MIELOPATI SERVIKAL
Putri Pratiwi
Pembimbing:
dr. Christianus U. Rumantir, Sp.S
Keluhan utama:
Kelemahan pada keempat anggota gerak
Riwayat Penyakit Sekarang
PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN
Laseque : tidak terbatas Kernig : tidak
terbatas
Patrick : -/- Kontrapatrick : -/-
Valsava test : -/- Brudzinski : -/-
RESUME PEMERIKSAAN
• Keadaan umum
– Kesadaran : Composmentis
– Tekanan darah : 120/80 mmHg
– Pernafasan : 20 kali/menit
– Paru : Dalam batas normal
– Punggung belakang : gibbus (-), tanda-tanda peradangan (-)
Biopsi
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah Rutin ( 8 Desember 2013)
Hb : 13,6 gr% Leuko : 7000/mm3
Plt: 441.000 /mm3 Ht : 40 vol%
• Kimia Darah (8 Desember 2013)
GDS : 117 mg/dl Chol : 234 mg/dl
HDLD : 38 mg/dl TG-B : 122 mg/dl
ureum : 23 mg/dl Crea : 0,6 mg/dl
Uric : 6,4 mg/dl AST : 16 IU/L
ALT : 11 IU/L
Foto servikal (18 Desember 2013)
RO thorax (18 Desember 2013)
MRI dengan kontras
(10 Desember 2013)
MRI servikal dengan kontras:
Kesan:
• Spondylitis pada corpus vertebra C5, C6, dan C7, dengan pembentukan para-vertebral abses
yang meluas ke epidural dan menyebabkan canalis stenosis derajat sedang-berat serta
penekanan pada medulla spinalis pada level tsb.
PENATALAKSANAAN
• Umum
– Diet tinggi kalori tinggi protein.
– Tirah baring, cegah ulkus dekubitus.
• Khusus
– IVFD RL 16 tpm
– Metilprednisolon 3x125 mg IV
– Ranitidin tab 3x150 mg
– Konsul orthopedi
Hasil konsul bedah orthopedi:
Definisi
• gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh adanya lesi komplit atau
inkomplit
Etiologi
• Lesi traumatik, neoplasma, lesi vaskuler, lesi inflamasi, proses degeneratif dan
penyakit sistemik
Kriteria Diagnosis Mielopati
• Anamnesis
– Lemah/lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil
dan buang air besar, gangguan sensibilitas.
• Pemeriksaan fisik
– Parese/plegi tipe UMN (tergantung lokasi lesi, dapat
dijumpai gejala UMN atau campuran UMN dan LMN),
hipestesi/anestesi segmental, gangguan fungsi otonom.
• Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
• Tidak ditemuinya tanda-tanda radang atau
penyebabnya tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Foto polos vertebra
MRI
Kimia darah
Mielografi
Urin rutin
Bone scanning
CT-mielografi
LCS
Klasifikasi
• Tumor primer
– Jinak, yang berasal dari
• tulang; osteoma dan kondroma
• serabut saraf : neurinoma (Schwannoma)
• selaput otak : Meningioma
• jaringan otak; Glioma, Ependimoma
– Ganas, yang berasal dari:
• Jaringan saraf, seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma
• sel muda seperti Kordoma.
• Tumor sekunder
– Metastase dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut,
pelvis dan tumor payudara.
Klasifikasi
Ekstradural
Intradural
Ekstrameduler
Intrameduler
(A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular
(C) Tumor Ekstradural
Epidemiologi
Indone
•?
sia
Epidemiologi
T
u
m
o
r
b
e
s
a
r
g
e
j
a
l
a
d
a
p
a
t
t
i
m
b
u
l
k
a
r
e
n
a
k
o
n
t
u
s
i
o
M
S
k
a
r
e
n
a
d
a
l
a
m
p
e
r
g
e
r
a
k
a
n
c
o
l
u
m
n
a
v
e
r
t
e
b
r
a
l
i
s
.
Gejala klinis
dexamethasone
• Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi
bertulang; analgesik untuk nyeri.
• Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua
level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.
Pentalaksanaan
Penatalaksanaan darurat
• bila >80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan
harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2 minggu.
• bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
Radiasi
Pembedahan
diagnosis klinis
• Didapatkan gangguan motorik berupa nyeri leher, tetraparese, gangguan sensoris berupa
hipestesi dan gangguan sistem otonom berupa inkotinensia uri dan konstipasi.
diagnosis topik
diagnosis etiologik
• Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gambaran penyakit berupa nyeri pada leher, disertai
tetraparese yang berjalan kronik progresif, yang diikuti dengan hipestesi, kelainan otonom, tanpa disertai
adanya tanda-tanda infeksi. Hal ini menunjukkan adanya suatu SOL medula spinalis
diagnosis banding
Analisis LCS
•mencari tanda-tanda keganasan berupa peningkatan protein
dan xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel
keganasan
Dasar diagnosis
• Diagnosis akhir pada pasien ini belum bisa ditegakkan karena belum dilakukan
biopsi.
Dasar penatalaksanaan