SKENARIO 5
“HYPOSPADIA”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 5
HIPOSPADIA
Seorang bayi laki-laki usia 2 bulan, dibawa orangtua nya ke poliklinik karena
kencing anaknya tidak mancur kedepan, melainkan menetes ke bawah dan tidak
seperti yang seharusnya. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, lubang alat kelamin
anaknya berada di bawah glans. Dokter mengatakan bahwa pasien mengalami
hipospadia yang disebabkan karena kelainan embriologi saat di kandungan.
Dokter juga menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kromosom dan genetik.
STEP 1
1) Hipospadia : Suatu kelainan dimana lubang kenccing pada bayi laki-laki
tidak normal. Kondisi ini di bawa ketika lahir. Normalnya uretra terletak di
ujung penis. Jika tidak ditangani penderita bisa kesulitan BAK atau
berhubungan seksual saat dewasa ; Suatu keadaan dimana akibat penyatuan
lipatan uretra yang tidak sempurna sehingga timbul muara uretra yang
abnormal di sepanjang bagian inferior penis, biasanya di dekat glans atau di
sepanjang batang penis, atau di dekat pangkal penis ; Dipengaruhi oleh
beberapa faktor : genetik, lingkungan (Bayi berat lahir rendah, usia ibu saat
hamil), dan hormon (kegagalan testosteron, diferensiasi androgen di penis)
2) Pemeriksaan Genetik : Serangkaian pemeriksaan yg dilakukan pada DNA
seseorang dgn tujuan untuk mendiagnosis penyakit genetik.
3) Pemeriksaan Kromosom : Serangkaian pemeriksaan yang mengevaluasi
jumlah dan struktur kromosom seseorang utk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas.
STEP 2
1) Bagaimana perkembangan embrio sistem yang berkaitan yang normal?
2) Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan genitalia?
3) Apa saja kelainan yang timbul pada proses embriologi genitalia laki-laki?
4) Bagaimana bentuk glans penis yang normal?
5) Bagaimana tahapan dalam pemeriksaan kromosom?
STEP 3
1) Penentuan kelamin terjadi ketika fertilisasi saat ovum dibuahi oleh sel
sperma yang mengandung kromosom X atau Y. Perkembangan gender
tergantung dari TDF (Testis determining factor) dan Androgen.
Sistem genitalia : gonad primitif (minggu ke-4 sampai 5) dibentuk genital
ridge, Minggu 5-7 dibentuk gonad primitif dan diferensiasi. Ductus
genitalis dibentuk pada akhir minggu ke-7, dan genitalia eksterna pada
minggu ke-3 dibentuk stadium indiferen, minggu 6 masih sulit untuk di
bedakan.
2) Faktor internal dan eksternal ; Internal (gen, enzim, hormon, kromosom, dan
protein) ; Eksternal (radiasi, konsumsi alkohol, merokok, infeksi, stress) ;
Faktor genetik, hormonal, dan faktor lingkungan.
3) Kelainan dapat timbul : Hipospadia, epispadia, mikro penis, hernia
inguinalis, kriptokidisme, ambigous genitalia
4) Glans penis normal : berbentuk keruccut / jamur / biji
5) Tahapan pemeriksaan :
a. Pemeriksaan dini / screening
b. Amniosentesis
c. Korionik filus sampling
d. Fetal blood sampling
STEP 4
1) Penentuan kelamin terjadi ketika fertilisasi saat ovum dibuahi oleh sel
sperma yang mengandung kromosom X atau Y. Perkembangan gender
tergantung dari TDF (Testis determining factor) dan Androgen.
Sistem genitalia : gonad primitif (minggu ke-4 sampai 5) dibentuk genital
ridge, Minggu 5-7 dibentuk gonad primitif dan diferensiasi. Ductus
genitalis dibentuk pada akhir minggu ke-7, dan genitalia eksterna pada
minggu ke-3 dibentuk stadium indiferen, minggu 6 masih sulit untuk di
bedakan.
Gonad muncul mula sebagai genital ridge. Keduanya dibentuk oleh
proliferasi epitel dan pemadatan mesenkim. Terdapat sel germinativum
tapi belum muncul hingga minggu ke-6. Sel germinativum memiliki
pengaruh terhadap perkembangan gonad. Sel ini memiliki pengaruh untuk
gonad indeferen. Jika 44 + XY (pengaruh Y) testis;
Gonad primitif : selama minggu 4, sel bermigrasi dengan gerakan seperti
amoeba di sepanjang mesenterium dorsal usus yang akhirnya sampai di
gonad primitif pada awal minggu 5 dan mencapai genital ridge di minggu
6. Jika sel gagal mencapai genital ridge, maka gonad tidak akan
berkembang. Demikian, sel germinativum primordial mempunyai
pengaruh induktif terhadap perkembangan gonad menjadi testis.
Diferensiasi gonad : Pada akhir minggu 7, gonad dapat di kenali. Dan di
bedakan menjadi testis dan ovarium. Akan membentuk ductus wolfii dan
muleri. Ductus wolfii akan menjadi epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, dan ductus ejakulatorius. Untuk ductus muleri berkembang
menjadi tuba falopii, uterus, dan bag atas vagina.
