit awal yang berat, dan terapi serta

broncopleura menjadi Indikasi lain dari penanganan yang terlambat. Faktor prognosis

pembedahan. Dekortikasi adalah sebuah menjadi buruk apabila: (1) terdapat pus atau

tindakan pengangkatan semua jaringan nanah di rongga pleura, (2) Pada pemeriksaan

fibrosa yang ada di pleura visceral dan pleura pewarnaan cairan pleura didapatkan gram

ISSN : 2721-2882 802


positif, (3) Kadar glukosa pada cairan pleura DAFTAR PUSTAKA

< 40 mg/dL, (4) Pada pemeriksaan kultur Ahmed AE, Yacoub TE, Empyema Thoracis.
Clinical Medicine Insights:
cairan pleura hasilnya positif, (5) Nilai pH Respiratory and Pulmonary
Medicine. 2012; 4: 1-8
cairan pleura < 7,0, (6) Kadar LDH cairan
Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi
pleura lebih dari 3 kali dari nilai normal Kedokteran. Jakarta: EGC. 2012:
495- 506.
serum (Sakakura et al, 2016).
Kraus GJ. The Split pleura Sign. Radiology.
KESIMPULAN 2013;243:297-8
Kasus ini menggambarkan laki-laki usia
Lababebe O. Pleural Effusion Imaging.
44 tahun dengan empiema. Deteksi empiema Medscape Reference Drug, Disease
and Procedures . Update May 25,
pada pasien ini agak sulit, karena pada 2013

awalnya pasien didiagnosis efusi pleura Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.


Pedoman Diagnosis dan
massif sampai pasien dilakukan pungsi pleura Penatalaksanaan Asma di Indonesia.
RS Persahabatan: Jakarta. 2013.
dengan hasil cairan pleura berupa pus.
Sakakura dkk. Surgical Treatment of
Empiema dapat didiagnosis dengan beberapa Empyema after Pulmonary Resection
Using Pedicle Skeletal Muscle
pemeriksaan yang telah kami lakukan seperti Plombage, Thoracoplasty and
Continuous Cavity Ablution
anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga Prosedures: A Report on Three
Cases. Journal of Thoracic Disease.
pemeriksaan penunjang yang dapat 2016. 1333-1339.

mendukung diangnosis kami. Strachan RE, Gulliver T, Martin A,


McDonald T, Nixon G, Roseby R,
Prognosis empiema dapat et.al. Pediatric Empyema Thoracis :
Recommendation for Management.
dipengaruhi umur serta penyakit yang dialami The Thoracic Society of Australia
and New Zealand. 2013: 1-39
sebelumnya. Angka kematian empiema akan
Thomas MO dan Ogunleye EO. Chronic
meningkat pada pasien usia tua, penyakit Empyema: Aetiopathology and
Management Challenges in the
Developing World.Surgical Science.
awal yang berat, dan terapi serta pengobatan
2013:446- 450
yang terlambat.

ISSN : 2721-2882 803

Anda mungkin juga menyukai