OSTEOARTRITIS
Disusun oleh:
Mira Handayani Nasution
Rosmala Dewi Sagala
Wirdatul Husna
Dina Mawaddah Lubis
Ady Putra
Pembimbing :
Dr. Kurniawan Silalahi, Sp.OT
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
2.2 Etiologi
Gambar Osteoartritis
2.5 Patofisiologi
2.7 Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta klinis dan
laboratoris 6 :
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
Keterangan :
Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari kaki. Sumber : Jacobson, JA,
et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :Degenerative Joint Disease and
Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative Joint
Disease and Variation
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk
mengetahui derajat patologisnya, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan sebagai
penunjang diagnostik dalam osteoarthritis, karena sebagian besar gambaran penyakit ini
sudah bisa dinilai berdasarkan pemeriksaan sinar-x6.
2.9 Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak sendi yang
mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh
karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara keseluruhan,
agar pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan
pendekatan multidisiplin atau holistic9.
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
a. Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai efek menghambat kerja enzime MMP. Salah
satu contohnya doxycycline. Sayangnya obat ini baru dipakai oleh hewan belum
dipakai pada manusia.
b. Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam
degradasi tulang rawan, antara lain: hialuronidase, protease, elastase dan cathepsin B1
in vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur
tulang rawan sendi. Pada penelitian Rejholec tahun 1987
c. Pemakaian GAG selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada
lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara statistik bermakna.
d. Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vertebra,
dan terutama terdapat pada matriks ekstraseluler sekeliling sel. Menurut penelitian
Ronca dkk (1998), efektivitas kondroitin sulfat pada pasien OA mungkin melalui 3
mekanisme utama, yaitu : 1. Anti inflamasi 2. Efek metabolik terhadap sintesis
hialuronat dan proteoglikan. 3. Anti degeneratif melalui hambatan enzim proteolitik
dan menghambat oksigen reaktif.
e. Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim dan
bermanfaat dalam terapi OA
f. Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap sel mamalia dam mempunyai
kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxyl radicals. Secara in vitro,
radikal superoxide mampu merusak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang
hydrogen peroxyde dapat merusak kondroitin secara langsung. Dalam percobaan klinis
dilaporkan bahwa pemberian superoxide dismutase dapat mengurangi keluhan-
keluhan pada pasien OA.
2. Topikal
a. Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada umumnya bersifat
counter irritant : Krim rubefacients dan capsaicin.
b. Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu diperhatikan campuran yang
dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat digunakan adalah gel
piroxicam, dan sodium diclofenac : Krim NSAIDs..
3. Injeksi intraartikular/intra lesi
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama dalam
penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan selektifitas dalam penggunaan
modalitas terapi ini, mengingat efek merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik.
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan
steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.
Dengan pertimbangan ini yang sebaiknya melakukan tindakan, adalah dokter yang telah
melalui pendidikan tambahan dalam bidang reumatologi.
Steroid: ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone ) :Hanya diberikan jika ada satu
atau dua sendi yang mengalami nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs, tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang merupakan kontra indikasi
terhadap pemberian NSAIDs. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk
menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur tidak menganjurkan
dilakukanpenyuntikan lebih dari sekali dalam kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk
sendi besar penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan
untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg.
Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight : Di Indonesia terdapat 3 sediaan
injeksi Hyaluronan. Penyuntikan intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi
bahu dan koksa. Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu masing-
masing 2 sampai 2,5 ml Hyaluronan. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar. Kalau
tidak dapat timbul berbagai penyulit seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses steril.
Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan misalnya harus dicari
riwayat alergi terhadap telur. Ada 3 sediaan di Indonesia diantaranya adalah Hyalgan, dan
Osflex.
2.9.3 Pembedahan
1. Realignment osteotomi
2. . Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru
ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam high-
density polyethylene.
a. Partial replacement/unicompartemental
b. High tibial osteotmy : orang muda
c. Patella &condyle resurfacing
d. Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.
e. Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe
instability
Indikasi dilakukan total knee replacement apabila didapatkan nyeri,
1. Nekrosis avaskuler baik yang bersifat idiopatik ataupun sekunder oleh karena sebab
lain misalnya pasca trauma atau obat-obatan.
2. Artritis reumatoid
Pada stadium awal osteoartritis poli-artikuler sering sulit dibedakan dengan artritis
reumatoid karena pada stadium ini ditemukan pula nyeri dan inflamasi pada jari tangan.
Pada stadium lanjut kelainan lebih mudah dibedakan. Pada artritis reumatoid kelainan
terutama pada bagian distal interfalangeal dan metakarpofalangeal .
3. Artritis gout
Pada artritis gout biasanya bersifat poliartritis kronik disertai dengan benjolan berupa
tofus dan pada pemeriksaan radiologis terlihat adanya destruksi tulang periartikuler
4. Bursitis
Pada bursitis nyeri meningkat bersamaan dengan pergerakan dan makin memburuk saat
malam hari namun tidak terjadi kelainan sendi pada kasus ini10.
2.11 Komplikasi
1. Herniasi kapsular
Osteoarthritis di lutut terkadang berkaitan dengan efusi dan hernia dari kapsul posterior
2. Stenosis spinal
Hipertrofi OA yang berkepanjangan dari lumbar dapat menyebabkan stenosis spinal
3. Spondylolisthesis
Umumnya terjadi pada pasien di atas 60 tahun, biasanya terjadi pada L4/L51.10
2.12 Prognosis
Prognosis pasien dengan osteoarthritis primer bervariasi dan terkait dengan sendi yang
terlibat. Pasien dengan osteoarthritis sekunder, prognosisnya terkait dengan faktor penyebab
terjadinya osteoarthritis. Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat
konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan pembedahan, yaitu apabila pengobatan
dengan menggunakan obat tidak rasional pada pasien.11
LAPORAN KASUS
Status Pasien
I. Identitas Pribadi
Nama pasien : Naomi Ester
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jalan Kamboja 8 no. 53 Helvetia
Agama/suku : Islam/Batak
B. Status Generalisata
1. Kulit
Sianosis : dalam batas normal
Ikterus : dalam batas normal
Pucat : dalam batas normal
Turgor : dalam batas normal
Edema : dalam batas normal
Lainnya : dalam batas normal
2. Rambut : dalam batas normal
3. Kepala : normocephali
Wajah : normal
Dismorfik : normal
4. Mata
6. Mulut
9. Thorax
a. Paru
Inspeksi : simetris kanan = kiri
Palpasi : stem fremitus kedua lapangan paru
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikular pada kedua lapangan paru
b. Jantung
Auskultasi : Bunyi Jantung I & II Normal
10. Abdomen
C. Status Lokalisata
V. Diagnosa Kerja
OA Genu Dextra Grade III
VIII. Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 gtt/menit
- inj ceftriaxone 2 gr/hari