Disusun Oleh :
Arina Zhabrina
Npm 1102013042
Pembimbing :
2. Konsulen kepaniteraan ilmu penyakit dalam RSU Dr. Slamet Garut : dr. Hj. Shelvi
Febrianti, Sp.PD, dr. Melly Ismelia, Sp.PD, dr. Johnson Manurung, SP.PD.
3. Keluarga tercinta yang telah memberi dorongan, bimbingan, dan bantuan baik
materi maupun spiritual dalam menyelesaikan referat ini.
Terima kasih untuk diskusi, kritikan dan saran, karena penulis menyadari bahwa
penulisan referat ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga
referat ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi berbagai pihak.
Arina Zhabrina
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....i
KATA PENGANTAR............ii
DAFTAR ISI......iii
BAB 1. PENDAHULUAN......1
2.1 OSTEOARTHRITIS..3
2.1.2 ETIOLOGI..3
2.1.3 PATOFISIOLOGI...5
2.1.5 DIAGNOSIS...9
2.1.6 TATALAKSANA.13
2.2.2 ETIOLOGI16
2.2.3 PATOFISIOLOGI.18
2.2.5 DIAGNOSIS.22
2.2.6 TATALAKSANA.23
2.2.7 PROGNOSIS24
2.3.2 ETIOLOGI25
2.3.3 PATOFISIOLOGI.....................26
iii
2.3.4 MANIFESTASI KLINIS..28
2.3.5 DIAGNOSIS.31
2.3.6 TATALAKSANA.33
2.3.7 PROGNOSIS34
BAB 3. KESIMPULAN36
DAFTAR PUSTAKA...38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Arthritis merupakan salah satu dari berbagai masalah penyakit kronis yang
umum dan menjadi penyebab kedua disability setelah penyakit jantung pada orang
amerika usia diatas 15 tahun. 7 juta diantaranya mengalami hambatan-aktivitas sehari-
hari, berjalan, berpakaian, mandi, dan sebagainya. Arthritis adalah istilah umum untuk
peradangan (inflamasi) dan pembengkakan di daerah persendian. Gejala klinis yang
sering adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi. Beberapa tipe
arthritis yaitu osteoarthritis (OA), Gout arthritis (GA), dan Rheumatoid arthritis (RA).
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative dimana rawan kartilago
yang melindungi ujung tulang mulai rusak disertai perubahan reaktif pada tepi sendi
dan tulang subchondral yang menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan
bergerak. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai
15,5 % pada pria, dan 12,7 % pada wanita. Penyakit ini merupakan jenis arthritis yang
paling sering terjadi yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa.
Secara klinis OA ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan
hambatan pada gerak sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki
paling sering terkena OA. Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis
dan radiografis sendi yang terkena. Terapi OA biasanya bersifat simptomatik,
misalnya dengan pengendalian faktor-faktor resiko, latihan, intervensi fisioterapi, dan
terapi farmakologis.
Selain Osteoarthritis, penyakit arthritis yang sering terjadi adalah gout arthritis
(GA). Gout arthritis merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan
ekstraseluler. GA lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause.
1
Manifestasi klinis deposisi urat meliputi arthritis gout akut, akumulasi kristal
pada jaringan yang merusak tulang (tofi), dan batu asam urat. Gangguan metabolisme
yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian
kadar urat lebih dari 7 ml/dl dan 6 mg/dl. GA lebih sering menyerang sendi kecil
terutama ibu jari kaki. Dengan menemukan kristal urat dalam tofi merupakan
diagnosis spesifik untuk gout. Secara umum penangan GA adalah memberikan
edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi, dan pengobatan.
Selain OA dan GA, terdapat penyakit Rheumatoid arthritis (RA) yang juga
merupakan penyakit radang sendi yang sering terjadi. Rheumatoid arthritis adalah
penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik yang menyebaban
nyeri, kekauan, pembengkakan, dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi.
Prevalensi RA lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. RA dapat
mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling
sering terlibat. Pada RA kekauan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapat
berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu
yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin
memiliki RA.
Saat ini diagnosis RA di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut
American College Of Rheumatology/European League Against Rheumatism 2010.
Diagnosis RA ditegakkan bila pasien memiliki skor 6 atau lebih. Metode terapi yang
dianut saat ini yaitu pemberian DMARD (Disease Modifying Antirheumatic Drugs)
sedini mungkin untuk menghambat perburukan penyakit. DMARD yang paling umum
digunakan adalah MTX, hidroksiklorokuin atau klorokuin fosfat, sulfasalazin,
leflunomide, infliximab, dan etanercept. Apabila tidak mendapat terapi yang adekuat,
akan terjadi destruksi sendi, deformitas, dan disabilitas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain
seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya
4
b. Faktor intrinsik
1. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
2. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis.
c. Faktor beban pada persendian
1. Obesitas : beban berlebihan pada sendi dapat mempercepat kerusakan
pada sendi.
