Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.R DENGAN DIAGNOSA MEDIK


OSTEOARTHRITIS

OLEH :

NAMA : MARIA MAGDALENA ULURDITY

NPM : 12114201180186

KELAS : D

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis sampaikan kehaditar Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Berkat, Rahmat, dan Tuntunan-Nya, penulis telah menyelesaikan MAKALAH
KEPERAWATAN GERONTIK TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN MASALAH OSTEOATHRITIS hingga selesai.

Disadari sungguh masih banyak keterbatasan dalam penulisan MAKALAH dimaksud.


Namum penulis yakin hasil MAKALAH ini dapat bermanfaat dan memenuhi standar
penilaian dalam pembuatan MAKALAH ini.

Tak lupa disampaikan Terima Kasih yang sebesarnya kepada Dosen mata kuliah
KEPERAWATAN GERONTIK yang telah memberikan pengajaran yang luar biasa kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan MAKALAH ini. Dan mohon bimbingan selanjutnya.

Penulis

Ambon, 25 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ............................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Tujuan .................................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................ 5

A. Konsep Menua ..................................................................................................... 5


B. Patofisiologi ......................................................................................................... 16
C. Konsep Keperawatan Lansia Dengan Masalah Osteoathritis .............................. 19
1. Landasan Teori Medis.................................................................................... 19
2. Landasan Teori Keperawatan ........................................................................ 26

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................... 27

A. Pengkajian ............................................................................................................ 27
B. Diagnosa .............................................................................................................. 45
C. Intervensi.............................................................................................................. 46
D. Lampiran Pengkajian ADL .................................................................................. 51

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 53

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 53
B. Saran .................................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 54

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Di masa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial bertahap (Sahmad et al, 2016).
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang
dicirikan oleh fragmentasi dan terbelah-belahnya kertilago persendian. Lesi
permukaan itu disusul oleh proses pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui
sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrilar pada kartilago, cairan synovial
dipenetrasikan ke dalam tulang dibawah lapisan kartilago, yang akan menghasilkan
kista-kista. Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela persendian menjadi
sempit. Bereaksi terhadap lesi kartilago dengan pembentukan tulang baru (osteofit)
yang menonjol ke tepi persendian (Reeves, dkk, 2001).
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif pada kartilago sendi
dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi, seperti pembentukan osteofit,
perubahan tulang subkondral, perubahan sumsum tulang, reaksi fibrous pada
sinovium, dan penebalan kapsul sendi (Yuliastari, 2012). Osteoartritis merupakan
suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat berkaitan
dengan usia lanjut (Elvira, 2010). Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di
seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (Sangrah, 2017).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara
pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA
tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau
yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka 2 prevalensinya cukup tinggi yaitu
sekitar 27% (Riskesdas, 2013). 56, 7% pasien di poliklinik Reumatologi RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta didiagnosis menderita osteoartritis (Soenarto, 2010).
Osteoarthritis paling banyak terjadi pada individu dengan usia 45 tahun ke atas
(Anonim, 2011).

1
Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) dalam
Sabara (2017), prevalensi penderita osteoartritis di dunia pada tahun 2016 mencapai
151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara. Di Indonesia, prevalensi
osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65%
pada usia >61 tahun. Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5%
(Sabara, 2017).
Penyebab pasti dari osteoarthritis belum bisa dipahami dengan baik dan belum
bisa dipastikan. Secara tradisional, penuaan dan beban berat tubuh yang berlebih
dipahami sebagai 2 faktor dominan. Namun, osteoarthritis tidak dapat langsung terjadi
karena dua faktor tersebut (Frassica, 2015). Selain usia dan beban berat tubuh
berlebih, faktor trauma, gaya hidup, dangenetika, telah disebut-sebut sebagai faktor
predisposisi dalam perkembangan osteoarthritis (Meiner, 2011).
Tanda dan gejala yang dijumpai pada kondisi osteoarthritis berupa antara lain
nyeri, kaku sendi, krepitasi, sparme otot, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), dan
penurunan kekuatan otot. Osteoarthritis juga dapat menimbulkan gangguan
fungsional seperti kesulitan berjalan jarak jauh, sulit berdiri dari posisi jongkok, naik
turun tangga, dan juga menyebabkan participation restriction terganggu (Kuntono,
2005). Dari keluhan yang di timbulkan kasus tersebut dapat di tangani oleh fisioterapi.
Tindakan pertahanan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri agar sendi
mampu difungsikan berdasarkan Muchid (2013) adalah secara farmakologis atau
tindakan pemberian obat-obatan, tindakan non farmakologis seperti edukasi pasien,
terapi fisik, okupasional, aplikasi dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan
merawat persendian, penurunan berat badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai
pilihan terakhir. Secara non-farmakologi, tatalaksana yang dapat dilakukan adalah
dengan cara mengurangi beban pada sendi (memperbaiki postur tubuh yang salah,
beban berlebihan pada sendi yang terlibat harus dihindarkan, pasien rematik, pinggul
atau lutut harus menghindari berdiri lama, berlutut dan berjongkok dan istirahat
secukupnya tanpa immobilisasi total). Selain itu, dilakukan modalitas termis dengan
aplikasi panas pada sendi rematik atau mandi dengan air hangat. Pasien juga di minta
untuk berolahraga. Selanjutnya diberikan edukasi pada pasien (edukasi tentang
manajemen diri, motivasi, nasihat tentang olahraga, rekomendasi untuk
mengurangkan beban pada sendi yang terlibat) (Fauci, A. S., & Langford, C.A.,
2016). Salah satu teknik gerakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada
penderita rematik yaitu dengan melakukan gerakan senam rematik. Senam rematik
2
merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan
tubuh.Gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat
efektif, efisien, dan logis karena rangkaian gerakannya dilakukan secara teratur dan
terorganisasi bagi penderita rematik (Wahyudi Nugroho, 2012).
Fisioterapi memiliki peran penting dalam proses penyembuhan serta perbaikan
gerak dan fungsi, antara lain membantu mengatasi permasalahan kapasitas fisik pada
pasien, mengembalikan kemampuan fungsional pasien serta memberi motivasi dan
edukasi pada pasien untuk menunjang keberhasilan terapi pasien. Tekhnologi yang
dapat diaplikasikan kepada pasien antara lain, pemanasan dengan infra red, terapi
latihan dan edukasi kepada pasien untuk melakukan latihan. Aplikasi panas pada
sendi yang mengalami osteoarthritis dapat mengurang nyeri dan relaksasi otot
sehingga modalitas yang di pakai adalah Infra red karna gelombang eliktromagnetik
yang di hasilkan adalah penetrasi yang dalam sehingga akan berpengaruh terhadap
peningkatan metabolisme, dilatasi pembulu darah, mengurangi nyeri dan spasme
(Sujatno, dkk, 2002). Manfaat terapi latihan adalah meningkatkan stabilitas dengan
melatih otot tonik, meningkatkan kekuatan otot terutama otot fisik, melatih
sensomotorik dengan mendidik refleks stabilisator dan kontraksi eksplosif juga
meningkatkan peredaran darah pada persendian, nitrisi tulang rawan, meningkatkan
fungsi jaringan sekeliling persendian, yang rusak akibat adanya osteoarthritis
(Kuntono, 2005).
Terapi lain yang muncul juga sangat penting adalah terapi fisik atau
rehabilitasi. Penderita osteoarthritis dapat mengalami kesulitan berjalan akibat sakit.
Terapi ini dilakukan untuk melati penderita agar persendiannya tetap dapat dipakai
dan melatih penderita agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melati penderita
untuk melindungi sendi yang sakit. Salah satu terapi yang dimaksud adalah latihan
Range Of Motion (ROM) yang dapat dilakukan perawat kepada penderita
osteoarthritis (Purwanto, 2016 & Nurarif, 2015).
Terapi konservatif meliputi kompres hangat, mengistirahatkan sendi,
pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi,
penurunan berat badan juga termasuk dalam penatalaksanaan penderita osteoarthritis.
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat osteoarthritis. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk
melakukan penurunan berat badan apabila berat badan apabila berat badan berlebih
(Purwanto, 2016 & Nurarif, 2015).
3
Permasalahan yang muncul pada pasien diantaranya yaitu gejalagejala utama
adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul
secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi ,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
B. Tujuan
Tujuan dari dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien lanjut usia dengan masalah Ostearthritis.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Menua
1. Defenisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
menggantidan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahanterhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Darmojo,2010).
Menurut organisasai kesehatan dunia (WHO), yang termasuk
lanjutusia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.
Menurut Undang-undang No.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang
dinyatakan sebagai orangjompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun,tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untukkeperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain (Mubarak dalam Kusuma, 2013).
2. Teori-teori Proses Menua
Teori-Teori Menua Berdasarkan (Fatmah, 2010: 8-10), (Aspiani, 2014:
34), dan (Eliopoulus, 2010: 14-20):
a. Teori Penuaan ditinjau dari sudut biologis
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan sel dalam tubuh lansia
dikaitkan pada proses penuaan tubuh lansia dari sudut pandang
biologis.
1) Teori Genetik
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutative theory)
Teori ini menerangkan bahwa di dalam tubuh
setiap manusia terdapat jam biologis yang dapat
mengatur gen dan dapat menentukan proses penuaan.
Pada setiap spesies manusia memiliki inti sel yang
berisi jam biologis atau jam genetik tersendiri. Dimana
pada setiap spesies memiliki batas usia yang berbeda-
beda yang dipengaruhi oleh replikasi dari setiap sel
dalam tubuh manusia. Apabila replikasi sel tersebut

