OSTEOARTRITIS
disusun oleh :
GABRIELLA CHARLES SINGAM
206100802022
Pembimbing :
dr. Andreas Wahyu Wicaksono, Sp. OT
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa referat yang berjudul “Osteoartritis” ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan peniruan terhadap hasil karya dari
orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara
penulisan yang berlaku. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
referat ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang
berjudul “ Osteoatritis”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepanitraan klinik di bagian Ilmu Bedah di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian penulisan Referat ini banyak
mengalami kendala namun semua ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, kerjasama,
dan dukungan dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut
dapat diatasi.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih terhadap dr. Andreas Wahyu
Wicaksono, Sp.OT sebagai pembimbing saya yang telah banyak memberikan arahan,
motivasi, saran, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatiannya selama
penyusunan, kedua orang tua saya yang selalu mendukung, memberikan motivasi dan
juga teman-teman saya yang selalu memberikan semangat kepada saya dalam
penyusunan referat ini hingga dapat terselesaikan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, kiranya referat ini dapat berguna dan
membantu dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa-mahasiswi jurusan
kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan, laporan kasus ini berguna
sebagai referensi dan sumber bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
Sendi adalah penghubung 2 tulang agar dapat digerakkan. Sendi terdiri atas
beberapa struktur diawali dengan(4):
1. Sendi synovial (diatrodial) terletak pada ujung dari dua tulang yang saling
berhubungan.
2. Kartilago artikular yang sangat halus (friksi minimal) menutupi ujung tulang
yang saling meluncur satu sama lain. Dapat terjadi cedera yang menyebabkan
rasa nyeri, degenerasi dan disfungsi
3. Tulang Subkondral: tulang tebal penyokong dan terdapat langsung dibawah
kartilago artikular. Gambaran pada foto polos x-ray berupa radio-opaque dan
memiliki hipodense (hitam) pada MRI
4. Synovium: membran dalam yang memanjangi kapsula sendi; penghasil cairan
synovial (filter plasma); plica (lipatan) synovial terbuat nomal namun dapat
menjadi patologik.
5. Kapsula : bagian lapisan luar, mengelilingi dan menyokong ujung kedua tulang
pada orientasi yang tepat; penebalan pada kapsul (ligamentum kapsular)
menjaga stabilitas sendi
6. Cairan synovial : plasma ultrafiltrasi ; mengandung asam hialuronik, lubrikan,
proteinase, dan kolagenase; fungsi: a. Lubrikasi sendi, b. Nutrisi untuk
kartilago artikular (Meniskus, TFCC), c. Evaluasi laboratorium penting untuk
penilaian proses intraartikular.
7. Lain-lain : sendi kadang memiliki struktur tambahan, termasuk ligamentum
(ACL, PCL), tendon (bisep, popliteal), penyokong struktur (meniscus, TFCC,
diskus artikularis).
Kartilago
a. Hialin: terdapat di kartilago artikular pada sendi synovial, mengandung
kolagen tipe II.
b. Serat Kartilago: terdapat di meniscus, TFCC, diskus vertebral, diskus
artikulars (sendi akromikroklavikular); mengandung kolagen tipe I.
Patella berfungsi sebagai protektor sendi dan mengurangi friksi antara
tulang dan otot penyusun sendi lutut. Selain itu, patella juga dapat meningkatkan
tumpuan mekanik otot quadriceps.
5
2.1 Osteoartritis
2.2.1 Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan
nyeri dan kekakuan pada sendi.(6)
Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara sederhana
didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses
inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut.(6)
Sjamsuhidajat, dkk. mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi kronik yang
disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada sendi, matriks
ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua.(6)
2.2.2 Epidemiologi
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara
pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA
tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau
yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu
sekitar 27%. Sekitar 32,99% lansia di Indonesia mengeluhkan penyakit degeneratif
seperti asam urat, rematik/radang sendi, darah tinggi, darah rendah, dan diabetes.(7)
2.2.3 Etiologi
Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer
dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatikyang mana penyebabnya
tidak diketahui dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi
ataupun perubahan lokal pada sendi, sedangkan OA sekunder merupakan OA yang
ditengarai oleh faktor-faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam
aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik,
inflamasi. OA primer lebih banyak ditemukan daripada OA sekunder.(8)
b. Faktor Biomekanis
1. Okupasi
Prevalensi lebih tinggi menderita OA lutut ditemukan pada kuli pelabuhan,
petani dan penambang dibandingkan pada pekerja yang tidak banyak menggunakan
kekuatan lutut seperti pekerja administrasi.Terdapat hubungan signifikan antara
pekerjaan yang menggunakan kekuatan lutut dan kejadian OA lutut.(10)
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari),
berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg –
8
50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg
–50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut.(10)
3. Olahraga
Kelemahan otot kuadrisep primer merupakan faktor risiko bagi terjadinya
OA lutut dengan proses penurunan stabilitas sendi dan mengurangi tekanan yang
menyerap materi otot. Tetapi, di sisi lain seseorang yang memiliki aktivitas minim
sehari-hari juga berisiko mengalami OA lutut. Ketika seseorang tidak melakukan
gerakan, aliran cairan sendi akan berkurang dan berakibat aliran makanan yang
masuk ke sendi juga berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses
degeneratif menjadi berlebihan.(10)
c. Faktor Demografi
1. Genetik
Faktor keturunan mempunyai peran terhadap terjadinya OA.Faktor genetik
diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal tersebut berhubungan dengan
abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang bersifat diturunkan.
Pengaruh faktor genetik mempunyai kontribusi sekitar 50% terhadap risiko
terjadinya OA tangan dan panggul, dan sebagian kecil OA lutut.(11)
2. Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di
sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan
menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA.Studi
Framingham menunjukkan bahwa 27% orang berusia 63 –70 tahun memiliki bukti
radiografik menderita OA lutut, yang meningkat mencapai 40% pada usia 80 tahun
atau lebih.Umur pada saat cedera akan mempengaruhi peningkatan risiko OA.
Cedera ligamen pada manula cenderung menyebabkan OA berkembang lebih cepat
dibanding orang muda dengan cedera yang sama.(11)
3. Jenis Kelamin
Insidensi OA meningkat berdasarkan usia dan merupakan penyebab utama
kecacatan di kalangan lansia. Di bawah usia 55 tahun, distribusi sendi OApada
laki-laki dan perempuan sama; pada orang yang berusia lebih tua OAlebih sering
9
terjadi pada laki-laki, sedangkan OAsendi antarfalang dan pangkal jempol lebih
sering pada perempuan.(11)
2.2.5 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua,yaitu OA primer
dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki
penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik
maupunproses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder merupakan OA yang
disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistemendokrin, metabolik, pertumbuhan,
faktor keturunan (herediter) dan immobilisasi yang terlalu lama.(12)
Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan
dengan OA sekunder. Menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam
pemeriksaan radiologis diklasifikasikan sebagai berikut: (12)
Grade 0: Normal, Tidak tampak adanya tanda-tanda OA pada radiologis.
Grade 1:Ragu-ragu, tanpa osteofit.
Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar sendi.
Grade 3: Sedang, osteofit sedang, terdapat ruang antar sendi yang cukup besar.
10
Grade 4: Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi yang lebar
dengan sklerosis pada tulang subkondral.
Derajat 3-4: Osteofit sedang-berat, terdapat celah antar sendi, kemungkinan terjadi
perubahan anatomis tulang, nyeri disetiap hari, kaku sendi pada pagi hari, krepitus
pada gerakan aktif sendi, ketidakmampuan yang signifikan dalam beraktivitas.
