JUMP 1 “ Terminologi”
3. Hipospadia penoscrotal : suatu bentuk kelainan kongenital pada bayi laki-laki dimana
terjadi keabnormalitasan letak orificium urethra externa yaitu terletak pada bagian
proksimal penis atau diantara basis penis dan scrotum
6. Ambigu genitalia : disebut juga kelamin ganda yaitu kondisi saat bentuk alat genital
atau kelamin tidak jelas, sehingga terlihat seperti memiliki kelamin ganda, yaitu
perempuan dan laki-laki
9. 5 ARS2 : enzim pada met. Steroid yaitu androgen yang berfungsi mengubah
testosteron menjadi DHT
JUMP 2 “Rumusan Masalah”
Jump 3 “Hipotesa”
2. Proses BAK normal hanya saja untuk posisi BAK harus dilakukan penyesuaian
3. Karena genotipe Monic adalah laki-laki, di mana hormon yang berfungsi untuk
perkembangan sekunder pada wanita yaitu estrogen jumlahnya sedikit
4.
Tatalaksana :
- Melibatkan tim multidisiplin ilmu
1. Psikososial → Gender Assignment, Gender Re-assignment, Supporting Group
2. Medis → Medikamentosa dan intervensi bedah → rekonstruksi dan non-
rekonstruksi
3. Urologi, dll
6. - Karena terjadinya def. 5ARS2 → def DHT → Genitalia Eksterna gagal berkembang
- Genetik
- Faktor kehamilan ibu
- Lingkungan
- Kelainan pada sistem endokrin
→ → →
7. Def. 5ARS2 DHT menurun perkembangan genitalia eksterna terganggu
kegagalan pembentukan uretra pada minggu ke-7 kehamilan dan minggu 14
kehamilan
→ →
8. Faktor genetik, endokrin (hormon), lingkungan def. 5ARS2 tidak terjadinya
→
sintesis Testosteron menjadi DHT DHT mengalami defisiensi atau bahkan tidak
terbentuk sama sekali
JUMP 4 “Skema”
Embriologi Sistem
Urogenital
Tatalaksana
a. Sistem Urogenitalia
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan
traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia
eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis dan skrotum;
sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium.
Dipandang dari sudut fisiologi, sistem urogenital dapat dibagi dalam dua unsur yang
berbeda sifatnya : sistem urinarius dan sistem genitalia. Akan tetapi, dipandang dari sudut
embriologi dan anatomi, kedua sistem ini saling bertautan. Ada 2 macam perkembangan
sistem urinarius yaitu organogenesis ginjal dan maturasi ginjal.
b. Sistem urinarius
1. Pembentukan Ginjal
Pembentukan Ginjal ditandai dengan adanya penonjolan pada mesoderm intermedier di
daerah anterior embrio, yang disebut nefrotom. Berlangsung dari anterior ke posterior. Urutan
perkembangannya:
1. Pronefros
2. Mesonefros
3. Metanefros
INCLUDEPICTURE "C:\\BIOLOGY\\SEMESTER 6\\MORGENWAN\\New folder (2)\\
Firasti@Biologi Pembentukan Sistem Urogenital_files\\Picture2.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "C:\\BIOLOGY\\SEMESTER 6\\
MORGENWAN\\New folder (2)\\Firasti@Biologi Pembentukan Sistem Urogenital_files\\
Picture2.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "C:\\BIOLOGY\\
SEMESTER 6\\MORGENWAN\\New folder (2)\\Firasti@Biologi Pembentukan Sistem
Urogenital_files\\Picture2.jpg" \* MERGEFORMATINET
Gambar 1. Cikal bakal ginjal (Pronefros,Mesonefros dan Metanefros)
Organogenesis ginjal terdiri melalui 3 tahapan secara berurutan yaitu : pronefros,
mesonefros, dan metanefros seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Proses Pembentukan Ginjal
Gambar 5. Metanefros
Satuan-satuan eksresinya berkembang dari mesoderm metanefros, dengan cara yang
sama seperti pada system mesonefros. Akan tetapi perkembangan system salurannya, berbeda
dari system ginjal lainnya.
