Anda di halaman 1dari 217

UTB BLOK 3.

3
DEXTRA
SOAL DAN PEMBAHASAN
1

Laki laki usia 44 tahun mengalami kecelakaan kendaraan. GCS 356, TD: 100/80,
N: 98x, RR: 18x. Dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala ditemukan gambaran
bikonveks. Gambaran tersebut disebabkan?
a. Ruptur arteri meningea media
b. Ruptur bridging vein
c. Ruptur arteri cerebri anterior
d. Ruptur arteri cerebri posterior
e. Ruptur arteri basiliar
1

Laki laki usia 44 tahun mengalami kecelakaan kendaraan. GCS 356, TD: 100/80,
N: 98x, RR: 18x. Dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala ditemukan gambaran
bikonveks. Gambaran tersebut disebabkan?
a. Ruptur arteri meningea media
b. Ruptur bridging vein
c. Ruptur arteri cerebri anterior
d. Ruptur arteri cerebri posterior
e. Ruptur arteri basiliar
PEMBAHASAN

Lapisan Kepala
• Kutis Perdarahan:
• Subkutis – Diatas duramater → Epidural Hematom (EDH)
• Fasia – Antara Duramater – Arachnoid → Subdural hematom (SDH)
• Otot – Antara Arachnoid – Piamater → Subarachnoid (PSA)
• Galea aponeurotika – Jaringan otak → Intraserebral (PIS)
• Basis kranii
• Meningen
• Duramater
• Arachnoid
• Piamater
• Jaringan otak
TRAUMA KEPALA
EPIDURAL HEMATOM

• Etiologi : Pecah arteri meningea media (memperdarahi meningen superficial, terletak di


temporal)

• Khas: Lucid interval (Trauma→pingsan <24 jam → sadar →pingsan lagi)

• CT SCAN : tampak perdarahan berbentuk binkonveks atau lentikuler


2

Perempuan, 55 tahun diantar ke IGD dengan penurunan kesadaran sejak


setengah jam yang lalu. Sebelumya pasien mengeluhkan nyeri kepala dan
sempat muntah. Riwayat hipertensi tidak terkontrol. Pemeriksaan fisik GCS
E1V4M2, TD 200/120mmHg, HR 44 kali/menit, RR 16 kali/menit, dan suhu
36,8 C. Pupil anisokor. Pemeriksaan motorik: refleks fisiologis meningkat,
refleks patologis (+). Diagnosis pasien ini adalah...
a. Perdarahan subdural
b. Ensefalitis
c. Stroke infark
d. Perdarahan intraserebral
e. Perdarahan subarachnoid
2

Perempuan, 55 tahun diantar ke IGD dengan penurunan kesadaran sejak


setengah jam yang lalu. Sebelumya pasien mengeluhkan nyeri kepala dan
sempat muntah. Riwayat hipertensi tidak terkontrol. Pemeriksaan fisik GCS
E1V4M2, TD 200/120mmHg, HR 44 kali/menit, RR 16 kali/menit, dan suhu
36,8 C. Pupil anisokor. Pemeriksaan motorik: refleks fisiologis meningkat,
refleks patologis (+). Diagnosis pasien ini adalah...
a. Perdarahan subdural
b. Ensefalitis
c. Stroke infark
d. Perdarahan intraserebral
e. Perdarahan subarachnoid
PEMBAHASAN
3

Laki-laki, 57 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan keluhan


kelemahan sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu.
Keluhan dirasakan tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Kelemahan
dirasakan pasien lebih berat pada bagian tubuh atas dibanadingkan
bawah. Pasien sulit mengerti isi pembicaraan atau perintah orang lain,
namun dapat berkata-kata dengan jelas. Diagnosis serta gangguan yang
terkena pada kasus pasien adalah …
a. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri anterior
b. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri media
c. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri posterior
d. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme charcoat
e. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme berry
3

Laki-laki, 57 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan keluhan


kelemahan sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu.
Keluhan dirasakan tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Kelemahan
dirasakan pasien lebih berat pada bagian tubuh atas dibanadingkan
bawah. Pasien sulit mengerti isi pembicaraan atau perintah orang lain,
namun dapat berkata-kata dengan jelas. Diagnosis serta gangguan yang
terkena pada kasus pasien adalah …
a. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri anterior
b. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri media
c. Stroke iskemik ec pecahnya arteri serebri posterior
d. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme charcoat
e. Stroke iskemik ec pecahnya aneurisme berry
PEMBAHASAN
4

Laki-laki, 70 tahun dibawa keluarganya dengan keluhan sulit untuk


berkomunikasi. Pasien mampu mengerti ketika diajak berbicara dan dapat
melakukan perintah dokter, pasien kesulitan untuk berkata-kata dan pasien
masih dapat mengulangi apa yang dokter perintahkan. Kelainan yang dialami
oleh pasien ini adalah?
a. Afasia transkortikal motorik
b. Afasia wernicke
c. Afasia transkortikal mixed
d. Afasia global
e. Afasia transkortikal sensorik
4

Laki-laki, 70 tahun dibawa keluarganya dengan keluhan sulit untuk


berkomunikasi. Pasien mampu mengerti ketika diajak berbicara dan dapat
melakukan perintah dokter, pasien kesulitan untuk berkata-kata dan pasien
masih dapat mengulangi apa yang dokter perintahkan. Kelainan yang dialami
oleh pasien ini adalah?
a. Afasia transkortikal motorik
b. Afasia wernicke
c. Afasia transkortikal mixed
d. Afasia global
e. Afasia transkortikal sensorik
AFASIA

 Kelainan yang terjadi karena kerusakan dari bagian otak yang mengurus
bahasa. yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau
kehilangan kemampuan untuk menangkap arti katakata sehingga pembicaraan
tidak dapat berlangsung dengan baik.
 AFASIA TRANSKORTIKAL, disebabkan lesi di sekitar pinggiran area
pengaturan bahasa.
Terdiri dari:
 AFASIA TRANSKORTIKAL MOTORIK
 AFASIA TRANSKORTIKAL SENSORIK
 AFASIA TRANSKORTIKAL CAMPURAN

Ketiga tipe afasia memiliki jenis gangguan sesuai dengan penamaannya namun
penderita mampu mengulangi kata/ kalimat lawan biacaranya.
5

Laki-laki, 60 tahun, datang ke puskesmas diantar istrinya dengan


keluhan tidak bisa membaca tulisan sejak 3 minggu ini. Pasien bisa
berbicara dan mengerti isi pembicaraan. Pasien masih bisa menulis.
Riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu tetapi tidak rutin control.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/100 mmHg, HR 90
x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36.3C. Kelainan yang mungkin dialami
pasien adalah …
a. Apraksia
b. Ataksia
c. Afasia
d. Alexia
e. Agraphia
5

Laki-laki, 60 tahun, datang ke puskesmas diantar istrinya dengan


keluhan tidak bisa membaca tulisan sejak 3 minggu ini. Pasien bisa
berbicara dan mengerti isi pembicaraan. Pasien masih bisa menulis.
Riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu tetapi tidak rutin control.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/100 mmHg, HR 90
x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36.3C. Kelainan yang mungkin dialami
pasien adalah …
a. Apraksia
b. Ataksia
c. Afasia
d. Alexia
e. Agraphia
PEMBAHASAN
6

Anak laki-laki, usia 13 tahun, dibawa ke UGD RS karena tidak sadarkan diri. 3
jam yang lalu pasien kejang, 3 kali dalam 30 menit. Setelah kejang pasien
tidak sadar. Pasien memiliki riwayat meminum obat kejang, namun 3 hari yang
lalu berhenti meminum obat tersebut. Saat ini pasien kesadaran koma,
Tekanan Darah 100/80, nadi 80x/menit, nafas 18x/menit, suhu 39.3°C.
Diagnosis pasien ini adalah...
a. Demam tifoid
b. Kejang demam kompleks
c. Epilepsi
d. Status epileptikus
e. Meningoencephalitis
6

Anak laki-laki, usia 13 tahun, dibawa ke UGD RS karena tidak sadarkan diri. 3
jam yang lalu pasien kejang, 3 kali dalam 30 menit. Setelah kejang pasien
tidak sadar. Pasien memiliki riwayat meminum obat kejang, namun 3 hari yang
lalu berhenti meminum obat tersebut. Saat ini pasien kesadaran koma,
Tekanan Darah 100/80, nadi 80x/menit, nafas 18x/menit, suhu 39.3°C.
Diagnosis pasien ini adalah...
a. Demam tifoid
b. Kejang demam kompleks
c. Epilepsi
d. Status epileptikus
e. Meningoencephalitis
7

Anak, 4 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan kejang selama 20 menit di


rumah. Kejang kaku tangan dan kaki kemudian kelojotan seluruh tubuh.
Setelah kejang pasien tidak sadar dan langsung dibawa ke RS. Setibanya di
RS, pasien kembali mengalami kejang kembali selama kurang lebih 5 menit
dan tidak sadar kembali. Riwayat kejang 1 tahun lalu tanpa disertai demam.
HR 120x/menit RR 20 x/menit, suhu 39C, pemeriksaan fisik lain dalam batas
normal. Diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
a. Epilepsi grandmal
b. Kejang demam sederhana
c. Kejang demam komplikata
d. Epilepsi klonik
e. Status Epileptikus
7

Anak, 4 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan kejang selama 20 menit di


rumah. Kejang kaku tangan dan kaki kemudian kelojotan seluruh tubuh.
Setelah kejang pasien tidak sadar dan langsung dibawa ke RS. Setibanya di
RS, pasien kembali mengalami kejang kembali selama kurang lebih 5 menit
dan tidak sadar kembali. Riwayat kejang 1 tahun lalu tanpa disertai demam.
HR 120x/menit RR 20 x/menit, suhu 39C, pemeriksaan fisik lain dalam batas
normal. Diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
a. Epilepsi grandmal
b. Kejang demam sederhana
c. Kejang demam komplikata
d. Epilepsi klonik
e. Status Epileptikus
STATUS EPILEPTIKUS
STATUS EPILEPTIKUS
STATUS EPILEPTIKUS

• Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang berlangsung lebuh


dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan atau lebih dan diantara
bangkitanbangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran.

Berdasarkan Durasi :
• SE Dini (5-30 menit)
• SE menetap/ Established (>30 menit)
• SE Refrakter (bangkitan tetap ada setelah mendapat dua atau tiga
jenis antikonvulsan awal dengan dosis adekuat )
STATUS EPILEPTIKUS
STATUS EPILEPTIKUS
8

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa ibunya ke IGD RSUD Petojo
Makmur dengan keluhan kejang seluruh tubuh 30 menit yang lalu selama 1-2
menit. Selama di perjalanan, pasien kejang kembali 1-2 menit. Saat
pemeriksaan, pasien kejang 1-2 menit. Diantara kejang pasien tidak pernah
sadarkan diri hingga saat ini. Tanda vital nadi 94x/ menit, laju napas 22x/
menit, dan suhu 36OC. Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah…
A. Grand mall seizure
B. Petit mal seizure
C. Generalized seizure
D. Status epilepticus
E. Tonic clonic seizure
8

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa ibunya ke IGD RSUD Petojo
Makmur dengan keluhan kejang seluruh tubuh 30 menit yang lalu selama 1-2
menit. Selama di perjalanan, pasien kejang kembali 1-2 menit. Saat
pemeriksaan, pasien kejang 1-2 menit. Diantara kejang pasien tidak pernah
sadarkan diri hingga saat ini. Tanda vital nadi 94x/ menit, laju napas 22x/
menit, dan suhu 36OC. Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah…
A. Grand mall seizure
B. Petit mal seizure
C. Generalized seizure
D. Status epilepticus
E. Tonic clonic seizure
PEMBAHASAN

Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah status epilepticus, karena:
• kejang 3 kali dalam 30 menit dengan durasi 1-2x/ menit, diantara tiap kejang
pasien tidak sadarkan diri.

Definisi status epilepticus itu sendiri adalah keadaan gawat darurat dimana suatu
kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau kejang yang terjadi berdekatan dengan
pasien tidak sadar di antara kejang tersebut.

• Grand mall seizure: Kejang umum tonik klonik→ kaku kemudian kelojotan
• Petit mal seizure: Kejang umum absans, pasien sering terlihat bengong dalam
durasi yang pendek dan langsung sadar dan dapat meneruskan kegiatan
sebelum pasien kejang
• Generalized seizure: kejang umum, ditandai dengan penurunan kesadaran
• Tonic clonic seizure: sama dengan grand mall seizure
9

Anak perempuan, usia 1 tahun, dibawa oleh orang tuanya ke IGD karena tiba-tiba
kejang kelojotan selama 10 menit. Kejang hanya baru satu kali ini saja. Keluhan
seperti ini sebelumnya pernah dikeluhkan bahkan sudah sekitar 5x dalam setahun
ini. Orang tua juga menyebutkan bahwa selama ini tumbuh kembang anaknya tidak
ada masalah. Anak saat ini sedang batuk dan sudah 2 hari ini demam tinggi. Setelah
kejang, pasien tampak kembali sadar. Pada pemeriksaan ditemukan semua dalam
batas normal kecuali suhu badannya demam 38,5C. Berat badan anak saat ini 10
kg. Dokter memutuskan untuk memulangkan pasien. Tatalaksana yang dapat
diberikan yaitu...
a. Diazepam rektal 5 mg untuk berjaga-jaga bila kejang kembali
b. Diazepam oral 3 x 3 mg selama 2 hari
c. Diazepam rektal 3 x 10 mg selama 2 hari
d. Fenobarbital 2 x 15 mg selama 1 tahun
e. Asam valproat 2 x 75 mg selama 1 tahun
9

Anak perempuan, usia 1 tahun, dibawa oleh orang tuanya ke IGD karena tiba-tiba
kejang kelojotan selama 10 menit. Kejang hanya baru satu kali ini saja. Keluhan
seperti ini sebelumnya pernah dikeluhkan bahkan sudah sekitar 5x dalam setahun
ini. Orang tua juga menyebutkan bahwa selama ini tumbuh kembang anaknya tidak
ada masalah. Anak saat ini sedang batuk dan sudah 2 hari ini demam tinggi. Setelah
kejang, pasien tampak kembali sadar. Pada pemeriksaan ditemukan semua dalam
batas normal kecuali suhu badannya demam 38,5C. Berat badan anak saat ini 10
kg. Dokter memutuskan untuk memulangkan pasien. Tatalaksana yang dapat
diberikan yaitu...
a. Diazepam rektal 5 mg untuk berjaga-jaga bila kejang kembali
b. Diazepam oral 3 x 3 mg selama 2 hari
c. Diazepam rektal 3 x 10 mg selama 2 hari
d. Fenobarbital 2 x 15 mg selama 1 tahun
e. Asam valproat 2 x 75 mg selama 1 tahun
KEJANG DEMAM

Bangkitan kejang pada kenaikan suhu tubuh >38ºC

Kejang berhubungan dengan demam, disebabkan proses ekstrakranial

TIDAK disebabkan infeksi intrakranial atau penyebab lain (gangguan keseimbangan elektrolit, dan
metabolik lainnya)

Tidak termasuk jika: Ada riwayat kejang tanpa demam atau kejang disertai demam pada usia < 1 bulan

IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016


FAKTOR RESIKO KEJANG DEMAM

Saluran napas, ISK, Paska imunisasi,


INFEKSI Roseola Infantum

DERAJAT DEMAM Suhu saat kejang

KD< 5-6 bulan: infeksi SSP


USIA KD> 6 tahun FS+

Saudara kandung 2-3x


GENETIK Orangtua 5%

IDI. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: ISI.2014.
KEJANG DEMAM

Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks


● Berlangsung <15 menit dan umumnya Kejang demam dengan salah satu ciri:
berhenti sendiri ● Kejang lama > 15 menit
● Kejang tonik dan atau klonik, tanpa ● Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
gerakan fokal kejang umum didahului kejang parsial
● Tidak berulang dalam 24 jam ● Berulang atau lebih dari 1x dalam 24 jam
● 80% diantara seluruh kejang demam

Marcdante, Robert. Nelson: Essentials of Pediatrics Seventh Edition. Singapura. Saunders Elsevier. 2015.
IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016
KEJANG DEMAM

Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada saat kejang,
sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal. Kecemasan tersebut
harus dikurangi dengan cara diantaranya:
1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang.
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
4. Pemberian obat proflaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi
harus diingat adanya efek samping obat.

IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016


TATALAKSANA KEJANG DEMAM

Profilaksis Intermiten Profilaksis Kontinu


Diazepam oral/rektal: 0,3 mg/kgBB/kali - Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-
tiap 8 jam 3 dosis
Hanya diberikan selama episode demam, - Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2
terutama dalam waktu 24 jam setelah dosis
timbulnya demam. Diberikan sampai 1 tahun bebas kejang,
dihentikan bertahap.

Profilaksis Kontinu
- Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
- Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Diberikan sampai 1 tahun bebas kejang, dihentikan bertahap.

Marcdante, Robert. Nelson: Essentials of Pediatrics Seventh Edition. Singapura. Saunders Elsevier. 2015.
IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016
10

Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami kejang lebih dari 15 menit badan
kelonjotan melihat ke atas dan keluar busa dari mulut. Di IGD pasien telah
ditangani dan diberikan diazepam intravena. Setelah kejang pasien tidur dan
ngompol. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Sejak 2 hari yang lalu demam
tinggi. Hasil pemeriksaan suhu aksila 39,8C. Terapi yang tepat untuk mencegah
berulangnya kejang pada anak ini adalah....
a. Diazepam oral 3 x 0.3 mg/kg selama 2 hari jika demam
b. Fenitoin 10-15 mg/kg/hari

c. Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari

d. Carbamazepin 200 mg/hari
e. Fenobarbital 3-4mg/kg/hari
10

Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami kejang lebih dari 15 menit badan
kelonjotan melihat ke atas dan keluar busa dari mulut. Di IGD pasien telah
ditangani dan diberikan diazepam intravena. Setelah kejang pasien tidur dan
ngompol. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Sejak 2 hari yang lalu demam
tinggi. Hasil pemeriksaan suhu aksila 39,8C. Terapi yang tepat untuk mencegah
berulangnya kejang pada anak ini adalah....
a. Diazepam oral 3 x 0.3 mg/kg selama 2 hari jika demam
b. Fenitoin 10-15 mg/kg/hari

c. Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari

d. Carbamazepin 200 mg/hari
e. Fenobarbital 3-4mg/kg/hari
TATALAKSANA KEJANG DEMAM

Profilaksis Intermiten Profilaksis Kontinu


Diazepam oral/rektal: 0,3 mg/kgBB/kali - Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-
tiap 8 jam 3 dosis
Hanya diberikan selama episode demam, - Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2
terutama dalam waktu 24 jam setelah dosis
timbulnya demam. Diberikan sampai 1 tahun bebas kejang,
dihentikan bertahap.

Profilaksis Kontinu
- Asam valproat: 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
- Fenobarbital: 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Diberikan sampai 1 tahun bebas kejang, dihentikan bertahap.

Marcdante, Robert. Nelson: Essentials of Pediatrics Seventh Edition. Singapura. Saunders Elsevier. 2015.
IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016
11

Laki-laki, 32 tahun dengan nyeri kepala sejak 2 hari. Nyeri seperti tertusuk
pada mata kiri, dahi hingga pelipis kiri. Keluhan disertai hidung tersumbat,
mata bengkak, dan berair sebelah kiri. Keluhan pernah dirasakan 1 tahun
yang lalu. Pemeriksaan fisik ditemukan lakrimasi dan rhinorrhea. Tanda vital
dalam batas normal. Status neurologis dalam batas normal. Diagnosis yang
mungkin adalah...
a. Neuralgia trigeminal
b. Migrain dengan aura
c. Tension type headache
d. Migrain tanpa aura
e. Cluster headache
11

Laki-laki, 32 tahun dengan nyeri kepala sejak 2 hari. Nyeri seperti tertusuk
pada mata kiri, dahi hingga pelipis kiri. Keluhan disertai hidung tersumbat,
mata bengkak, dan berair sebelah kiri. Keluhan pernah dirasakan 1 tahun
yang lalu. Pemeriksaan fisik ditemukan lakrimasi dan rhinorrhea. Tanda vital
dalam batas normal. Status neurologis dalam batas normal. Diagnosis
yang mungkin adalah...
a. Neuralgia trigeminal
b. Migrain dengan aura
c. Tension type headache
d. Migrain tanpa aura
e. Cluster headache
Pembahasan
CLUSTER

● Atau TRIGEMINAL AUTONOMIK Manifestasi Klinis


CEPHALGIA ● Nyeri kepala seperti ditusuk
● Nyeri kepala yang bersifat lateral ● Lokasi unilateral orbital,
dan sering disertai dengan gejala supraorbital, atau temporal
otonom parasimpatis nervus ● Intensitas berat
kranial ● Berlangsung 15-180 menit

● Disertai konjungtiva ipsilateral

lakrimasi, kongesti nasal, rhinorea,


keringat pada dahi atau wajah,
miosis, ptosis dan/atau edema
kelopak mata, agitasi atau gelisah
KLASIFIKASI CLUSTER

KLASTER EPISODIK : KLASTER KRONIS :


Setidaknya 2 episode klaster yang Berulang > 1 tahun tanpa periode remisi atau
berlangsung 7 – 365 hari dan dengan periode remisi
dipisahkan oleh periode remisi > 1 bulan yang < 1 bulan
TERAPI CLUSTER

Terapi abortif Terapi profilaksis


• Oksigen 7-12L/menit ; gejala hilang dalam • CCB Non Dhp ; Verapamil, Diltiazem
15 menit • Lithium karbonat
• Triptan ; sumatriptan • kortikosteroid
12

Wanita, 24 tahun, datang ke praktek Anda dengan keluhan nyeri kepala


sebelah kiri cekot-cekot, disertai dengan mual dan muntah. Nyeri semakin
berat bila pasien sedang bekerja di lokasi pabrik yang padat dan bising.
Sebelum nyeri kepala pasien biasanya seperti melihat bitnik-bitnik hitam
berkibar selama 30 menit. Pasien sudah mengonsumsi parasetamol yang
dia beli atas anjuran temannya namun kurang membaik. Pemeriksaan
tanda vital dan fisik dalam batas normal. Diagnosis apakah yang paling
mungkin pada kasus ini?
a. Nyeri kepala tipe tengang
b. Neuralgia trigeminal
c. Nyeri kepala tipe kluster
d. Migrain umum
e. Migrain klasik
12

Wanita, 24 tahun, datang ke praktek Anda dengan keluhan nyeri kepala


sebelah kiri cekot-cekot, disertai dengan mual dan muntah. Nyeri semakin
berat bila pasien sedang bekerja di lokasi pabrik yang padat dan bising.
Sebelum nyeri kepala pasien biasanya seperti melihat bitnik-bitnik hitam
berkibar selama 30 menit. Pasien sudah mengonsumsi parasetamol yang
dia beli atas anjuran temannya namun kurang membaik. Pemeriksaan
tanda vital dan fisik dalam batas normal. Diagnosis apakah yang paling
mungkin pada kasus ini?
a. Nyeri kepala tipe tengang
b. Neuralgia trigeminal
c. Nyeri kepala tipe kluster
d. Migrain umum
e. Migrain klasik
MIGRAIN

Nyeri kepala primer dengan kualitas Patofisiologi


vaskular (berdenyut) ● Gangguan neurobiologis
● Peningkatan kadar 5-HT menyebabkan

vasokonstriksi → menurunkan aliran darah


kranial → iskemia → aura
● Iskemia selanjutnya bekurang, memicu

aktiasi sara nosiseptif dan diikuti periode


vasodilatasi vaskular (serebral), inflamasi
neurogenik, dan nyeri
MIGRAIN

Manifestasi Klinis Faktor Risiko :


● Nyeri kepala berdenyut unilateral ● Menstruasi à perubahan hormonal.
● Diikuti dengan mual, fotofobia, ● Puasa dan terlambat makan
fonofobia ● Makanan ; akohol, coklat, susu, keju, MSG
● Dengan/tanpa aura ● Cahaya kilat atau berkelip
● Intensitas sedang berat ● Banyak tidur atau kurang tidur
● Durasi 3-72 jam
KLASIFIKASI MIGRAIN

CLASSIC MIGRAIN ( AURA + ) COMMON MIGRAIN (AURA - )


● Diawali dengan kilatan cahaya (sebelum ● Mual, muntah, fotofobia, fonofobia
nyeri ), berbeda dengan fotofobia
TERAPI MIGRAIN

Terapi abortif Antidepresan trisiklik à Amitriptilin


● Analgesik spesifik untuk nyeri kepala • ● CCB non dihidopriomnie
Golongan Triptans → Sumatriptan 25,
50, 100 mg PO (agonis selektif 5-HT1)
● Ergot alkaloids → Ergotamin 2 mg
● Analgesik nonspesifik
● NSAID → Aspirin 1000 mg, Dikloenak
100 mg, PCT 1000 mg
● Terapi Preventif/profilaksis
● Beta blockers → Propanolol, atenolol,
bisoprolol
13

Laki-laki, 54 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri kepala seperti di


bor. Nyeri kepala dirasakan sekitar mata kanan. Pasien juga mengeluhkan
mata kirinya berair dan hidung buntu. Keluhan ini sudah timbul 5x dalam
setahun. Saat kambuh durasi gejala 30 menit – 1 jam. Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik : lakrimasi (+), injeksi
konjungtiva, pupil miosis, blefarospasme, pemeriksaan neurologis dalam
batas normal. Terapi yang tepat untuk mencegah kekambuhan pada kasus
ini?
a. Verapamil
b. Sumatriptan
c. Metamizole IV
d. Oksigen 100% NRM
e. Ibuprofen
13

Laki-laki, 54 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri kepala seperti di


bor. Nyeri kepala dirasakan sekitar mata kanan. Pasien juga mengeluhkan
mata kirinya berair dan hidung buntu. Keluhan ini sudah timbul 5x dalam
setahun. Saat kambuh durasi gejala 30 menit – 1 jam. Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik : lakrimasi (+), injeksi
konjungtiva, pupil miosis, blefarospasme, pemeriksaan neurologis dalam
batas normal. Terapi yang tepat untuk mencegah kekambuhan pada kasus
ini?
a. Verapamil
b. Sumatriptan
c. Metamizole IV
d. Oksigen 100% NRM
e. Ibuprofen
NEURALGIA TRIGEMINAL

Nyeri kepala yang bersifat lateral dan sering disertai dengan gejala otonom parasimpatis nervus
kranial

Manifestasi klinis
• Nyeri kepala berat seperti ditusuk
• Lokasi unilateral orbital, supraorbital, atau temporal
• Intensitas berat
• Berlangsung 15-180 menit
• Disertai konjungtiva ipsilateral lakrimasi, kongesti nasal, rhinorea, keringat pada dahi atau
wajah, miosis, ptosis dan/atau edema kelopak mata, agitasi atau gelisah
• Klasifikasi
• KLASTER EPISODIK : • Setidaknya 2 episode klaster yang berlangsung 7 – 365 hari dan
dipisahkan oleh periode remisi > 1 bulanKLASTER KRONIS : • Berulang > 1 tahun tanpa
periode remisi atau dengan periode remisi yang < 1 bulan
NEURALGIA TRIGEMINAL

Terapi abortif
• Oksigen 7-12L/menit ; gejala hilang dalam 15 menit
• Triptan ; sumatriptan

Terapi profilaksis
• CCB Non Dhp ; Verapamil, Diltiazem
• Lithium karbonat
• kortikosteroid
14

Wanita, 24 tahun, mahasiswi kedokteran yang sedang akan ujian


UKMPPD datang ke klinik dengan keluhan nyeri kepala terasa berat di
kedua sisi pelipis. Nyeri dirasakan sampai pada leher bagian belakang
hingga bahu. Serangan berlangsung 30 menit, mual & muntah (-). Pasien
mengeluh sulit untuk tidur. Nyeri muncul biasanya berlangsung 1-2 hari
dan sudah dialami pasien selama kurang lebih 10x dalam setahun ini
muncul terutama bila stress. Medikamentosa yang paling tepat untuk
mencegah kekambuhan?
a. Propanolol
b. Ergotamin
c. NSAID
d. Caffeine
e. Amitriptilin
14

Wanita, 24 tahun, mahasiswi kedokteran yang sedang akan ujian


UKMPPD datang ke klinik dengan keluhan nyeri kepala terasa berat di
kedua sisi pelipis. Nyeri dirasakan sampai pada leher bagian belakang
hingga bahu. Serangan berlangsung 30 menit, mual & muntah (-). Pasien
mengeluh sulit untuk tidur. Nyeri muncul biasanya berlangsung 1-2 hari
dan sudah dialami pasien selama kurang lebih 10x dalam setahun ini
muncul terutama bila stress. Medikamentosa yang paling tepat untuk
mencegah kekambuhan?
a. Propanolol
b. Ergotamin
c. NSAID
d. Caffeine
e. Amitriptilin
TTH

Definisi
TTH merupakan nyeri kepala yang disebabkan karena adanya mekanisme spasme otot perikranial
disertai dengan adanya vasokonstriksi ekstrakranium
Manifestasi Klinis
• Nyeri kepala seperti diikat/ditekan/tertimpa beban berat
• Durasi 30 menit – 7 hari
• Bersifat bilateral
• Intensitas ringan s/d sedang
• Mual, muntah, fonofobia, fotofobia
Terapi Abortif/Akut
• Simple Analgesik
• NSAID
• Ibuprofen 200-800 mg
• Naproxen 220/500 mg
• Aspirin 650-1000 mg
• Paracetamol 1000 mg
• Kombinasi simpel analgesik dengan caffeine 65 mg atau sedative (antihistamin : Syndol)
15

Wanita, 45 tahun datang ke poli umum dengan keluhan nyeri pada


wajah sisi kiri sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin
bertambah apabila pasien sedang mengunyah ataupun membuka mulut
saat sikat gigi. Pemeriksaan sensibilitas didapatkan peningkatan
sensitivitas terhadap nyeri pada wajah sisi kiri pasien. Tatalaksana yang
tepat adalah …
a. Neuralgia trigeminal
b.Cluster
c. TTH
d. Migrain tanpa aura
e. Migrain dengan aura
15

Wanita, 45 tahun datang ke poli umum dengan keluhan nyeri pada


wajah sisi kiri sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin
bertambah apabila pasien sedang mengunyah ataupun membuka mulut
saat sikat gigi. Pemeriksaan sensibilitas didapatkan peningkatan
sensitivitas terhadap nyeri pada wajah sisi kiri pasien. Tatalaksana yang
tepat adalah …
a. Neuralgia trigeminal
b.Cluster
c. TTH
d. Migrain tanpa aura
e. Migrain dengan aura
NEURALGIA TRIGEMINAL

Nyeri kepala yang bersifat lateral dan sering disertai dengan gejala otonom parasimpatis nervus
kranial

Manifestasi klinis
• Nyeri kepala berat seperti ditusuk
• Lokasi unilateral orbital, supraorbital, atau temporal
• Intensitas berat
• Berlangsung 15-180 menit
• Disertai konjungtiva ipsilateral lakrimasi, kongesti nasal, rhinorea, keringat pada dahi atau
wajah, miosis, ptosis dan/atau edema kelopak mata, agitasi atau gelisah
• Klasifikasi
• KLASTER EPISODIK : • Setidaknya 2 episode klaster yang berlangsung 7 – 365 hari dan
dipisahkan oleh periode remisi > 1 bulanKLASTER KRONIS : • Berulang > 1 tahun tanpa
periode remisi atau dengan periode remisi yang < 1 bulan
NEURALGIA TRIGEMINAL

Terapi abortif
• Oksigen 7-12L/menit ; gejala hilang dalam 15 menit
• Triptan ; sumatriptan

Terapi profilaksis
• CCB Non Dhp ; Verapamil, Diltiazem
• Lithium karbonat
• kortikosteroid
16

Wanita, 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan wajah nyeri sejak


2 hari lalu. Nyeri dirasakan menjalar di rahang kiri seperti tersengat listrik,
nyeri dirasakan akan muncul saat terkena angin, mengunyah dan
menggosok gigi. Pemeriksaan fisik dan status neurologis dalam batas
normal. Apakah terapi yang paling sesuai untuk kasus di atas?
a. Ketoprofen 3x50 mg PO
b. Paracetamol 3x500 mg PO
c. Oksigen 100% 8lpm
d. Gabapentin 3x100 mg PO
e. Carbamazepine 2x100 mg PO
16

Wanita, 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan wajah nyeri sejak


2 hari lalu. Nyeri dirasakan menjalar di rahang kiri seperti tersengat listrik,
nyeri dirasakan akan muncul saat terkena angin, mengunyah dan
menggosok gigi. Pemeriksaan fisik dan status neurologis dalam batas
normal. Apakah terapi yang paling sesuai untuk kasus di atas?
a. Ketoprofen 3x50 mg PO
b. Paracetamol 3x500 mg PO
c. Oksigen 100% 8lpm
d. Gabapentin 3x100 mg PO
e. Carbamazepine 2x100 mg PO
NEURALGIA TRIGEMINAL

DefInisi
• Atau TIC DOULOUREUX
• Serangan paroksismal berupa nyeri hebat, singkat dan tajam,
melibatkan satu atau lebih cabang nervus tirgeminal
Pemicu ;
Mengunyah, berbicara, mencuci muka, menggosok gigi, udara
dingin, atau menyentuh bagian yang sensitif “trigger spot”

Tatalaksana
• Carbamazepine 200-1200 mg/hari
• Phenytoin 300-00 mg
• Nerve block
• Microvascular decompession
17

Anak, 10 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan tiba-tiba kejang tangan


sisi tubuh sebelah kirinya, awalnya sisi kiri wajah pasien seperti bergerak
gerak sendiri lalu diikuti lengan dan tungkai kirinya. Selama kejang pasien
masih sadar. Kejang berlangsung selama 5 menit. Riwayat kejang
sebelumnya (+) setahun lalu. Bangkitan kejang yang dialami pasien ini
adalah
a. Kejang klonik
b. Kejang tonik klonik
c. Kejang tonik
d. Kejang parsial kompleks
e. Kejang parsial simpleks
17

Anak, 10 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan tiba-tiba kejang tangan


sisi tubuh sebelah kirinya, awalnya sisi kiri wajah pasien seperti bergerak
gerak sendiri lalu diikuti lengan dan tungkai kirinya. Selama kejang pasien
masih sadar. Kejang berlangsung selama 5 menit. Riwayat kejang
sebelumnya (+) setahun lalu. Bangkitan kejang yang dialami pasien ini
adalah
a. Kejang klonik
b. Kejang tonik klonik
c. Kejang tonik
d. Kejang parsial kompleks
e. Kejang parsial simpleks
Pembahasan
18

Laki-laki, 60 tahun dibawa keluarga karena lemah pada tangan dan


kakinya. Keluhan awalnya dirasakan pada kaki dan menjalar ke bagian
tubuh atas. Dua minggu sebelumnya pasien pernah mengeluhkan sakit
tenggorokan. Apa diagnosis pada kasus ini ?
a. Myasthenia gravis
b. GBS
c. Bell’s palsy
d. Stroke infark
e. Stroke
18

Laki-laki, 60 tahun dibawa keluarga karena lemah pada tangan dan


kakinya. Keluhan awalnya dirasakan pada kaki dan menjalar ke bagian
tubuh atas. Dua minggu sebelumnya pasien pernah mengeluhkan sakit
tenggorokan. Apa diagnosis pada kasus ini ?
a. Myasthenia gravis
b. GBS
c. Bell’s palsy
d. Stroke infark
e. Stroke
GBS

Definisi Manifestasi Klinis


Merupakan suatu sindrome neuropati perier ● Paralisis ascending simetris
(demyelinisasi saraf tepi) yang dimediasi ● Kelemahan ekstremitas dari tungkai
oleh imun bawah kemudian ke tubuh bagian atas
● Glove and stocking phenomenon
Faktor risiko : ● Parasthese/penurunan sensorik pada
• Riwayat ispa oleh virus (EBV) kedua tangan dan kaki
• Riwayat infeksi saluran cerna ● Gangguan motorik > sensorik
(Campylocbacter jejuni) ● Hilangnya refleks tendon
• Pembedahan
GBS

Pemeriksaan Penunjang
● Pungsi lumbal : peningkatan protein CSF tanpa disertai peningkatan leukosit
(mononuclear cell <10/mm3) (Disosiasi Sitoalbumin)
● Emg : adanya tanda demyelinisasi
● Pemeriksaan fungsi paru
Tatalaksana
● IVIG 100mg atau 0.4 g/kg (5 hari)
● Plasmapheresis / plasma exchange 40-0 mL/kg (7-10 hari)
● Neuroprotector : piridoxyn, citicholine, vit B complex
Komplikasi
● Depresi pernafasan
● Th/ perawatan intensif (ventilator)
19

Seorang laki-laki usia 35 tahun diantar keluarga ke puskesmas dengan


keluhan lemah kedua tungkai. Kelemahan kemudian menjalar ke paha
dan ekstremitas atas. Keluhan sulit BAK dan BAB disangkal. Ada riwayat
diare. Pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, N 90 kali/menit, RR 18
kali/menit, Tax 36,7C. Refleks patologis (-). Apa tatalaksana yg tepat
untuk diagnosis kasus di atas?
a. Fisostigmin
b. Metilprednisolon
c. Piracetam
d. IV Imunoglobulin
e. Kortikosteroid
19

Seorang laki-laki usia 35 tahun diantar keluarga ke puskesmas dengan


keluhan lemah kedua tungkai. Kelemahan kemudian menjalar ke paha
dan ekstremitas atas. Keluhan sulit BAK dan BAB disangkal. Ada riwayat
diare. Pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, N 90 kali/menit, RR 18
kali/menit, Tax 36,7C. Refleks patologis (-). Apa tatalaksana yg tepat
untuk diagnosis kasus di atas? (diagnosisnya GBS)
a. Fisostigmin
b. Metilprednisolon
c. Piracetam
d. IV Imunoglobulin
e. Kortikosteroid
GBS

Definisi Manifestasi Klinis


Merupakan suatu sindrome neuropati perier ● Paralisis ascending simetris
(demyelinisasi saraf tepi) yang dimediasi ● Kelemahan ekstremitas dari tungkai
oleh imun bawah kemudian ke tubuh bagian atas
● Glove and stocking phenomenon
Faktor risiko : ● Parasthese/penurunan sensorik pada
• Riwayat ispa oleh virus (EBV) kedua tangan dan kaki
• Riwayat infeksi saluran cerna ● Gangguan motorik > sensorik
(Campylocbacter jejuni) ● Hilangnya refleks tendon
• Pembedahan
GBS

Pemeriksaan Penunjang
● Pungsi lumbal : peningkatan protein CSF tanpa disertai peningkatan leukosit
(mononuclear cell <10/mm3) (Disosiasi Sitoalbumin)
● Emg : adanya tanda demyelinisasi
● Pemeriksaan fungsi paru
Tatalaksana
● IVIG 100mg atau 0.4 g/kg (5 hari)
● Plasmapheresis / plasma exchange 40-0 mL/kg (7-10 hari)
● Neuroprotector : piridoxyn, citicholine, vit B complex
Komplikasi
● Depresi pernafasan
● Th/ perawatan intensif (ventilator)
20

Wanita, 34 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan keluhan kelemahan anggota
gerak atas dan bawah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
dirasakan mulai dari tungkai bawah dan menyebar ke bagian lengan. Satu minggu
sebelumnya pasien mengalami diare namun tidak diobati. Pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan
kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222 dan lengan 3333/3333 hipotonus
dan hiporefleks. Berikut merupakan pernyataan yang benar, kecuali ….
a. Kemungkinan disebabkan oleh infeksi Campylobacter jejuni
b. Patomekanisme yang terjadi akibat gangguan pada neuromuscular junction
c. Pemeriksaan klinis dijumpai glove and stocking phenomenon
d. IVIG merupakan salah satu pilihan tatalaksana
e. Pemeriksaan lumbal pungsi dijumpai disosiasi sitoalbumin
20

Wanita, 34 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan keluhan kelemahan anggota
gerak atas dan bawah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
dirasakan mulai dari tungkai bawah dan menyebar ke bagian lengan. Satu minggu
sebelumnya pasien mengalami diare namun tidak diobati. Pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan
kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222 dan lengan 3333/3333 hipotonus
dan hiporefleks. Berikut merupakan pernyataan yang benar, kecuali ….
a. Kemungkinan disebabkan oleh infeksi Campylobacter jejuni
b. Patomekanisme yang terjadi akibat gangguan pada neuromuscular junction
c. Pemeriksaan klinis dijumpai glove and stocking phenomenon
d. IVIG merupakan salah satu pilihan tatalaksana
e. Pemeriksaan lumbal pungsi dijumpai disosiasi sitoalbumin
GBS

Definisi Manifestasi Klinis


Merupakan suatu sindrome neuropati perier ● Paralisis ascending simetris
(demyelinisasi saraf tepi) yang dimediasi ● Kelemahan ekstremitas dari tungkai
oleh imun bawah kemudian ke tubuh bagian atas
● Glove and stocking phenomenon
Faktor risiko : ● Parasthese/penurunan sensorik pada
• Riwayat ispa oleh virus (EBV) kedua tangan dan kaki
• Riwayat infeksi saluran cerna ● Gangguan motorik > sensorik
(Campylocbacter jejuni) ● Hilangnya refleks tendon
• Pembedahan
GBS

Pemeriksaan Penunjang
● Pungsi lumbal : peningkatan protein CSF tanpa disertai peningkatan leukosit
(mononuclear cell <10/mm3) (Disosiasi Sitoalbumin)
● Emg : adanya tanda demyelinisasi
● Pemeriksaan fungsi paru
Tatalaksana
● IVIG 100mg atau 0.4 g/kg (5 hari)
● Plasmapheresis / plasma exchange 40-0 mL/kg (7-10 hari)
● Neuroprotector : piridoxyn, citicholine, vit B complex
Komplikasi
● Depresi pernafasan
● Th/ perawatan intensif (ventilator)
21

Tn Yopie Pudjianta, seorang laki-laki berusia 24 tahun, dibawa oleh


keluarganya ke IGD Rumah Sakit akibat lumpuh pada keempat ekstrimitas.
Kelumpuhan dimulai dari kedua tungkai kemudian menjalar ke kedua tangan
hingga sikut. Dari anamnesis diketahui 1 minggu yang lalu pasien memiliki
riwayat radang tenggorokan. Pemeriskaan fisik ditemukan adanya gangguan
menelan dan bicara. Refleks fisiologis menurun, tonus menurun, kelemahan
pada keempat ekstrimitas, dan rangsang sensorik menurun. Tatalaksana
untuk mencegah komplikasi adalah…
A. O2 10 lpm via NRM
B. Splinting kedua tungkai
C. Rehidrasi cairan isotonis 1500/ 24 jam
D. Pasang NGT
E. Pasang DC karena ada kemungkinan Neurogenic Bladder
21

Tn Yopie Pudjianta, seorang laki-laki berusia 24 tahun, dibawa oleh


keluarganya ke IGD Rumah Sakit akibat lumpuh pada keempat ekstrimitas.
Kelumpuhan dimulai dari kedua tungkai kemudian menjalar ke kedua tangan
hingga sikut. Dari anamnesis diketahui 1 minggu yang lalu pasien memiliki
riwayat radang tenggorokan. Pemeriskaan fisik ditemukan adanya gangguan
menelan dan bicara. Refleks fisiologis menurun, tonus menurun, kelemahan
pada keempat ekstrimitas, dan rangsang sensorik menurun. Tatalaksana
untuk mencegah komplikasi adalah… (DIAGNOSISNYA GBS)
A. O2 10 lpm via NRM
B. Splinting kedua tungkai
C. Rehidrasi cairan isotonis 1500/ 24 jam
D. Pasang NGT
E. Pasang DC karena ada kemungkinan Neurogenic Bladder
GBS

Dari keterangan soal dipikirkan pasien mengalami Guillaine Barre Syndrome. Hal tersebut
ditegakan dari
– adanya riwayat nyeri tenggorok 1 minggu yang lalu,
– kelumpuhan keempat ekstrimitas yang berlangsung secara ascendens,
– kelumpuhan yang dialami tipe LMN.
• Komplikasi yang ditakutkan pada kasus ini adalah gagal napas terlebih pada keterangan
soal didapati gangguan menelan dan berbicara
• sehingga jawaban yang tepat pada kasus ini adalah pemberian oksigen 10 lpm via NRM,
karena kemungkinan terdapat kondisi sesak napas atau hipoksia yang mendahului komplikasi
gagal napas
22

Perempuan, 23 tahun mengeluhkan sering mengalami lemas pada tangan dan


kaki, terkadang susah digerakan. Pasien juga sering mengalami susah
membuka mata yang terkadang disertai penglihatan ganda. Keluhan pasien
membaik dengan istirahat. Apakah diagnosis yang mungkin ?
a. Mielitis transversal
b. Guillain-Barre syndrome
c. Myasthenia gravis
d. SLE
e. Mielopati
Myastenia Gravis

• Definisi: merupakan suatu penyakit autoimun


• Patofisiologi: autoantibodi yang merusak reseptor asetilkolin
di neuromuscular junction
• Sering berkaitan dengan timoma

Anamnesis
• kelemahan otot mata yang dapat menyebabkan ptosis
dan diplopia
• kesulitan menelan
• bicara pelo.
• kelemahan pada tangan, kaki, dan leher.
Myastenia Gravis

Anamnesis
• ptosis dan diplopia pada pemeriksaan mata
• paresis pada tangan dan kaki
• disartria dan disfagia
• Tensilon’s test (edrophonium chloride test → asetilkolinesterase inhibitor) : Jika
ada perbaikan kekuatan otot menandakan myasthenia gravis, jika tidak ada
perbaikan kekuatan otot menandakan Lambert Eaton syndrome (Antibodi pada
sekresi asetilkolin, sehingga sekresi asetilkolin sedikit)

Tes Klinis Sederhana


• Tes Wartenberg → Penderita diminta untuk melihat ke atas bidang datar
dengan sudut kurang lebih 30 derajat selama 60 detik
(+): bila terjadi ptosis
• Tes hitung
• Iced pack eye test → Asetilkolinesterase akan berkurang pada suhu rendah, jika
terjadi perbaikan kekuatan otot MG (+)
Myastenia Gravis

Tatalaksana
• Immunoglobulin Intravena (IVIg)
• Plasma Exchange (PE)
• Kortikosteroid diberikan bersama IVIg dan PE
• Inhibitor Asetilkolinesterase, khususnya
Pyridostigmine oral, dapat dimulai kembali setelah
ekstubasi
23

Perempuan, 53 tahun mengeluhkan baal pada telapak tangan dan kaki sejak 6
bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak 10 tahun dan tidak
terkontrol. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan parestesi stock & gloves.
Diagnosis yang mungkin untuk kasus ini adalah…
a. Polineuropati
b. Mononeuropati
c. Mielinopati
d. Neuritis
e. Radikulopati
23

Perempuan, 53 tahun mengeluhkan baal pada telapak tangan dan kaki sejak 6
bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak 10 tahun dan tidak
terkontrol. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan parestesi stock & gloves.
Diagnosis yang mungkin untuk kasus ini adalah…
a. Polineuropati
b. Mononeuropati
c. Mielinopati
d. Neuritis
e. Radikulopati
24

Perempuan usia 26 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS karena penurunan


kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya pasien sempat mengeluh nyeri kepala
dan mengalami kejang. Pasien juga mengalami demam sejak 5 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik: TD 110/70 mmHg, HR 96 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 39 C.
Pada analisis LCS didapatkan adanya peningkatan protein dan penurunan kadar
glukosa. Apa diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Meningitis bakterial
b. Meningitis viral
c. Ensefalitis
d. Abses otak
e. Tumor serebral
24

Perempuan usia 26 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS karena penurunan


kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya pasien sempat mengeluh nyeri kepala
dan mengalami kejang. Pasien juga mengalami demam sejak 5 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik: TD 110/70 mmHg, HR 96 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 39 C.
Pada analisis LCS didapatkan adanya peningkatan protein dan penurunan kadar
glukosa. Apa diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Meningitis bakterial
b. Meningitis viral
c. Ensefalitis
d. Abses otak
e. Tumor serebral
MENINGITIS

Meningitis Ensefalitis
• Peradangan yang terjadi pada selaput • Peradangan yang terjadi pada parenkim
otak /meningens otak (white dan gray matter)
• Manifestasi Klinis : • Manifestasi Klinis :
• Nyeri kepala • Demam
• Demam • Penurunan Kesadaran
• Rangsangan Meningeal • Kejang
• Refleks Patologis(+)
• Pemeriksaan Penunjang
• Lumbal Puncture (Gold Standard)
• CT scan (bila kontraindikasi)
MENINGITIS

Tatalaksana
• Steroid
• Dexamethasone 0.6 mg/kgBB/hari
• Prednisone 1-2 mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis
• Antibiotik (Bakteri)
• <3 bulan : Ampicilin + Cefotaxime
• >3 bulan : Vancomycin + Ceftriaxone/Cefotaxime
• >50 tahun : Ampicilin + Vancomycin + Ceftriaxone/Cefotaxime
25

Laki-laki, 30 tahun datang dengan keluhan sudut mulut kanan tampak turun
sejak 2 hari. Mata kanan tidak bisa tertutup, alis kanan tidak bisa diangkat, dan
kerutan dahi kanan menghilang. Riwayat trauma disangkal. Tanda vital dalam
batas normal. Lagoftalmus (+), hemiparesis (-). Diagnosis pada kasus di atas
adalah?
a. Bell's palsy
b. Tumor intrakranial
c. Stroke infark
d. Stroke perdarahan
e. Meningitis
25

Laki-laki, 30 tahun datang dengan keluhan sudut mulut kanan tampak turun
sejak 2 hari. Mata kanan tidak bisa tertutup, alis kanan tidak bisa diangkat, dan
kerutan dahi kanan menghilang. Riwayat trauma disangkal. Tanda vital dalam
batas normal. Lagoftalmus (+), hemiparesis (-). Diagnosis pada kasus di atas
adalah?
a. Bell's palsy
b. Tumor intrakranial
c. Stroke infark
d. Stroke perdarahan
e. Meningitis
26

Seorang wanita, usia 44 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga, datang ke
puskesmas dengan keluhan sulit menutup mata sejak 2 hari yang lalu dan mata
terasa perih. Pasien juga mengeluhkan sulit menggerakkan mulut dan tidak bisa
mengeryitkan dahi. Kelemahan separuh tubuh disangkal oleh pasien.
Terapi yang tepat pada pasien ini adalah...
a. Prednison 60 mg/hari, tappering off
b. Prednison 5 mg/hari, tappering off
c. Ibuprofen 2x200 mg selama 6 hari
d. Natrium diclofenak 2x50 mg selama 10 hari
e. Amoxicillin 3x500 mg selama 5 hari
26

Seorang wanita, usia 44 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga, datang ke
puskesmas dengan keluhan sulit menutup mata sejak 2 hari yang lalu dan mata
terasa perih. Pasien juga mengeluhkan sulit menggerakkan mulut dan tidak bisa
mengeryitkan dahi. Kelemahan separuh tubuh disangkal oleh pasien.
Terapi yang tepat pada pasien ini adalah...
a. Prednison 60 mg/hari, tappering off
b. Prednison 5 mg/hari, tappering off
c. Ibuprofen 2x200 mg selama 6 hari
d. Natrium diclofenak 2x50 mg selama 10 hari
e. Amoxicillin 3x500 mg selama 5 hari
BELLS PALSY

Paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis


unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian akut, unilateral, paralisis saraf fasial type
LMN (perifer), yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
Gejala awal:
• Kelumpuhan muskulus fasialis
• Tidak mampu menutup mata
• Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%)
• Perubahan pengecapan (57%)
• Hiperakusis (30%)
• Kesemutan pada dagu dan mulut
• Epiphora
• Nyeri ocular
• Penglihatan kabur
BELLS PALSY

Pemeriksaan Fisik
• Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII) melibatkan
kelemahan wajah satu sisi (atas dan bawah). Inspeksi awal pasien memperlihatkan
lipatan datar pada dahi dan lipatan nasolabial pada
sisi kelumpuhan.
• Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi
berlawanan dengan kelumpuhan.
• Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar.
• Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh.
BELLS PALSY

Pengobatan inisial
• Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’
pals.
• Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial,
jika diberikan pada onset awal.
• Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti
penurunan bertahap total selama 10 hari.
• Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari.
Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari
27

Laki-laki, 55 tahun datang dengan penurunan kesadaran. Pasien dikatakan


demam sejak 2 minggu dan keluar cairan dari telinga. Ada riwayat sakit telinga
sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan GCS: E2M3V4, suhu 38
C, tampak keluar cairan warna kuning dari telinga, perforasi membran timpani,
dan ronkhi halus pada kedua lapang paru. Diagnosis kasus di atas adalah...
a. Tuberkuloma otak
b. Toksoplasmosis ensefalitis
c. Metastasis kanker paru
d. Abses otak
e. Meningitis
27

Laki-laki, 55 tahun datang dengan penurunan kesadaran. Pasien dikatakan


demam sejak 2 minggu dan keluar cairan dari telinga. Ada riwayat sakit telinga
sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan GCS: E2M3V4, suhu 38
C, tampak keluar cairan warna kuning dari telinga, perforasi membran timpani,
dan ronkhi halus pada kedua lapang paru. Diagnosis kasus di atas adalah...
a. Tuberkuloma otak
b. Toksoplasmosis ensefalitis
c. Metastasis kanker paru
d. Abses otak
e. Meningitis
Pembahasan

ABCESS CEREBRAL
Abses otak meupakan bentuk fokal di parenkim otak, yang dapat
terjadi karena berbagai komplikasi infeksi, trauma, maupun
pembedahan.

Gambaran CT Scan :
• Ring like enhancement
28

Laki-laki, 27 tahun, dibawa ke IGD RS dengan kelemahan gerak kedua tungkai karena
terjatuh dari pohon 3 jam yang lalu. Keluhan disertai rasa kesemutan dari puting susu
hingga ujung kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/90 mmHg, HR 88
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.7C. Pemeriksaan neurologi didapatkan hipoestesi
dari papilla mammae hingga ujung kaki. Kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222.
Tonus otot meningkat. Refleks fisiologi meningkat. Refleks patologis positif. Manakah
kemungkinan letak kelainan pada kasus diatas …
a. Medulla spinalis C3
b. Medulla spinalis T4
c. Medulla spinalis T10
d. Medulla spinalis L2
e. Medulla spinalis T2
28

Laki-laki, 27 tahun, dibawa ke IGD RS dengan kelemahan gerak kedua tungkai karena
terjatuh dari pohon 3 jam yang lalu. Keluhan disertai rasa kesemutan dari puting susu
hingga ujung kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/90 mmHg, HR 88
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.7C. Pemeriksaan neurologi didapatkan hipoestesi
dari papilla mammae hingga ujung kaki. Kekuatan motorik tungkai bawah 2222/2222.
Tonus otot meningkat. Refleks fisiologi meningkat. Refleks patologis positif. Manakah
kemungkinan letak kelainan pada kasus diatas …
a. Medulla spinalis C3
b. Medulla spinalis T4
c. Medulla spinalis T10
d. Medulla spinalis L2
e. Medulla spinalis T2
Pembahasan
Pembahasan

CEDERA MEDULA SPINALIS


• Disebut juga trauma medula spinalis (spinal cord injury) →
trauma langsung atau tidak langsung yang menyebabkan
jejas pada medula spinalis
• Dapat menimbulkan gangguan: • Fungsi sensorik • Fungsi
motorik • Fungsi autonom
29

Seorang laki-laki dibawa berobat karena mengalami kecelakaan saat bekerja di


perkebunan kelapa 2jam yang lalu. Ia jatuh dari pohon kelapa dengan ketinggian 3
m dari permukaan tanah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: anestesi dari daerah
pusar ke bawah, dan kelumpuhan kedua extremitas bawah. Pada foto rontgen
didapatkan fraktur kompresi vertebra thorakal 4 yang mencederai seluruh medulla
spinalis. Kelainan yang tidak sesuai? DIAGNOSIS: SYOK SPINAL
A. Flacid
B. Hipotoni
C. Hiporefleksi
D. Hipertonia
E. Atonia
29

Seorang laki-laki dibawa berobat karena mengalami kecelakaan saat bekerja di


perkebunan kelapa 2jam yang lalu. Ia jatuh dari pohon kelapa dengan ketinggian 3
m dari permukaan tanah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: anestesi dari daerah
pusar ke bawah, dan kelumpuhan kedua extremitas bawah. Pada foto rontgen
didapatkan fraktur kompresi vertebra thorakal 4 yang mencederai seluruh medulla
spinalis. Kelainan yang tidak sesuai? DIAGNOSIS: SYOK SPINAL
A. Flacid
B. Hipotoni
C. Hiporefleksi
D. Hipertonia
E. Atonia
Pembahasan

Pasien mengalami trauma medula spinalis karena terdapat keluhan:


• jatuh dari pohon kelapa, PF: anestesi dari daerah pusar ke bawah, dan
kelumpuhan kedua extremitas bawah
• Ro: didapatkan fraktur kompresi vertebra thorakal 4 yang mencederai seluruh
medulla spinalis

Pasien dengan trauma medula spinalis dapat mengalami spinal shock, dalam
hitungan jam hingga minggu setelah kejadian.

• Gejala yang mungkin dialami pada spinal shock: paralisis flacid, atonia, flacid
sphincter, dan tidak ada reflex serta gangguan sensorik di bawah lesi.

• Maka gejala yang tidak sesuai adalah Hipertonia


30

Tn Anang F. Firmansyah, seorang lai-laki berusia 30 tahun, datang ke Poliklinik


Dokter Umum dengan keluhan pandangan ganda. Keadaan umum pasien baik,
TD 110/70 mmHg, nadi 84x. menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu afebris. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan mata kiri pasien tidak bisa menggerakkan bola
mata ke kantus medial dan tidak bisa membuka kelopak mata secara penuh.
Persyarafan yang kemungkinan mengalami kerusakan adalah… DIAGNOSIS
PARESIS N III
A. N III kiri
B. N III kanan
C. N IV kiri
D. N III, IV, VI kiri
E. N. III, IV, VI kanan
30

Tn Anang F. Firmansyah, seorang lai-laki berusia 30 tahun, datang ke Poliklinik


Dokter Umum dengan keluhan pandangan ganda. Keadaan umum pasien baik,
TD 110/70 mmHg, nadi 84x. menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu afebris. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan mata kiri pasien tidak bisa menggerakkan bola
mata ke kantus medial dan tidak bisa membuka kelopak mata secara penuh.
Persyarafan yang kemungkinan mengalami kerusakan adalah… DIAGNOSIS
PARESIS N III
A. N III kiri
B. N III kanan
C. N IV kiri
D. N III, IV, VI kiri
E. N. III, IV, VI kanan
Pembahasan

Jaras saraf N. III, dimulai dari mesensefalon mempersarafi secara


ipsilateral
– M. Rectus Medial, M. Rectus Inferior, M. Oblique Inferior,
– M. Levator Palpebrae,
– M. Constrictor Pupil Dan
– M. Sliaris
– Hanya 1 jaras yang menyilang mempersarafi m. Rectus superior.
Pembahasan

Keterangan pada soal pasien


• tidak bisa menggerakan bola mata kiri ke arah kantus medialparalisis M. Rectus
Medial
• tidak bisa membuka kelopak mata kiri secara penuh  parese M. Levator
Palpebrae
• Persyarafan yang kemungkinan mengalami kerusakan adalah N. III kiri.
• N. III kanan  pasien akan mengalami paresis ipsilateral (kanan) m. rectus medial,
m. Rectus inferior, m. oblique inferior, m. levator palpebrae, m constrictor pupil dan
m. sliaris. Paresis m. Rectus superior kontralteral (kiri).
• N. IV kiri pasien tidak dapat menggerakan bola mata kanan kearah inferomedial.
• N. III, IV, VI kiri  mata kiri hanya bisa bergerak ke arah inferomedial. Mata kanan
dapat beregerak ke segalah arah kecuali inferomedial.
• N. III, IV, VI kanan  mata kanan hanya bisa bergerak ke arah inferomedial. Mata
kiri data bergerak ke segala arah kecuali inferomedial.
31

Seorang wanita usia 32 tahun datang ke klinik dokter dengan keluhan kesemutan
dan nyeri ringan. Pasien adalah seorang dokter gigi, keluhan dirasakan pada jari
telunjuk, tengah, ibu jari dan lateral jari manis, keluhan bertambah berat saat
melakukan aktifitas dan pekerjaan yang terlalu keras, semakin hari pasien mengeluh
sulit untuk menggenggam dan memegang alat, jari telunjuk lebih sulit digerakkan
dibanding sebelumnya, pasien kurang merasakan saat diperiksa pin prick pada jari
telunjuk, jari tengah, ibu jari dan lateral jari manis tapi tidak untuk telapak tangan,
pada penekanan retinakulum fleksor tidak dirasakan. Saraf manakah yang terlibat?
DIAGNOSISNYA CTS
A. N. Ulnaris
B. N. Radialis
C. N. Medianus
D. N. Antebrachii medialis
E. N. Antebrachii lateralis
31

Seorang wanita usia 32 tahun datang ke klinik dokter dengan keluhan kesemutan
dan nyeri ringan. Pasien adalah seorang dokter gigi, keluhan dirasakan pada jari
telunjuk, tengah, ibu jari dan lateral jari manis, keluhan bertambah berat saat
melakukan aktifitas dan pekerjaan yang terlalu keras, semakin hari pasien mengeluh
sulit untuk menggenggam dan memegang alat, jari telunjuk lebih sulit digerakkan
dibanding sebelumnya, pasien kurang merasakan saat diperiksa pin prick pada jari
telunjuk, jari tengah, ibu jari dan lateral jari manis tapi tidak untuk telapak tangan,
pada penekanan retinakulum fleksor tidak dirasakan. Saraf manakah yang terlibat?
A. N. Ulnaris
B. N. Radialis
C. N. Medianus
D. N. Antebrachii medialis
E. N. Antebrachii lateralis
Pembahasan

Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah carpal tunnel syndrome (CTS), karena
terdapat keluhan:
• kesemutan dan nyeri ringan pada jari telunjuk, tengah, ibu jari dan lateral jari
manis
• Tes pin prick pada jari telunjuk, jari tengah, ibu jari dan lateral jari manis tapi tidak
untuk telapak tangan
• pada penekanan retinakulum fleksor tidak dirasakan.

Saraf yang mengalami gangguan pada CTS adalah N. Medianus yang mempersarafi 1/3
lateral palmar.
• N. Ulnaris → mempersarafi 2 ½ medial manus
• N. Radialis → wrist drop
• N. Antebrachii medialis (Medial Antebrachial Cutaneus Nerve) → inervasi sensorik
bagian medial lengan bawah
• N. Antebrachii lateralis (Lateral Antebrachial Cutaneus Nerve) → inervasi sensorik
bagian lateral lengan bawah
32

Anak perempuan usia 4 tahun dibawa oleh orangtua nya ke IGD karena kejang. Kejang
kurang lebih selama 25 menit dan sampai RS pasien masih kejang. Telah diberikan
diazepan suppositoria namun pasien masih kejang kemudian diberikan diazepam
intravena, pasien masih tetap kejang. Pemeriksaan fisik kaku kuduk positif, nadi 140x/m,
rr 30x/m, suhu 38C. Apakah tatalaksana yang tepat?
a. Fenobarbital 20 mg/KgBB
b. Fenitoin 20 mg/KgBB
c. Diazepam IV 0,2-0,3 mg/KgBB/kali
d. Langsung ke ICU
e. Rujuk ke RS
32

Anak perempuan usia 4 tahun dibawa oleh orangtua nya ke IGD karena kejang. Kejang
kurang lebih selama 25 menit dan sampai RS pasien masih kejang. Telah diberikan
diazepan suppositoria namun pasien masih kejang kemudian diberikan diazepam
intravena, pasien masih tetap kejang. Pemeriksaan fisik kaku kuduk positif, nadi 140x/m,
rr 30x/m, suhu 38C. Apakah tatalaksana yang tepat?
a. Fenobarbital 20 mg/KgBB
b. Fenitoin 20 mg/KgBB
c. Diazepam IV 0,2-0,3 mg/KgBB/kali
d. Langsung ke ICU
e. Rujuk ke RS
33

Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke UGD diantar keluarganya dengan


keluhan tibatiba lemah separuh badan sebelah kanan. Keluarga mengatakan pasien
tidak dapat berbicara dengan lancar. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes
melitus sejak 7 tahun yang lalu dan rutin berobat. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
kesadaran compos mentis, GCS 456, tekanan darah 160/100 mmHG, nadi 98x/menit,
RR 19x/menit, suhu 36,8 C, pasien tidak dapat berbicara dengan lancar dan tidak dapat
mengulang, tetapi dapat memahami pembicaraan. Dari pemeriksaan neurologis,
didapatkan rangsangan meningeal (-), hemiparese dextra, parese N VII kanan sentral.
Apa yang menyebabkan gangguan berbicara pada pasien?
a. Kerusakan plica vocalis
b. Gangguan di area Wernicke dan Broca
c. Gangguan di area Wernicke
d. Gangguan di area Broca
e. Gangguan di Cerebellum
33

Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke UGD diantar keluarganya dengan


keluhan tibatiba lemah separuh badan sebelah kanan. Keluarga mengatakan pasien
tidak dapat berbicara dengan lancar. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes
melitus sejak 7 tahun yang lalu dan rutin berobat. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
kesadaran compos mentis, GCS 456, tekanan darah 160/100 mmHG, nadi 98x/menit,
RR 19x/menit, suhu 36,8 C, pasien tidak dapat berbicara dengan lancar dan tidak dapat
mengulang, tetapi dapat memahami pembicaraan. Dari pemeriksaan neurologis,
didapatkan rangsangan meningeal (-), hemiparese dextra, parese N VII kanan sentral.
Apa yang menyebabkan gangguan berbicara pada pasien?
a. Kerusakan plica vocalis
b. Gangguan di area Wernicke dan Broca
c. Gangguan di area Wernicke
d. Gangguan di area Broca
e. Gangguan di Cerebellum
Pembahasan

Keyword:
• Perempuan berusia 65 tahun,
• tiba-tiba lemah separuh badan sebelah kanan.
• Pasien tidak dapat berbicara dengan lancar.
• Riwayat hipertensi dan diabetes melitus (+).
• PF: kesadaran compos mentis, GCS 456, tekanan darah 160/100 mmHG, nadi
98x/menit, RR 19x/menit, suhu 36,8 C, (tekanan darah tinggi)
• pasien tidak dapat berbicara dengan lancar dan tidak dapat mengulang, tetapi dapat
mengerti pembicaraan.
• Pemeriksaan neurologis: rangsangan meningeal (-), hemiparese dextra, parese N VII
kanan sentral.

Apa yang menyebabkan gangguan berbicara pada pasien?


AFASIA

Afasia : tidak dapat berbicara.

Klasifikasi:
• Afasia sensorik → dia bisa bicara dengan lancar tapi tidak dapat mengerti
dan tidak dapat mengulang pembicaraan (motorik saja yang bisa)
• Afasia motorik → dia tidak bisa bicara dengan lancar dan tidak dapat
mengulang, tetapi dapat mengerti (sensorik saja yang bisa)
• Afasia transkortikal → jika diantara keduanya di atas masih bisa
mengulang
Pembahasan
34

Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan mulut mencong ke sebelah
kanan. Selain itu, alis dan pipi sebelah kanan turun. Pasien mengatakan bahwa
keluhan tersebut terjadi secara tiba-tiba. Riwayat trauma, DM, dan hipertensi
disangkal. Pasien mengatakan sering tidur dengan kipas angin yang langsung
mengarah ke wajahnya. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,6 C, RR 20x/menit, pemeriksaan kekuatan motorik
ekstremitas dalam batas normal. Tatalakana farmakologi lini utama yang tepat
adalah...
a. Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
b. Prednison 1 mg/kgBB/hari PO, tappering off
c. Fisioterapi
d. Paracetamol 3 x 500 mg
e. Carbamazepine 2 x 200 mg
34

Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan mulut mencong ke sebelah
kanan. Selain itu, alis dan pipi sebelah kanan turun. Pasien mengatakan bahwa
keluhan tersebut terjadi secara tiba-tiba. Riwayat trauma, DM, dan hipertensi
disangkal. Pasien mengatakan sering tidur dengan kipas angin yang langsung
mengarah ke wajahnya. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,6 C, RR 20x/menit, pemeriksaan kekuatan motorik
ekstremitas dalam batas normal. Tatalakana farmakologi lini utama yang tepat
adalah...
a. Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
b. Prednison 1 mg/kgBB/hari PO, tappering off
c. Fisioterapi
d. Paracetamol 3 x 500 mg
e. Carbamazepine 2 x 200 mg
BELLS PALSY

• Definisi: paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari


paralisis fasialis (N. VII) unilateral.
• Unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer)
Anamnesis
• Kelumpuhan muskulus fasialis
• Tidak mampu menutup mata
• Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%)
• Perubahan pengecapan (57%)
• Hiperakusis (30%)
• Kesemutan pada dagu dan mulut
• Epiphora
• Nyeri ocular
• Penglihatan kabur
PEMERIKSAAN FISIK BELLS PALSY

• Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII) melibatkan


kelemahan wajah satu sisi (atas dan bawah).
• Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi
pada sisi berlawanan dengan kelumpuhan.
• Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar.
• Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada
sisi yang lumpuh.
TATALAKSANA BELLS PALSY

• Tujuan pengobatan: memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan


menurunkan kerusakan saraf.
• Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset.
• Pengobatan inisial:
1. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/hari selama 6 hari, diikuti
penurunan bertahap total selama 10 hari.
2. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10
hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
• Perawatan untuk perlindungan mata: lubrikasi okular topikal (air mata buatan pada
siang hari) dapat mencegah corneal exposure.
• Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan dan menurunkan
sequelae.
35

Seorang laki-laki berusia 42 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan kesadaran setelah
jatuh dari sepeda motor. Pasien sempat pingsan, namun segera sadar dan bangun
kembali. Namun, pasien tiba-tiba jatuh pingsan kembali saat beristirahat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36,5 C,
RR 20x/menit. Kaku kuduk (-), ditemukan hematoma pada temporal dextra, krepitasi (+).
Diagnosis dan hasil CTScan pasien tersebut adalah...
a. EDH, lesi hiperdens berbentuk bikonkaf
b. EDH, lesi hiperdens berbentuk lentikular
c. SAH, lesi hiperdens berbentuk bintang
d. SDH, lesih hiperdens berbentuk bulan sabit
e. EDH, lesi lentikular berbentuk cekung
35

Seorang laki-laki berusia 42 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan kesadaran setelah
jatuh dari sepeda motor. Pasien sempat pingsan, namun segera sadar dan bangun
kembali.Namun, pasien tiba-tiba jatuh pingsan kembali saat beristirahat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36,5 C,
RR 20x/menit. Kaku kuduk (-), ditemukan hematoma pada temporal dextra, krepitasi (+).
Diagnosis dan hasil CTScan pasien tersebut adalah...
a. EDH, lesi hiperdens berbentuk bikonkaf
b. EDH, lesi hiperdens berbentuk lentikular
c. SAH, lesi hiperdens berbentuk bintang
d. SDH, lesih hiperdens berbentuk bulan sabit
e. EDH, lesi lentikular berbentuk cekung
Pembahasan

• Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 42 tahun dibawa ke IGD dengan
penurunan kesadaran setelah jatuh dari sepeda motor.
• Pasien sempat pingsan, namun segera sadar dan bangun kembali.
Namun, pasien tiba-tiba jatuh pingsan kembali saat beristirahat.
• PF: tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36,5
C, RR 20x/menit. Kaku kuduk (-), ditemukan hematoma pada
temporal dextra, krepitasi (+).

Diagnosis dan hasil CT-Scan pasien tersebut adalah...


TRAUMA KEPALA
Pembahasan
Pembahasan

A. EDH, lesi hiperdens berbentuk bikonkaf → lucid interval (+), lesi hiperdens
berbentuk bikonveks
C. SAH, lesi hiperdens berbentuk bintang → lucid interval (-), meningeal sign (+)
D. SDH, lesih hiperdens berbentuk bulan sabit → lucid interval (-)
E. EDH, lesi lentikular berbentuk cekung → lucid interval (+),
lesi hiperdens berbentuk bikonvek
36

Seorang anak berusia 6 tahun datang dibawa orang tuanya dengan keluhan
pandangan sering kosong dan bengong sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan tersebut
dapat berulang hingga 10x sehari selama beberapa detik, timbulnya mendadak
kemudian normal kembali. Terkadang keluhan disertai dengan mulut yang tampak
mengecap-ngecap. Hal tersebut menurut gurunya membuat prestasi anak di sekolah
menurun. Riwayat trauma disangkal. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan nadi
92x/menit, RR 19x/menit, suhu 37 C. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Diagnosis pada pasien ini adalah...
a. Epilepsi parsial sederhana
b. Epilepsi umum absans
c. Epilepsi parsial kompleks
d. Kejang demam sederhana
e. Epilepsi umum tonik
36

Seorang anak berusia 6 tahun datang dibawa orang tuanya dengan keluhan
pandangan sering kosong dan bengong sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan tersebut
dapat berulang hingga 10x sehari selama beberapa detik, timbulnya mendadak
kemudian normal kembali. Terkadang keluhan disertai dengan mulut yang tampak
mengecap-ngecap. Hal tersebut menurut gurunya membuat prestasi anak di sekolah
menurun. Riwayat trauma disangkal. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan nadi
92x/menit, RR 19x/menit, suhu 37 C. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Diagnosis pada pasien ini adalah...
a. Epilepsi parsial sederhana
b. Epilepsi umum absans
c. Epilepsi parsial kompleks
d. Kejang demam sederhana
e. Epilepsi umum tonik
Pembahasan

• Keyword:
• Anak usia 6 tahun
• Pandangan sering kosong dan bengong sejak 1 tahun yang lalu
• Keluhan tersebut dapat berulang hingga 10x sehari selama beberapa
detik, timbulnya mendadak kemudian normal kembali
• Terkadang disertai keluhan mulut tampak mengecap
• Penurunan prestasi di sekolah
• PF: nadi 92x/menit, RR 19x/menit, suhu 37 C (dbn), pemeriksaan
neurologis tidak ada kelainan
Diagnosis pada pasien ini adalah...
Obat Anti Epilepsi
Pembahasan

a. Epilepsi parsial sederhana → satu sisi, kesadaran tidak


terganggu
b. -
c. Epilepsi parsial kompleks → satu sisi, kesadaran terganggu
d. Kejang demam sederhana → dialami anak di bawah 5 tahun,
provokasi demam (+)
e. Epilepsi umum tonik → tonus otot meningkat, tubuh jadi kaku
Pembahasan
37

Seorang perempuan berusia 30 tahun datang dengan keluhan penurunan


kesadaran. Terdapat riwayat demam sejak 3 minggu yang lalu disertai
dengan nyeri kepala. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien mempunyai
riwayat batuk lama, riwayat OAT (+) namun tidak sampai selesai. Dari
pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 90x/menit,
suhu 38 C, RR 20x/menit, kaku kuduk (+), Laseque sign (+), Kernig sign (+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan cairan serebrospinal berwarna
agak kekuningan, terdapat limfosit, peningkatan protein, dan glukosa yang
rendah. Diagnosis pasien adalah...
a. Ensefalitis
b. Meningitis bakterialis
c. Epilepsi
d. Meningitis TB
e. Meningoensefalitis TB
37

Seorang perempuan berusia 30 tahun datang dengan keluhan penurunan


kesadaran. Terdapat riwayat demam sejak 3 minggu yang lalu disertai
dengan nyeri kepala. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien mempunyai
riwayat batuk lama, riwayat OAT (+) namun tidak sampai selesai. Dari
pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 90x/menit,
suhu 38 C, RR 20x/menit, kaku kuduk (+), Laseque sign (+), Kernig sign (+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan cairan serebrospinal berwarna
agak kekuningan, terdapat limfosit, peningkatan protein, dan glukosa yang
rendah. Diagnosis pasien adalah...
a. Ensefalitis
b. Meningitis bakterialis
c. Epilepsi
d. Meningitis TB
e. Meningoensefalitis TB
Pembahasan

Keyword:
• Perempuan, 30 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran.
• Terdapat riwayat demam disertai nyeri kepala
• Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien mempunyai riwayat batuk lama, riwayat OAT
(+) namun tidak sampai selesai.
• Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 90x/menit, suhu
38 C, RR 20x/menit, kaku kuduk (+), Laseque sign (+), Kernig sign (+).
• Pemeriksaan penunjang didapatkan cairan serebrospinal berwarna agak kekuningan,
terdapat limfosit, peningkatan protein, dan glukosa yang rendah
Diagnosis pasien adalah...
Pembahasan
Pembahasan
Pembahasan

a. Ensefalitis → penurunan kesadaran (+), tetapi selain tanda dan gejala


ensefalitis juga ditemukan tanda dan gejala meningitis
b. Meningitis bakterialis → meningeal sign (+), penurunan kesadaran (-), CSF
keruh, sel didominasi PMN, protein meningkat, glukosa menurun
c. Epilepsi → ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang berselang > 24 jam,
timbul tanpa provokasi
d. Meningitis TB → meningeal sign (+), penurunan kesadaran (-), CSF
xantochrom, sel didominasi MN, protein meningkat, glukosa menurun,
tetapi juga ditemukan tanda ensefalitis berupa penurunan kesadaran
38

Seorang perempuan berusia 20 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sebelah kiri
sejak 2 bulan sebelum periksa ke Puskesmas. Nyeri kepala dirasakan berdenyut dan
terus menerus. Pasien mengatakan bahwa melihat bintik-bintik hitam sebelum nyeri
kepala. Nyeri kepala disertai dengan mual muntah. Nyeri kepala semakin memberat
saat melakukan aktivitas. Tekanan darah 120/80, denyut nadi 72x/menit, frekuensi
napas 20x/menit, suhu 36,7 derajat celcius, pemeriksaan fisik dan neurologis dalam
batas normal. Terapi abortif spesifik yang tepat pada pasien adalah…
a. Ergotamine
b. Diazepam
c. Fenitoin
d. Betahistine
e. Carbamazepine
38

Seorang perempuan berusia 20 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sebelah kiri
sejak 2 bulan sebelum periksa ke Puskesmas. Nyeri kepala dirasakan berdenyut dan
terus menerus. Pasien mengatakan bahwa melihat bintik-bintik hitam sebelum nyeri
kepala. Nyeri kepala disertai dengan mual muntah. Nyeri kepala semakin memberat
saat melakukan aktivitas. Tekanan darah 120/80, denyut nadi 72x/menit, frekuensi
napas 20x/menit, suhu 36,7 derajat celcius, pemeriksaan fisik dan neurologis dalam
batas normal. Terapi abortif spesifik yang tepat pada pasien adalah…
a. Ergotamine
b. Diazepam
c. Fenitoin
d. Betahistine
e. Carbamazepine
Pembahasan

Keyword:
• Perempuan berusia 20 tahun,
• nyeri kepala sebelah kiri sejak 2 bulan sebelum periksa ke Puskesmas.
• Nyeri kepala dirasakan berdenyut dan terus menerus
• Disertai mual muntah
• Melihat bintik-bintik hitam sebelum nyeri kepala.
• Nyeri kepala semakin memberat saat melakukan aktivitas.
• TTV dbn, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan neurologis tidak ada kelainan

Terapi abortif spesifik yang tepat pada pasien adalah…


TERAPI ABORTIF MIGRAIN
TERAPI PROFILAKSIS MIGRAIN
39

Seorang perempuan berusia 27 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 3
hari yang lalu dan semakin memberat. Pasien juga merasakan demam dan pandangannya
ganda. Dua bulan sebelumnya, sering keluar cairan yang kental dan agak berbau dari
telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 38 C, nadi
110x/menit, napas 22x/menit. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan paresis nervus VI
kanan, refleks Babinski (+), refleks fisiologis meningkat, kekuatan otot normal. . Pada
pemeriksaan telinga didapatkan perforasi atik dan kolesteatom. Pada pemeriksaan lab
didapatkan leukositosis dan LED meningkat. Pada CT scan kepala didapatkan lesi hipodens
tunggal berbatas tegas, berbentuk bulat dengan ring enhancement. Terapi yang tepat untuk
pasien ini adalah...
a. Eritromisin
b. Ceftriaxone
c. Tetrasiklin
d. Doksisiklin
e. Klindamisin
39

Seorang perempuan berusia 27 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 3
hari yang lalu dan semakin memberat. Pasien juga merasakan demam dan pandangannya
ganda. Dua bulan sebelumnya, sering keluar cairan yang kental dan agak berbau dari
telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 38 C, nadi
110x/menit, napas 22x/menit. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan paresis nervus VI
kanan, refleks Babinski (+), refleks fisiologis meningkat, kekuatan otot normal. . Pada
pemeriksaan telinga didapatkan perforasi atik dan kolesteatom. Pada pemeriksaan lab
didapatkan leukositosis dan LED meningkat. Pada CT scan kepala didapatkan lesi hipodens
tunggal berbatas tegas, berbentuk bulat dengan ring enhancement. Terapi yang tepat untuk
pasien ini adalah...
a. Eritromisin
b. Ceftriaxone
c. Tetrasiklin
d. Doksisiklin
e. Klindamisin
Pembahasan

Keyword:
• Perempuan berusia 27 tahun,
• nyeri kepala hebat sejak 3 hari yang lalu dan semakin memberat, demam dan
pandangannya ganda.
• Riwayat keluar cairan yang kental dan agak berbau dari telinga.
• PF: tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 38 C, nadi 110x/menit, napas 22x/ menit,
• Px Neurologis : paresis nervus VI kanan, , refleks Babinski (+), refleks fisiologis
meningkat, kekuatan otot normal.
• Pemeriksaan telinga: perforasi atik dan kolesteatom.
• Pemeriksaan lab: leukositosis dan LED meningkat.
• CT scan kepala: lesi hipodens tunggal berbatas tegas, berbentuk bulat dengan ring
enhancement.
Terapi yang tepat untuk pasien ini adalah...
ABSES OTAK

Definisi: penumpukan materi piogenik yang ● Kriteria terdapat gejala infeksi seperti
terlokalisir di dalam/di antara parenkim otak, demam; peningkatan tanda TIK (sakit
Etiologi: kepala yang semakin memberat, muntah
● Bakteri (yang sering): Staphylococcus proyektil, penurunan kesadaran), dan tanda
aureus, Streptococcus anaerob, Streptococcus neurologis fokal.
β hemolitikus, ● Ditemukan fokus seperti otitis media,
Streptococcus α hemolitikus, E.coli, sinusitis, endokarditis, pneumonia,
Bacteroides. selulitis.
● Jamur: N.asteroids, Candida, Aspergillus, ● CT Scan kepala dengan kontras: massa
Actinomycetes hipodens dengan penyangatan cincin pada
● Parasit : E.Histolitika, Cystisercosis, tepinya
Schistosomiasis
ABSES OTAK

● CT Scan Kepala + Kontras: Lesi


hipodens dengan tepi
enhancement/ menyangat
● MRI kepala + Kontras
● Darah rutin (leukosit, LED), ureum,
kreatinin, SGOT, SGPT.
● Pungsi lumbal: dilakukan bila tidak
ada kontraindikasi untuk kultur dan
tes sensitivitas
ABSES OTAK

Terapi kausal:
• Terapi empirik:
• Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau
Cefotaxime 2 g/8 jam iv)
• Metronidazole 500 mg/8 jam IV
• Terapi empirik diberikan hingga didapatkan antibiotik yang sesuai dengan hasil tes
sensitivitas kuman yang diisolasi dari abses atau dari sumber infeksi. Jika hasil
isolasi tidak ditemukan kuman penyebab, maka terapi empirik dapat
dilanjutkan hingga 6-8 minggu.

Antiedema: dexamethason/manitol sesuai indikasi

Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter > 2,5 cm
40

Seorang perempuan berusia 30 tahun, seorang pedagang rujak, datang ke


poliklinik dengan keluhan kesemutan pada jari 1-3 tangan kanannya sejak 6
bulan lalu dan dirasakan memberat hungga saat ini. Keluhan dirasakan
memberat saat malam hari, membaik saat pasien mengibaskan tangannya.
Dari pemeriksaan fisik, Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37C, RR 19x/menit, Tinel test (+).
Pemeriksaan lain yang dapat membantu adalah...
a. Chvostek sign (+)
b. Phalen test (+)
c. Thompson test (+)
d. Trousseau sign (+)
a. Laseque test (+)
40

Seorang perempuan berusia 30 tahun, seorang pedagang rujak, datang ke


poliklinik dengan keluhan kesemutan pada jari 1-3 tangan kanannya sejak 6
bulan lalu dan dirasakan memberat hungga saat ini. Keluhan dirasakan
memberat saat malam hari, membaik saat pasien mengibaskan tangannya.
Dari pemeriksaan fisik, Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37C, RR 19x/menit, Tinel test (+).
Pemeriksaan lain yang dapat membantu adalah...
a. Chvostek sign (+)
b. Phalen test (+)
c. Thompson test (+)
d. Trousseau sign (+)
a. Laseque test (+)
CTS
Pembahasan

A. Chvostek sign (+) → menandakan hipokalsemia


C. Thompson test (+) → pada ruptur tendon achilles
D. Trousseau sign (+) → menandakan hipokalsemia
E. Laseque test (+) → pada HNP
41

Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami


kecelakaan lalu lintas 2 jam yang lalu. Sebelumnya pasien sadar kemudian
tidak sadar lagi. Pasien mengalami benturan pada kepalanya. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi
98x/menit, suhu 36,8C, RR 20x/menit, kaku kuduk (-), ditemukan
hematoma pada temporal dextra, krepitasi (+). Dari hasil CT-Scan
didapatkan gambaran hiperdens berbentuk cembung. Diagnosis dan
penyebab yang paling tepat adalah...
a. EDH karena ruptur arteri cerebri posterior
b. EDH karena ruptur arteri meningea media
c. SDH karena ruptur arteri meningea media
d. SDH karena perdarahan di bridging vein
e. EDH karena aneurisma berry
41

Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami


kecelakaan lalu lintas 2 jam yang lalu. Sebelumnya pasien sadar kemudian
tidak sadar lagi. Pasien mengalami benturan pada kepalanya. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi
98x/menit, suhu 36,8C, RR 20x/menit, kaku kuduk (-), ditemukan
hematoma pada temporal dextra, krepitasi (+). Dari hasil CT-Scan
didapatkan gambaran hiperdens berbentuk cembung. Diagnosis dan
penyebab yang paling tepat adalah...
a. EDH karena ruptur arteri cerebri posterior
b. EDH karena ruptur arteri meningea media
c. SDH karena ruptur arteri meningea media
d. SDH karena perdarahan di bridging vein
e. EDH karena aneurisma berry
Pembahasan

A. EDH karena ruptur arteri cerebri posterior → EDH karena ruptur arteri
meningea media
C. SDH karena ruptur arteri meningea media → Gambaran CT Scan pada SDH
adalah crescent
shaped, SDH karena ruptur bridging vein
D. SDH karena perdarahan di bridging vein → Gambaran CT Scan pada SDH
adalah crescent shaped
E. EDH karena aneurisma berry → SAH karena aneurisma berry
42

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pinggang
bawah sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan setelah pasien terjatuh dari pohon
mangga. Nyeri dirasakan seperti tertekan, hilang timbul, dan tidak menjalar. Nyeri
memberat saat membungkuk dan berubah posisi dari berbaring ke duduk atau berdiri.
Nyeri membaik saat istirahat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36C, RR 18x/menit, spasme otot (+), dan ada trigger point
pada otot paravertebral lumbal tanpa defisit neurologis. Etiologi low back pain pada
pasien yang paling mungkin adalah...
a. Tumor
b. Trauma
c. Infeksi/ inflamasi
d. Degeneratif
e. Idiopatik
42

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pinggang
bawah sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan setelah pasien terjatuh dari pohon
mangga. Nyeri dirasakan seperti tertekan, hilang timbul, dan tidak menjalar. Nyeri
memberat saat membungkuk dan berubah posisi dari berbaring ke duduk atau berdiri.
Nyeri membaik saat istirahat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36C, RR 18x/menit, spasme otot (+), dan ada trigger point
pada otot paravertebral lumbal tanpa defisit neurologis. Etiologi low back pain pada
pasien yang paling mungkin adalah... DIAGNOSISNYA LBP
a. Tumor
b. Trauma
c. Infeksi/ inflamasi
d. Degeneratif
e. Idiopatik
Pembahasan

a. Tumor → biasanya terdapat benjolan dan terdapat tanda-tanda khas tumor


seperti penurunan BB, lemas, dll, riwayat trauma (-)
b. -
c. Infeksi/ inflamasi → contohnya pada spondilitis TB, riwayat trauma (-)
d. Degeneratif → contohnya pada osteoporosis, hernia nukleus pulposus
(HNP), riwayat trauma (-)
e. Idiopatik → Tidak diketahui penyebabnya,
riwayat trauma (-)
43

Seorang perempuan berusia 40 tahun datang dengan keluhan kelemahan


tungkai dan lengan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat tiba-tiba
kelopak mata tidak bisa menutup sendiri terutama pada sore hari saat 2 bulan
yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh mudah lelah, sulit menelan, dan
bicara pelo. Keluhan ini dirasakan semakin memburuk saat sore hari dan
membaik ketika bangun tidur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36,5C, RR 18x/menit. Tes
yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis pasien adalah...
a. Tes weber
b. Tes kalori
c. Tes tensilon
d. Tes perspirasi
e. Tes konfrontas
Myastenia Gravis

• Definisi: merupakan suatu penyakit autoimun


• Patofisiologi: autoantibodi yang merusak reseptor asetilkolin
di neuromuscular junction
• Sering berkaitan dengan timoma

Anamnesis
• kelemahan otot mata yang dapat menyebabkan ptosis
dan diplopia
• kesulitan menelan
• bicara pelo.
• kelemahan pada tangan, kaki, dan leher.
Myastenia Gravis

Anamnesis
• ptosis dan diplopia pada pemeriksaan mata
• paresis pada tangan dan kaki
• disartria dan disfagia
• Tensilon’s test (edrophonium chloride test → asetilkolinesterase inhibitor) : Jika
ada perbaikan kekuatan otot menandakan myasthenia gravis, jika tidak ada
perbaikan kekuatan otot menandakan Lambert Eaton syndrome (Antibodi pada
sekresi asetilkolin, sehingga sekresi asetilkolin sedikit)

Tes Klinis Sederhana


• Tes Wartenberg → Penderita diminta untuk melihat ke atas bidang datar
dengan sudut kurang lebih 30 derajat selama 60 detik
(+): bila terjadi ptosis
• Tes hitung
• Iced pack eye test → Asetilkolinesterase akan berkurang pada suhu rendah, jika
terjadi perbaikan kekuatan otot MG (+)
Myastenia Gravis

Tatalaksana
• Immunoglobulin Intravena (IVIg)
• Plasma Exchange (PE)
• Kortikosteroid diberikan bersama IVIg dan PE
• Inhibitor Asetilkolinesterase, khususnya
Pyridostigmine oral, dapat dimulai kembali setelah
ekstubasi
44

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan


kaki dan tangan kanan lemas sejak 1 jam yang lalu. Keluhan disertai
nyeri kepala yang sangat hebat, bibir merot, dan bicara pelo. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi
100x/menit, suhu 36,6 C, RR 20x/menit. Dari pemeriksaan
neurologis didapatkan kaku kuduk (+). Bila dilakukan CT-Scan,
gambaran yang akan tampak adalah...
a. Lesi hiperdens berbentuk bintang
b. Lesi hipodens berbentuk stellata
c. Lesi hipodens berbentuk lentikular
d. Lesi hiperdens berbentuk lentikular
e. Lesi hiperdens berbentuk lentiformis
44

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan


kaki dan tangan kanan lemas sejak 1 jam yang lalu. Keluhan disertai
nyeri kepala yang sangat hebat, bibir merot, dan bicara pelo. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi
100x/menit, suhu 36,6 C, RR 20x/menit. Dari pemeriksaan
neurologis didapatkan kaku kuduk (+). Bila dilakukan CT-Scan,
gambaran yang akan tampak adalah...(DIAGNOSISNYA SAH)
a. Lesi hiperdens berbentuk bintang
b. Lesi hipodens berbentuk stellata
c. Lesi hipodens berbentuk lentikular
d. Lesi hiperdens berbentuk lentikular
e. Lesi hiperdens berbentuk lentiformis
Stroke Iskemik VS Stroke Hemoragik
TRAUMA KEPALA
Pembahasan

B. Lesi hipodens berbentuk stellata → lesi hiperdens berbentuk


bintang/jala/stellata
C. Lesi hipodens berbentuk lentikular → lesi hiperdens
berbentuk lentikular adalah gambaran EDH
D. Lesi hiperdens berbentuk lentikular → gambaran EDH
E. Lesi hiperdens berbentuk lentiformis → gambaran EDH
45

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1
hari yang lalu. Bila muncul, keluhan dirasakan sekitar 2 menit dengan intensitas
berat. Keluhan disertai mual dan muntah sebanyak 3x. Keluhan memberat dengan
pergerakan kepala. Keluhan telinga berdenging disangkal. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,6 C, RR
20x/menit. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah...
a. Vertigo servikal
b. Vertigo paroksismal laten
c. BPPV
d. Hipotensi ortostatik
e. Meniere’s disease
45

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1
hari yang lalu. Bila muncul, keluhan dirasakan sekitar 2 menit dengan intensitas
berat. Keluhan disertai mual dan muntah sebanyak 3x. Keluhan memberat dengan
pergerakan kepala. Keluhan telinga berdenging disangkal. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,6 C, RR
20x/menit. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah...
a. Vertigo servikal
b. Vertigo paroksismal laten
c. BPPV
d. Hipotensi ortostatik
e. Meniere’s disease
BPPV

• Definisi: gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik


serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan
dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas,
kemudian memutar kepala.
• Gambaran klinis: vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi
• Diagnosis = Dix-Hallpike, head roll test
• Terapi
• Manuver Epley → saat pasien datang pertama dan menjadi
“first choice”. Dilakukan oleh dokter
• Manuver Semont → Second line. Dilakukan oleh dokter
• Manuver Brandt Daroff → jika masih ada gejala sisa dari
Epley, dapat dilakukan sendiri oleh pasien di rumah
Pembahasan

A. Vertigo servikal: vertigo yang timbul pasca adanya cedera servikal.


B. Vertigo posisional paroksismal laten: tidak ada
D. Hipotensi ortostatik: hipotensi akibat perubahan dari posisi duduk ke
berdiri yang tiba-tiba
E. Meniere’s disease: pendengaran menurun, tinitus, vertigo, telinga
terasa penuh atau tidak nyaman
46

Seorang perempuan berusia 28 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat


sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan nyeri dirasakan di sekitar mata
kanan, nyeri seperti dibor, dan tidak berdenyut. Keluhan disertai mata
merah, sering mengeluarkan air mata, dan pilek. Pasien mengatakan
dalam sehari keluhan berulang hingga 4 kali sehari. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,5- C,
RR 18x/menit. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Terapi
profilaksis yang tepat untuk pasien tersebut adalah...
a. Carbamazepine
b. Amitriptilin
c. Oksigen 100%
d. Verapamil
e. Ibuprofen
46

Seorang perempuan berusia 28 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat


sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengatakan nyeri dirasakan di sekitar mata
kanan, nyeri seperti dibor, dan tidak berdenyut. Keluhan disertai mata
merah, sering mengeluarkan air mata, dan pilek. Pasien mengatakan
dalam sehari keluhan berulang hingga 4 kali sehari. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,5- C,
RR 18x/menit. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Terapi
profilaksis yang tepat untuk pasien tersebut adalah...
a. Carbamazepine
b. Amitriptilin
c. Oksigen 100%
d. Verapamil
e. Ibuprofen
Pembahasan
CLUSTER

● Atau TRIGEMINAL AUTONOMIK Manifestasi Klinis


CEPHALGIA ● Nyeri kepala seperti ditusuk
● Nyeri kepala yang bersifat lateral ● Lokasi unilateral orbital,
dan sering disertai dengan gejala supraorbital, atau temporal
otonom parasimpatis nervus ● Intensitas berat
kranial ● Berlangsung 15-180 menit

● Disertai konjungtiva ipsilateral

lakrimasi, kongesti nasal, rhinorea,


keringat pada dahi atau wajah,
miosis, ptosis dan/atau edema
kelopak mata, agitasi atau gelisah
KLASIFIKASI CLUSTER

KLASTER EPISODIK : KLASTER KRONIS :


Setidaknya 2 episode klaster yang Berulang > 1 tahun tanpa periode remisi atau
berlangsung 7 – 365 hari dan dengan periode remisi
dipisahkan oleh periode remisi > 1 bulan yang < 1 bulan
TERAPI CLUSTER

Terapi abortif Terapi profilaksis


• Oksigen 7-12L/menit ; gejala hilang dalam • CCB Non Dhp ; Verapamil, Diltiazem
15 menit • Lithium karbonat
• Triptan ; sumatriptan • kortikosteroid
47

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dengan keluhan pusing


berputar sejak 1 hari yang lalu. Bila muncul, keluhan dirasakan sekitar 2
menit dengan intensitas berat. Keluhan disertai mual dan muntah
sebanyak 3x. Keluhan memberat dengan pergerakan kepala. Keluhan
telinga berdenging disangkal. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,6 C, RR 20x/menit.
Tatalaksana farmakologi yang tepat untuk pasien adalah...
a. Ibuprofen
b. Carbamazepine
c. Brand-Daroff
d. Verapamil
e. Dimenhidrinat
47

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dengan keluhan pusing


berputar sejak 1 hari yang lalu. Bila muncul, keluhan dirasakan sekitar 2
menit dengan intensitas berat. Keluhan disertai mual dan muntah
sebanyak 3x. Keluhan memberat dengan pergerakan kepala. Keluhan
telinga berdenging disangkal. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,6 C, RR 20x/menit.
Tatalaksana farmakologi yang tepat untuk pasien adalah...
a. Ibuprofen
b. Carbamazepine
c. Brand-Daroff
d. Verapamil
e. Dimenhidrinat
VERTIGO

• Definisi: persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan


sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa:
• Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.
• Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual
VERTIGO
VERTIGO

• Antihistamin
• Dimenhidrinat: 25-50 mg, 4 kali sehari PO
• Difenhidramin HCL: 25-50 mg, 4 kali sehari PO
• Senyawa betahistn (analog histamin)
✓ Betahistin Mesylate: 12 mg, 3 kali sehari PO
✓ Betahistin HCL: 8-24 mg, 3 kali sehari PO
• Kalsium antagonis
Cinnarizine: 15-30 mg, 3 kali sehari PO atau 1 x 75 mg
sehari PO
48

Seorang wanita berusia 29 tahun datang ke poli RS dengan keluhan nyeri


kepala berdenyut. Nyeri sudah dirasakan 1 hari. Nyeri dirasakan pada sisi
kanan kepala. Keluhan lain didapatkan mual (+), muntah (-). Nyeri tidak
memburuk ketika pasien batuk. Tekanan darah 120/80, denyut nadi 72x/menit,
frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,7 derajat celcius, pemeriksaan fisik dan
neurologis dalam batas normal. Apakah kemungkinan diagnosis pasien?
a. Cluster headache
b. Nyeri kepala tipe tegang
c. Massa otak
d. Migrain tanpa aura
e. Neuralgia trigeminal
48

Seorang wanita berusia 29 tahun datang ke poli RS dengan keluhan nyeri


kepala berdenyut. Nyeri sudah dirasakan 1 hari. Nyeri dirasakan pada sisi
kanan kepala. Keluhan lain didapatkan mual (+), muntah (-). Nyeri tidak
memburuk ketika pasien batuk. Tekanan darah 120/80, denyut nadi 72x/menit,
frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,7 derajat celcius, pemeriksaan fisik dan
neurologis dalam batas normal. Apakah kemungkinan diagnosis pasien?
a. Cluster headache
b. Nyeri kepala tipe tegang
c. Massa otak
d. Migrain tanpa aura
e. Neuralgia trigeminal
MIGRAIN

Nyeri kepala primer dengan kualitas Patofisiologi


vaskular (berdenyut) ● Gangguan neurobiologis
● Peningkatan kadar 5-HT menyebabkan

vasokonstriksi → menurunkan aliran darah


kranial → iskemia → aura
● Iskemia selanjutnya bekurang, memicu

aktiasi sara nosiseptif dan diikuti periode


vasodilatasi vaskular (serebral), inflamasi
neurogenik, dan nyeri
MIGRAIN

Manifestasi Klinis Faktor Risiko :


● Nyeri kepala berdenyut unilateral ● Menstruasi à perubahan hormonal.
● Diikuti dengan mual, fotofobia, ● Puasa dan terlambat makan
fonofobia ● Makanan ; akohol, coklat, susu, keju, MSG
● Dengan/tanpa aura ● Cahaya kilat atau berkelip
● Intensitas sedang berat ● Banyak tidur atau kurang tidur
● Durasi 3-72 jam
KLASIFIKASI MIGRAIN

CLASSIC MIGRAIN ( AURA + ) COMMON MIGRAIN (AURA - )


● Diawali dengan kilatan cahaya (sebelum ● Mual, muntah, fotofobia, fonofobia
nyeri ), berbeda dengan fotofobia
TERAPI MIGRAIN

Terapi abortif Antidepresan trisiklik à Amitriptilin


● Analgesik spesifik untuk nyeri kepala • ● CCB non dihidopriomnie
Golongan Triptans → Sumatriptan 25,
50, 100 mg PO (agonis selektif 5-HT1)
● Ergot alkaloids → Ergotamin 2 mg
● Analgesik nonspesifik
● NSAID → Aspirin 1000 mg, Dikloenak
100 mg, PCT 1000 mg
● Terapi Preventif/profilaksis
● Beta blockers → Propanolol, atenolol,
bisoprolol
49

Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang dengan keluhan kesulitan menelan


dan mengunyah yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluh sulit menutup rahang bawahnya akibat kelemahan. Pasien merasa
bila pagi hari setelah bangun tidur keluhan tersebut berkurang, namun sore hari
keluhan tersebut memberat. Dalam 1 bulan ini, pasien sulit membuka kelopak
mata dan pandangan ganda. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dalam batas normal, ophthalmoplegi, ptosis bilateral, disfagia dan jaw drop.
Apakah tatalaksana yang paling tepat?
a. Acethylcholinesterase inhibitor
b. Antivirus
c. Angiotensin-converting-enzyme inhibitor
d. Calcium channel blocker
e. Antibiotik
49

Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang dengan keluhan kesulitan menelan


dan mengunyah yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluh sulit menutup rahang bawahnya akibat kelemahan. Pasien merasa
bila pagi hari setelah bangun tidur keluhan tersebut berkurang, namun sore hari
keluhan tersebut memberat. Dalam 1 bulan ini, pasien sulit membuka kelopak
mata dan pandangan ganda. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dalam batas normal, ophthalmoplegi, ptosis bilateral, disfagia dan jaw drop.
Apakah tatalaksana yang paling tepat?
a. Acethylcholinesterase inhibitor
b. Antivirus
c. Angiotensin-converting-enzyme inhibitor
d. Calcium channel blocker
e. Antibiotik
Myastenia Gravis

• Definisi: merupakan suatu penyakit autoimun


• Patofisiologi: autoantibodi yang merusak reseptor asetilkolin
di neuromuscular junction
• Sering berkaitan dengan timoma

Anamnesis
• kelemahan otot mata yang dapat menyebabkan ptosis
dan diplopia
• kesulitan menelan
• bicara pelo.
• kelemahan pada tangan, kaki, dan leher.
Myastenia Gravis

Anamnesis
• ptosis dan diplopia pada pemeriksaan mata
• paresis pada tangan dan kaki
• disartria dan disfagia
• Tensilon’s test (edrophonium chloride test → asetilkolinesterase inhibitor) : Jika
ada perbaikan kekuatan otot menandakan myasthenia gravis, jika tidak ada
perbaikan kekuatan otot menandakan Lambert Eaton syndrome (Antibodi pada
sekresi asetilkolin, sehingga sekresi asetilkolin sedikit)

Tes Klinis Sederhana


• Tes Wartenberg → Penderita diminta untuk melihat ke atas bidang datar
dengan sudut kurang lebih 30 derajat selama 60 detik
(+): bila terjadi ptosis
• Tes hitung
• Iced pack eye test → Asetilkolinesterase akan berkurang pada suhu rendah, jika
terjadi perbaikan kekuatan otot MG (+)
Myastenia Gravis

Tatalaksana
• Immunoglobulin Intravena (IVIg)
• Plasma Exchange (PE)
• Kortikosteroid diberikan bersama IVIg dan PE
• Inhibitor Asetilkolinesterase, khususnya
Pyridostigmine oral, dapat dimulai kembali setelah
ekstubasi
50

Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri


pada dada kiri. Nyeri dirasakan seperti tersetrum hilang timbul. Nyeri diperberat
saat bergesekan dengan baju. Riwayat ruam sebelumnya setinggi dermatom
T4-T5 sinistra. Pada pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 120/80, nadi
84x/menit, frekuensi napas 21x/menit, suhu 36,8C.
Pemeriksaan fisik dan neurologis lainnya tidak didapatkan kelainan. Apakah
terapi yang dapat diberikan kepada pasien?
a. Ibuprofen
b. Natrium diklofenak
c. Acyclovir
d. Gabapentin
e. Prednison
50

Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri


pada dada kiri. Nyeri dirasakan seperti tersetrum hilang timbul. Nyeri diperberat
saat bergesekan dengan baju. Riwayat ruam sebelumnya setinggi dermatom
T4-T5 sinistra. Pada pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 120/80, nadi
84x/menit, frekuensi napas 21x/menit, suhu 36,8C.
Pemeriksaan fisik dan neurologis lainnya tidak didapatkan kelainan. Apakah
terapi yang dapat diberikan kepada pasien?
a. Ibuprofen
b. Natrium diklofenak
c. Acyclovir
d. Gabapentin
e. Prednison
Pembahasan

Keywords:
• Pasien usia 60 tahun
• Nyeri pada dada kiri
• Nyeri dirasakan seperti tersetrum hilang timbul
• Nyeri diperberat saat bergesekan dengan baju
• Riwayat ruam sebelumnya setinggi dermatom T4-T5 sinistra
• TTV : tekanan darah 120/80, nadi 84x/menit, frekuensi napas 21x/menit, suhu
36,8C. (dbn)
Px Fisik dan Neurologis lainnya tidak didapatkan kelainan
Post Herpetic Neuralgia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai