Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESEPTIR 2

STUDI KASUS SISTEM REPRODUKSI

Laporan Kasus: Diagnostik Pencitraan Ultrasonografi Dan Gambaran Darah Pada Anjing Golden
Retriever Penderita Pyometra Terbuka

Oleh :
David Christian Pratama
210130100111083

PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

Salah satu hewan kesayangan yang perlu mendapat perhatian untuk dipelihara
dan dikembangbiakkan adalah kucing. Sebagai hewan kesayangan, kucing
mempunyai daya tarik tersendiri karena bentuk tubuh, mata dan warna bulu yang
beraneka ragam. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, maka kucing dapat
dikembangkan dan dibudidayakan. Penyakit yang ada pada kucing bermacam-
macam, salah satu penyakit pada kucing adalah penyakit reproduksi. Penyakit-
penyakit yang mengganggu kemampuan reproduksi perlu diketahui sehingga upaya
pengendalian, pencegahan dan penangananya bisa membuahkan hasil yang optimal.
Salah satu gangguan reproduksi yang mengakibatkan penurunan efisiensi reproduksi
pada kucing dan anjing maupun ternak-ternak besar, yaitu pyometra (Hunter, 1995).
Pyometra merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang sistem
reproduksi pada kucing betina. Penyakit ini dapat terjadi pada kucing betina yang
sudah pernah maupun belum pernah melahirkan. Pyometra adalah suatu penyakit
yang penanggulangan dengan infeksi atau peradangan pada dinding uterus hewan
yang didalamnya terdapat akumulasi nanah atau pus. Kucing betina yang terkena
pyometra dapat menunjukkan gejala klinis berupa keluarnya nanah dari vagina
(pyometra terbuka) atau tanpa keluar nanah dari vagina (pyometra tertutup) (Jon Hall,
2012).
Pyometra sering menyerang anjing betina pada usia 10 hingga 18 tahun
dengan tingkat kejadian sekitar 25%, sedangkan pada kucing betina usia 10 bulan
hingga 13 tahun dengan tingkat kejadian sekitar 2,2%. Pyometra memiliki potensi
mematikan jika tidak ditangani dengan benar dan memiliki tingkat kematian
kemungkinan dapat mencapai 3-4% (Feldmen,2004).
Pyometra harus ditangani dengan cepat dan tepat agar pasien terhindar dari
komplikasi maupun risiko kematian. Penanganan pyometra dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu dengan tindakan operasi, pengobatan dengan antibiotik dan
hormon, atau menggunakan pembilasan uterus (flushing).
BAB 2 PEMBAHASAN
TINJAUAN KASUS

a. Signalment
Seekor anjing Golden Retriever berjenis kelamin betina, berusia 7 tahun bernama Chelsea

b. Anamnesa

Pemilik menyatakan bahwa riwayat kasus anjing Chelsea 1 x beranak pada tahun 2016 dengan
kelahiran eutokia/ normal, tidak ada riwayat operasi ovariahisterektomi. Pada minggu kedua di
bulan Januari 2019 anjing Chelsea mengalami pseudomentrual bleeding (lob) tanpa disertai
perkawinan setelah lob berakhir. Pada tanggal 8 Februari 2019 anjing Chelsea mengeluarkan
cairan (discharge) berwarna putih-kemerahan disertai aroma anyir dari vulva; (4) Pada tanggal 9
Februari 2019 anjing Chelsea diberi pengobatan (antibiotik, analgetik dan multivitamin) oleh
medik veteriner yang melayani house call dengan diagnosis penyakit piometra. Pada tanggal 11
Februari 2019 anjing Chelsea mengalami muntah dan penurunan nafsu makan, discharge vulva
sudah mulai menurun jumlahnya kemudian diberikan obat. antiemetika/ anti muntah 3x1 tablet
atas rekomendasi medik veteriner yang melayani house call. Pada tanggal 12 Februari 2019 anjing
Chelsea kembali muntah, nafsu makan menghilang dan lemah kemudian diberikan fluid therapy
dan rangkaian terapi suportif secara parenteral oleh medik veteriner tersebut. Pada tanggal 13
Februari 2019 anjing Chelsea masih menunjukkan gejala muntah dan mengeluarkan discharge
yang telah berwarna kecoklatan dengan aroma amis menyengat dari vulva.
c. Gejala Klinis
Hasil pemeriksaan umum yang telah dilakukan di PDHB Grace Vet Care menunjukkan
gambaran bahwa kondisi tubuh Chelsea termasuk kategori gemuk dengan score kondisi tubuh
(SKT) 4 dari score 1-5, ekspresi muka tampak lemah.
d. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Anjing Chelsea memiliki frekuensi pernafasan 92 x/menit, frekuensi


pulsus/nadi 80 x/menit dan suhu tubuh 38.9 C. Anjing Chelsea menunjukkan pernafasan dengan
ritme cepat dan dalam (terengahengah/panting), dengan capillary refill time (CRT) gusi < 2 detik.
Turgor dan elastisitas kulit masih dalam kondisi normal, rambut halus, mengkilat dan tidak
rontok.
e. Diagnosa Lanjutan