Naiknya ginjal disebabkan oleh kurangnya kelengkungan tubuh maupun pertumbuhan
tubuh didaerah lumbal dan sacral. Dipanggul, metanefros menerima aliran darah dari sebuah
cabang panggul dan aorta. Dalam perjalanan naik ke rongga perut ini, ginjal diperdarai oleh
pembuluh-pembuluh nadi yang berasal dari aorta yang letaknya semakin meninggi.
Pembuluh-pembuluh yang lebih rendah biasanya akan berdegenerasi.
2. System pengumpul
Saluran-saluran pengumpul ginjal permanen berkembang dari tunas ureter, suatu
tonjolan saluran mesonefros didekat muaranya ke kloaka. Tunas ureter ini menembus
jaringan metanefros, yang menutup ujung distalnya sebagai topi. Selanjutnya, tunas ini
melebar membentuk piala ginjal primitive, dan terbagi menjadi bagian cranial dan kaudal,
yang kelak akan menjadi kalises mayors.
Sambil menembus lebih jauh kedalam jaringan metanefros, tiap-tiap kaliks membentuk
dua tunas baru. Tunas-tunas yang baru terbentuk masing-masing terus membelah lagi hingga
terbentuk 12 generasi saluran atau lebih. Sementara itu, dibagian tepi, terbentuk lebih banyak
saluran hingga akhir bulan ke-5. Saluran generasi kedua membesar dan menyerap masuk
saluran generasi ketiga dan keempat, sehingga terbentuklah kalises minor piala ginjal.
Pada perkembangan selanjutnya, saluran pengumpul generasi ke-5 dan seterusnya
sangat memanjang dan menyebar dari kaliks minor, sehingga membentuk piramida ginjal.
Dengan demikian, tunas ureter membentuk ureter, piala ginjal, kalises mayor dan minor, dan
kurang lebih satu hingga tiga juta saluran pengumpul.
3. System eksresi
Tiap-tiap saluran yang baru terbentuk, dibagian ujungnya ditutupi oleh topi jaringan
metanefrik. Dibawah pengaruh induktif tubulus ini, sel-sel topi jaringan ini membentuk
gelembung-gelembung kecil, yaitu vesikel renalis, yang selanjutnya akan membentuk
saluran-saluran kecil.
Saluran-saluran ini bersama dengan berkas-berkas kapiler yang dikenal sebagai
glomeruli, membentuk nefron atau system eksresi. Ujung proksimal masing-masing nefron
membentuk simpai bowman, yang didalamnya berisi glomerulus.
Ujung distalnya membentuk hubungan terbuka dengan salah satu saluran pengumpul,
sehingga terbentuklah jalan penghubung dari glomerulus kesatuan pengumpul. Pemanjangan
saluran eksresi yang berlangsung terus mengakibatkan pembentukan tubulus kontortus
proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Oleh karena itu, ginjal berkembang dari
dua sumber yang berbeda, yaitu mesoderm metanefros yang membentuk satuan eksresi dan
tunas ureter yang membentuk system pengumpul.
Pada saat lahir, ginjal berlobulasi. Selama masa anak-anak, gambaran lobulasi ini
menghilang karena petumbuhan nefron lebih lanjut. Akan tetapi jumlahnya tidak bertambah.
4. Kandung kemih dan uretra
Selama perkembangan minggu ke-4 hingga ke-7, septum urorektal membagi kloaka
menjadi saluran anorektal dan sinir urogenital. Selaput kloaka sendiri kemudian terbagi
menjadi membrana urogenitalis di anterior dan membrana analis di posterior. Tiga bagian
sinus uroggenitalis primitif tersebut dapat dibedakan:
a. Bagian atas yang paling besar adalah kandung kemih. Mulla-mula kandung kemih
berhubungan langsung dengan allantois, tetapi setelah rongga allantois manutup, akan
tersisa suatu korda fibrosa yang tebal, yyaitu urakus dan korda fibrosa ini
menghubungkan puncak kandung kemih dengan umbilikus. Pada orang dewasa,
ligamentum ini dikenal sebagai liggamentum umbilikalis medial.
b. Bagian selanjutnya berupa sebuah saluran yang agak sempit, yaitu sinus urogenitalis
bagian panggul, yang padda pria membentuk uretra pars prostatika dan pars
membranosa.
c. Bagian terakhir a dalah sinus urogenitalis tetap, yang juga dikenal sebagai sinus
urogenitalis bagian penis. Bagian ini sangat memipih kesamping dan terpisah dari dunia
luar oleh mebran urogenitalis.
