GIZI BURUK
disusun oleh :
Maximiliano Agustian M. (406152091)
Pembimbing
dr. Hesti Kartika Sari, Sp.A
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul GIZI
BURUK. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSUD RAA Soewondo Pati. Tujuan pembuatan
referat ini juga untuk meningkatkan pengetahuan penulis serta pembaca agar
dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Penulis
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. IDENTITAS PASIEN :
Nama lengkap : An. MNW
Tempat/Tanggal lahir : Pati, 23 Juni 2012
Alamat : Desa Mencon 4/1, Pucakwangi
Suku Bangsa : Jawa
Umur : 4 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : PAUD
Agama : Islam
Riwayat Perinatal :
- Selama kehamilan ibu pasien rutin kontrol di bidan atau dokter 1-2x
/bulan, diperiksa dengan USG 2x dan tidak ada masalah, selama
kehamilan tidak pernah mengalami sakit.
- Pasien merupakan anak tunggal, lahir spontan, cukup bulan, jenis kelamin
perempuan, dibantu oleh bidan di puskesmas, BBL 2.500 gram, PBL 47
cm, langsung menangis.
Riwayat Imunisasi :
- Hep. B : minggu pertama.
- BCG : 1 bulan, scar (+) di deltoid kanan.
- DPT, Hep. B : 2, 3, 4 bulan.
- Polio : 1, 2, 3, 4 bulan.
- Campak : 9 bulan.
- Sertifikat imunisasi dasar (+).
Kesan : imunisasi dasar lengkap.
Riwayat Pertumbuhan :
BB = 10 kg LK = 47 cm LLA = 11,5 cm
TB = 93 cm IMT = 11,56 kg/m2
Kurva WHO :
Riwayat Perkembangan :
Motorik kasar : dapat berlari, lompat dan berdiri dengan satu kaki.
Motorik halus : dapat menggambar pemandangan dan rumah.
Bahasa : dapat berhitung sampai 10 dan mengenal lawan kata.
Personal sosial: dapat menyebutkan nama teman-temannya dan bermain
ular tangga.
Denver II : perkembangan normal.
KPSP : perkembangan sesuai dengan usia.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik, aktif, tampak kurus.
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Tanda Vital :
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Frekuensi nadi : 108 x/menit, reguler, isi cukup
Frekuensi napas : 24 x/menit, reguler
Suhu tubuh : 36,5C
Data Antropometri : BB = 10 kg TB = 93 cm
LK = 47 cm LILA = 11,5 cm
IMT = 11,56 kg/m2
Pemeriksaan Sistem
Kepala : mesosefal, wajah simetris, wajah tampak tua (-), rambut hitam
kusam dengan distribusi merata, tidak mudah lepas.
Mata : bentuk dan letak mata normal, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung +/+, pupil bulat isokor, konjungtiva anemis +/+, sklera
ikterik -/-.
Telinga : bentuk & ukuran normal, sekret (-), nyeri tekan & nyeri tarik (-).
Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-).
Mulut : mukosa merah muda, bibir kering (-), faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1.
Leher : letak trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembersaran KGB (-).
Thoraks :
Pulmo :
Abdomen :
Inspeksi : tampak datar, hernia umbilikalis (-), jaringan parut (-),
buncit (-).
Auskultasi : bising usus (+) normal, 10x/menit.
Ekstremitas : akral dingin (-), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik,
muscle wasting (-).
Kulit : turgor kulit baik, kulit kering (-), sianosis (-) ikterik (-),
crazy pavement dermatosis (-).
KGB : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Anus dan genitalia : tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal (-).
Refleks fisiologis : biceps +/+
patella +/+
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 21 Januari 2017 : Foto rongent thoraks.
- Kesan = Gambaran bronkitis.
Tanggal 07 Februari 2017 : Test Mantoux.
- Hasil = Negatif (-).
5. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 4 tahun 6 bulan rujukan
dari puskesmas dengan diagnosa berat badan berada di bawah garis merah. Ibu
pasien mengatakan anaknya terlihat sangat kurus dan memiliki berat badan di
bawah garis merah sejak berusia 21 bulan. Sejak pasien usia 4 tahun berat
badannya terus menetap di 10 kg dan tidak pernah naik sampai sekarang. Ibu
pasien rutin membawa pasien untuk melakukan penimbangan setiap bulan di
puskesmas. Keluhan batuk, pilek, demam, mual dan muntah saat ini disangkal.
Sejak kecil pasien sering mengalami sakit seperti batuk pilek berulang, radang
tenggorokan berulang dan diare, dalam setahun sekitar 6-8x.