2. Penggunaan sendi yang sering : aktivitas yang sering dan berulang
pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu
pergerakan sendi.
5
Perubahan dari proteoglikan menyebabkan tingginya resistensi dari tulang
rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi. Penurunan kekuatan dari tulang
rawan disertai degradasi kolagen memberikan tekanan yang berlebihan pada serabut
saraf dan tentu saja menimbulkan kerusakan mekanik. Kondrosit sendiri akan
mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi perubahan komposisi molekuler dan
matriks rawan sendi, yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi.
Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofit
diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada
Osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi sepanjang garis permukaan sendi.
Adanya pengikisan yang progresif menyebabkan tulang yang dibawahnya juga ikut
terlibat. Hilangnya tulang-tulang tersebut merupakan usaha untuk melindungi
permukaan yang tidak terkena. Sehingga tulang subkondral merespon dengan
meningkatkan selularitas dan invasi vaskular,akibatnya tulang menjadi tebal dan padat
(eburnasi). Pada akhirnya rawan sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-
gejala Osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku, dan deformitas.
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator
kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan
tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja yang
berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan
periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan
vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling pada
trabekula dan subkondral.
Sinovium mengalami peradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta proses
keradangan kronik sendi yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi
fibrilasi serta fisura yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan
6
sendi fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang subkhondral berupa
penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada ujung tulang dapat dijumpai
pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat sekitarnya.
Gambar 1. Osteoarthritis
7
menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal
dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,
inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan
menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri.6 Nyeri
dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber
nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial
band.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.7
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya
sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring
dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu.
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah.
g. Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.
h. Perubahan gaya berjalan
8
Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut.
9
9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis (Catatan: Sensitivitas 92% dan
spesifisitas 75%. )
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau kaku dan
disertai 3 atau 4 kriteria berikut:
1. pembengkakan jaringan keras > 2 diantara 10 sendi tangan
2. pembengkakan jaringan keras > 2 sendi distal interphalangea (DIP)
3. pembengkakan < 3 sendi metacarpo-phalanea (MCP)
4. deformitas pada 1 diantara 10 sendi tangan
Catatan: 10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan CMC 1 masing-
masing tangan. Sensitivitas 94% dan spesifisitas 87%.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis, yaitu menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit,
terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral.
11
Gambar 4. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada lutut.
12
Pemeriksaan Laboratorium dan MRI
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan imunologi
masih dalam batas batas normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat
dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai
protein.
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk
mengetahui derajat patologisnya, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan sebagai
penunjang diagnostik dalam osteoarthritis, karena sebagian besar gambaran
penyakit ini sudah bisa dinilai berdasarkan pemeriksaan sinar-x.
14
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan
inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak dapat
mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang merupakan kontra indikasi
terhadap pemberian NSAIDs.
c. Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight
Di Indonesia terdapat 3 sediaan injeksi Hyaluronan. Penyuntikan intra artikular
biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu dan koksa. Diberikan
berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu masing-masing 2
sampai 2,5 ml Hyaluronan.
4. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih
dahulu risiko dan keuntungannya.
Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penanganan medikamentosa dan
rehabilitatif.
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
1. Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah
sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat
menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan
ligamen atau meniscus repair.
2. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru
ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam
high-density polyethylene.
16
1. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
2. Gout sekunder metabolik, disebabkan oleh pembentukan asam urat yang
berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia, terutama bila diobati
dengan sitostatika, psoriasis,polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
1. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli distal
ginjal yang sehat.
2. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya gagal ginjal
kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang, namun secara klinis hal ini tidak begitu
penting.
17
2.2.3 Patofisiologi Gout Arthritis
Patofisiologi Gout Akut
Hiperurikemia
18
2.2.4 Manifestasi Klinis Gout Arthritis
Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya arthritis, tofi, dan batu ginjal yang
disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat.
Pengendapan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh karena itu, sering terbentuk
tofi. Tofi seringkali terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat
tendo Achilles pada metatasofalangeal digiti I, dan sebagainya. Serangan seringkali
terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya, pasien masih tampak sehat
tanpa keluhan apapun. Tiba-tiba pada tengah malam terbangun oleh rasa sakit yang
sangat hebat.
Gambar 6. Tophus
Daerah khas yang paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki
sebelah dalam disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, dan
nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu
namun kemudian menghilang. Kejadian itu dilukiskan oleh Sysenham sebagai
sembuh beberapa hari sampai beberapa minggu bia tidak diobati, rekuren yang
multiple, interval antar serangan singkat dan dapat mengenai beberapa sendi.
Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut sendiri
juga merupakan predileksi kedua untuk serangan ini.
19
Gambar 7. Predileksi Gout
20
merupakan reaksi penting pada artritis gout terutama gout akut. Reaksi ini
merupakan reaksi pertahanan tubuh untuk menghindari kerusakan jaringan akibat
agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi ini adalah:
1.Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab
2.Mencegah perluasan dari agen penyebab ke jaringan yang lebih luas.
B. Stadium Interkritikal
Pada stadium ini terjadi periode interkritik asimptomatik. Meskipun secara
klinik tidak terdapat tanda-tanda radang akut, tapi pada aspirasi sendi ditemukan
kristal urat. Ini menunjukkan proses keradangan tetap berlanjut, meski tanpa
keluhan. Apabila tidak ada penanganan yang baik dan pengaturan asam urat yang
benar, dapat menimbulkan serangan akut lebih sering yang dapat mengenai
beberapa sendi dan biasanya lebih berat. Manajemen yang tidak baik,
mengakibatkan keadaan interkritik berlanjut menjadi stadium menahun dengan
pembentukan tofi.
21
Gambar 8. Deposit Tophi Yang Besar Di Gambar 9. X-ray menunjukkan
Sekeliling Sendi pembengkakan jaringan lunak dan erosi sendi
Terapi medikamentosa
Terapi pada gout biasanya dilakukan secara medik (menggunakan obat-obatan).
Medikamentosa pada gout termasuk :
1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).
NSAIDs dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout secara
efektif. Contoh dari NSAIDs adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200
mg/hari selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu
berikutnya.
2. Colchicine.
Merupakan pilihan utama dalam pengobatan maupun pencegahan dengan dosis
lebih rendah. Colchicine mengontrol gout secara efektif, tetapi seringkali
membawa efek samping, seperti nausea, vomiting and diare. Colchicine
23
diberikan secara oral, dan diberikan setiap 1 sampai 2 jam dengan dosis
maksimal 6mg hingga adanya peningkatan yang lebih baik pada kondisi pasien.
3. Steroid.
Steroid biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang lansung
disuntikkan ke sendi penderita. Efek samping dari Steroids antara lain penipisan
tulang, susah menyembuhkan luka dan juga penurunan pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Steroids digunakan pada penderita gout yang tidak bisa
menggunakan NSAIDs ataupun colchicines.
Terapi operatif
Pasien gout yang terdiagnosa dan diterapi lebih awal biasanya tidak memerlukan
operasi orthopedi. Pasien gout yang tidak diterapi atau terlambat diterapi
memerlukan operasi orthopedi.
Hormon sex.
Prevalensi AR lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga diduga hormon sex berperanan dalam perkembangan penyakit ini. Pada
observasi didapatkan bahwa terjadi perbaikan gejala AR selama kehamilan.
Pemberian kontrasepsi oral dilaporkan mencegah perkembangan AR atau
berhubungan dengan penurunan insiden AR yang lebih berat.
25
Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya AR antara lain
jenis kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita AR, umur lebih tua,
paparan salisilat dan merokok. Konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari,
khususnya kopi decaffeinated mungkin juga berisiko. Makanan tinggi vitamin D,
konsumsi teh dan penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan penurunan risiko.
Tiga dari empat perempuan dengan AR mengalami perbaikan gejala yang bermakna
selama kehamilan dan biasanya akan kambuh kembali setelah melahirkan.
NORMAL AR
Membran
sinovial Peradangan
membaran
sinovial
Tulang Pannus
rawan
sendi
Kapsul Cairan
sendi sinovial
Penipisan tulang
rawan sendi
Peran sel T. Induksi respon sel T pada artritis reumatoid di awali oleh interaksi
antara reseptor sel T dengan share epitope dari major histocompatibility complex class
26
II (MHCII-SE) dan peptida pada antigen-presenting cell (APC) sinovium atau
sistemik.. Interleukin (IL)-6 dan transforming growth factor-beta (TGF-)
kebanyakan berasal dari APC aktif, signal pada sel Th17 menginduksi pengeluaran Il-
17.
Peran sel B. Peran sel B dalam imunopatogenesis AR belum diketahui secara
pasti, meskipun sejumlah peneliti menduga ada beberapa mekanisme yang mendasari
keterlibatan sel B. Keterlibatan sel B dalam patogenesis AR diduga melalui
mekanisme sebagai berikut:
1. Sel B berfungsi sebagai APC dan menghasilkan signal kostimulator yang penting
untuk clonal expansion dan fungsi efektor dari sel T CD4+.