Selama pembagian kloaka, bagian kaudal duktus mesonefros berangsur-angsur diserap
kedalam dinding kandung kemih. Akibatnya, ureter yang tadinya merupakan tonjolan keluar
dari saluran mesonefros, masuk ke kandung kemih secara tersendiri. Sebagai akibat naiknya
ginjal, muara ureter bergerak lebih ke kranila lagi, duktus mesonefros berkerak saling
mendekati untuk masuk ke uretra pars prostatika dan pada pria menjadi duktus ejakulatorius.
Karena duktus mesonefros maupun ureter berasal dari mesoderm, selaput lendir kandung
kemih yang diabentuk oleh gabungan dari kedua saluran ini berasal dari mesoderm.
Dalam perkembangan selanjutnya, lapisan mesoderm pada segitiga tadi diganti oleh
epitel endoderm, sehingga akhirnya seluruh permukaan dalam kandung kemih dilapisi oleh
epitel yang berasaldari endoderm.
5. Uretra
Epitel uretra pria dan wanita berasal dari endoderm, sedangkan penyambung dan
jaringan otot polos disekitarnya berasal dari mesoderm splangnik. Pada akhir bulan ke-3,
epitel uretra pars prostatika mulai berpoliferasi dan membentuk sejumlah tonjol keluar yang
menembus mesenkim disekitarnya. Pada pria, tunas-tunas ini membentnuk kelenjar prostat.
Pada wanita, bagian kranial uretra membentuk kelenjar uretra dan kelenjar parauretra.
a. Pembentukan Genitalia
Dibentuk dari epitelium coelom (mesoderm splanknik) pada permukaan median
mesonefros. Epitelium mula-mula menebal kemudian melepaskan sel-selnya ke permukaan
dalam. Sel-sel ini memperbanyak diri dan terbentuklah suatu penebalan, yang lambat laun
tumbuh sehingga membentuk suatu penonjolan, berbentuk suatu pematang pada bagian
dorsal dari coleom disebut Pematang Genital.
2. Kelainan Kongenital Sistem Urogenital pada Pria dan Wanita serta Tatalaksana
1. Hipoplasia ginjal
Hipoplasia ginjal adalah istilah yang digunakan untuk ginjal berukuran kecil yang
terjadi akibat defisiensi perkembangan jumlah atau ukuran nefron. Ginjal kecil
dangan parenkim normal (ginjal “kerdil”) sering unilateral dan sering kali ditemukan
bersama kelainan kongenital lain.
1) Hipoplasia ginjal unilateral Walaupun biasanya tidak bergejala selama masa bayi,
kelainan unilateral dikatakan akan mempredisposisi pielonefritis kronis dan
hipertensi. Namun literatur telah gagal membedakan secara jelas ginjal yang
mengalami defisiensi akibat perkembangan dari ginjal yang mengalami defisiensi 18
sekunder akibat parut atau atrofi. Tipe ginjal kecil yang paling lazim pada masa anak
mungkin terjadi akibat atrofi segmental dan kehilangan parenkim berat pada nefropati
refluks suatu kondisi yang disebut sebagai ginjal AskUpmark, yang biasanya meliputi
pielonefritis kronis dan berkaitan dengan hipertensi.
2) Hipoplasia ginjal bilateral Suatu kelainan yang tidak lazim, biasanya ditandai
dengan kehilangan sejumlah nefron yang secara individual mengalami hipertrofi.
Ginjal berukuran sangat kecil dan dapat memiliki jumlah lobus yang kurang. Nefron
dapat berjumlah hanya seperlima normal dan sangat membesar, menimbulkan sebutan
yang tidak lazim tetapi diterima umum yaitu oligomeganefronia atau hipoplasia
oligonefron. 19 Manifestasi klinis hipoplasia oligonefron adalah gangguan
kemampuan memekatkan urin, dengan poliuria, polidipsia dan serangan dehidrasi.