Sejak 1 tahun belakangan ini pasien semakin susah makan. Biasanya
pasien makan 3x sehari dan dapat menghabiskan makanannya, namun saat ini
pasien seringkali tidak mau menghabiskan makanannya. Dalam sehari pasien juga
minum susu 2x sehari. Pasien tidak mau makan jika dengan lauk ayam atau
daging. Pasien juga tidak suka makan roti, kue, biskuit dan buah-buahan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan rambut hitam kusam, konjungtiva
anemis +/+, dan iga terlihat jelas. Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgent dada
terdapat gambaran bronkitis dan tes Mantoux hasilnya negatif.
Pertumbuhan : BB = 10 kg; TB = 93 cm; LILA = 11,5 cm; IMT = 11,56 kg/m2
7. PENGKAJIAN
Clinical Reasoning :
- Ibu pasien mengatakan anaknya terlihat sangat kurus dan memiliki berat
badan di bawah garis merah sejak berusia 21 bulan.
- Sejak usia 4 tahun berat badannya terus menetap di 10 kg.
- Sering mengalami sakit seperti batuk pilek berulang, radang tenggorokan
berulang dan diare, dalam setahun sekitar 6-8x.
- Sejak 1 tahun belakangan semakin susah makan, makan 3x sehari tidak
dihabiskan.
- Hasil pemeriksaan fisik : rambut hitam kusam, konjungtiva anemis +/+,
dan iga terlihat jelas.
- Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgent dada terdapat gambaran
bronkitis.
- Pertumbuhan :
o BB/U : < -3 SD (-3,99 SD) BB sangat kurang
o BB/TB: < -3 SD (-3,42 SD) gizi buruk
o IMT/U: < -3 SD (-3,13 SD) gizi buruk
o LLA/U: < -3 SD (-4,03 SD) gizi buruk
o TB/U : < -3 SD (-3,01 SD) perawakan pendek
Diagnosa Banding :
- Status gizi buruk (kwashiorkor).
- Status gizi buruk (marasmus-kwashiorkor).
- Status gizi kurang.
Rencana Diagnostik :
- Darah tepi lengkap
- Elektrolit serum
Rencana Evaluasi :
- Pemantauan pertumbuhan (berat badan dan tinggi badan) pasien setiap 1-
2 minggu sekali.
- Pemantauan perkembangan pasien.
- Pemantauan tanda-tanda awal penyakit penyerta dan perburukan yang
dapat terjadi pada anak gizi buruk.
Edukasi :
- Edukasi tentang penyakit gizi buruk, faktor penyebab dan komplikasi
yang dapat terjadi bila tidak ditangani dengan tepat.
- Motivasi orang tua untuk rutin kontrol perkembangan dan pertumbuhan
pasien.
- Memberitahu orang tua pasien tentang pentingnya gizi dalam
pertumbuhan dan kecerdasan anak.
- Motivasi orang tua untuk mengatur pola makan anak
- Beri asupan nutrisi yang bergizi, tambahkan minyak sayur pada makanan,
atau memberikan makanan yang bersantan. Susu dianjurkan yang tinggi
kalsium untuk membantu pertumbuhan.
- Edukasi untuk menjaga kebersihan diri pasien, serta kebersihan makanan
dan lingkungan sekitar.
- Motivasi untuk tetap melengkapi imunisasi pasien.
TEORI KASUS
Definisi
Status gizi yang didasarkan pada indeks BB/TB < -3SD menurut kurva
berat badan menurut tinggi badan WHO.
(BB/TB) < -3SD dan atau ditemukan
tanda-tanda klinis marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Epidemiologi
Gizi buruk paling sering dialami oleh Pasien berusia 4 tahun 6 bulan.
balita dan perempuan (ibu hamil).
Faktor risiko & Etiologi
Penyebab langsung : kurangnya Penyebab langsung : kurang
asupan makanan, penyakit infeksi. asupan makanan (pasien sulit
Penyebab tidak langsung : makan).
penelantaran anak , kurangnya
fasilitan pelayanan kesehatan,
keadaan lingkungan.
Masalah di masyarakat : kemiskinan,
kurang pendidikan.
Akar masalah : krisis ekonomi sosial.
Pemeriksaan fisik
Marasmus : Marasmus :
- Perubahan mental. - Terlihat kurus (+).
- Wajah tampak tua, terlihat kurus. - Rambut kusam (+).
- Kulit kering, dingin dan kendur. - Tulang iga terlihat jelas (+).
- Rambut kering, kusam, tipis dan - Sering diare (+).
mudah rontok. - Sering mengalami sakit (+).
- Lemak subkutan menghilang,
turgor kulit berkurang.
- Otot atrofi sehingga tulang terlihat
jelas.
- Sering diare atau konstipasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Menurut Depkes RI (2008) gizi buruk
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Gizi baik adalah apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan
umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia. Jika pertambahan berat
badan sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila
jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah
satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut.3
2.2. Klasifikasi
Keadaan gizi buruk terdiri dari marasmus, kwashiorkor, serta marasmus
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis
dari masing-masing tipe yang berbeda-beda. Marasmus adalah keadaan gizi buruk
yang ditandai dengan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah
seperti orang tua dan kulit keriput. Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk yang
ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah
membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan
rambut tipis/kemerahan. Marasmik-kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk
dengan tanda-tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.1
Selain itu KEP (Kurang Energi dan Protein) dapat diklasifikasikan menurut
derajat beratnya KEP seperti berikut:
a. Klasifikasi Derajat Berat KEP Berdasarkan Baku Median WHO-NCHS.3
BB/TB TB/U
(berat menurut tinggi) (tinggi menurut umur)
Mild 80 90 % 90 94%
Moderate 70 79 % 85 89 %
Severe < 70 % <85 %
2.3. Epidemiologi
Pada tahun 2000 2002 di seluruh dunia diperkirakan terdapat 825 juta orang
yang menderita gizi buruk, dengan 815 juta orang yang hidup di negara
berkembang. Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005
diperkirakan sekitar 5 juta anak menderita gizi kurang (berat badan menurut
umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi
buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat yang disebut
marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor, yang memerlukan perawatan
kesehatan yang intensif di Puskesmas dan Rumah Sakit. Masalah gizi kurang dan
gizi buruk terjadi hampir di semua kabupaten dan kota.1,2
2.4. Etiologi
Penyebab KEP menurut bagan sederhana yang disebut sebagai model
hirarki akan terjadi setelah melalui lima level seperti yang tertera sebagai
berikut:6
1. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering
menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula
pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya
akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.6
Selain itu besarnya masalah gizi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
penting, yaitu karena ketidaktahuan serta karena bagitu lekatnya tradisi dan
kebiasaan yang mengakar di masyarakat khususnya dibidang makanan, cara
pengolahan makanan, dan cara penyajian serta menu masyarakat kita dengan
segala tabu-tabunya. Salah satu penyebab malnutrisi (kurang gizi) diantaranya
karena faktor ekonomi yaitu daya beli yang rendah dari para keluarga yang kurang
mampu. Nampaknya ada hubungan yang erat antara pendapatan keluarga dan
status gizi anak-anaknya. Pengetahuan ibu juga merupakan salah satu faktor
terjadinya kurang gizi pada balita, karena masih banyak orang yang beranggapan
bahwa bila anaknya sudah kenyang berarti kebutuhan mereka terhadap gizi sudah
terpenuhi.9
2.5. Patogenesis
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai
dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein
dengan melalui proses katabolik. Apabila terjadi stres katabolik (infeksi) maka
kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi
protein yang relatif, jika kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD
(-2SD s/d -3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut / decompensated
malnutrition). Pada kondisi ini peranan radikal bebas dan anti oksidan penting.
Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan
terjadi marasmik-kwashiorkor. Apabila kondisi kekurangan ini terus dapat
teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisi
kronik / compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi :
gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan
hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, serta penurunan berbagai sintesis
enzim.10
Penyakit marasmus-kwashiorkor memperlihatkan gejala campuran antara
penyakit marasmus dan kwashiorkor. Penyebabnya adalah makanan sehari-hari
2.6.1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Secara garis
besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:3
- Pemasukan kalori yang tidak cukup.
- Kebiasaan makan yang tidak tepat.
- Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, hiperkalsemi
idiopatik, galaktosemia, intoleransi laktosa.
- Malformasi kongenital. Misalnya: penyakit jantung bawaan,
penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia,
stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.
2.6.2. Kwashiorkor
Marasmus Kwshiorkor
Pertumbuhan berkurang atau berhenti Perubah
Terlihat sangat kurus an mental sampai
Penampilan wajah seperti orangtua
Perubahan mental apatis
Cengeng Anemia
2.7. Diagnosis
Diagnosis untuk marasmus-kwashiorkor dapat ditegakkan berdasarkan
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan antropometrik.13,14
1. Manifestasi klinis: anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang,
serta penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik. Manifestasi yang
umumnya timbul adalah gagal tumbuh kembang. Di samping itu terdapat pula
satu atau lebih manifestasi klinis marasmus dan kwashiorkor lainnya.
2. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan laboratorium darah tepi yaitu Hb
memperlihatkan anemia ringan sampai sedang. Pada pemeriksaan faal hepar,
kadar albumin serum sedikit menurun.Kadar elektrolit seperti Kalium dan
Magnesium rendah, bahkan K mungkin sangat rendah, sedangkan kadar
Natrium, Zinc, dan Cuprum bisa normal atau menurun. Kadar glukosa darah
2.8. Penatalaksanaan
2.8.1. Tatalaksana Gizi Buruk
WHO membagi malnutrisi menjadi 2 kategori yaitu: severe acute malnutrition
(MAB) dan moderate acute malnutrition. Tatalaksana penderita MAB dibagi 2
Pemantauan:
Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan
darah dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam.
Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
Pencegahan :
Mulai segera pemberian makan setiap 2 jam (langkah 6), sesudah
dehidrasi yang ada dikoreksi.
Selalu memberikan makanan sepanjang malam.
Catatan :
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP
berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi segera dengan ditatalaksana
seperti tersebut di atas.
Pemantauan:
Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila
memakai pemanas ukur setiap 30 menit
Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam
hari
Raba suhu anak
Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan
kurang kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai
pengganti, berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal. Tidaklah
mudah untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk dengan
menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat/gizi
buruk dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi :
Cairan Resomal / pengganti sebanyak 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2
jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik.
Selanjutnya beri 510 ml/kg/jam untuk 410 jam berikutnya; jumlah tepat
yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan
banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula
khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6).
Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak
mulai kencing.
Pemantauan :
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap -1 jam selama 2
jam pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan
memantau: denyut nadi, pernafasan, frekwensi kencing, frekwensi diare /
muntah. Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun
Pencegahan:
Bila diare encer berlanjut: Teruskan pemberian formula khusus (langkah 6)
Ganti cairan yang hilang dengan Resomal / pengganti (jumlah + sama)
Sebagai pedoman, berikan Resomal/pengganti sebanyak 50-100 ml setiap
kali buang air besar cair
Bila masih mendapat ASI, teruskan.
Catatan:
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7
hari) sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat
perbaikan mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi
sistemik akibat pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.
Pilihan antibiotik spektrum luas:
1. Bila tanpa komplikasi :Kotrimoksasol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2
x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat badan < 4 Kg),Atau
2. Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia:
hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing), beri :
Ampisilin 50 mg/kgBB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 2 hari,
dilanjutkan dengan Amoksisilin secara oral 15 mg/KgBB setiap 8 jam
selama 5 hari. Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50
mg/kgBB setiap 6 jam secara oral.
Gentamicin 7.5 mg /Kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari.
3. Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan
kloramfenikol 25 mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari.
4. Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik
yang sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk
malaria positif.
5. Bila anoreksia menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi
pemberian hingga 10 hari.
6. Bila masih tetap ada, nilai kembali kadaan anak secara lengkap, termasuk
lokasi infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah
vitamin dan mineral telah diberikan dengan benar.
Pemantauan pada masa transisi: frekwensi nafas, frekwensi denyut nadi. Bila
terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Bila ada ulkus dimata diberikan : tetes mata khloramfenikol atau salep
matatetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, teteskan tetes mata atropin, 1
tetes 3 kalisehari selama 3-5 hari, tutup mata dengan kasa yang dibasahi
larutan garam faal.
2. Dermatosis3,16
Dermatosis ditandai adanya: hipo / hiperpigmentasi, deskuamasi (kulit
mengelupas), lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksisekunder, antara lain oleh Candida. Tatalaksana :
a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4
(Kpermanganat) 1% selama 10 menit
b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
c. usahakan agar daerah perineum tetap kering
d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit / Cacing3,16
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.
4. Diare Berlanjut3,16
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas / rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
5. Tuberkulosis3,16
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberculin / Mantoux (sering kali
anergi) dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai
pedoman pengobatan TB.
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:Hb < 4 g/dl, atau Hb 4-6 g/dl disertai
distress pernapasan atau tanda gagal jantung. Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
b. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan komunitas target
sebagai solusi terhadap masalah gizi mereka. Beberapa metode yang bisa
digunakan adalah :
Food for work, menawarkan sejumlah pekerjaan kepada masyarakat
miskin atau yang membutuhkan dan membayarnya dengan makanan.
Food subsidy, metode ini berupa pemberian makanan jadi atau bahan
makanan oleh pemerintah.
Income generating project, metode ini telah dipraktikkan di beberapa
daerah di Ethiopia dengan menggunakan cara mengumpulkan dana dari
masyarakat untuk dibelikan makanan. Metode ini melibatkan lembaga-
lembaga swadaya masyarakat.
2.10. Komplikasi3
Keadaan malnutrisi marasmus dapat menyebabkan anak mendapatkan penyakit
penyerta yang terkadang tidak ringan apabila penatalaksanaan marasmus tidak
segera dilakukan. Beberapa keadaan tersebut ialah :3
1. Noma
Noma merupakan penyakit yang kadang-kadang menyertai malnutrisi tipe
marasmus-kwashiokor. Noma atau stomatitis gangraenosa merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus
pipi. Noma terjadi pada malnutrisi berat karena adanya penurunan daya tahan
tubuh. Noma dapat sembuh tetapi menimbulkan bekas luka yang tidak dapat
hilang seperti lenyapnya hidung atau tidak dapat menutupnya mata karena
proses fibrosis.
2. Xeroftalmia
Penyakit ini sering ditemukan pada malnutrisi yang berat terutama pada tipe
marasmus-kwashiokor. Pada kasus malnutrisi ini vitamin A serum sangat
rendah sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Oleh sebab itu setiap anak
dengan malnutrisi sebaiknya diberikan vitamin A baik secara parenteral
maupun oral, ditambah dengan diet yang cukup mengandung vitamin A.
4. Sirosis hepatis
Sirosis hepatis terjadi karena timbulnya perlemakan dan penimbunan lemak
pada saluran portal hingga seluruh parenkim hepar tertimbun lemak.
Penimbunan lemak ini juga disertai adanya infeksi pada hepar seperti hepatitis
yang menimbulkan penyakit sirosis hepatis pada anak dengan malnutrisi berat.
5. Hipotermia
Hipotermia merupakan komplikasi serius pada malnutrisi berat tipe marasmus.
Hipotermia terjadi karena tubuh tidak menghasilkan energi yang akan diubah
menjadi energi panas sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu lemak
subkutan yang tipis bahkan menghilang akan menyebabkan suhu lingkungan
sangat mempengaruhi suhu tubuh penderita.
6. Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat terjadi pada hari-hari pertama perawatan anak dengan
malnutrisi berat. Kadar gula darah yang sangat rendah ini sangat
mempengaruhi tingkat kesadaran anak dengan malnutrisi berat sehingga dapat
membahayakan penderitanya.
7. Infeksi traktus urinarius
Infeksi traktus urinarius merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak
bergantung kepada tingkat kekebalan tubuh anak.
8. Penurunan kecerdasan
Pada anak dengan malnutrisi berat, akan terjadi penurunan perkembangan
organ tubuhnya. Organ penting yang paling terkena pengaruh salah satunya
ialah otak. Otak akan terhambat perkembangannya yang diakibatkan karena
kurangnya asupan nutrisi untuk pembentukan sel-sel neuron otak. Keadaan ini
akan berpengaruh pada kecerdasan seorang anak yang membuat fungsi afektif
dan kognitif menurun, terutama dalam hal daya tangkap, analisa, dan memori.
Gizi buruk merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting
bagi negara-negara tertinggal maupun negara berkembang seperti Indonesia.
Prevalensi gizi buruk pada anak-anak dibawah umur lima tahun (balita) saat ini
masih cukup tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi /
gizi buruk pada anak, terutama adalah peranan diet sehari-hari yang kurang
mencukupi kebutuhan gizi seimbang, adanya penyakit penyerta serta peranan
sosial ekonomi. Pada gizi buruk ditemukan berbagai macam keadaan patologis
yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein. Gizi buruk dapat dibagi
menjadi marasmus, kwashiokor, serta keadaan dimana ditemukan percampuran
ciri-ciri kedua tipe malnutrisi tersebut yang dinamakan marasmus-kwashiokor.
Masing-masing dari tipe itu mempunyai gejala-gejala klinis yang khas.
Gejala klinis yang lebih menonjol pada kekurangan gizi tipe marasmus
yaitu penderita terlihat wajahnya seperti orang tua dan anak sangat kurus karena
hilangnya sebagian besar lemak dan atrofi dari otot-ototnya. Sedangkan pada tipe
kwashiokor, gejala klinis yang lebih terlihat adalah penampilannya yang gemuk
disertai adanya edema ringan maupun berat dan adanya ascites dikarenakan
kekurangan protein, disamping itu juga terlihat perubahan warna rambut menjadi
merah seperti rambut pada jagung serta mudah dicabut. Pengobatan marasmus
adalah dengan pemberian diet tinggi protein, sedangkan pada malnutrisi tipe
kwashiokor terutama dengan pemberian diet tinggi protein disertai pemberian
cairan untuk menanggulangi dehidrasi jika ada. Selain itu juga diberikan vitamin
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN