Pada awalnya bakal gonad bersifat bipotensial yang bersrti bakal gonad tersebut memiliki dua potensi
untuk dapat berkembang menjadi ovarium atau testis. Bakal gonad dapat ditentukan dengan adanya
genotip. Pada manusia, adanya dua kromosom X atau salah satunya adalah kromosom Y menentukan
bahwa embrio nantinya menjadi wanita (XX) dan pria (XY) (Tenzer. dkk, 2017).
Pada manusia, gonad bipotensial/indiferen terdapat pada embrio umur 4-7 minggu dan merupakan
mesoderm intermediet yang berada dekat dengan bakal ginjal. Pada dinding dorsal perut sebelah
medial dari mesonefros tampak suatu tonjolan yang cembung mirip rigi (gonadal ridge) pada
minggu ke-5, yang terbentang dari diafragma sampai ke panggul dan di tengahnya terdapat bakal
gonad yang agak menonjol ke depan.
Di daerah bakal gonad, membran basal epitel coelom menghilang sehingga dapat tumbuh ke
dalam tanpa halangan dan sel kelamin dengan organnya dapat mengalami suatu situasi penting
bagi diferensiasi gamet yang sangat spesifik dan terjadi kemudian. Namun, jaringan mesonefros
tumbuh dengan cepat pada bakal gonad, yang menginduksi dan mengatur perkembangan lebih
lanjut pada gonad melalui ekspresi faktor-faktor spesifik. Tanpa faktor ini, bakal gonad tidak
berkembang lebih lanjut. Mesonefros dengan demikian tetap ada pada kedua jenis kelamin di
daerah bakal gonad yang mula-mula menerimanya, namun segera mengalami degenerasi di
kranial dan kaudal.
Di sebelah lateral dari mesonefros akhirnya terbentuk ductus genitales yang lebar, yaitu duktus
Muller (duktus paramesonefros). Dengan demikian, mula-mula terbentuk lekukan ke dalam pada
epitel coelom, yang lalu bertambah menjadi saluran epitel yang tumbuh di samping duktus Wolff
ke arah kaudal sampai ke sinus urogenitalis. Karenanya, tercipta dasar duktus bersama bagi
kedua jenis kelamin untuk diferensiasi organ kelamin bagian dalam lebih lanjut, yakni keadaan
indiferen yang merupakan asal perkembangan pria dan wanita pada bulan ketiga (Rohen &
Drecoll, 2003).
2.1 Tahap Indiferen Gonad
Sex secara genetik terbentuk pada saat embrio pada saat fertilisasi, sedangkan secara
morfologi gonad belum menunjukkan antara pria dan wanita sampai minggu ke-7. Gonad
pada awalnya merupakan sepasang rigi longitudinal yang disebut genital atau gonadal ridge
yang terbentuk dari proliferasi epitel dan kondensasi dari lapisan mesenchyme. Sel germinal
primordial belum tampak di genital ridge sampai minggu ke-6 (Langman, 2009).
Gonad bukan merupakan asal dari sel kelamin dan bukan merupakan “kelenjar” dalam
arti sebenarnya, melainkan tempat sel germinal dalam perjalanannya di ductus genitales
Sel-sel yang cepat bertambah banyak melalui mitosis, bergerak dan mengembara
seperti amoeba (kira-kira pada hari ke-28) sepanjang mesentery dorsal dari hind gut, tiba di
gonad primitif pada awal minggu ke-5 dan menempati genital ridge pada minggu ke-6.
Apabila mereka gagal menempati genital ridge pada masanya maka gonad tidak akan
terbentuk (Langman,2009).
Sel kelamin mulanya dapat ditemukan di epitel permukaan yang juga disebut epitel
benih. Sel-sel epitel coelom cepat tumbuh ke dalam dengan membawa sel-sel germinal dan
kemudian selalu mempertahankan hubungan sel yang erat dengan sel-sel germinal tersebut
yang penting untuk diferensiasi sel-sel ini. Sel epitel coelom menunjang metabolisme sel
germinal dan mengatur perkembangan selanjutnya dengan cara yang spesifik. Sel epitel
coelom berdiferensiasi di dalam testis menjadi sel sertoli dan di dalam ovarium menjadi sel
epitel folikel. Dengan cara ini, pada bakal gonad embrio terbentuk dua daerah yang
berhadapan dan memiliki zat penginduksi yang berbeda, yaitu korteks dan medula. Sel
germinal mula-mula tetap berada di korteks dalam pengaruh sel-sel sertoli atau sel epitel
folikel. Medula sebaliknya lebih (biasanya) dipengaruhi inhibisi dari blastema mesonefros.
Gambar 2.4 a) Gonad indiferen. Panah merah = pengembaraan sel germinal dari daerah usus,
panah biru = penetrasi sel-sel mesonefros. b) Bakal testis, kiri = stadium awal, kanan =
stadium lanjut dengan tubulus seminiferus (D), rete testis (R), duktus epididimis (NH),
tunika albugenia (Ta), L = sel leydig. c) bakal ovarium, kanan = stadium awal, kiri = stadium
lanjut dengan epitel benih (K), dan folikel telur (E), P = folikel primordial.
1 = daerah korteks luar, 2 = daerah korteks, 3 = daerah medula
Masih belum diketahui mekanisme pengaturan perjalanan sel-sel germinal primer dari
mesoderm ekstra embrional ke bakal gonad. Karena sel-sel benih tetap memiliki faktor
transkripsi (protein-Oct4) yang diekspresikan pada semua sel blastomer yang totipoten.
Faktor ini juga diekspresikan pada sel-sel benih tahap ke-3 dan pada oosit, namun tidak
diekspresikan pada sperma. Pada permukaan gonad, sel-sel germinal mempunyai faktor sel
tunas, yang melindungi sel-sel germinal dari terjadinya apoptosis (Rohen & Drecoll, 2003).
Sebelum dan selama sel germinal primordial sampai, epitel dari genital ridge
mengalami proliferasi dan sel epitel masuk ke lapisan mesenchyme sehingga membentuk
beberapa bentuk korda yang tidak beraturan yang dinamakan primitive sex cords (korda seks
primitif). Pada pria dan wanita, korda tersebut berhubungan dengan permukaan epitel dan
tidak mungkin dapat dibedakan antara gonad pria dan wanita. Gonad dalam keadaan ini
Pada akhir minggu ke-7 diferensiasi seksual bakal gonad baru dikenali. Gonad yang
2.4.1 Testis
Embrio dikatakan secara genetik adalah pria apabila sel germinal primordial membawa
kromosom seks komplek XY. Di bawah pengaruh dari gen SRY pada kromosom Y yang
mengkode testis determining factor, korda seks primitif berkembang secara proliferatif dan
masuk lebih dalam ke medula untuk membentuk testis atau ke dalam korda medula. Untuk
menuju bagian hilus dari kelenjar, korda berpisah ke bagian untaian sel kecil yang nantinya
akan menjadi tubulus dari rete testis. Selama perkembangan yang lebih lanjut, lapisan padat
dari jaringan konektif fibrosa yaitu tunica albugenia memisahkan korda testis dari
Pada testis, sel-sel epitel coelom yang tumbuh di dalamnya (sel pra-sertoli),
membentuk korda yang letaknya sedemikian dekat satu sama lain dan saling terjalin satu
dengan yang lain (korda seksual, “duktuli pluger”) yang merupakan tempat tinggal sel
germinal dan terhambatnya diferensiasi sel tersebut lebih lanjut oleh faktor-faktor
inhibitorik. Di dalam mesenchyme yang tumbuh dari mesonefros muncul sel yang lebih besar
dan memproduksi hormon, yaitu sel Leydig janin yang sudah memproduksi testosteron dari
minggu ke-8 yang penting untuk kelanjutan perkembangan seksual yang spesifik pada janin.
Pada minggu ke-10, anyaman korda seksual mulai memudar. Struktur tersebut
membentuk tubulus seminiferus yang independen dan sangat berliku-liku yang memisahkan
korteks dari epitel benih melalui lapisan jaringan ikat kasar (tunika albugenia). Kini sel-sel
germinal tidak dapat lagi mencapai testis. Sisa sel-sel yang tersebar di korteks mulai
berdegenerasi. Oleh karena saluran kecil sperma (tubulus seminiferus) berakhir buntu dan
simpai testis menebal melalui tunica albugenia, pengeluaran sel germinal hanya dapat terjadi
ke arah dalam. Agar penyaluran sperma dapat terjadi, terjadi diferensiasi duktus mesonefros
yang berbatasan dengan testis menjadi duktus eferens dan bersatu di atas rete testisdengan
tubulus seminiferus. Di bawah pengaruh testosteron, duktus Wolff di daerah gonad menjadi
saluran epididimis dan ke arah distal menjadi saluran sperma (duktus deferens). Dari minggu
ke-20 pada dasarnya testis sudah mencapai tahap diferensiasi tersebut, yang setelah lahir
tetap berlangsung sampai pematangan seksual (pubertas) terjadi (Rohen & Drecoll, 2003).
Skema 2.2 Penentuan jenis kelamin pada janin
2.4.2 Ovarium
Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tidak ada kromosom Y, korda
seks primitif memisahkan diri ke dalam gugus-gugus sel yang tidak teratur. Gugus sel ini
terdiri atas sekelompok sel germinal primordial yang menempati bagian medula dari
ovarium. Selanjutnya menghilang dan digantikan oleh stroma vaskular yang membentuk
ovarium medula.
Gambar 2.6 A. Potongan melintang ovarium pada 7 minggu, B. Ovarium dan duktus genital
pada 5 bulan
Diferensiasi spesifik mulai terjadi belakangan secara keseluruhan, epitel coelom pada
orang dewasa membentuk korda epitel ke dalam blastema gonad, namun tidak ada yang
menembus sampai ke medula, namun tetap tinggal di daerah korteks. Di korteks, sel tersebut
berubah menjadi gumpalan sel dengan oogoni yang berproliferasi di dalamnya melalui
pembelahan mitosis yang cepat dan berurutan. Secara keseluruhan, terbentuk sekitar 7 juta
sel benih, namun dari jumlah tersebut menjelang kelahiran menjadi 5-6 juta sel akan mati
bakal gonad. Di luar daerah korteks jaringan tebal dari sel penunjang yang gelap berkembang
dengan oogoni yang aktif berproliferasi. Kemudian, terbentuk zona yang bertambah lebar,
tempat oosit muncul pertama kalinya, yang dimulai di dalam “bola telur” berepitel dengan
Gambar 2.7 Oogenesis dan perkembangan folikel, kotak merah = tahap istirahat dari
primordial folikel yaitu saat profase I
Pada daerah korteks, anyaman longar mesenkim zona medula menutup dan akhirnya
menutup ke dalam rete blastema, di mana tidak ada sel telur yang tersisa. Karena di dalam
ovarium tidak terjadi perkembangan ductus genitales, transportasi sel telur harus terjadi ke
arah luar di tempat ini yang berkebalikan dengan testis. Oleh sebab itu, perlu adanya sistem
duktus besar kedua dari bakal indiferen, yaitu duktus Muller yang berdiferensiasi menjadi
tuba fallopii dan uterus setelah terjadinya induksi hormonal (Rohen & Drecoll, 2003).
2.3 Regulasi Molekuler Perkembangan Duktus Genetalia
SRY merupakan master gen pada perkembangan testis dan berperan secara langsung
pada gonadal ridge dan secara tidak langsung pada duktus mesonefros. Faktor ini juga
menyebabkan testis menghasilkan faktor kemotaksis yang menyebabkan tubulus dari duktus
mesonefros menembus gonadal ridge dan menstimulasi perkembangan testis lebih lanjut.
Apabila hal ini tidak terjadi maka diferensiasi dari testis akan gagal. SRY juga meregulasi
steroidogenesis factor 1 (SF1) yang berperan melalui faktor transkripsi yang lain yaitu
SOX9, untuk menginduksi diferensiasi dari sel Sertoli dan sel Leydig.
Gambar 2.8 Kromosom sex X dan Y, kromosom Y mengandung SRY (sex determining
region)
(duktus Muller) mengalami regresi. Sel Leydig menghasilkan hormon testosteron yang
masuk ke dalam sel dari organ target yang mungkin tetap atau diubah menjadi
berikatan dengan DNA untuk meregulasi transkripsi dari gen spesifik jaringan dan produk
Diferensiasi seks pada wanita dianggap sebagai mekanisme yang terjadi karena
ketidakadaan dari kromosom Y, tetapi sekarang diketahui bahwa ada gen spesifik yang
menginduksi perkembangan ovarium. Seperti contoh, DAX1, salah satu famili reseptor
hormon yang berlokasi pada lengan pendek dari kromosom X dan berperan sebagai
downregulating SF1 yang mencegah terjadinya diferensiasi sel Sertoli dan sel Leydig.
Growth Factor WNT4 juga membantu deferensiasi ovarium dan diekspresikan lebih awal
Tidak adanya produksi MIS oleh sel Sertoli, duktus Muller akan distimulasi oleh
estrogen untuk membentuk tuba fallopii, uterus, cervix, dan vagina bagian atas. Estrogen
juga berperan pada genetalia eksterna pada tahap indiferen untuk membentuk labia mayora,
Genetalia embrio masih bersifat indiferen sampai minggu ke-7. Lalu dalam pengaruh
hormon estrogen yang dibentuk di dalam blastema gonad, duktus Muller terus berkembang
menjadi tuba fallopii, uterus, dan bagian proksimal vagina pada janin wanita, sedangkan
pada saat yang sama mesonefros dan duktus Wolff mengalami degenerasi.
Gambar 2.9 A. Duktus genital pada janin laki-laki 4 bulan, B. Duktus genital setelah
desensus testis
Pada janin laki-laki, terjadi hal yang sebaliknya, yaitu duktus Muller mengalami
daerah bakal gonad terus berdiferensiasimenjadi epididimis dan duktus Wolff menjadi vas
deferens (duktus deferens). Pada kedua jenis kelamin, bakal gonad mengalami suatu
penurunan (desensus) ketika ligamen genetal bertindak sebagai penuntun. Gonad wanita
pada proses penurunan hanya mencapai pelvis minor yang juga berada di rongga perut.
Testis mengembara lebih jauh melalui kanalis inguinalis sampai ke skrotum (desensus testis)
sehingga ligamen gonadal ridge (gubernakulum testis) memendek dan testis tertarik ke
bawah melalui kanalis inguinalis dari duktus Muller hanya tersisa suatu vesikel pada puncak
atas testis, begitu juga pada bagian awal uretra, yaitu utriculus prostaticus. Degenerasi duktus
Muller diinduksi oleh MIS atau AMH. Dari bagian akhir duktus Wolff yang kelak menjadi
vas deferens, vesicula seminalis tumbuh dengan salurannya yang disebut duktus
Duktus Muller berkembang dari suatu invaginasi epitel coelom pada janin perempuan
(antara hari ke-44 dan ke-56) yang kelak menjadi ostium tuba fallopii. Saluran epitelial ini
tumbuh dari segmen thorakal ke-3 ke arah kaudal yang sangat dekat dengan duktus Wolff
sehingga terhubung oleh suatu membran basal bersama. Pada pelvis minor, hubungan
tersebut menghilang kembali. Kedua duktus Muller terdorong ke arah medial dan menjadi
satu dengan yang lain serta membentuk satu saluran dengan lumen bersama, yaitu bakal
uterus. Bakal uterus segera dilapisi mesenkim yang menjadi asal terbentuknya otot uterus
dan perimetrium. Pada dinding dorsal sinus urogenitalis, terjadi suatu proliferasi sel yaitu
“Muller hill” yang membentuk bakal vagina bagian proksimal. Duktus Wolff pada
perempuan tidak seluruhnya berdegenerasi, namun tersisa sebagai saluran yang tidak
berdiferensiasi serta tidak berfungsi, letaknya di belakang uterus dan vagina dan tetap ada
seumur hidup yang disebut dengan duktus Gartner. Sisa duktus mesonefros dan vesikel
berepitel yang tidak berarti hampir selalu dijumpai pada perempuan dewasa di antara tuba
dan ovarium dan disebut dengan epooforon dan parooforon. Dari kedua struktur tersebut,
Diferensiasi organ genetalia eksterna juga didahului oleh keadaan indiferen. Setelah
terjadinya pemisahan rektum oleh septum urorectale, hanya pars phallica dan pars pelvina
yang tersisa di bagian bawah sinus urogenitalis. Pada janin laki-laki, kedua bagian sinus
urogenitalis berdeferensiasi menjadi uretra, pada perempuan hanya menjadi pars pelvina.
Hal tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pada janin perempuan, lipatan genetalia
yang terbentuk di sekitar ostium urogenitalis tetap mempertahankan bentuk asalnya,
Secara detail, mula-mula dua lipatan genetalia (di dalam), dua genital swelling
(tonjolan labioskrotal) (lebih ke arah luar) dan di bagian tengah atas suatu tuberkulum yang
tidak berpasangan (genital tubercle) berkembang, yang masih berada dalam tahap indiferen.
swelling menjadi labia mayora dan genital tubercle menjadi klitoris dan corpus cavernosum
clitoridis (Rohen & Drecoll, 2003). Pada akhir minggu ke-6 masih tidak dapat dibedakan
Gambar 2.13 A dan B Tahap indeferen dari perkembangan genetalia eksterna, A. Usia
embrio 4 minggu, B. Usia embrio 6 minggu
Gambar 2.14 Perkembangan genetalia eksterna janin wanita pada bulan ke-5 (A) dan baru
lahir (B)
Setelah bagian yang padat dari duktus Muller mencapai sinus urogenital, dua bagian
padat tumbuh ke luar pelvik tepat di sinus. Bagaian yang keluar merupakan bulbus
sinovaginal yang berproliferasi dan membentuk vaginal plate yang padat. Proliferasi
berlanjut pada bagian kranial akhir dari plate, tumbuh menjauh antara uterus dan sinus
urogenital. Pada bulan ke-4, vagina tumbuh keluar dari kanal. Bagian vagina yang tumbuh
keluar mengelilingi bagian akhir uterus adalah forniks vagina merupakan asal
paramesonefros. Sehingga vagina memiliki 2 asal mula, bagian atas terbentuk dari kanal
Sisa lumen vagina yang terpisah dari sinus urogenital sebagai lapisan jaringan yang
tipis dinamakan hymen yang terdiri atas lapisan epitel dari sinus dan lapisan tipis dari sel
Gambar 2.16 Potongan sagital penampang uterus dan vagina A. 9 minggu, B. Akhir dari
bulan ke-3, C. Baru lahir.
Pada janin laki-laki, genital tubercle tumbuh menjadi penis (glans penis, corpus
spongiosum dan uretra) dalam pengaruh testosteron yang terjadi pada minggu ke-10, pada
saat yang sama kedua lipatan genetalia memanjang dan menyatu di tengah. Kedua lipatan
tersebut membentuk corpus penis dengan kedua corpus cavernosum. Namun, celah di tengah
yang mula-mula tampak cepat menutup, dapat tetap terbuka (hipospadia) pada malformasi.
Kedua genital swelling tumbuh bersama di medial dan membentuk skrotum, dengan raphe
peritonium (tunica vaginalis). Desensus testis seharusnya sudah selesai pada waktu lahir,
Gambar 2.17 A. Pertumbuhan genetalia eksterna janin laki-laki pada minggu ke-10, B. Potongan
melintang palus selama pembentukan penile uretra, C. Pertumbuhan bagian glandula dai penil
uretra, D. Baru lahir