Palpasi pada kelenjar parotidea kiri mengalami pembengkakan. Auskultasi jantung terdengar
cepat dan kuat. Palpasi pada ventrolateral abdomen mengalami distensi tanpa fluktuasi, defekasi
pada hari sebelumnya dengan warna feses hijau (keterangan pemilik), muntahan berupa cairan
berwarna kuning berlendir, discharge berwarna kecoklatan dengan aroma amis menyengat dari
vulva, selama observasi dari pagi hingga tengah malam dan sampai pada saat kematian tidak
dijumpai adanya urinasi (kencing).
f. Diagnosa Penunjang

Berdasarkan hasil pemeriksaan USG transabdominal menggunakan convex probe arah


transversal dengan frekuensi 2,5 MHz terlihat pembesaran ukuran lumen uterus kanan dan kiri.
Pembesaran lumen uterus ditandai dengan terlihatnya penurunan echogenitas (anekhoik) pada
lumen uterus yang menandakan adanya akumulasi cairan di dalam uterus. Penebalan dinding
uterus akibat adanya peradangan ditandai dengan peningkatan echogenesitas berupa struktur putih
(hiperekhoik).

Hasil pemeriksaan darah lengkap anjing Chelsea menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah,
hematokrit, leukosit, monosit berada dalam kisaran normal, sedangkan platelet atau trombosit dan
neutrophil berada dibawah kisaran normal. Penurunan keping darah pada kasus ini disebabkan
adanya pendarahan kronis sedangkan penurunan neutrophil/ neutropenia disebabkan adanya
peningkatan penggunaan sel neutrophil oleh jaringan dalam proses fagositosis.
Berdasarkan riwayat reproduksi dan operasi, observasi klinis, pemeriksaan klinis dan organ
reproduksi, hematologi analisis, palpasi abdomen dan diagnosa pencitraan ultrasonografi (USG)
anjing Chelsea terdiagnosa piometra terbuka, yaitu kondisi terjadinya infeksi kronis uterus disertai
dengan akumulasi cairan berupa pus/ purulent nanah dalam lumen uterus. Karakteristik dari gejala
klinisnya adalah discharge/ leleran merah kecoklatan atau leleran sanguinopurulen dari vulva.

g. Diagnosa dan Prognosa


Berdasarkan anamnesa, status present dan hasil pemeriksaan penunjang maka anjing bernama
Chelsea didiagnosa Pyometra. Prognosanya infausta dan mengalami kematian setelah dirawat 24
jam.
g. Terapi

Anjing Chelsea telah mendapatkan penanganan dengan pemberian fluid terapi, antibiotik untuk
merangsang proses urinasi dan membantu menurunkan kadar ureum dan creatinin di dalam darah.

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA


Anjing Chelsea telah mendapatkan penanganan dengan pemberian fluid terapi, antibiotik dan
injeksi diuretika untuk merangsang proses urinasi dan membantu menurunkan kadar ureum dan
creatinin di dalam darah.
Terapi yang dilakukan adalah pemberian antibiotik Dalacin 300 mg. Dalacin merupakan merek
paten dari obat clindamycin. Clindamycin merupakan obat antibakteri jenis lincosamid yang bekerja
dengan menghambat sintesis protein bakteri melalui penghambatan ribosom bakteri, serta merupakan
bakteriostatik gram positif dan anaerob (Plumb, 2008). Dosis untuk kucing yaitu 5,5 mg/kg s12j, atau
11 mg/kg s24j.
Klindamisin atau clindamycin adalah obat untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri, termasuk
jerawat dan radang panggul. Obat antibiotik ini tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg dan 300 mg,
salep, serta gel. Clindamycin bekerja dengan cara memperlambat dan menghentikan perkembangbiakan
bakteri. Berkat kemampuan ini, clindamycin dapat mengatasi infeksi bakteri pada paru-paru, kulit,
sistem pencernaan, sendi dan tulang, organ kelamin, serta jantung. (Fransson 2003)

Dalacin:
Dosis = 11 mg/KgBB
Single Dose = Berat Badan x Dosis
= 15 Kg x 11 mg/KgBB
= 165 mg
Kebutuhan 1 hari = 1 x sehari = 1 x 165 mg = 165 mg
BAB 4 PENULISAN RESEP

Resep Obat Alternatif


Pengobatan suportif menggunakan Sanpicillin® (23 mg/kg bb), dan Flagyl Syrup® (5 mg/kg bb).
Sanpicillin® mengan-dung ampicillin yang merupakan antibiotik golongan beta-laktam. Antibiotik
golongan beta-laktam bekerja meng-ganggu sintesis dinding sel bakteri (Kemenkes 2011). Flagyl®
syrup mengandung metronida-zole. Metronidazole menekan aktivitas bakteri kokus, basil gram
negatif dan positif anaerob, termasuk berbagai spesies bacteroides pembentuk spora. Metronidazole
bekerja menghambat sintesis protein pada bakteri (Allerton 2020).
BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan USG transabdominal menggunakan convex probe arah transversal
dengan frekuensi 2,5 MHz terlihat pembesaran ukuran lumen uterus kanan dan kiri. Pembesaran lumen
uterus ditandai dengan terlihatnya penurunan echogenitas (anekhoik) pada lumen uterus yang
menandakan adanya akumulasi cairan di dalam uterus. Penebalan dinding uterus akibat adanya
peradangan ditandai dengan peningkatan echogenesitas berupa struktur putih (hiperekhoik).
Hasil pemeriksaan darah lengkap anjing Chelsea menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah,
hematokrit, leukosit, monosit berada dalam kisaran normal, sedangkan platelet atau trombosit dan
neutrophil berada dibawah kisaran normal. Hal ini mengindikasikan bahwa anjing Chelsea mengalami
trombositopenia dan neutropenia. Penurunan keping darah pada kasus ini disebabkan adanya
pendarahan kronis sedangkan penurunan neutrophil/ neutropenia disebabkan adanya peningkatan
penggunaan sel neutrophil oleh jaringan dalam proses fagositosis, adanya endotoksin dari infeksi
bakteri seperti escherichia coli, staphylococcus sp, streptococcus sp, pseudomonas sp yang menginfeksi
endometrium. Bateri-bakteri tersebut akan menginduksi peradangan lokal pada endometrium dan
sistemik yang menyebabkan piometra. Endotoksin, lipopolysacharida merupakan komponen yang
diproduksi oleh bakteri tersebut dan dilepaskan kedalam sistem sirkulasi sehingga menginduksi
terjadinya gejala demam, kelemahan, tachycardia dan tachypnea (Jon Hall, 2012). Peningkatan
konsentrasi endotoxin dapat mengakibatkan shock dan kematian. Gejala klinis tersebut ditemukan pada
anjing Chelsea. Anjjing Chelsea mengalami peningkatan limfosit atau yang disebut dengan limfositosis
disebabkan adanya infeksi kronis yang terjadi pada endometrium.
Berdasarkan riwayat reproduksi dan operasi, observasi klinis, pemeriksaan klinis dan organ
reproduksi, hematologi analisis, palpasi abdomen dan diagnosa pencitraan ultrasonografi (USG) anjing
Chelsea terdiagnosa piometra terbuka, yaitu kondisi terjadinya infeksi kronis uterus disertai dengan
akumulasi cairan berupa pus/ purulent nanah dalam lumen uterus. Karakteristik dari gejala klinisnya
adalah discharge/ leleran merah kecoklatan atau leleran sanguinopurulen dari vulva.(Mahesh,2014)
Penanganan kondisi ini salah satunya dapat dilakukan dengan tindakan operatif, namun tindakan
operatif tidak dapat dilakukan pada saat tersebut karena hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan obat
bius (anestesi) selama tindakan pembedahan. Anjing Chelsea telah mendapatkan penanganan dengan
pemberian fluid terapi, injeksi antibiotik dan injeksi diuretika untuk merangsang proses urinasi dan
membantu menurunkan kadar ureum dan creatinin di dalam darah. Akibat perjalanan penyakit
(perdarahan) yang telah berlangsung cukup lama/ kronis, disertai dengan penurunan fungsi ginjal yang
sangat signifikan, maka prognosis atau akhir perjalanan penyakit mengarah pada ketidaksembuhan dan
Anjing Chelsea mengalami kematian dalam waktu 24 jam selama perawatan intensif.
Piometra merupakan satu kondisi serius dan dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan
cepat dan tepat. Operasi ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan medis yang disarankan pada
penanganan kasus piometra selain terapi hormonal pada kasus piometra terbuka. Operasi
ovariohisterektomi pada kasus piometra terbuka mempunyai prognosis baik apabila dilakukan sejak
pertama kali timbulnya gejala klinis discharge/ leleran abnormal dari vulva.
DAFTAR PUSTAKA

Allerton F. 2020. BSAVA small animal formulation 10th Part A: Ca-nine and feline.
British Small Animal Veterinary Association

Feldman, E.C, and Nelson, R.W. 2004. Canine and Feline Endocrinology and
Reproduction. Ed ke-3. USA: Saunders.

Fransson B A and Ragle C A (2003). Canine pyometra: an update on pathogenesis


and treatment, Compendium on Continuing Education for the Practicing
Veterinarian 25: 602-612.

Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.
DK Harya Putra, penerjemah; Bandung: penerbit ITB. Terjemahan dari:
Physiology and Technology of Reproduction in Female Domestic Animals.
Smith, F.O. 2006. Canine Pyometra. Theriogenology 66:610-612

Jon Hall. 2012. Pyometra in dogs: Approaches to management and treatment. Vet
Times The website for the veterinary profession
https://www.vettimes.co.uk

[Kemenkes] Kementrian Kesehatan. 2011. Pedoman umum penggunaan


antibiotik. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Mahesh R.*, Devi Prasad V., Devarathnam J., Sumiran N., Kamalakar G. and Suresh
Kumar R.V. 2014. Successful Management of a Critical Case of Pyometra
in a Bitch: A Case Report. Research Journal of Animal, Veterinary and
Fishery Sciences Vol. 2(8), 21-23, August (2014).

Anda mungkin juga menyukai