Proteinuria biasanya sedang. Retardasi pertumbuhan merupakan kondisi yang
menonjol dan sering anemia. Hipoplasia oligonefron telah dilaporkan merupakan
penyebab gagal ginjal masa anak paling lazim ke-4, bertanggung jawab atas ~10-15%
total kasus. Terkadang, hipoplasia oligonefron disertai kelainan kongenital lain.
Hidronefrosis
Hidronefrosis biasanya mungkin terdapat pada janin dengan obstruksi aliran
keluar, terdiri dari hidronefrosis unilateral dan bilateral. Hidronefrosis unilateral atau
bilateral dapat berupa parenkim ginjal yang dapat normal atau mengalami kelainan
atau displastik, dilatasi ureter dan/atau kandung kemih, serta berkurangnya atau tidak
adanya volume cairan amnion. Hidronefrosis unilateral biasanya berupa dilatasi
sistem pengumpul proksimal. Hidronefrosis ini merupakan kelainan paling umum
yang didiagnosis antenatal dan merupakan 50% dari semua kelainan kongenital sistem
urogenital yang terdeteksi sebelum kelahiran. Kelainan ini terjadi pada 1 dari 500-700
bayi. Penyebab paling umum adalah hidronefrosis fisiologik, namun dapat juga
disebabkan oleh obstruksi pada persambungan ureteropelvik atau vesikoureterik atau
refluks urin. Sebagian sembuh secara spontan namun tidak semuanya. Prognosis
bergantung pada derajat kerusakan ginjal yang disebabkan oleh distensi berlebihan.
Jika diameter anteroposterior tidak melebihi 15 mm baik ketika antenatal maupun
postnatal, maka intervensi jarang diperlukan. Hidronefrosis bilateral kurang umum
dibandingkan hidronefrosis unilateral namun lebih besar kemungkinannya bersifat
serius. Dapat disebabkan obstruksi leher kandung kemih atau katup uretra posterior.
Hipospadia
Hipospadia adalah kelainan kongenital yang meatusnya mempunyai posisi abnormal
di sebelah proksimal ujung glans. Meatus dapat terletak di setiap titik sepanjang uretra
dan digolongkan sebagai koronal, subkoronal, penis, penoskrotal atau perineal. Kulit
depan dorsal tebal/banyak dan terdapat sedikit kulit depan ventral, yang menyebabkan
apa yang dikenal sebagai kerudung prepusial dorsal. 20 Korde ventral sering terjadi.
Insidens hipospadia adalah sekitar 8 dari 1000 kelahiran anak laki-laki. Hipospadia
disebabkan oleh kurangnya fusi lipatan uretra selama perkembangn embriologi.
Risiko rekurensi adalah 12%, tetapi meningkat sampai 27% jika ayahnya juga
terkena. Perbaikan operatif dilakukan pada sekitar umur 1 tahun. Orang tua harus
diberitahu bahwa sirkumsisi merupakan kontraindikasi karena kulit depan akan
digunakan selama bedah rekonstruksi.
Hidrokel
Hidrokel adalah akumulasi cairan di dalam tunika vaginalis dan tunika albuginea yang
membungkus testis.Apabila jumlah cairan berubah sesuai dengan waktu, akan ada
hubungan dengan rongga peritoneum. Hidrokel kecil dapat menghilang pada umur 1
tahun, tetapi hidrokel yang lebih besar seringkali menetap dan memerlukan
pengobatan bedah. Hidrokel yang mempunyai hubungan harus diobati seperti hernia
inguinalis indirek. Perjalanan testis dari posisi intraabdomen ke dalam skrotum terjadi
melalui prosesus vaginalis, yang normalnya kemudian menutup pada saat lahir atau
masa bayi awal. Prosesus yang tetap terbuka akan menghasilkan hernia inginalis
indirek atau hidrokel. Benjolan ingunal dan massa skrotum pada anak biasanya terjadi
sekunder akibat hernia atau hidrokel. Tetap terbukanya prosesus vaginalis
memungkinkan cairan peritoneum, omentum atau visera masuk ke dalam kanalis
inguinalis atau skrotum. Inkarserasi usus di dalam sakus hernia dan cedera iskemi
terhadap testis potensial bisa mempersulit hernia inguinalis. Defek yang lebih kecil
hanya memungkinkan lewatnya cairan, menghasilkan hidrokel.