Pada minggu 6 perkembangan embrio terbentuk sepasang gonadal ridge,
sel germinativum, ductus internal, dan genitalia eksterna yang berpotensi
menjadi embrio dengan kariotip 46 XX atau 46 XY kemudian, gonadal
ridge terbentuk dari proliferasi epitel dan pemadatan mesenkim. Gonadal
ridge berdiferensiasi menjadi ovarium / testis sedang sel germinativum
berkembang menjadi oosit atau spermatosit.
Perkembangan genitalia eksterna : minggu 5 terbentuk tubercculum
genital, lipatan uretra, alur uretra, pembesaran labium skrotum, sinus
urogentialis, perineum, dan anus. Pada menjelang lahir akan
berdiferensiasi. Tuberculum genital glans penis dengan ostium urethra.
Penis dan skrotum dari pembesaran labia skrotum. Pada perempuan
tuberculum genital clitoris, pembesaran labius skrotum labium
majus. Lipatan uretra, perineum dan anus labium minus ostium uretra
eksternum, vestibulum, ostium vagina dan anus.
Minggu 3 perkembangan, sel mesenkim yang ebrasal dari regio garis
primitif, akan bermigrasi ke sekitar membrana kloakalis untuk membenutk
sepasang lipatan kloaka. Pada bagian cranial membrana kloaka lipatannya
akan menyatu membentuk tuberculum genital, bagian caudal membrana
kloaka bagian anterior membentuk lipatan uretra, posterior membentuk
lipatan anus. Kemudian terjadi penebalan genital. Penebalan ini
selanjutnya membentuk skrotum.
2) Faktor internal dan eksternal ; Internal (gen, enzim, hormon, kromosom,
dan protein) ; Eksternal (radiasi, konsumsi alkohol, merokok, infeksi,
stress) ; Faktor genetik, hormonal, dan faktor lingkungan.
Hormon : estrogen memiliki peran dalam diferensiasi jenis kelamin.
Duktus para mesonefrikus dapat pengaruh dari estrogen untuk membentuk
tuba uterina, serviks, bagian atas vagina. Eksterna nya untuk membentuk
labia major, minor, clitoris, dan bagian bawah vagina.
Androgen gangguan pada metabolisme atau fungsi adnrogen berhubungan
dgn terjadinya hipospadia. Sekitar 50% anak dgn hipospadia beratnya
memiliki 1 atau lebih defek pada enzim yang di butuhkan dalam
biosentesis testosteron.
Inernal (enzim) : testosteron masuk ke sel jaringan target, tempat
testosteron ddapat utuh atau diubah menjadi dihidrotestosteron oleh enzim
5-alfa reduktase. Testosteron dan dihidrotestosteron ini akan berikatan dgn
reseptor intraseluler, berafinitas tinggi yang spesifik dan kompleks
reseptor hormon yg akan di angkut ke nukleus tempat kompleks berikatan
dgn DNA utk mengatur transkripsi gen spesifik jaringan pada produk
proteinnya.
MIND MAP
Embriologi
Genitalia Pria
Faktor Internal
Faktor
Eksternal
STEP 5
1) Proses embriologi genitalia pria dan wanita
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses embriologi genitalia pria dan
wanita
3) Kelainan yang dapat timbul pada proses pembentukan genitalia pria
REFLEKSI DIRI
Alhamdulillah pada kesempatan tutorial PBL skenario 5 pertemuan pertama ini
saya dapat memahami embriologi dari organ gentalia pria dan kromosom apa
yang mempengaruhi terjadinya diferensiasi pada organ genitalia meskipun belum
sepenuhnya. Saya harap pada pertemuan kedua nanti saya dapat lebih memahami
materi secara lengkap dan mendalam.
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
1) Proses embriologi genitalia pria dan wanita
Proses pembentukan genitalia laki – laki dan wanita
Diferensiasi jenis kelamin adalah suatu proses kompleks yang
melibatkan banyak gen, termasuk beberapa gen yang bersifat autosom.
Kunci untuk dimorfisme seksual adalah kromosom Y, yang mengandung
gen penentu testis yang disebut gen SRY (sex-determining region on Y)
di lengan pendeknya (Yp11). Produk protein dari gen ini adalah faktor
transkripsi yang memulai kaskade gen-gen di hilir yang menentukan
nasib organ seksual rudimenter. Protein SRY adalah faktor penentu testis
di bawah pengaruhnya, terjadi perkembangan ke arah pria, ketiadaannya,
menyebabkan perkembangan wanita. Perbedaan antara pria dan wanita
terletak di tiga tingkat jenis kelamin: genetik, gonad, dan fenotipe
(anatomik).2
3) Kelainan yang dapat timbul pada proses pembentukan genitalia pria dan
wanita
a. Hipospadia
Timbul muara uretra abnormal di sepanjang bagian inferior penis,
biasanya di dekat glans, di sepanjang batang penis, atau di dekat pangkal
penis. Disebabkan karena faktor genetic, hormone, dan lingkungan.4
b. Epipasdia
Ostium uretra eksternum di bagian dorsum penis. Penyebabnya juga
sama karna genetic, hormone dan lingkungan.4
d. Hernia inguinalis
Penurunan usus ke dalam rongga skrotum. Disebabkan oleh
Kegagalan penutupan rongga abdomen dan prosesus vaginalis di kantong
skrotum.4
e. Kriptorkidismus
Kegagalan penurunan testis ke dalam skrotum. Disebabkan krena
penurunan produksi androgen (testosterone).4