2.2.6 Patogenesis
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan
inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu
fase inisiasi, fase inflamasi, nyeri, fase degradasi.(13)
a. Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi
berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru.Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu
polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel,
faktor tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormon,
transforming growth factor b (TGF-b)dan coloni stimulating factors (CSFs).Faktor-
faktor ini menginduksi khondrosit untuk mensintesis asam deoksiribo nukleat
(DNA) dan protein seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang peran
penting dalam perbaikan rawan sendi.
b. Fase inflamasi :Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap
IGF-1 sehingga meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit yang
mempengaruhi sendi.IL-1(Inter Leukin-1)dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-α)
mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase untuk membuat
produk inflamasi pada osteoartritis. Produk inflamasi memiliki dampak negatif
pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago sendi, dan menghasilkankerusakan
pada sendi.
c. Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik
dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan trombus
dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga menyebabkan
terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini mengakibatkan lepasnya mediator
kimia seperti prostaglandin dan interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri.
Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat
menyebabkan peregangan tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga
diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang
berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular akibat stasis
vena pada pada proses remodelling trabekula dan subkondrial.
d. Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag
didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis, material
asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin aktifator
13
Pemeriksaan Spesifik :
1. Tes Ballotement
Ballotement test merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk
mengetahui adanya cairan di dalam lutut. Caranya, yaitu : dengan mengosongkan
resessus patelaris dengan menekan menggunakan satu tangan,disamping itu dengan
jari-jari tangan yang lainnya patela ditekan ke bawah. Bila normal patella tidak bisa
ditekan ke bawah, namun apabila patela tidak bisa ditekan ke bawah, maka terdapat
penumpukan cairan yang membuat patella terangkat(15)
2. Tes Mc Murray
Mc murray merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi
robekan di segmen meniskus bagian belakang. Caranya, yaitu dengan
menempatkan lututmelebihhi 900 dari fleksi dankemudian memutar tibiadi atas
tulang femur menjadi rotasi internal secara penuh untuk menguji meniskus bagian
lateral, atau rotasi eksternal penuh untuk memeriksa meniskus medial. Manuver-
manuver sama dilakukan dalam tingkatan yang bertahap untuk meningkatkan
derajat fleksi lutut dapat memuat lebih banyak segmen meniskus posterior. Selama
pemeriksaan, garis persendian bagian lateral maupun medial di palpasi. Hasil
dianggap positif apabila terdapat suara klik. Suara klik kadang bisa didengar dan
kadang hanya bisa dirasakan.(15)
16
saraf yang komplek. Hal ini terjadi oleh karena aktifnya saraf descendendalam saraf pusat
untuk mengurangi hiperalgesia. Pada TENS dengan frequensi tinggi dapat mengurangi
substansi P, yang akan meningkat pada ganglia pada manusia setelah cedera jaringan,
sedangkan pada TENS dengan frequensi rendah dapat memblokade reseptor
opioidperifer,sehingga mencegah analgesia, dengan demikian TENS juga dapat mengubah
rangsangan nosiseptornpeifer untuk mengurangi masukan aferenke sistem saraf pusat(16).
Pemeriksaan Penunjang
- Radiologi
Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena osteoartritis, seperti panggul,
lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang belakang juga sering terkena.
Gambaran radiologi OA sebagai berikut(17):
1. Pembentukan osteofit: pertumbuhan tulang baru (semacam taji) yang terbentuk di
tepi sendi.Penyempitan rongga sendi : hilangnya kartilago akan menyebabkan
penyempitan rongga sendi yang tidak sama.
2. Badan yang longgar : badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya kartilago
dengan osteofit.
3. Kista subkondral dan sklerosis: peningkatan densitas tulang di sekitar sendi yang
terkenadengan pembentukan kista degeneratif
Bagian yang sering terkena
- OA Lutut :
1. Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial pada rongga sendi.
2. Kompartemen bagian medial merupakan penyangga tubuh yang utama, tekanannya
lebih besar sehingga hampir selalu menunjukkan penyempitan paling dini.
- Tulang belakang :
1. Terjadi penyempitan rongga diskus.
2. Pembentukan tulang baru (spuring/pembentukan taji) antara vertebra yang
berdekatan sehingga dapat menyebabkan keterlibatan pada akar syaraf atau kompresi
medula spinalis.
3. Sklerosis dan osteofit pada sendi-sendi apofiseal invertebrata
- Panggul :
1. Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan yang terlalu
berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan asetabular.
2. Sklerosis dan pembentukan kista subkondral.
20
2.2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan OA tidak dapat bergantung pada pengobatan medikamentosa saja.
Pengobatan OA membutuhkan edukasi dan modifikasi gaya hidup, tatalaksana rehabilitasi
medis atau bahkan pembedahan. Diperlukan pemahaman dari tenaga kesehatan agar
penatalaksanaan OA dapat lebih baik, menyeluruh, dan pasien mendapat pilihan terapi
yang tepat agar nyeri dan kualitas hidup pasien menjadi lebih baik.(18)
Indonesian Rheumatism Association (IRA) merekomendasikan untuk
penatalaksanaan OA, menggunakan kombinasi pendekatan farmakologi dan non
farmakologi. Fokus rekomendasi adalah mengurangi risiko terjadinya OA, diagnosis dini
OA dan penatalaksanaan OA (dini, eksaserbasi akut, jangka panjang dan tahap lanjut).(18)
Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan OA. Penatalaksanaan
terutama ditujukan pada pengendalian/menghilangkan nyeri, memperbaiki gerak dan
fungsi sendi serta meningkatkan kualitas hidup. Operasi penggantian sendi hanya
dilakukan untuk penderita dengan OA berat dan tidak respons dalam pengobatan terapi.
Saat ini penatalaksanaan OA diharapkan dapat memodifikasi perjalanan penyakit bahkan
mungkin mencegah terjadinya OA dengan pemberian disease modifiying drugsuntuk OA
(DMOADs). Hasil terbaik bila dilakukan pendekatan multidisiplin dan tatalaksana yang
bersifat multimodal.(18)
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitashidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta
memperlambat progresiosteoartritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi fisioterapi,
pertolongan ortopedi, farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.(18)
a. Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, pengaturan gaya
hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika
memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda,
berenang).
21
b. Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi,stretching, akupuntur, transverse
friction(tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot, elektroterapi.
c. Pertolongan ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang bagian dalam
dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsi sendi
d. Farmakoterapi
- Analgesik / anti-inflammatory agents
e. Pembedahan
1. Atroskopi
pada lutut, bahu, siku, pergelangan kaki, pinggul, atau pergelangan tangan.
Arthroscopy terkadang dilakukan di bawah pemantauan dokter anestesi. Secara
umum, operasi dan penggunaan anestesi dapat disertai beberapa risiko yang
berkaitan dengan faktor-faktor seperti kondisi kesehatan dan operasi apa saja yang
menyertainya. Prosedur pemeriksaan arthroscopy cukup sederhana dan aman.
Namun, ada beberapa risiko komplikasi atau efek samping, yaitu: - pendarahan -
infeksi (demam, menggigil, kemerahan, nanah, kelenjar getah bening bengkak, dan
panas di sekitar sendi) - bekuan darah di ekstremitas - kerusakan pada saraf, sendi,
atau jaringan sekitar sendi - penumpukan tekanan dalam otot (sindrom
kompartemen)(19).
2. Total Knee Arthroplasty
Artroplasty lutut total, yaitu penggantian sendi tota bertujuan untuk
mengurangi nyeri yang diakibatkan artritis parah, dengan ataupun tanpa deformitas
signifikan. Sebelum dilakukannya tindakan ini, penyebab nyeri lain harus dapat
disingkirkan terlebih dahulu. Temuan radiologis harus berkorelasi dengan temuan
klinis mengenai artritis lutut. Indikasi lain pada penggantian sendi lutut total adalah
deformitas varus maupun valgus. Kontraindikasi pada TKA mencakup sepsis pada
lutut (akut dan kronis), infeksi aktif, disfungsi mekanisme ekstensor, deformitas
rekurvatum sekunder oleh kelemahan otot(19).
2.2.9 Prognosis
1.1 Kesimpulan
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. OA dapat mengenai sendi-sendi besar
maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai sendi leher, bahu,tangan, kaki,
pinggul, lutut.(1)
Tanda gejala OA meliputi : nyeri, kekakuan sendi, krepitasi, pembengkakan
pada tulang, dan deformitas sendi.(14)
Pengobatan OA tidak dapat bergantung pada pengobatan medikamentosa
saja. Pengobatan OA membutuhkan edukasi dan modifikasi gaya hidup,
tatalaksana rehabilitasi medis atau bahkan pembedahan. Diperlukan pemahaman
dari tenaga kesehatan agar penatalaksanaan OA dapat lebih baik, menyeluruh,
dan pasien mendapat pilihan terapi yang tepat agar nyeri dan kualitas hidup
pasien menjadi lebih baik. Penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda
dan gejala OA, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam
pergerakan sendi, serta memperlambat progresiosteoartritis. Spektrum terapi
yang diberikan meliputi fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi,
pembedahan, rehabilitasi(19).
Prognosis Osteoartritis adalah baik. Namun, pada Osteoartritis lutut gejala
yang berat memiliki prognosis yang kurang baik (19).
25
DAFTAR PUSTAKA
2. Angst F., Stucki G., Aeschlimann A., 2003. Quality of life assessment in
osteoarthritis. Expert Rev. Pharmacoeconomics Outcomes Res. 3(5)
5. Netter’s concise orthopedic anatomy 2nd ed., Basic science, 2010. Pg. 16
6. Lee K. M., et. al, 2015. Risk Factors for Osteoarthritis and Contributing Factors
to Current Arthritic Pain in South Korean Older Adults. Yonsei Med J 56(1):124-
31
7. Miller L. E., II J. F., Block J. E., 2013. Quality of life in Patients with Knee
Osteoarthritis: A Commentary on Nonsurgical and Surgical Treatments. The
Open Orthopaedics Journal. 7, 619-23
8. Niethard FU, Gold MS, Solomon GS, et al. Efficacy of topical diclofenac
diethylamine gel in osteoarthritis of the knee. J Rheumatol 2005;32(12):2384-92.
10. Wijaya Sandy. 2018. Rumah Sakit Tk. IV Madiun, Jawa Timur, Indonesia. CDK-
265/vol.45 no.6
26
13. Mutmainah Sitti, Armanto M., Umi Medical Journal. 2019. Manajemen Pasien
Osteoartritis secara Holistik, Komperehensif dengan Menggunakan Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Puskesmas Sudiang Raya Makassar. Jurnal Kedokteran,
Vol.4 no.1 Juni.
14. F.Eckstein M.D. 2006. MRI of articular cartilage in knee OA; Morphological
Assessmant. Osteoarthtritis and Cartilage, 14, A46-175.
15. Anggoro A.D dan Wulandari D. Irine, 2019. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Osteoarthtritis Knee Billateral Dengan Modalitas Tens , Laser Dan Terapi
Latihan Di Rsud Bendan Kota Pekalongan. Jurnal PENA Vol.33 No.2 Edisi
September.
17. Muqsith, dr. 2017 Anatomi dan Biomekanika Sendi Panggul. Universitas
MalikuSaleh.
18. Sakti, Muh dan Biakto KaryaTriko. 2018. FUNCTIONAL OUTCOME AFTER
TOTAL KNEE ARTHROPLASTY IN VARIANT ALIGNMENT IN WAHIDIN
SUDIROHUSODO HOSPITAL. Jurnal Kedokteran Universitas Hasanudin,
Makassar.
19. Knight Richard S, Et. Al. 2011. Total Hip Arthroplasty - over 100 years of
operative history. Orthopedic Reviews 2011; volume 3:e16
27