5
berhenti maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai
kematian.
b) Teori mutasi somatik (error catastrope)
Penjelasan dari teori ini adalah menua
diakibatkan oleh kerusakan, penurunan fungsi sel dan
percepatan kematian sel yang disebabkan oleh
kesalahan urutan susunan asam amino. Kerusakan
selama masa transkripsi dan translasi dapat
mempengaruhi sifat enzim dalam melakukan sintesis
protein. Kerusakan ini pula menjadi penyebab
timbulnya metabolit yang berbahaya sehingga dapat
mengurangi penurunan fungsi sel.
2) Teori Non-genetik
a) Teori penurunan sistem imun (Auto-Immune Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa penuaan terjadi
akibat adanya penurunan fungsi dan struktur dari sistem
kekebalan tubuh pada manusia. Seiring bertambahnya
usia, hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar timus
sebagai pengontrol sistem kekebalan tubuh pada
manusia mengalami penurunan maka terjadilah proses
penuaan. Dan pada saat yang bersamaan pula terjadi
kelainan autoimun.
b) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Teori ini menyebutkan bahwa radikal bebas
terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh manusia
akibat adanya proses metabolisme di dalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan sebuah molekul
yang tidak berpasangan sehingga dapat mengikat
molekul lain yang akan menjadi penyebab kerusakan
fungsi sel dan perubahan dalam tubuh. Ketika radikal
bebas terbentuk dengan tidak stabil, akan terjadi
oksidasi terhadap oksigen dan bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein sehingga sel-sel dalam
tubuh sulit untuk beregenerasi. Radikal bebas banyak
6
terdapat pada zat pengawet makanan, asap rokok, asap
kendaraan bermotor, radiasi, serta sinar ultra violet yang
menjadi penyebab penurunan kolagen pada lansia dan
perubahan pigmen pada proses menua.
c) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)
Teori rantai silang menerangkan bahwa proses
penuaan diakibatkan oleh lemak, protein, asam nukleat
(molekul kolagen) dan karbohidrat yang bereaksi
dengan zat kimia maupun radiasi yang dapat mengubah
fungsi jaringan dalam tubuh. Perubahan tersebut akan
menjadi penyebab perubahan pada membran plasma
yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku dan
kurang elastis serta hilagnya fungsi. Proses hilangnya
elastisitas ini seringkali dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen protein di dalam
jaringan.
Terdapat beberapa contoh perubahan seperti
banyaknya kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit
yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal
seiring bertambahnya usia. Contoh ini dapat dikaitkan
dengan perubahan pada pembuluh darah yang
cenderung menyempit dan cenderung kehilangan
elastisitasnya sehingga pemompaan darah dari jantung
menuju keseluruh tubuh menjadi berkurang dan pada
permukaan kulit yang kehilangnya elastisitasya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan
mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
d) Teori Fisiologik
Teori ini mengambil contoh dari teori adaptasi
stres (stress adaptation theory). Dimana proses menua
merupakan akibat dari adaptasi terhadap stres dan stres
ini bisa berasal dari internal maupun eksternal tubuh
yang dapat memengaruhi peningkatan kasus penyakit
degeneratif pada manusia lanjut usia (manula).
7
e) Teori “imunologi slow virus” (immunology slow virus
theory)
Teori ini menyatakan bahwa ketika manusia
berada pada proses menua maka saat itulah tubuh
manusia tidak dapat membedakan sel normal dan sel
yang tidak normal, akibatnya antibodi bekerja untuk
menyerang keduanya. Sistem imun pun mengalami
gangguan dan penurunan kemampuan dalam mengenali
dirinya sendiri (self recognition) akibat perubahan
protein pascatranslasi atau mutasi.
3) Teori Sosiologis
Teori perubahan sosial menjelaskan tentang lansia yang
mengalami penurunan dan penarikan diri terhadap sosialisasi
dan partisipasi ke dalam masyarakat.
a) Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan keaktifan lansia dalam
melakukan berbagai jenis kegiatan yang merupakan
indikator suksesnya lansia. Lansia yang aktif, banyak
bersosialisasi di masyarakat serta lansia yang selalu
mengikuti kegiatan sosial merupakan poin dari indikator
kesuksesan lansia. Lansia yang ketika masa mudanya
merupakan tipe yang aktif, maka di masa tuanya lansia
akan tetap memelihara keaktifannya seperti peran lansia
dalam keluarga maupun masyarakat di berbagai
kegiatan sosial keagamaan. Apabila lansia tidak aktif
dalam melakukan kegiatan dan perannya di masyarakat
maupun di keluarga, maka sebaiknya lansia mengikuti
kegiatan lain atau organisasi yang sesuai dengan minat
dan bakatnya.
b) Teori Kontinuitas
Teori ini menekankan bahwa perubahan ini
dipengaruhi oleh jenis kepribadian lansia tersebut.
Dalam teori ini lansia akan tetap memelihara identitas

8
dan kekuatan egonya karena tipe kepribadiannya yang
aktif dalam bersosialisasi.
4) Teori Psikososial
Teori ini menerangkan bahwa semakin menua tingkat
usia seseorang maka semakin sering pula seseorang
memperhatikan kehidupannya daripada isu yang terjadi di
lingkungan sekitar.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang
dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple
loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen

9
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul (2011)
dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
a. Teori Biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah
tertentu dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk
membelah 50 kali. Jika seldari tubuh lansia dibiakkanlalu
diobrservasi di laboratorium terlihat jumlah sel–sel yang akan
membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf,
sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan
organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut
dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem
tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan
mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali
untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
2) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan
elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini
dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh
dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang
lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini
dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan
kulit yang kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut,
juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada system
musculoskeletal (Azizah dan Lilik, 2011)
3) Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan
kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari
oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi,
tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan
10
mempertahankan diri dari toksin tersebut membuat struktur
membran sel mengalami perubahan serta terjadi kesalahan
genetik. Membran sel tersebut merupakan alat sel supaya dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya dan berfungsi juga untuk
mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi
zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada
membran sel yang sangat penting bagi proses tersebut,
dipengaruhi oleh rigiditas membran. Konsekuensi dari
kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan
dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
kerusakan sistem tubuh (Azizah dan Lilik, 2011).
4) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada
masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan
sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah
putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai
sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang
menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker
menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah
(Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
5) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo
dan Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia
muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang
umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara
11
lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa
proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon
yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan.
b. Teori Psikologi
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus
memelihara keaktifannya setelah menua. Sense of integrity
yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua.
Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan
dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan
diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya
(Azizah dan Lilik M, 2011).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri

12
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexual (Azizah dan Lilik M, 2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot
3) Sistem Muskuloskeletal; Perubahan sistem muskuloskeletal
pada lansia: Jaaringan penghubung (kolagen dan elastin),
kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung
utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak
dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi
rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang
setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga
akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan
struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah
dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

13
4) Sistem kardiovaskuler ; Perubahan pada sistem kardiovaskuler
pada lansia adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang,
kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan
ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node
dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan
jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume
cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme; Perubahan yang terjadi pada
sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan; Pada sistem perkemihan terjadi perubahan
yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf; Sistem susunan saraf mengalami perubahan
anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia.
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi; Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai
dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara.
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
14
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan
keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau
bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
15
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang
berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat
disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan
gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan
dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri
barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi
pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari
kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau
karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering
menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
B. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, yang merupakan
proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenarasi ini disebabkan
oleh proses pemecahan kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen pada
rawan sendi) yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipechnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulanh
16
rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti punggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoarthritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakan sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degenerative yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi, infeksi sendi, deformitas kongenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik
sehingga menyebabkan fraktur ada ligament atau adanya perubahan metabolism sendi
yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran,
tulanh menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri,
kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertrofi atau nodulus (Purwanto, 2016 dan
Nurarif, 2015).

17
Pathway Osteoartritis (Purwanto, 2016 & Nurarif, 2015)

Faktor usia, kegemukan, trauma, keturunan, penyakit endokrin & penyakit radang
sendi lain

Reaksi peradangan

Deformitas sendi

Infiltrasi ke dalam os subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Kerusakan kartilago dan tulang

Tendon dan ligamen melemah

Mudah luksasi dan subluksasi

OSTEOARTRITIS

Menipisnya bantalan Penyempitan ruang sendi Nutrisi otot Bukan


pada persendian terhambat merupakan
karena penyakit yg
Terbatasnya gerakan
deformitas awam
sendi
dibicarakan
Gesekan ujung-ujung kekakuan orang
Defisit perawatan Hilangnya
tulang penyusun sendi sendi
diri kekakuan
otot Kurangnya
Timbul rasa sakit saat informasi
Hambatan Kurang
sendi digerakkan tentang
Mobilitas Fisik Pengetahuan
Resiko Cedera penyakit

Nyeri Akut

18
C. Konsep Keperawatan Lansia Dengan Masalah Osteoathritis
1. Landasan Teori Medis
a. Defenisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan
merupakan salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian
ekonomi dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis”
sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo” yang berarti tulang,
“arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti inflamasi,
walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis
(Arya,et al., 2013). OA juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau
penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis, yang merupakan suatu
kelompok abnormalitas mekanik yang melibatkan degradasi/kerusakan
dari sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral ( Di
Cesare,et al., 2009).
b. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesisnya, osteoartritis dibedakan menjadi
dua yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder.
1) Osteoartritis primer disebut juga dengan osteoartritis idiopatik
dimana kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya
dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi.
2) Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh
kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas makro dan mikro serta imobilisasi yang terlalu
lama (Soeroso S et al., 2006).
c. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
1) Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis,
faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya
orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
19
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2) Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi,
dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada pathogenesis osteoartritis.
3) Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya
osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan
osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih
sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis.
4) Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku
bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari
pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5) Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada
wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan osteoarthritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula).
20
d. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik,
tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan
proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi
disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut
diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim
lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan
sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen
atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.
e. Tanda dan Gejala
Nyeri pada osteoathritis biasanya meningkat ketika penderita
melakukan aktifitas an berkurang ketika beristirahat. Ostoarthritis
yang lebih lanjut dapat menybabkan nyeri pada saat beristirahat dan
dimalam hari, sehingga dapat mempengaruhi kenyamanan dalam tidur
karena nyeri yang semakin meningkat. Gejala utama yang
menunjukkan adanya diagnosis osteoarthritis meliputi:
1) Nyeri pada persendian yan terkena
21
2) Menurangi fungsi dari sendi yang terkena
3) Kekakuan (durasinya pendek, sendi terasa kaku saat lama tidak
digunakan,namun kekakuannya hanya sebentar)
4) Ketidakstabilan sendi
5) Penderita biasanya mengeluhkan gerakan sendi yang
berkurang, deformitas, pembengkakan, krepitasi, banyak terjadi
pada usia lanjut >40 tahun
6) Apabila nyerinya terlalu lama maka nyeri tersebut berkaitan
dengan tekanan psikologis (Hunter et al., 2009).
f. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1) Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang
khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang
belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS)
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis,
meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
a) Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis
2,6-4,9 g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga
cukup efektif namun perhatikan efek samping pada
saluran cerna dan ginjal.
b) Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan
maka OAINS
seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat
digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3
dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian
biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama
adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal
ginjal.
c) Injeksi cortisone
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada
engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu.
22
d) Suplementasi-visco
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam
hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal
tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis
pada lutut.
Berikut nama-nama obat yang umumnya diberikan pada
pasien dengan OA :
a) Acetaminophen/Ibuprofen/Aspirin
Merupakan obat pertama yang
direkomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan
efektif untuk mengurangi rasa sakit. Aspirin dan
Ibuprofen dapat membantu dalam mengontrol sinovitis.
b) NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada
sendi. Pada orang tua biasanya menimbulkan efek
samping, misalnya gangguan pada lambung.
c) Suplemen sendi/cairan sendi artifisial
Suplemen sendi seperti Glukosamin dan Chondroitin,
masing-masing memiliki fungsi yaitu:
 Glukosamine adalah bahan pembentukan
proteoglycan, bekerja dengan merangsang
pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat
perusakan tulang rawan.
 Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang
pertumbuhan tulang rawan dan menghambat
perusakan tulang rawan.
 Cairan sendi ini dapat juga membantu
meredakan nyeri dan diberikan sementara
dengan jangka waktu 6 bulan.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013;
Paramitha, 2011)
2) Perlindungan sendi

23
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena
mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas
yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat,
alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang
tertekuk (pronatio).
3) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien
osteoarthritis yang gemuk harus menjadi program utama
pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4) Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis
oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya
yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis
sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena
faktor-faktor psikologis.
5) Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien
osteoarthritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut.
Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6) Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan
program latihan yang tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin
dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk
24
memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya
atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada
sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai
yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular
memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi
dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7) Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien
osteoarthritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari
yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
a) Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan
alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut
prostesis.
b) Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan
tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan
yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
c) Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak
dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel
tidak menerima beban saat bergerak
8) Terapi konservatif
Mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan
berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta
menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian
alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural.

25
Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien
untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.
g. Pencegahan
OA dapat dicegah dengan beberapa hal berikut (Kowalak,
Welsh&Mayer, 2012) :
1) Menjaga berat badan
2) Olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian
3) Aktifitas olahraga sesuai kebutuhan
4) Jaga keseimbangan antara olahraga, bekerja dan istirahat
5) Menghindari perlukaan pada persendian.
6) Minum suplemen sendi
7) Mengkonsumsi makanan sehat
8) Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman
9) Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik
10) Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.
11) Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O,
jangan dibiarkan. Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang
tidak merata pada semua permukaan tulang.

2. Landasan Teori Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas klien
Mengetahui nama klien, umur yang memberikan
petunjuk mengenai faktor predisposisi penyakit. Osteoartritis
serng muncul pada usia lanjut, dan hamper tidak pernah pada
anak-anak. Osteoarthritis jarang dijumpai pada usia di bawah
40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Selain itu
mengetahui alamat dan pekerjaan yang menentukan tingkat
sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan (Debora,
2012).
2) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan menurut Debora (2012)
a) Keluhan utama klien dengan osteoporosis adalah nyeri
pada sendi. Pada riwayat kesehatan sekarang, pasien
26
biasanya mengeluh nyeri pada saat bergerak dan merasa
kaku pada persendian.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, data yang
didapatkan biasanya klien pernah menderita penyakit
akromegali dan inflamasi pada sendi seperti atropati.
c) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya didapatkan data adanya keluarga yang
menderita osteoarthritis sebelumnya. Penyakit
osteoarthritis biasanya terjadi karena faktor genetic. Jika
anggota keluarga mengalami penyakit ini maka akan
ada kemungkinan bisa menurun pada keluarga
selanjutnya (Debora, 2012).
3) Pola Aktifitas & Istirahat
Pada pengkajian pola aktivitas sehari-hari, klien dengan
osteoarthritis akan mengalami keterbatasan rentang gerak,
kerusakan interaksi dalam keluarga, kesulitan untuk tidur
karena adanya nyeri, sering kesimutan pada tangan dan kaki
serta hilangnya sensasi pada jari kaki dan tangan. Pada fase
kronis dapat terjadi kekakuan (terutama pagi hari) dan kesulitan
dalam menangani tugas pemeliharaan rumah tangga (Purwanto,
2016).
4) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan ini biasanya perawat akan melakukan
pengkajian secara head to toe untuk melihat dan mengetahui
apakah ada kelaian yang dialami pada tubuh pasien atau tidak.
Adapun beberapa cara yang perlu digunakan untuk melakukan
pemeriksaan pada pasien osteoarthritis diantaranya sebagai
berikut :
a) Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat
nyeri tekan atau nyeri pergerakan
b) Periksa mobilitas pasien
c) Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
5) Diagnose Keperawatan
27
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk
klien osteoartritis sebagai berikut :
a) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
proses penyakit.
b) Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga
diri yang berhubungan dengan proses penyakit.
c) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme
otot
d) Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan
dengan tulang osteoartritis.
e) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoarthritis dan
program terapi.
6) Tujuan
Sasaran umum pasien dapat meliputi dapat
meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik, dapat menggunakan
koping yang positif, nyeri reda, cedera tidak terjadi, dan
memahami osteoartritis dan program pengobatan.
7) Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
diagnosis yang ditemukan, meliputi :
a) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
proses penyakit
Intervensi :
1) Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk
membantu memperbaiki posisi tulang belakang
2) Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau
tongkat
3) Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk
meningkatkan fungsi persendian dan mencegah
kontraktur
4) Anjurkan menggunakan brace punggung atau
korset, pasien perlu dilatih menggunakannya dan
jelas tujuannya

28
5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen,
kalsium, dan vitamin D
6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet
tinggi kalsium serta vitamin C dan D
7) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam
memantau kadar kalsium
b) Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga
diri yang berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi :
1) Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan
dengarkan dengan penuh perhatian. Perhatian
sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien
bahwa perawat bersedia membantu mengatasi
masalahnya dan akan tercipta hubungan yang
harmonis sehingga timbul koordinasi
2) Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang
proses penyakit dan pengobatan yang telah
diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan
koordinasi pasien selama perawatan
3) Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa
lalu yang menimbulkan kesuksesan atau
kebanggan saat itu. Ini dapat membantu upaya
mengenal diri kembali
4) Identifikasi bersama pasien tentang alternative
pemecahan masalah yang positif. Hal ini akan
mengembalikan rasa percaya diri
5) Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan
keluarga dan teman.
c) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme
otot
Intervensi :
1) Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi
telentang atau miring

29
2) Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa
nyaman dengan merelaksasi otot
3) Kompres hangat intermiten dan pijat pungung
dapat memperbaiki otot
4) Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan
mekanika tubuh
5) Gunakan korset atau brace punggung, saat
pasien turun dari tempat tidur
6) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri
d) Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan
dengan tulang osteoartritis.
Intervensi :
1) Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk
memperkuat otot, mencegah atrofi, dan
memperlambat demineralisasi tulang progresif
2) Latihan isometrik dapat digunakan untuk
memperkuat otot batang tubuh
3) Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh
yang baik, dan postur tubuh yang baik
4) Hindari aktivitas membungkuk mendadak,
melengok, dan mengangkat beban lama.
5) Lakukan aktivitas di luar ruangan dan dibawah
sinar matahari untuk memperbaiki kemampuan
tubuh menghasilkan vitamin D.
e) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoarthritis dan
program terapi
Intervensi :
1) Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan
aktivitas fisik yang sesuai, serta istirahat yang
cukup
2) Jelaskan penggunaan obat serta efek samping
obat yang diberikan secara detail

30
3) Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman.
Misalnya, lantai tidak licin, tangga
menggunakan pegangan untuk menghindari
jatuh
4) Anjurkan mengurangi kafein, alcohol, dan
merokok
5) Jelaskan pentingnya perawatan lanjutan
8) Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap
dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut
perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
b) Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
c) Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.

9) Evaluasi

31
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan
proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai
berikut :
a) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/
rencana yang telah disusun.
b) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria
keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana
evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/ kemajuan sesuai dengan criteria yang
telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak
tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak
menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data, analisis,
diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada
pasien,seluruh tindakannya harus di dokumentasikan.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantidan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahanterhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif pada kartilago sendi
dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi, seperti pembentukan osteofit,
perubahan tulang subkondral, perubahan sumsum tulang, reaksi fibrous pada sinovium,
dan penebalan kapsul sendi.
Tindakan pertahanan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri agar sendi
mampu difungsikan berdasarkan Muchid (2013) adalah secara farmakologis atau
tindakan pemberian obat-obatan, tindakan non farmakologis seperti edukasi pasien,
terapi fisik, okupasional, aplikasi dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan merawat
persendian, penurunan berat badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai pilihan terakhir.
Secara non-farmakologi, tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan cara
mengurangi beban pada sendi (memperbaiki postur tubuh yang salah, beban berlebihan
pada sendi yang terlibat harus dihindarkan, pasien rematik, pinggul atau lutut harus
menghindari berdiri lama, berlutut dan berjongkok dan istirahat secukupnya tanpa
immobilisasi total).
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini mahasiwa dapat mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien dengan osteoarthritis dan mampu meberikan asuhan
keperawatan yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan serta mengatasi nyeri yang
dilami oleh pasien.

53
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus :

Pada tanggal 27 maret 2021 pukul 09.00 WIT, Ny.R berusia 60 tahun diantar oleh
anaknya ke RS dengan keluhan nyeri tak tertahankan pada lutut bagian kananya dan tidak
bisa ditekuk. Hal ini disebabkan karena pada kemarin malam pasien terpeleset jatuh dan
menyebabkan lutut kanannya terasa sakit yang luar biasa, dan pada lutut klien mengalami
bengkak serta berwarna kebiruan. Pasien juga mengatakan sakit yang ia rasakan sudah
semenjak 1 minggu yang lalu dengan rasa pegal-pegal pada lututnya, terkadang juga terasa
nyeri saat berjalan, kaku dan sakit sekali, namun pasien masih bisa menahannya hingga
kejadian yang dialami pasien yang mnyebabkan ia harus di bawa ke RS untuk di periksa.
Tindakan mandiri yang pasien lakukan yaitu dengan meminum obat jamu untuk menurunkan
rasa sakitnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di dapatkan tanda-tanda vital dengan TD :
130/80 mmHg, N : 88 x/m, S : 36,5o C, RR : 22 x/m. Diagnose Medis yang didapat yaitu
Osteoartritis.

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Klien

Nama : Ny. R

Tempat tanggal lahir : Ambon, 10 April 1961

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Talake

Suku : Ambon

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Menika

Pendidikan Terakhir : SMA

Orang yang bertanggung jawab : Ny.B (anakdaripasien)

2. Riwayat Keluarga
Pasangan

27
Hidup : Tn. J

Status Kesehatan : Tidakadamasalahdalam status


kesehatannyaTn.J

Umur : 61Tahun

Pekerjaan : Kepalarumahtangga

Kematian : -

Tahun Meninggal : -

Penyebab Kematian : -

Anak-Anak (disesuaikan dengan jumlah anak)

Hidup : AnakdariNy.Rberjumlah 4 orang

Status Kesehatan : Tidakadagangguankesehatanataumasala


hkesehatan yang dialamiolehanak-
nakdariNy.R

Umur : Anakpertamaberumur32 tahun,


anakkeduaberumur 28 tahun,
anakketigaberumur 25
tahundananakkeempatberumur 22 tahun

Pekerjaan : Anakpertamasebagaiiburumahtangga,
anakkedua TNI,
anakketigapekerjakantorandananakkee
mpatmasihdibangkuperkuliahan.

Kematian : -

Tahun Meninggal : -

Penyebab Kematian : -

28
Genogram (minimal 4 generasi)

Keterangan :

: laki-laki : garisperkawinan

: perempuan : garisketurunan

: klien

: meninggal

Keterangan :
(tetedarisuaminyapasienmeninggalkarenafaktorusia yang
sudahsangattuasedangkannenedaripasienmeninggalkarenamenidappenyakit DM
sedangkantetedaripasienmeninggalkarena stoke
sedangkannenedaripasienmeninggalkarenafaktorusia. Sedangkanuntukorang
tuadarisuaminyaklienmeninggalkarenaterkenahipertensi (ibu) danseranganjantung
(ayah), sedangkan ayah darikliensendirimeninggalkarenamengalamiosteoatritis yang
parahpadapinggulnya)

29
3. Riwayat Pekerjaan

Status Pekerjaan saat ini : Iburumah tangga

Pekerjaan sebelumnya : Iburumah tangga

Sumber-sumber pendapatan : Dari hasil berkebun dan dari ketiga


anaknya.

Kecukupan terhadap kebutuhan : Untukkebutuhansehari-hariterpenuhi.

4. Riwayat Lingkungan Hidup

Tipe Tempat Tinggal : Rumahpermanen

Jumlah kamar : Tigakamar

Jumlah Tingkat : Tidakada

Jumlah orang yang tinggal di rumah : 5 orang


terdiridaripasiendansuamisertaanakpere
mpuanbesertasuamidananaknya.

Derajat Privasi : Terjagadenganbaik.

Tetangga terdekat : Ny. D yang


merupakansaudarakandungnyapasien
(kaka)

Alamat/Telp. Talake

5. Riwayat Rekreasi (cara lansia mendapatkan hiburan sehari-harinya)

Hobi/minat : Berkebundanmenonton TV

Keanggotaan organisasi : Tidak

Liburan/perjalanan : Biasanyaanak-
anakdankeluargaberkumpuldanbercerita

30
di rumahsaja, sambilmenonton TV.

6. Sumber/Sistem Pendukung yang Digunakan

Pelayanan kesehatan yang digunakan : -

Pelayanan di rumah : -

Posyandu : -

7. ADL (Activity Daily Living)

: Sebelum sakit klien melakukan


pekerjaan sehari-hari seperti berkebun,
makan, mandi dan lain-lain dilakukan
sendiri tanpa bantuan. Namun karena
sakit yang dirasakan pasien pada lutut
kanannya semenjak satu minggu yang
lalu membuatnya sulit berjalan karena
sakit dan kaku pada kaki kananya
sehingga aktivitas kesehariannya di
bantu oleh anaknya dan juga dibantu
oleh alat seperti tongkat dan kursi roda.

(termasuk kebiasaan waktu tidur) Pada saat sebelum tidur pasien selalu
berdoa. Namun pasien selalu terbangun
di malam hari karena nyeri pada
lututnya kambu.

8. Status Kesehatan Saat ini

Status kesehatan umum selama lima : Pasien mengatakan tidak memiliki


tahun yang lalu riwayat penyakit lima tahun terakhir.

Keluhan kesehatan saat ini : Pasien mengatakan merasa nyeri pada


lutut bagian kanan, terasa pegal, tidak

31
bisa ditekuk dan nyeri ini sudah
dirasakan semenjak 1 minggu yang lalu.
Hingga pada kemarin malam pasien
terpeleset jatuh dan menyebabkan nyeri
yang sangat luar biasa pada kaki
kanannya.

Obat-obatan

Nama : Santagesic, Methil dan prednisolon

Dosis : 3x1 ampul, 62,5mg dan 3xtiap/8jam


3x1 ampul

Bagaimana/kapan menggunakannya : Diberikan melalui IV

Dokter yang menginstruksikannya : dr.Soetarto

Tanggal resep : tanggal 27-03-2021

Status Alergi

Obat-obatan : Tidak ada

Makanan : Tidak ada

Faktor lingkungan : Tidak ada

Nutrisi

Pola makan : Sebelum sakit pasien mengatakan


makan normal 3x sehari, minum sehari
1-2 liter.

Diet khsusus (pengaturan makanan) : Tidak ada

Pola makan : Saat sakit pasien mengatakan makan


normal 3x sehari, dan minum sehari 1
liter

32
Masalah yang mempengaruhi pola : Pasien mengatakan tidak mengalami
makan (misal: pendapatan tidak gangguan pada pola makannya.
adekuat, kurang trasportasi, masalah
menelan atau mengunyah, stress
emotional, sakit tertentu.

9. Status Kesehatan Masa Lalu

Penyakit masa lalu : Pasien mengatakan tidak memiliki


penyakit di masa lalu.

Penyakit serius kronik : Pasien mengatakan tidak memiliki


penyakit serius yang kronis.

Trauma : Pasien mengatakan tidak mengalami


trauma

Perawatan di rumah : Tidak ada

Operasi (jenis, tanggal tempat, alasan) : Tidak ada

Riwayat obsentrik : Normal, tidak ada gangguan. Kareana


selama proses kehamilan sampai
persalinan, pasien tidak mengalami
masalah dan proses persalinan secara
normal dibantu oleh bidan yang
bertugas.

10. Tinjauan Sistem


Beri tanda cek “ya” atau “tidak” untuk setiap gejala dan termasuk analisis gejala pada
respons positif pada akhir sistem.

Umum

33
Keadaan umum

Tingkat kesadaran Composmentis

GCS 15

: Ya Tidak

Kelelahan √

Perubahan BB satu bulan yang lalu : √

Perubahan nafsu makan : √

Demam : √

Keringat malam : √

Kesulitan tidur : √

Sering pilek, batuk (infeksi) : √

Penilaian terhadap status kesehatan : √

Kemampuan melakukan ADL : √


(aktivitas kehidupan sehari-hari)

Dan Lain-lain : pasien mengatakan sulit tidur karena


nyeri yang terus menerus kambu terutama pada malam hari sehingga membuat pasien
sulit untuk tidur. Selain itu aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga, perawat dan
dibantu oleh alat (kursi roda/tongkat) karena nyeri, pegal, tidak bisa ditekuk pada area
lutut bagian kanannya dan membuat pasien sulit untuk berjalan karena sakit yang di
deritanya.

TTV Nilai

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Pernapasan : 22 x/m

Nadi : 88 x/m

Suhu : 36,5oC

Integumen

Keadaan Ya Tidak

34
Lesi/Luka : √

Pruritus : √

Perubahan Pigmentasi : √

Perubahan tekstur : √

Perubahan nevi : √

Sering memar : √

Perubahan rambut : √

Perubahan kuku : √

Pola Penyembuhan lesi/luka : √

Kalus : √

Lain-lain : terdapat lesi yang berwarna kebiruan


disekitar area lutut akibat pasien terpeleset dan jatuh, sehingga kulit mengalami
perubahan dari kecoklatan yang normal menjadi kebiruan. rambut pasien juga terlihat
sedikit kusam, rontok karena faktor usia.

Hemopoetik

Keadaan Hemopoetik Ya Tidak

Pendarahan atau memar abnormal : √

Pembengkakan kelenjar limfe : √

Anemia : √

Riwayat Transfusi darah : √

Lain-lain : pada keadaan hemopoetik ini tidak ada


kelainan yang terjadi atau yang dialami oleh pasien.

Kepala

Keadaan Ya Tidak

35
Sakit Kepala : √

Trauma masa lalu : √

Pusing : √

Gatal pada kulit kepala : √

Lain-lain : pada pemeriksaan bagian kepala pasien


normal dan tidak ada kelainan atau masalah yang dialami oleh pasien.

Mata

Keadaan Ya Tidak

Perubahan penglihatan : √

Kacamata/Lensa kontak : √

Nyeri : √

Air mata berlebihan : √

Pruritus : √

Bengkak sekitar mata : √

Floater : √

Diplopia : √

Kabur : √

Fotophobia : √

Skotomata : √

Katarak : √

Riwayat infeksi : √

Tanggal pemeriksaan paling akhir : √

Tanggal pemeriksaan glaukoma paling : √


akhir

Dampak pada penampilan ADL : Karena penglihatan yang dialami pasien


mengalami gangguan seperti kabur

36
sehingga pada saat melihat orang atau
benda yang terlalu jauh pasien sulit
untuk mengenali orang atau benda
tersebut.

Lain-lain : terjadi perubahan penglihatan pada


pasien akibat penglihatan terlihat buram karena faktor usia pasien yang sudah masuk
pada usia lansia sehingga penglihatannya mengalami penurunan pada penglihatan,
namun pasien tidak menggunakan alat bantu seperti kaca mata.

Telinga

Keadaan Ya Tidak

Perubahan pendengaran : √

Rabas : √

Vertigo : √

Sensivitas Pendengaran : √

Alat-alat protesa : √

Riwayat infeksi : √

Kebiasaan perawatan telinga : √

Dampak pada penampilan ADL :


Tidak ada gangguan yang tejadi pada
sistem pendengaran pasien. Sistem
pendengaran pasien normal.

Lain-lain : pada sistem pendengaran ini tidak ada


kelainan yang terjadi pada pendengaran pasien, sistem pendengarannya normal dan
terlhat baik.

Hidung dan Sinus

Keadaan Hidung dan Sinus Ya Tidak


Rinorea : √
Rabas : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Mendengkur : √

37
Nyeri pada Sinus : √
Alergi : √
Riwayat Infeksi : √
Penilaian Diri Pada Kemampuan : Pasien mengatakan mampu
Olfaktori mengenal/mencium bau dan tidak ada
gangguan yang terjadi pada sistem
penciumannya.
Lain-lain : tidak ada gangguan atau
kelainan yang terjadi pada sistem penciuman pasien.

Mulut dan Tenggorok

Keadaan Mulut dan Tenggorok Ya Tidak


Sakit Tenggorok : √
Lesi/Ulkus : √
Serak : √
Perubahan Suara : √
Kesulitan menelan : √
Perdarahan gusi : √
Karies : √
Alat-alat prostesa : √
Riwayat Infeksi :
Tanggal pemeriksaan gigi (terakhir kali : √
periksa)
Pola Menggosok Gigi : √
Pola Flossing : √
Masalah dan kebiasaan membersihkan : √
gigi palsu
Lain-lain : pasien mengatakan pada saat menggosok
gigi pasien menggunakan pola yang benar seperti menggosok dari atas ke bawa dan menyikat
gigi bagian dalam, kegiatan ini dilakukan 2-3x untuk mencapai kebersihan pada area mulut
dan gigi pasin. Selain itu tidak ada gangguan lain yang terjadi pada mulut pasien.

Leher

Keadaan Leher Ya Tidak


Kekakuan : √
Nyeri/nyeri tekan : √
Benjolan/massa : √
Keterbatasan gerak : √
Lain-lain : tidak ada kelainan atau gangguan yang
terjadi pada leher pasien.

38
Payudara

Keadaan Payudara Ya Tidak


Benjolan/massa : √
Nyeri/nyeri tekan : √
Bengkak : √
Keluar cairan dari putting susu : √
Perubahan pada puting susu : √
Pola pemeriksaan payudara sendiri : √
Tanggal dan hasil mamografi paling : √
akhir
Lain-lain : normal, tidak ada kelaian yang terjadi
pada payudara pasien.

Pernapasan

Pernapasan Ya Tidak
Batuk : √
Sesak napas : √
Hemoptisis : √
Sputum : √
Asma/alergi pernapasan :
Suaran nafas (vesikuler, bronkial, : Tidak ada gangguan (normal)
bronko vesikuler)
Suara napas tambahan (ronkhi, : Tidak ada suara tambahan yang dialami
wheezing) oleh pasin (normal)
Tanggal dan pemeriksaan rongen dada : Pasien mengatakan tidak pernah
(terakhir kali periksa) melakukan pemeriksaan rongen dada
Lain-lain : tidak ada kelaianan pada sistem
pernapasan pasein.

Kardiovaskuler

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : √
Palpitasi : √
Sesak napas : √
Ortopnea : √
Murmur : √
Edema : √
Varises : √
Parestesia : √
Perubahan warna kuku kaki dan tangan : √

39
Lain-lain : normal. Tidak ada kelainan atau gangguan
yang terjadi pada pasien di sistem kardiovaskuler.

Gastrointestinal

Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia : √
Tidak dapat mencerna : √
Nyeri ulu hati : √
Mual/muntah : √
Hematemesis : √
Perubahan nafsu makan : √
Intoleran makanan : √
Ulkus : √
Nyeri : √
Ikterus : √
Benjolan/massa : √
Perubahan kebiasaan defikasi : √
Diare : √
Konstipasi : √
Melena : √
Hemoroid : √
Perndarahan rectum : √
Pola defikasi biasanya : √
Lain-lain : normal. Tidak ada kelaianan atau
gangguan yang terjadi pada psien.

Perkemihan

Perkemihan Ya Tidak
Disuria : √
Frekuensi : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nokturia : √
Inkontinensia : √
Batu ginjal : √
Lain-lain : pada sistem perkemihan tidak ada
gangguan, pasien berkemih 5-6x/hari.

Genitoreproduksi-Pria

40
Genitoreproduksi-Pria Ya Tidak
Lesi : √
Rabas : √
Nyeri testikuler : √
Masalah prostat : √
Penyakit kelamin : √
Perubahan hasrat seksual : √
Impotensi : √
Masalah aktivitas sosial : √
Lain-lain :-

Genitoreproduksi- Wanita

Genitoreproduksi-Wanita Ya Tidak
Lesi : √
Rabas : √
Dispareunia : √
Perdarahan pascasenggama : √
Nyeri pelvis : √
Penyakit kelamin : √
Infeksi : √
Masalah aktivitas seksual : √
Riwayat menopause (usia, gejala, : pasien mengalami menopause di usia 60
masalah-masalah pascamenopause) tahun saat ini, sebelum menopause ada
gejala-gejala yang muncul seperti
menstruasi tidak teratur, sulit tidur.
Selain itu tidak ada masalah-masalah
lain yang timbul saat menopause yang
terjadi pada pasien
Tanggal dan hasil tes papsmear paling : √
akhir
Lain-lain : tidak ada gangguan pada pasien.

Muskuloskelektal

Muskuloskelektal Ya Tidak
Nyeri persendian : √
Kekakuan : √
Pembengkakan sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah cara berjalan : √

41
Nyeri pungugng : √
Prostesa : √
Pola kebiasaan latihan : √
Dampak pada penampilan ADL : Pasien terlihat tidak mampu melakukan
aktivitas karena nyeri yang dialami oleh
pasien di area lututnya yang
menyebabkan aktivitas sehari-hari
dibantu oleh keluarga, perawat/ tenga
medis dan alat bantu (tongkat/kursi
roda).
Lain-lain : pasien mengalami nyeri pada lutut bagian
kanan yang sangat berat akibat terpeleset dan jatuh sehingga menyebabkan kaki bagian kanan
menjadi bengkak, kaku saat berjalan, deformitas akibat jatuh dan mengalami sedikit
pergeseran pada lutut pasien, pada saat melangkah kaki terasa lemah sult untuk digerakan dan
sulit berjalan akibat nyeri yang dirasakan pasien di lutut bagian kanannya. Pada pola
kebiasaan latihan ini diperhatikan karena sendi pada lutut bagian kanan pasien mengalami
gangguan sehingga perlu adanya pendampingan untuk mencegah aktivitas yang berlebihan
yang menimbulkan kerusakan yang lebih pada persendian, pola latian yang diberikan yaitu
latihan ROM dimana tujuannya untuk mencegah kekakuan, kelainan bentuk dan kontraksi
yang terjadi pada persendian pasien. Hal ini dilakukan dengann cara menggerakkan
persendian secara perlahan-lahan dengan anjuran dari perawat.

Sistem Saraf Pusat

Sistem Saraf Pusat Ya Tidak


Sakit kepala : √
Kejang : √
Paralisis : √
Paresis : √
Masalah koordinasi : √
Tremor/spasme : √
Parastesia : √
Cedera kepala : √
Masalah memori : √
Lain-lain : pada sistem ini tidak ada gangguan yang
dialami oleh pasien.

Sistem Endokrin

Sistem Endokrin Ya Tidak


Intoleran panas : √
Intoleran dingin : √
Goiter : √
Pigmentasi kulit : √
42
Polifagia : √
Polidipsia : √
Poliuria : √
Lain-lain : normal. Tidak ada kelainan atau gangguan
pada sistem endokrin yang dialami pasien.

Psikososial

Psikososial Ya Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Insomnia : √
Menangis : √
Gugup : √
Takut : √
Masalah dalam mengambil keputusan : √
Kesulitan berkonsentrasi : √
Pernayataan perasaan mengenai : √
kepuasaan atau frustasi
Mekanisme koping yang biasa : √
digunakan
Stress saat ini : √
Masalah tentang kematian : √
Dampak penampilan ADL : Pasien terlihat sedikit murung, cemas,
dan sedikit frustasi akibat nyeri yang
dirasakan oleh pasin.
Lain-lain : pasien mengatakan cemas, stress, sulit
berkontrasi akibat nyeri yang dirasakan oleh pasien, selain itu fungsi pada kakinya sudah
tidak berfunsi dengan baik dimana membuatnya sulit berjalan dan beraktivitas sehingga
membuat pasien cemas dan tampak murung. Mekanisme koping atau tindakan yang diambil
oleh pasien adalah dengan berkomunikasi dengan anak dan keluarganya sehingga
menghilangkan rasa cemas akan sakit yang dideritanya.

43
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. DS : pasien mengatakan nyeri Faktor usia, trauma Nyeri akut
dilutut kanan sejak 1 minggu yang (agen biologis)
lalu. Osteoartritis
DO : KU Menipisnya bantalan
pada persendian
TD : 130/80 mmHg, N : 88 x/m, S :
36,5o C, RR : 22 x/m. Gesekan ujung-ujung
tulang penyusun sendi
P : jatuh di kamar mandi
Timbul rasa sakit saat
Q : pegal-pegal, nyeri sendi digerakkan

R : lutut kanan Nyeri Akut

S:6

T : setiap berjalan sakit

Therapi yang diberikan : Santagesic


: 3x tiap 8 jam untuk mengurangi
nyeri yang dialami pasien

2. DS : Pasien mengatakan lutut Trauma Hambatan


mobilitas fisik
kanan sakit saat berjalan dan tidak Reaksi peradangan
bisa ditekuk Kerusakan kartilago dan
tulang
DO : Pasien dalam berpindah
Tendon dan ligamen
tempat menggunakan kursi melemah
roda/tongkat.
Osteoartritis
ADL dibantu keluarga
Menipisnya bantalan
pada persensian
Kekakuan sendi dan
kelemahan otot

44
Hambatan mobilitas
fisik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Nyeri akut (Kode (0013) - Domain (2) –Kelas (1))
2. Hambatan mobilitas fisik (Kode(00085)-Domain(4)-Kelas(2))
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis

Nyeri akut berhubungan dengan


2 1 00132
injuri biologis
Individu
(pasien) Hambatan mobilitas fisik
2 00085 berhubungan dengan kekakuan
4
sendi dan kelemahan otot

45
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Ny.R Umur : 60 tahun No. Dokumen RM :


Ruang : Mawar Kelas : - Tanggal : 27 Maret 2021

Diagnosa
NOC NIC
Data pendukung keperawatan

Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi Rasional

DS : pasien 00132 Nyeri 2102 (pain  Pain level 1400 Paint management 1. Mengetahui keadaan
mengatakan nyeri Akut Level)  Pain control (paint umum pada pasien.
dilutut kanan sejak 1 - Lakukan pengkajian
 Comfort level manage 2. Membantu pasien
minggu yang lalu. 1605(pain nyeri secara
menT) dengan
control) Kriteria Hasil : komperhensif termasuk
DO : KU mengoptimalkan
2210 lokasi, karakteristi,
TD : 130/80 mmHg, 2109(Confo  Mampu mengontrol rasa aman dan
(Analge durasi, frekuensi, kualitas
N : 88 x/m, S : 36,5o rt level) nyeri (tahu nyaman
sik dan faktor presipitasi
C, RR : 22 x/m. penyebab nyeri, 3. Pemberian obat
administ - Observasi reaksi
mampu nalgesik untuk
P : jatuh di kamar ration) nonverbal dari
mandi menggunakan menurunkan nyeri
ketidaknyamanan
tehnik yang dialami oleh
Q : pegal-pegal, nyeri - Gunakan teknik
nonfarmakologi pasien.
komunikasi teraupetik
R : lutut kanan untuk mengurangi
untuk mengetahui
nyeri, mencari

46
S:6 bantuan) pengalaman nyeri pasien
 Melaporkan bahwa - Kaji kultur yang
T : setiap berjalan
sakit nyeri berkurang mempengaruhi respon
dengan nyeri
Therapi yang
menggunakan - Pilih dan lakukan
diberikan : Santagesic manajemen nyeri penanganan nyeri
: 3x tiap 8 jam untuk  Mampu mengenali (farmakologi, non
mengurangi nyeri nyeri (skala, farmakologi, dan
yang dialami pasien intensitas, frekuensi interpersonal)
dan tanda nyeri) - Kaji tipe dan sumber
 Menyatakan rasa nyeri untuk mengurangi
nyaman setelah nyeri
nyeri berkurang - Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.

Analgesik Administration

- Tentukan lokasi,

47
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu.
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratus
- Monitor dan vital sign

48
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi evektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
DS : Pasien 00085 Hambata  Joint Movement : 4310 Exercise therapy : 1. Mengetahui keadaan
mengatakan lutut n Activiti (Exercise ambulation umum pasien
Mobilitas
kanan sakit saat  Mobiliti Level therapy : 2. Teknik Ambulasi
Fisik - Monitoring vital sign
berjalan dan tidak bisa  Self Care : ADLs ambulati dapat mengurangi
sebelum/sesudah latihan
ditekuk  Transfer on) kekakuan otot
dan latih respon pasien
DO : Pasien dalam performance 3. Alat pembatu tongkat
saat latihan
berpindah untuk memudahkan
Kriteria Hasil : - Konsultasikan dengan
dan membantu
tempat menggunakan terapi fisik tentang
kursi roda/tongkat.  Klien meningkat pasien saat berjalan
rencana ambulasi sesuai
dalam aktivitas
ADL dibantu keluarga dengan kebutuhan
visik
- Bantu klien untuk
 Mengerti tujuan
menggunakan tongkat saat
dari peningkatan
berjalan dan cegah
mobilitas
terhadap cedera

49
 Memverbalisasikan - Ajarkan pasien atau
perasaan dalam tenaga kesehatan lain
meningkatkan tentang teknik ambulasi
kekuatan dan - Kaji kemampuan pasien
kemampuan pasien dalam mobilisasi
berpindah - Latih pasien dalam
 Memperegakan pemenuhan kebutuhan
penggunaan alat ADLs secara mandiri
 Bantu untuk sesuai kemampuan
mobilisasi (walker) - Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien
- Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan

50
PENGKAJIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)
(penilaian tingkat kemandirian lansia)

1. Indeks Barthel (IB)


No Item yang dinilai Skor Nilai

0 = tidak mampu 2
1 = butuh bantuan memotong, mengoles
1 Makan (Feeding)
mentega, dll
2 = mandiri

0 = tergantung orang lain 1


2 Mandi (Bathing)
1 = mandiri

0 = membutuhkan bantuan orang lain 1


Perawatan Diri
3 1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut,
(Grooming)
gigi dan bercukur

0 = tergantung orang lain 1


Berpakaian
4 1 = sebagian dibantu (missal mengancing baju)
(Dressing)
2 = mandiri

0 = inkontinensia atau pakai kateter dan tidak 2


Buang Air kecil terkontrol
5
(Bowel) 1 = kadang inkontinensia (maks 1x24 jam)
2 = kontinensia (tertaur untuk lebih dari 7 hari)

0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu 2


Buang air besar enema)
6
(Bladder) 1 = kadang inkontinensia (sekali seminggu)
2 = kontinensia (teratur)

0 = tergantung bantuan orang lain 1


7 Penggunaan toilet 1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri

51
2 = mandiri

0 = tidak mampu 2
1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
8 Transfer
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri

0 = Immobile (tidak mampu) 1


1 = menggunakan kursi roda
9 Mobilitas 2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti tongkat/

0 = tidak mampu 0
10 Naik turun tangga 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri

Intepretasi Hasil:
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan
9-11 : ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total
keterangan : hasil ADL yang diperoleh adah 12 dengan hasil interpertasi yang diperoleh pada
pasien yaitu pada tingkat ketergantungan, karena sebagian besar aktivitasnya
seperti berpindah, mobilitas, penggunaan toileting, berpakaian seperti memakai
celana semua itu dibantu oleh orang atau keluarga karena pasien tidak mampu
untuk melakukan aktivitas itu secara mandiri karena nyeri yang dialami oleh
pasien di lutut bagian kanan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G M. dkk. 2016.Nursing Interventions Classification (NIC).Mocomedia. United


Kingdom
Bulechek G M. dkk. 2016.Nursing Outcame Classification (NIC).Mocomedia. United
Kingdom
Dian V. P. sarry, (2018); Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Lansia Osteartritis
Dengan Nyeri. Politeknik Kesehatan Kemenkes. Kalimantan Timur

Herry Purwanto, (2018); Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Osteoartritir. Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan. Yogyakarta

Jallu Permadi, (2019); Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien dengan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nyeri Akut Osteoarthritis. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah. Gombong

Novia Ariani, (2018); Asuhan Keperawatan Lansia Osteoartritis Dengan Masalah


Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik. Keperawatan Poltekes Kemenkes.
Kalimantan Timur

54

Anda mungkin juga menyukai