2. Sel B dalam membran sinovial AR juga memproduksi sitokin proinflamasi seperti
TNF- dan kemokin.
3. Membran sinovial AR mengandung banyak sel B yang memproduksi faktor
reumatoid (RF). AR dengan RF positif (seropositif) berhubungan dengan penyakit
artikular yang lebih agresif, mempunyai prevalensi manifestasi ekstraartikular
yang lebih tinggi dan angka morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. RF juga
bisa mencetuskan stimulus diri sendiri untuk sel B yang mengakibatkan aktivasi
dan presentasi antigen kepada sel Th, yang pada akhirnya proses ini juga akan
memproduksi RF. Selain itu kompleks imun RF juga memperantarai aktivasi
komplemen, kemudian secara bersama-sama bergabung dengan reseptor Fcg,
sehingga mencetuskan kaskade inflamasi.
4. Aktivasi sel T dianggap sebagai komponen kunci dalam patogenesis AR. Bukti
terbaru menunjukkan bahwa aktivasi ini sangat tergantung kepada adanya sel B.
Berdasarkan mekanisme diatas, mengindikasikan bahwa sel B berperanan penting
dalam penyakit AR, sehingga layak dijadikan target dalam terapi AR.
27
mudah ditegakkan. Pada 8 15% penderita, gejala muncul beberapa hari setelah
kejadian tertentu (infeksi). Artritis sering kali diikuti oleh kekakuan sendi pada pagi
hari yang berlangsung selama satu jam atau lebih. Beberapa penderita juga mempunyai
gejala konstitusional berupa kelemahan, kelelahan, anoreksia dan demam ringan.
28
xanthoma atau nodul yang berhubungan dengan demam reumatik, lepra, MCTD, atau
multicentric reticulohistiocytosis.Manifestasi paru juga bisa didapatkan, tetapi
beberapa perubahan patologik hanya ditemukan saat otopsi.Beberapa manifestasi
ekstraartikuler seperti vaskulitis dan Feltysyndrome jarang dijumpai, tetapi sering
memerlukan terapi spesifik.
29
2.3.5 Diagnosis Rheumatoid Arthritis
Kriteria Diagnostik
Saat ini diagnosis AR di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American
College of Rheumatology/European League Against Rheumatism 2010 yaitu
Tambahkan seluruh skor pada kategori A-D, pasien dengan skor >6/10 diperlukan
untuk dimasukkan dalam klasifikasi pasien yang memiliki artritis rheumatoid.
31
Tujuan terapi pada penderita AR adalah :
1. Mengurangi nyeri
2. Mempertahankan status fungsional
3. Mengurangi inflamasi
4. Mengendalikan keterlibatan sistemik
5. Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular
6. Mengendalikan progresivitas penyakit
7. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan terapi
Terapi Farmakologik
Farmakoterapi untuk penderita AR pada umumnya meliputi obat anti-inflamasi
non steroid (OAINS) untuk mengendalikan nyeri, glukokortikoid dosis rendah atau
intraartikular dan DMARD. Analgetik lain juga mungkin digunakan seperti
acetaminophen, opiat, diproqualone dan lidokain topikal. Pada dekade terdahulu,
terapi farmakologik untuk AR menggunakan pendekatan piramid yaitu : pemberian
terapi untuk mengurangi gejala dimulai saat diagnosis ditegakkan dan perubahan dosis
atau penambahan terapi hanya diberikan bila terjadi perburukan gejala. Tetapi saat ini
pendekatan piramid terbalik (reverse pyramid) lebih disukai, yaitu pemberian
DMARD sedini mungkin untuk menghambat perburukan penyakit.
32
Perubahan pendekatan ini merupakan hasil yang didapat dari beberapa penelitian yaitu
1. Kerusakan sendi sudah terjadi sejak awal penyakit
2. DMARD memberikan manfaat yang bermakna bila diberikan sedini mungkin
3. Manfaat DMARD bertambah bila diberikan secara kombinasi
4. Sejumlah DMARD yang baru sudah tersedia dan terbukti memberikan efek
menguntungkan.
33
BAB 3
KESIMPULAN
34
11. Secara umum penanganan GA adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi, dan pengobatan.
12. Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik yang menyebaban nyeri, kekauan, pembengkakan, dan
keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi.
13. RA dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki
cenderung paling sering terlibat.
14. Pada RA kekauan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung
satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang
lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin
memiliki RA.
15. Diagnosis RA di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American
College Of Rheumatology/European League Against Rheumatism 2010.
Diagnosis RA ditegakkan bila pasien memiliki skor 6 atau lebih.
16. Metode terapi yang dianut saat ini yaitu pemberian DMARD (Disease Modifying
Antirheumatic Drugs) sedini mungkin untuk menghambat perburukan penyakit
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37