Anda di halaman 1dari 4

SKENARIO 3

Lemah pada Anggota Gerak

Seorang laki-laki berusia 35 tahun diantar ke Instalasi Gawat Darurat


Rumah Sakit dengan keluhan lemah pada kedua lengan dan tungkai sejak
2 hari yang lalu. Pasien mengaku ±2 minggu yang lalu, timbul kesemutan
pada ujung-ujung jari. Namun lama kelamaan meluas hingga lengan dan
tungkai. Keluhan juga semakin lama semakin memberat hingga sulit
menggerakkan anggota gerak. Pemeriksaan fisik didapatkan hipotensi
postural, denyut nadi 127 irreguler, frekuensi nafas 19x/ menit, suhu
36,1°C, dan kekuatan motorik pada ekstremitas superior-inferior dextra
dan sinistra skor 3. Status neurologis terdapat parese N.VII. Kemudian
dokter melakukan penatalaksanaan awal untuk mencegah kondisi
semakin parah dan mengancam nyawa pasien.
STEP 1

1. Kesemutan : Sensasi kebas yang terjadi paling sering di tangan dan kaki

2. Hipotensi Postural : Kondisi tekanan darah turun ketika orang berdiri dari duduk atau
berbaring

3. Status Neurologis : Pemeriksaan yang berguna untuk mendeteksi kelainan atau patologis
pada tubuh.

STEP 2

1. Mengapa pasien mengalami keluhan lemah pada kedua lengan dan tungkai sejak 2 hari
yang lalu dan mengalami kesemutan dari ujung jari meluas hingga lengan dan tungkai?

2. Apa saja faktor risiko yang menyebabakan keluhan lemah pada skenario?

3. Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien?

4. Bagaiamana tatalaksana yang diberikan pada keluhan pasien ?

5. Bagaimana diagnosis banding pada pasien ?


STEP 3

1. Kelemahan anggota gerak karena proses antibodi menyerang gangliosid.karena ada


infeksi sistem pencernnaan dan pernafasan yg disebakan oleh bakteri campylobacter
jejuni. Terdapat luka atau penekan saraf dan infeksi virus,lesi pada upper motor neuron
dan lower motor neuron. Terjadinya kesemutan karena ada reaksi autoimun di saraf
perifer yg menghancurkan selubung mielin,bisa karena saraf terluka dan ada sumbatan
pembuluh darah sehingga hantaran impulsnya tidak sampai ke targetnya.

2. famili herpes,imunisasai,penyakit imun,infeksi bakteri,infeksi virus,penyakit


autoimun,flu dan peradangan,usia,jenis kelamin pria lebih beresiko,infeksi pernafasan
dan percernaan,HIV/AIDS,operasi,dan suntikan.

3. anamnesis,pemeriksaan fisik neurologi(motorik,sensorik,otonom),pemeriksaan


penunjang:MRI,lumbal fungsi,EMG,radiologis.

4. Diagnosis dini :Airway, breathing,Circulation,masuk ke perawatan intensif,terapi suportif


Terapi spesifik intravenous imunoglobulin dan plasma exchange

5. Stroke,meningitis ensefalitis,status epileptikus,myestenia gravis,sinkup

STEP 4

1. Kelemahan yang terjadi akibat auotoimun ada dua Herediter;genetik dan lingkungan.
C.jejuni memiliki antigen mirip gangliosid pada sel neuron. antibodi menyerang
nukleosid sehingga terjadi AIDP dan mempengaruhi motorik pada ekstremitas,kelaianan
GBS berada di tangan dan kaki yang merupkana lower motor neuron. Toleransi imun
adalah sistem imun tidak bereaksi seacara positif,mekanismenya ada sentral di tymus dan
perifer di jaringan perifer. khasnya pada penyakit ini perifer terlebih dahulu baru ke
sentral untuk penjalarannya.

2. Kehamilan dan masa nifas karena sering berhubungan dengan infeksi akut yang
nonspesifik.Gbs sering terjadi pada usia dewasa diatas 50 tahun dan banyak terjadi pada
laki-laki,setelah vaksin covid dan influenza ditemukan adanya GBS,adanya jejas pada
saraf tepi jejas akan menyabebakan autoantibodi
3. Anamnesis ditemukan kelemahan simetris anggota gerak/ascending,baal,sesak nafas,sulit
menelan,diare,infeksi saluran nafas,derajat kelemahan ringan sampai berat,apakah ada
nyeri di pundak,punggung,bokong.

pemeriksaan fisik ditemukan,kesadaran composmentis,tekanan darah menurun karena


ada kerusukan nervus otonom,nadi menjadi cepat disebabkan tekanan darah
menurun,respirasi meningkat karena oksigennya sedikit,suhu normal. status neurologis
ada penuran refleks fisiologis,gangguan bola mata,takhikardi,kelemahan
motorik,kelemahan sensorik dan refleks patologisnya ada kelainan babinski.

Pemeriksaann penunjanag :simptoms skala level 1,2,3,Analisis css hasilnya


aselular,kadar protein normal tapi meningkat pada minggu 4 hingga 6,EMG,MRI,cek
anti IgG,pemeriksaan laboratorium leukosit normal,hemoglobin normal,limfosit rendah
pada fase awal dan akut penyakit,respon hipersensitifitas antibodi yg tipe lambat,adanya
infiltrat.

4. Fase akut

 Terapi suportif monitoring fungsi vital

 Terapi medikamentosa (IVig 400-2000 mg/kg BB: 5 hari, Plasmaparesis : 40-50


ml/kg PE :4 kali dalam seminggu,kortikosteroid)

Setelah fase akut

 Program rehabilitasi membantu mengoptimalkan gangguan fungsi motorik dan


sensorik

 memperbaiki fungsi ADL

5. Poliomilitis,Miastenia gravis,mielopati servikal


Kegawat daruratan
Neurologis

ETIOLOGI DAN FAKTOR


Penegakan diagnosis Penatalaksanaan DIAGNOSIS BANDING Patofisiologi
RISIKO

Anamnesis,pf,pp

STEP 5

Sasaran Belajar

1. Penegakan diagnosi(Patofisiologi,Anamnesis,Pemeriksaan fisik,pemeriksaan


penunjang,tatalaksana,komplikasi)

A. trauma medula spinalis,

B. syndroma spinalis,

C. miestenia gravis

D. Mielopati servikal

E. Poliomielitis

F. traumatic brain injury

G. GBS

Anda mungkin juga menyukai